Hukum Isteri Keluar Rumah

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

Keluar Rumah Tanpa Izin

Suami….Bolehkah ??
Posted on April 8, 2015 by habibsegaf in Fiqih Muslimah // 40 Comments

   Islam adalah agama yang penuh rahmat, agama yang secara terperinci amat memperhatikan kebutuhan
pemeluknya, dari urusan yang kecil sampai yang besar, dari masalah pribadi sampai masalah yang berkaitan
dengan orang lain. Itu semua tentu untuk kebaikan kita, baik dalam kehidupan dunia maupun dalam kehidupan
di akhirat nanti. Di antara perhatian agama yang berkaitan dengan orang lain adalah masalah kehidupan
seorang istri dengan suami.

     Seorang suami dalam pandangan agama  adalah pemimpin, karena lelaki lebih baik daripada perempuan,
baik dari segi fisik maupun psikisnya, dari segi keluasan akal maupun cara pandang. Kenyataan itu jelas
memiliki pengaruh dalam menentukan suatu kebijakan.

Oleh karenanya, agama menjadikan laki-laki sebagai kepala rumah tangga, yang menentukan segala kebijakan
urusan rumah tangga serta mengendalikannya. Allah SWT berfirman:

‫ض َو ِبمَا أَ ْن َفقُوا مِنْ أَمْ َوال ِِه ْم‬


ٍ ْ‫ض َل هَّللا ُ َبعْ ضَ ُه ْم عَ لَى َبع‬
َّ ‫الرِّ جَ ا ُل َقوَّ امُونَ عَ لَى ال ِّنسَ ا ِء ِبمَا َف‬

 “Kaum laki-laki itu pemimpin bagi kaum perempuan, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-
laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan dari sebagian
harta mereka.”

Hukum Keluar Rumah

      Diharamkan bagi setiap istri untuk keluar dari rumahnya kecuali dengan izin  suami. Selain izin suami, ada
syarat lainnya lagi bagi seorang wanita muslimah. Inilah ketentuan dari ajaran agama kita, yang memang tidak
lagi diperhatikan oleh kebanyakan wanita zaman sekarang. Berikut ini selengkapnya syarat-syarat yang
dimaksud:
1. Mengenakan pakaian yang menutup aurat. Ini merupakan syarat  yang harus dan wajib dipenuhi oleh
seorang muslimah saat sedang keluar rumah. Allah SWT berfirman:

ِ ‫ٰيأ َ ُّيهَا ٱل َّن ِبيُّ قُل ألَ ْز َوا‬


َّ‫جكَ َو َب َناتِكَ َونِسَ آ ِء ْٱلم ُْؤ ِمنِينَ ي ُْدنِينَ عَ لَي ِْهنَّ مِن جَ الَ ِب ِيب ِهن‬

“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang-oarang beriman,
hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka.” – QS Al-Ahzab: 59.

2. Tidak memamerkan perhiasan dan kecantikan. Saat keluar rumah, selain menutup auratnya, para
wanita juga harus menjaga dandanannya. Mereka dilarang memamerkan perhiasan dan kecantikannya,
terutama di hadapan para laki-laki. Allah SWT berfirman:

‫َوال َتبَرَّ جْ نَ َتبَرُّ جَ ْالجَ ا ِهلِ َّي ِة األُولَى‬

“Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” – QS Al-Ahzab:
33.

3. Tidak menghaluskan, memerdukan, atau mendesahkan suara. Hal-hal ini diharamkan, karena akan
menimbulkan syahwat kaum lelaki. Allah SWT berfirman:

‫َفالَ َت ْخضَ عْ نَ ِب ْال َق ْو ِل َفي َْطمَعَ الَّذِي فِي َق ْل ِب ِه مَرَ ضٌ َوقُ ْلنَ َق ْواًل مَّعْ رُو ًفا‬

“Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam
hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.” – QS Al-Ahzab 32.

4. Menjaga pandangan. Bukan hanya laki-laki yang wajib menjaga pandangannya, tetapi perempuan juga
haram memandang para lelaki dengan syahwat. Allah SWT berfirman:

َ‫م َذلِكَ أَ ْز َكى َل ُه ْم إِنَّ هَّللا َ َخ ِبي ٌر ِبمَا َيصْ َنعُون‬Aْ ‫ظوا فُرُوجَ ُه‬ ُ ‫قُ ْل ل ِْلم ُْؤ ِمنِينَ َي ُغضُّوا مِنْ أَ ْبصَ ار ِه ْم َو َيحْ َف‬
ِ
َّ‫ارهِنَّ َو َيحْ َف ْظنَ فُرُوجَ هُن‬ َ
ِ َ‫ت ي َْغضُضْ نَ مِنْ أ ْبص‬ ِ ‫َوقُ ْل ل ِْلم ُْؤ ِم َنا‬

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman, “Hendaklah mereka
menahan pandangannya dan kemaluannya… ” – QS An-Nur 30-31.

5. Aman dari fitnah. Bolehnya wanita keluar rumah akan batal dengan sendirinya manakala ada fitnah,
atau keadaan yang tidak aman. Ini merupakan ijma` ulama. Untuk menghindari fitnah, di antaranya,
hendaknya tidaklah wanita keluar kecuali dengan mahramnya atau dengan wanita lain yang dipercaya.
6. Mendapat izin suami (bagi yang sudah menikah) atau orangtua (bagi yang belum menikah). Maka,
haram bagi seorang anak atau seorang istri untuk keluar rumah untuk urusan atau kegiatan apa pun,
walaupun masalah yang sepele seperti membuang sampah dan lain-lain, kecuali dengan izin orangtua
atau suami. Bahkan, begitu banyak ancaman bagi seorang istri yang keluar rumah tanpa seizin
suaminya, sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits:

ْ َ‫ َفإِنْ َفعَ ل‬، ‫ حَ ُّق ُه عَ لَ ْيهَا أَالَّ َت ْخرُجَ مِنْ َب ْي ِتهَا إِالَّ ِبإِ ْذ ِن ِه‬ :  ‫الز ْو ِج عَ لَى َز ْوجَ ِت ِه ؟ َف َقال‬
‫ت لَعَ َن ْتهَا َمالَ ِئ َك ُة ال َّسمَا ِء َو َمالَ ِئ َك ُة الرَّ حْ َم ِة‬ َّ ‫يَا رَ سُول هَّللا ِ مَا حَ ُّق‬
ِ ‫َو َمالَ ِئ َك ُة ْالعَ َذا‬
ِ ْ‫ب حَ َّتى َتر‬
َ‫جع‬

Artinya : “Ya Rasulullah, apakah hak suami atas istrinya?”

Beliau menjawab, “Hak suami atas istri adalah tidaklah ia (istri) keluar rumah kecuali dengan izin dari suami.
Jika ia melakukannya (keluar tanpa izin), malaikat langit, malaikat rahmat, dan malaikat adzab melaknatnya
sampai ia pulang.”

Hal inilah yang paling sering dilupakan para muslimah. Tak sedikit di antara mereka yang dalam aktivitas dan
rutinitasnya, baik dalam hal keagamaan maupun lainnya, izin dari pihak orangtua maupun suami terabaikan.
Padahal izin adalah hal yang harus didapat, dan sama sekali tak boleh dipandang ringan.

Jangan Kaku

     Wanita harus mendapat izin suami untuk keluar rumah. Ketentuan syari’at ini sebenarnya sangat
manusiawi, karenanya jangan dipandang sebagai beban, paksaan, atau dianggapi sebagai penghalang.

Izin dari suami itu harus dipahami sebagai bentuk kasih sayang, perhatian, serta wujud dari tanggung jawab
seseorang yang memang seharusnya menjadi pelindung. Bahkan, dengan mentaati suaminya, seorang istri akan
mendapatkan hikmah yang luar biasa, sebagaimana disebutkan dalam suatu hadits:

ْ َ‫ّفل َو َكانَ أَب ُْوهَا فيِ ْاألَسْ َف ِل َفمَرَ ضَ َفأَرْ سَ ل‬


‫ت ْال َمرْ أَ ُة إِلىَ رَ س ُْو ِل هللا‬ ِ ‫العل ِو إِلىَ الس‬ ْ َ‫كاَنَ رَ ُج ٌل َق ْد َخرَ جَ إِلىَ سَ َف ٍر َوعَ هَدَ إِلىَ اِمْ رَ أَ ِت ِه أَنْ الَ َت ْن ِزل مِن‬
َ‫ َف َقا َل صَ لَّى هللاُ عليه َوسَ لَّ َم ” أَطِ ْيعِيْ َز ْوجَ كِ ” َف َماتَ َفاسْ تأْمَرَ ْت ُه َفقا َ َل ” أَطِ يْعيِ َز ْوجَ كَ ” َفدفن‬، ‫صَ لَّى هللاُ عَ لَ ْي ِه َوسَ لَّ َم َتسْ َتأْذِنُ فيِ ال ُّن ُز ْو ِل إِلىَ أَ ِب ْيهَا‬
‫جهَا‬ِ ‫أبوهَا فأرسل رسول هللا صلى هللا عليه وسلم إليها ي ُْخ ِب ُرهَا أَنَّ هللاَ َق ْد غَ َفرَ ألَ ِب ْيهَا ِب َطاعَ ِتهَا ل َِز ْو‬

“Seorang lelaki yang keluar bermusafir telah berpesan kepada istrinya agar tidak turun (keluar rumah) dari
tingkat atas ke tingkat bawah. Bapak istrinya itu, yang tinggal di tingkat bawah, lalu jatuh sakit. Kemudian
istrinya mengutus seorang perempuan kepada Rasulullah SAW agar memberi izin kepadanya turun untuk
menziarahi bapaknya yang sedang sakit. Nabi SAW mengatakan, ‘Taatilah suamimu.’ Sampai suatu ketika
sang ayah pun wafat. Si istri lalu mengutus lagi seseorang kepada Rasulullah. Nabi SAW mengatakan,
‘Taatilah suamimu.’ Jenazah bapaknya pun dikebumikan. Lalu Rasulullah SAW mengutus seseorang kepada si
istri untuk memberitakan bahwa Allah telah menghapuskan dosa-dosa bapaknya lantaran ketaatannya kepada
suami.”
   Namun demikian, hendaknya masalah ini tidak diterapkan secara kaku, sampai-sampai mengesankan bahwa
ajaran Islam mengekang kebebasan wanita. Karenanya, para suami janganlah mempersulit atau memberatkan
izin bagi istrinya untuk keluar. Kalau sudah memenuhi syarat-syarat di atas, izinkanlah mereka keluar, apalagi
kalau si istri keluar untuk urusan keagamaan, seperti hadir di majelis ta’lim, menengok orangtuanya (apalagi
kalau rumah orangtuanya itu tak jauh dari tempat mereka tinggal). Dalam hal ini, ulama menganjurkan agar
seorang suami memberi izin untuk istrinya keluar rumah.

Sumber : alhabibsegafbaharun.com

Anda mungkin juga menyukai