Anda di halaman 1dari 4

KERAJAAN HOLING

NAMA ANGGOTA KELOMPOK:


1. I Nyoman Doni Nispayana (8)
2. Komang Angel Novianti (16)
3. Putu Arya Yudha Pratama (27)

SMP NEGERI 1 SINGARAJA


TAHUN AJARARAN 2020/2021
A. SEJARAH KERAJAAN HOLING

Kalingga atau Holing “sebutan dari sumber Tiongkok” adalah salah satu kerajaan tradisional
bercorak Hindu-Buddha yang pernah berkembang di Nusantara sekitar abad ke-6 M (masehi)
sampai abad ke-7 M. Kerajaan ini berkembang di wilayah pesisir utara Jawa Tengah.
Walaupun belum ada bukti sejarah yang pasti mengenai lokasi kerajaan Kalingga, para ahli
memperkirakan pusat kerajaan berada di wilayah Pekalongan dan Jepara saat ini.
Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari sumber
catatan Tiongkok, tradisi kisah setempat dan naskah Carita Parahyangan yang disusun
berabad-abad kemudian pada abad ke-16 menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima
dan kaitannya dengan Kerajaan Galuh.
Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber
Tiongkok, kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima yang dikenal memiliki peraturan
barang siapa yang mencuri akan dipotong tangannya.
Bahasa yang berkembang di kerajaan Kalingga adalah bahasa sansekerta, dan Melayu kuno.
Masyarakat yang tinggal di wilayah kerajaan mayoritas beragama Hindu dan Buddha, hanya
sebagian kecil yang menganut kepercayaan leluhur.
Catatan sejarah mengenai keberadaan kerajaan Kalingga berasal dari kronik berita Tiongkok
dan catatan-catatan lokal masyarakat Jawa Tengah. Kerajaan Kalingga oleh masyarakat
Tiongkok disebut sebagai Holing, yang pertama kali diberitakan oleh seorang penjelajah,
sekaligus pendeta bernama I-Tsing. Catatan perjalanan bangsa Tiongkok menyebutkan bahwa
di Jawa pada abad ke-7 M telah berkembang salah satu pusat pengetahuan agama Buddha
Hinayana. Salah satunya berada di Ho-ling yang dipimpin oleh seorang pendeta bernama
Janabadra. Pendeta dari Jawa itu kemudian bekerja bersama pendeta dari Tiongkok bernama
Hwining untuk menerjemahkan kitab Buddha ke dalam bahasa Tiongkok.
Keberadaan Kalingga juga diceritakan dalam berita Dinasti Tang (618 M - 906 M). Berita itu
menyebut bahwa ibu kota Ho-ling digambarkan dikelilingi oleh tembok besar yang terbuat
dari potongan kayu. Raja Ho-ling tinggal di sebuah bangunan besar bertingkat dengan atap
terbuat dari daun palem dan singgasana yang terbuat dari gading. Penduduk yang tinggal di
sekitar kerajaan Kalingga diceritakan sangat pandai membuat minuman keras.
Salah satu komoditi yang ditawarkan oleh kerajaan Ho-ling, atau Kalingga adalah kulit
penyu, emas, perak, cula badak, dan gading gajah, yang sangat disukai oleh kaisar dinasti
Tang. Catatan Tiongkok itu pun menyebut Ho-ling dipimpin oleh seorang penguasa bernama
Ratu His-mo (Shima). Ratu ini memerintah sejak tahun 674 dan dikatakan sebagai pemimpin
yang adil dan bijaksana.
B. MASA KEJAYAAN

Masa kejayaan kerajaan Holing pada tahun 674 Masehi, kerajaan kalingga/holing diperintah
oleh seorang raja putri yang bernama Ratu Sima. Ratu sima merupakan raja yang terkenal di
pemerintahan kerajaan holing. Dibawah kekuasaan Ratu sima ini, kerajaan kalingga/holing
mengalami masa kejayaan. Pada saat itu, semua rakyat hidup dengan tenteram dan makmur.
Mereka tunduk dan patuh terhadap segala perintah ratu sima bahkan tidak ada seorang pun
rakyat atau pejabat kerajaan yang berani melanggarnya.

C. MASA KERUNTUHAN

Masa keruntuhan kerajaan Holing terjadi pada tahun 752, karena Kerajaan Holing menjadi
wilayah taklukan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan perdagangan
Hindu, bersama Malayu dan Tarumanagara yang sebelumnya telah ditaklukan Sriwijaya.
Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing kuat jaringan perdagangan Sriwijaya-Buddha.
Faktor lain dari runtuhnya Kerajaan Holing ini juga karena Ratu Shima telah meninggal
dunia.
D. PENINGGALAN-PENINGGALAN
1) PRASASTI TUKMAS:

Prasasti itu ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, Magelang,


Jawa Tengah. Prasasti Tukmas ditulis menggunakan huruf
Pallawa, berisi keterangan mengenai keberadaan mata air yang
sangat jernih yang digambarkan sama seperti sungai Gangga di
India.

2) PRASASTI SOJOMERTO:

Prasasti Sojomerto merupakan peninggalan Wangsa Sailendra


yang ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban,
Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi dan
berbahasa Melayu Kuno. Prasasti ini tidak menyebutkan angka
tahun, berdasarkan taksiran analisis paleografi diperkirakan
berasal dari kurun akhir abad ke-7 atau awal abad ke-8 masehi.
Bahan prasasti ini adalah batu andesit dengan panjang 45 cm,
tebal 30 cm, dan tinggi 80 cm.Tulisannya terdiri dari 11 baris
yang sebagian barisnya rusak terkikis usia.

3) CANDI ANGIN:

Prasasti itu ditemukan di lereng barat Gunung Merapi,


Magelang, Jawa Tengah. Prasasti Tukmas ditulis menggunakan
huruf Pallawa, berisi keterangan mengenai keberadaan mata air
yang sangat jernih yang digambarkan sama seperti sungai
Gangga di India.

4) CANDI BUBRAH:

Candi Bubrah terletak di Dukuh Bener, Desa


Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten.
Candi Bubrah juga masih masuk Kawasan
Prambanan. Candi Bubrah yang terbuat dari batu
andesit, berdenah persegi panjang, dan berukuran
12×12meter itu sudah sangat rusak saat ditemukan.
Candi hanya tersisa reruntuhan setinggi dua meter.
Itu sebabnya masyarakat menyebutnya sebagai
Candi Bubrah.

Anda mungkin juga menyukai