Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK

TRANSFORMATOR HUBUNG SINGKAT

Kelompok 1 LT -2E

Adittyas Prasetyo (3.39.17.1.01)

Ahmad Syakur (3.39.17.1.02)

Alfiani Kusumawardani (3.39.17.1.03)

Amir Mulkan (3.39.17.1.04)

PROGRAM STUDI D3-TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIKNEGERI SEMARANG

2019
I. Tujuan
Setelah melaksanakan praktek ini, diharapkan mahasiswa dapat :
 Menentukan prosentase tegangan hubung singkat terhadap tegangan nominal.
 Menentukan rugi tembaga ( PCU ) dan konstanta Rek dan Xek.

II. Pendahuluan
Prosentase tegangan primer pada saat terjadi hubung singkat terhadap tegangan nominal
dapat ditentukan sebagai berikut :

𝑉ℎ𝑠
𝑋 100%
𝑉𝑛𝑜𝑚

Dari prosentase tegangan hubung singkat terhadap tegangan nominal tersebut di atas dapat
diketahui besar arus hubung singkat yang terjadi bila trafo bekerja pada tegangan nominal.

Pada percobaan trafo hubung singkat tegangan primer relatif kecil ( antara 0 hingga 15% dari
tegangan nominal ), maka mutual fluks yang dihasilkan oleh inti trafo dapat diabaikan,
sehingga rangkaian pengganti trafo dalam keadaan hubung singkat dapat digambarkan sebagai
berikut :

R ek X ek

V in I hs

Gambar 2.1. Rangkaian Pengganti Trafo

Dari rangkaian pengganti tersebut dapat ditentukan besar rugi tembaga (Pcu) dan konstanta
trafo pada beban nominal, yaitu :

Pcu = Phs = daya hubung singkat


𝑃ℎ𝑠 𝑉𝑖𝑛
𝑋𝑒𝑘 = √𝑍 2 𝑒𝑘 − 𝑅 2 𝑒𝑘𝑅𝑒𝑘 = 2
𝑍𝑒𝑘 =
𝐼ℎ𝑠 𝐼ℎ𝑠

Dari harga Rek dan Xek ini dapat ditentukan rugi tegangan pada trafo saat berbeban.

III. Alat dan Bahan


 ACPS Variabel 0-220 V ; 6 A 1 buah

 Transformator 220 V/48 V 50 VA 1 buah

 Multimeter Analog 2 buah

 Tang Ampere 1 buah

 Wattmeter 1 buah

 Kabel Jumper 20 buah

IV. Gambar Rangkaian


a. Percobaan Transformator 2 Belitan Hubung Singkat

Power supply AC

A1 W

TT TR
V A2

Gambar 4.1. Rangkaian Percobaan Transformator 2 Belitan Hubung Singkat


b. Percobaan Transformator Auto Hubung Singkat

Tang
W A Ampere

I1 A I2
220 V V

VACPS

Gambar 4.2. Rangkaian Percobaan Transformator Auto Hubung Singkat

c. Tes Polaritas 1
V3

220 V V1 V2
0 – 220V

Gambar 4. 3. Rangkaian Percobaan Tes Polaritas 1

d. Tes Polaritas 2
V3

V1 V2
220 V
0 – 220V

Gambar 4. 4. Rangkaian Percobaan Tes Polaritas 2


V. Langkah Kerja
a. Trafo 2 belitan berbeban

1) Memastikan alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan baik dan tidak rusak, lalu
merangkai peralatan seperti pada gambar 4.1 yaitu gambar percobaan untuk trafo 2
belitan hubung singkat.
2) Mengatur ACPS sebesar 220 V.
3) Mengukur besarnya arus I1 dan I2 dan daya P.
4) Mencatat hasil pengamatan pada tabel.

b. Trafo Auto berbeban.


1) Memastikan alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan baik dan tidak rusak.
2) Mengetes pole auto trafo untuk menentukan kutub yang “+” dan “-“ pada keluaran trafo
menggunakan gambar rangkaian 4.3 dan 4.4. Dengan menghubungkan Voltmeter (V3)
pada polaritas ‘+’ sisi primer dan pada polaritas sisi sekunder. Menghubungkan
Voltmeter (V3) pada polaritas ‘+’ sisi primer dan pada polaritas sisi sekunder

3) Setelah melaksanakan tes pole, merangkai peralatan seperti gambar 4.2 yaitu rangkaian
percobaan untuk trafo auto hubung singkat.
4) Mengatur ACPS sebesar 220 V.

5) Mengukur besarnya daya dan arus I1 dan I2.

6) Mencatat hasil pengamatan pada tabel.

VI. Hasil Pekerjaan


 Tabel 6.1. Praktikum Transformator 2 Belitan Hubung Singkat

No Frekuensi (Hz) Vin (V) I1 (A) I2 (A) P (W)


1 50 Hz 7 0,062 0,25 0
2 50 Hz 12,5 0,119 0,5 0,25
3 50 Hz 18 0,163 0,75 0,5
4 50 Hz 22,5 0,195 1 1
 Tabel 6.2. Praktikum Transformator Auto Hubung Singkat

No Frekuensi (Hz) Vin (V) I1 (A) I2 (A) P (W)


1 50 Hz 7,3 0,31 0,25 0
2 50 Hz 13,5 0,29 0,5 0,3
3 50 Hz 20,5 0,24 0,75 0,8
4 50 Hz 27,5 0,21 1 1

 Tabel 6. 3. Tes Polaritas 1

V1 V2 V3 Keterangan
100 25 125 V3 = V1 + V2

 Tabel 6. 4. Tes Polaritas 2

V1 V2 V3 Keterangan
100 25 75 V3 = V1 - V2

VII. Analisa Data


Sebelum memulai percobaan, setiap trafo harus diketahui polaritasnya menggunakan uji tes
polaritas sesuai gambar 4. 3 dan 4. 4.

Pada percobaan ini trafo yang digunakan adalah trafo berukuran 50 VA agar arusnya juga
kecil.

Jika V3 = V1+V2 maka trafo tersebut bersifat aditif. Pada percobaan kali ini
menggunakan beban berupa resistor geser 330 ; 1,5 A.Prosentase tegangan primer pada saat
terjadi hubung singkat terhadap tegangan nominal dapat ditentukan sebagai berikut :

𝑉ℎ𝑠
𝑋 100%
𝑉𝑛𝑜𝑚

Dari prosentase tegangan hubung singkat terhadap tegangan nominal tersebut di atas
dapat diketahui besar arus hubung singkat yang terjadi bila trafo bekerja pada tegangan
nominal.
Pada percobaan trafo hubung singkat tegangan primer relatif kecil ( antara 0 hingga 15%
dari tegangan nominal ), maka mutual fluks yang dihasilkan oleh inti trafo dapat diabaikan,
sehingga rangkaian pengganti trafo dalam keadaan hubung singkat dapat digambarkan sebagai
berikut :

R ek X ek

V in I hs

Gambar 7.1. Rangkaian Pengganti Trafo

Dari rangkaian pengganti tersebut dapat ditentukan besar rugi tembaga (Pcu) dan
konstanta trafo pada beban nominal, yaitu :

Pcu = Phs = daya hubung singkat

𝑃ℎ𝑠 𝑉𝑖𝑛
𝑋𝑒𝑘 = √𝑍 2 𝑒𝑘 − 𝑅 2 𝑒𝑘𝑅𝑒𝑘 = 𝑍𝑒𝑘 =
𝐼ℎ𝑠2 𝐼ℎ𝑠

Dari harga Rek dan Xek ini dapat ditentukan rugi tegangan pada trafo saat berbeban.

VIII. Pertanyaan dan Tugas


1. Apakah rugi tembaga trafo itu?
2. Tuliskan 4 langkah urutan percobaannya!
3. Berapakah arus maksimum hubung singkat trafo 50 VA 220 V/48 V?
Jawab:
1. Rugi tembaga adalah rugi-rugi yang disebabkan oleh arus beban mengalir pada kawat
tembaga dapat ditulis PCU = I2R. Karena arus beban berubah – ubah, rugi tembaga juga
tidak konstan tergantung pada beban.

2. Urutan percobaan :
a. Memastikan alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan baik,lalu merangkai
seperti pada gambar rangkaian.

b. Mengatur ACPS sebesar 220V.


c. Mengukur besarnya arus I1 dan I2 dan daya P.
d. Mencatat hasil pengamatan pada tabel.
𝑆
3. Ihs maks=
𝑉

50 𝑉𝐴
=
48 𝑉

Ihs maks = 1,041 A

Jadi, arus hubung singkat maksimum trafo tersebut adalah 1,041 A.

IX. Kesimpulan
1. Semakin besar arus hubung singkat maka semakin besar pula tegangan inputnya atau arus
hubung singkat berbanding lurus dengan tegangan input.
2. Arus sisi primer semakin kecil nilainya jika arus hubung singkat (I2) semakin besar atau
arus sisi primer berbanding terbalik dengan arus hubung singkat.
3. Autotrafo hubung singkat mempunya Vin yang lebih tinggi dibandingkan dengan trafo 2
belitan hubung singkat.
4. Autotrafo hubung singkat memiliki nilai arus primer (I1) yang lebih rendah dibandingkan
dengan trafo 2 belitan hubung singkat.

Anda mungkin juga menyukai