Pemanasan global terkait dengan 2 konsep yaitu efek rumah kaca dan gas rumah
kaca.
Keduanya terkait dalam hal, penyebab terjadinya pemanasan global yaitu efek
rumah kaca dan efek rumah kaca tersebut dapat terjadi karena adanya gas rumah
kaca.
peristiwa efek rumah kaca dapat terjadi secara alamiah di bumi, hal itu
disebabkan karena memang gas-gas rumah kaca secara alamiah ada di atmosfer
yaitu seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), Nitro Oksida (NOx), dan Sulfur
Oksida (Sox)
contohnya , gas karbon dioksida yang secara alami setiap hari dihasilkan dari
aktivitas manusia (hasil respirasi), begitu juga dengan gas-gas rumah kaca lainnya
yang masuk ke dalam daur biogeokimia.
Ketika freon (CFC) terlepas ke atmosfer, maka molekul CFC akan terurai atom C
sendiri sangat reaktif terhadap atom O (rumus molekul ozon adl O3), ketika atom
C dari pecahan freon bertemu dengan molekul O3, maka atom C akan menarik
satu atom O dari ozon, yang akan mengakibatkan timbulnya karbon monoksida
(CO) dan ozon menjadi oksigen biasa (O2) karena kehilangan satu atom O-nya,
ditambah lagi, ketika CO terbentuk, maka mereka akan menarik lagi satu atom O
dari ozon-ozon (O3) lain sehingga menciptakan CO2, sementara CO2 merupakan
salah satu gas rumah kaca yang memiliki efek rumaha kaca sehingga dapat
menahan panas di bumi,dengan demikian bumi akan semakin panas
Ketika freon (CFC) terlepas ke atmosfer, maka molekul CFC akan terurai atom C sendiri
sangat reaktif terhadap atom O (rumus molekul ozon adl O3), ketika atom C dari pecahan
freon bertemu dengan molekul O3, maka atom C akan menarik satu atom dari ozon, yang
akan mengakibatkan timbulnya karbon monoksida (CO) dan ozon menjadi oksigen biasa
(O2) karena kehilangan satu atom O-nya, ditambah lagi, ketika CO terbentuk, maka mereka
akan menarik lagi satu atom O dari ozon-ozon (O3) lain sehingga menciptakan CO2, oleh
karena itu ozon sebagai pelindung bumi dari sinar ultraviolet menjadi rusak, sementara CO2
memiliki efek rumah kaca yang dapat menahan panas di bumi, dengan demikian bumi akan
semakin panas.
Menurut Robin Fogarty terdapat 10 model pembelajaran terpadu yaitu model terpisah (fragmented),
keterkaitan/keterhubungan (connected), berbentuk sarang (nested), dalam satu rangkaian (sequenced),
terbagi (shared), bentuk jaring laba- laba (webbed), dalam satu alur (threaded), terpadu (integrated),
tenggelam (immersed), membentuk jejaring (networked)
Hipoksia
untuk yang pendaki gunung lebih spesifik lagi dapat mengalami penyakit ketinggian
atau yang biasa disebut "altitude sickness"
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penyakit Ketinggian Datang Saat Mendaki
Gunung Begini Baiknya...", Klik untuk
baca: https://health.kompas.com/read/2020/07/03/150000868/penyakit-ketinggian-datang-saat-
mendaki-gunung-begini-baiknya-?page=all.
Penulis : Ariska Puspita Anggraini
Editor : Ariska Puspita Anggraini
Apalagi jika saat membahas materi gunung berapi dan gempa bumi ditambahkan
dengan membahas tentang mitigasi bencana, mengingat negara kita terletak di
jalur Ring of Fire atau cincin api Pasifik, yaitu jalur di sepanjang samudra Pasifik yang
ditandai oleh gunung berapi aktif dan seringnya terjadi gempa bumi karena
sesungguhnya bencana bisa datang kapan saja tanpa adanya pemberitahuan terlebih
dahulu. Oleh karena itu, harus siap kapan pun dan dimanapun berada.
kelebihan :
meningkatkan minat, keterampilan berpikir kritis, dan pembelajaran IPA menjadi lebih
bermakna
kekurangan :
memerlukan komitmen dan kesediaan bekerjasama antara guru IPA yang lain
sulit untuk memilih tema yang memungkinkan semua disiplin IPA terkait
harus paham betul tentang tipe keterpaduan yang akan digunakan sebelum
mengembangkan bahan ajar IPA terpadu untuk setiap tipenya
Media pembelajaran yang akan dikembangkan dalam penelitian ini yaitu diorama siklus air.
Media siklus air yang dikembangkan akan membantu siswa dalam memahami proses siklus
air. Hal ini dikarenakan media yang dikembangkan terdiri dari ilustrasi objek-objek pada
proses siklus air. Pada media ini terdapat dua set wadah, yang mana set wadah yang pertama
digunakan untuk mengetahui proses terjadinya penguapan dan pengembunan. Pada set wadah
yang kedua digunakan untuk menjelaskan dampak yang disebabkan oleh air. Seperti ilustrasi
lautan yang nantinya air laut akan disimbolkan dengan menggunakan air panas yang nantinya
air laut tersebut akan mengalami penguapan. Kemudian pada atap terdapat wadah yang berisi
es batu yang disimbolkan untuk mengetahui proses pengembunan. Setelah atap tersebut
mengalami pengembunan dan membentuk titik-titik air selanjutnya embun tersebut menetes
ke permukaan tanah yang disebut sebagai hujan. Pada set yang kedua juga terdapat atap yang
berisi air yang mana dalam permukaan bawah atap tersebut terdapat lubang-lubang kecil.
Karena terdapat lubang-lubang kecil selanjutnya air tersebut akan jatuh ke permukaan tanah.
Pada permukaan tanah terdapat dua jenis tanah yang disediakan yaitu tanah di pedesaan dan
tanah pada perkotaan. Yang mana tanah pedesaan belum tertutup oleh aspal dan beton, akan
tetapi pada tanah perkotaan umumnya sudah tertutup oleh aspal dan beton. Sehingga siswa
dapat mengidentifikasi bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh air tersebut.
Media siklus air akan membantu siswa dalam memahami proses siklus air