PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman
hayati yang sangat melimpah. Keanekaragaman hayati tersebut merupakan
sumber penghasilan bahan alam yang dapat digunakan sebagai obat atau jamu
oleh masyarakat. Banyak manfaat yang dapat diambildari tanaman-tanaman
tersebut mulai dari akar, batang, daun, buah, maupun bijinya. Di Indonesia
pemanfaatan tanaman sebagai obat-obatan telah berlangsung sejak ribuan
tahun yang lalu. Masyarakat menggunakan bahan alam tersebut secara turun
temurun untuk keperluan pengobatan guna mengatasi masalah kesehatan. Hal
ini dikarenakan pengobatan menggunakan bahan alam cenderung murah dan
tidak banyak menimbulkan efek samping.
1
dalam arti luas segala jenis zat kimia atau nutrient yang diturunkan dari
sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan.Dalam penggunaan
umum, fitokimia memiliki defenisi yang lebih sempit.
2
C. Prinsip Percobaan
1. Prinsip ekstraksi :
a. Prinsip Maserasi
Penyarian sederhana dengan merendam serbuk simplisia dalam
suatu bejana dengan cairan penyari yang sesuai selama beberapa hari
dengan temperatur kamar, terlindung dari cahaya matahari sambil di
aduk, dimana cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk
kedalam rongga sel lalu menyari zat aktif, karena adanya perbedaan
kosentrasi di dalam dan di luar sel maka larutan yang kosentrasinya
tinggi akan terdesak ke luar sel (terjadi proses difusi). Peristiwa
tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan kosentrasi antara
larutan zat aktif di dalam dan di luar sel.
b. Prinsip Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan
mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah
dibasahi. Prinsip perkolasi yaitu menempatkan simpliasia dalam satu
bejana silinder,yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, kemudian
cairan penyari dialirkan dari atas ke bawahnya melalui serbuk
tersebut,yang akan melarutkan zat aktif.
c. Prinsip Soxhletasi
Merupakan proses penyarian simplisia secara
berkesenambungan dimana cairan penyari di panaskan dan menguap di
kondensor melalui pipa samping dan akan terkondensasi menjadi
molekul-molekul cairan yang oleh pendingin balik dan kemudian turun
untuk menyari simplisia dalam labu alas bulat setelah melalui pipa
sufon. Proses ini berlangsung hingga penyarian sempurna.
3
d. Prinsip Refluks
Merupakan proses penyarian berkesinambungan dimana
simplisia dan cairan penyari dipanaskan bersama-sama. Pada
temperatur tertentu cairan penyari akan mendidih sambil
mengekstraksi zat aktif yang ada dalam sel. Karena panas, uap akan
naik ke kondensor dan mengalami kondensasi, lalu turun menyari
simplisia. Demikian seterusnya hingga zat aktif tersari sempurna dan
diulang 3 kali sampai 4 jam.
e. Prinsip Destilasi Uap Air
Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air
ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap,
uap air akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi
minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak
menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan
terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan
minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan
memisah antara air dan minyak atsiri.
2. Prinsip Ekstraksi Cair-Cair dan Cair Padat
Prinsip estraksi cair-cair dilakukan dengan cara pemisahan
komponen kimia diantara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur.
Dimana sebagian komponen larut pada fase pertama, dan sebagian larut
pada fase kedua.Lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi
dikocok, dan didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan
terbentuk dua lapisan.Yakni fase cair dan komponen kimi yang terpisah.
Prinsip ekstraksi Cair-padat yaitu dengan pemisahan komponen
senyawa kimia dari ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.)dengan
menggunakan pelarut non-polar dimana akan diperoleh ekstrak yang larut
pelarut non-polar dalam bentuk cair dan ekstrak yang tidak larut non-
4
polardalam bentuk padat sehingga terjadi pemisahan berdasarkan prinsip
like dissolve like
3. Prinsip Krimatografi Lapis Tipis
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan
partisi, yang ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen),
komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap
adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga
komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda
berdasarkan tingkat kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan
terjadinya pemisahan.
4. Prinsip Penampakan Noda:
a. Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan
sampel akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu
UV 254 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi
cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh
komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi
dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan
semula sambil melepaskan energi
b. Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan
berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah
karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor
yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut.Fluoresensi
cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh
komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi
dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan
semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada
5
lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm
c. Pereaksi Semprot H₂SO4
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah
berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam
merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi
VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian tanaman
1. Klasifikasi
a. Jambu biji Psidium guajava L. (Hapsoh,2011).
Secara botanis tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
7
bulat telur agak jorong, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata agak
melekuk ke atas, pertulangan menyirip, panjang 6-14 cm, lebar 3-6 cm,
berwarna hijau. Bunga tunggal, bertangkai, keluar dari ketiak daun,
berkumpul 1-3 bunga, berwarna putih.Buahnya buah buni, berbentuk bulat
sampai bulat telur, berwarna hijau sampai hijau kekuningan.Daging buah
tebal, buah yang masak bertekstur lunak, berwarna putih kekuningan atau
merah jambu.Biji buah banyak mengumpul di tengah, kecil-kecil. Keras,
berwarna kuning kecoklatan (Hapsoh,2011).
Tanin merupakan senyawa yang dapat larut Dalam air, gliserol, alkohol,
dan hidroalkohol, tetapi tidaklarut dalam petroleum eter, benzene dan eter
(Sax dan Lewis, 1989).
8
Jambu biji memiliki beberapa kelebihan, antara lain buahnya
dapat dimakan sebagai buah segar, dapat diolah menjadi berbagai bentuk
makanan dan minuman. Selain itu, buah jambu biji bermanfaat untuk
pengobatan (terapi) bermacam-macam penyakit, seperti memperlancar
pencernaan, menurunkan kolesterol, antioksidan, menghilangkan rasa
lelah dan lesu, demam berdarah, dan sariawan. Selain buahnya, bagian
tanaman lainnya, seperti daun, kulit akar maupun akarnya, dan buahnya
yang masih muda juga berkhasiat obat untuk menyembuhkan penyakit
disentri, keputihan, sariawan, kurap, diare, pingsan, radang lambung, gusi
bengkak, dan peradangan mulut, serta kulit terbakar sinar matahari
(Cahyono B, 2010).
B. Metode ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian komponen kimia atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat, hewan dan beberapa jenis hewan termasuk biota laut. Komponen
kimia yang terdapat pada tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan pada
umumnya mengandung senyawa-senyawa yang mudah larut dalam pelarut
organic. Pelarut organic yang paling umum digunakan untuk mengekstraksikan
komponen kimia dari sel tanaman adalah methanol, etanol, kloroform, heksan,
eter, aseton, benzene dan etil asetat.
9
Jadi tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik bahan atau zat-zat
yang dapat larut dalam bahan yang tidak larut dengan menggunakan pelarut
cair.
a) Secara panas seperti refluks dan destilasi uap air karena sampel
langsung dipanaskan dengan pelarut; dimana umumnya digunakan
untuk sampel yang mempunyai bentuk dan dinding sel yang tebal.
b) Secara dingin misalnya maserasi, perkolasi, dan soxhlet. Dimana untuk
maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia, sedangkan
soxhlet dengan cara cairam penyari dipanaskan dan uap cairan penyari
naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi dan turun menyari
simplisia.
1. Maserasi (penuntun fitokimia)
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yang
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari
selama beberapa hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya.
10
ditutup dan disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya selama 2 hari,
endapan yang terbentuk dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
11
4. Maserasi melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari
selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir
kembali secara berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan
melarutkan zat aktifnya. Keuntungan cara ini :
a. Aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas.
b. Cairan penyari akan didistribusikan secara seragam, sehingga akan
memperkecil kepekatan setempat.
c. Waktu yang diperlukan lebih pendek.
5. Maserasi melingkar bertingkat
Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilaksanakan secara
sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan
telah terjadi. Masalah ini dapat diatas dengan maserasi melingkar
bertingkat.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan
mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.
Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain : gaya berat, kekentalan,
daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya
gesekan (friksi).
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan
yang digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan
zat aktif yang keluar dari perkolator disebut sari/perkolat, sedang sisa setelah
dilakukannnya penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi.
Kecuali dinyatakan lain, perkolasi dilakukan sebagai berikut : 10
bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok
dibasahi dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari, lalu dimasukkan
ke dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya selama 3 jam. Massa
dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali ditekan
12
hati-hati, dituangi dengan cairan penyari secukupnya sambil cairan mulai
menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari.Lalu
perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam.
Cara perkolator lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena :
1. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang
terjadi dengan larutan yang konsentasinya lebih rendah, sehingga
meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.
2. Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat
mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka
kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat
meningkatkan perbedaan konsentrasi.
Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pembuatan sari,
maka cara perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Dalam proses perkolasi
biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang maksimal.
13
3. Soxhletasi
14
sirkulasi). Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan pada alat
rotavapor.
4. Refluks
Metode refluks merupakan metode berkesinambungan dimana
cairan penyari secara kontinu akan menyari zat aktif di dalam simplisia.
Cairan penyari dipanaskan sehingga menguap dan uap tersebut
dikondensasikan oleh pendingin balik, sehingga mengalami kondensasi
menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh kembali ke dalam labu alas bulat
sambil menyari simplisia, proses ini berlangsung secara berkesinambungan
dan dilakukan 3 kali dalam waktu 4 jam.
Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung diperoleh
hasil yang lebih pekat.
Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni, sehingga dapat
menyari zat aktif lebih banyak.
Simplisia yang biasa diekstraksi dengan cara ini adalah simplisia
yang mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan dan
mempunyai tekstur yang keras seperti akar, batang, buah/biji dan herba.
Serbuk simplisia atau bahan yang akan diekstraksi secara refluks
ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan ditambahkan
pelarut organik misalnya metanol sampai serbuk simplisia terendam kurang
lebih 2 cm diatas permukaan simplisia, atau 2/3 dari volume labu kemudian
labu alas bulat dipasang kuat pada statif pada water bath atau heating mantel
lalu kondensor dipasang pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem
pada statif. Aliran air dan pemanasan (water bath) dijalankan sesuai dengan
suhu pelarut yang digunakan. Setelah 4 jam dilakukan penyaringan filtratnya
ditampung dalam wadah penampung dan ampasnya ditambah lagi pelarut dan
15
dikerjakan seperti semula, ekstraksi dilakukan sebanyak 3 –4 jam. Filtrat
yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan alat rotavapor, kemudian
dilakukan pengujian selanjutnya.
5. Destilasi uap air
Destilasi uap dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk
simplisia yang mengandung komponen yang mempunyai titik didih tinggi
pada tekanan udara normal. Pada pemanasan biasa kemungkinan akan terjadi
kerusakan zat aktifnya. Untuk mencagah hal tersebut maka penyarian
dilakukan dengan destilasi uap.
Dengan adanya uap air yang masuk, maka tekanan kesetimbangan
uap zat kandungan akan diturunkan menjadi sama dengan tekanan bagian di
dalam suatu sistem, sehinggga produk akan terdestilasi dan terbawa oleh uap
air yang mengalir. Destilasi uap bukan semata-mata suatu proses penguapan
pada titik didihnya, tetapi suatu proses perpindahan massa ke suatu media
yang bergerak. Uap jenuh akan membasahi permukaan bahan, melunakkan
jaringan dan menembus ke dalam melalui dinding sel, dan zat aktifakan
pindah ke rongga uap air yang aktif dan selanjutnya akan pindah ke rongga
uap yang bergerak melalui antar fase. Proses ini disebut hidrodifusi
C. Ekstraksi cair-cair dan cair padat
Ekstraksi cair-cair adalah suatu metode ekstraksi yang menggunakan
corong pisah sehingga biasa juga disebut dengan ekstraksi corong pisah (Anonim,
2012).
Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia
diantara dua fase pelarut yang tidak dapat saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya lagi larut pada fase
kedua.Kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan
sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase zat cair.
Komponen kimia akan terpisah ke dalam dua fasa tersebut sesuai dengan tingkat
kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap (Sudjadi, 1988).
16
D. Kromatografi lapis tipis
Pada Kromatografi Lapis Tipis (KLT), zat penjerap merupakan lapisan
tipis serbuk halus yang dilapiskan pada lempeng kaca, plastik atau logam secara
merata. Kromatogradi lapis tipis adalah suatu metode analisi yang digunakan
untuk memisahkan suatu canmpuran senyawa secara cepat dan
sederhana.Prinsipnya didasarkan atas paritsi dan adsorpsi.
Dengan memakai KLT, pemisahan senyawa yang amat berbeda seperti
senyawa organik alam dan senyawa organik sintetik, kompleks anorganik-
anorganik dan bahan ion anorganik dapat dilakukan beberapa menit dengan alat
yang harganya tidak terlalu mahal.
Pada kromatografi kolom merupakan proses yang lambat, yang
membutuhkan penyerap relatif dalam jumlah yang besar demikian pula cuplikan
yang digunakan, sedangkan dalam kromatografi lapis tipis hanya membutuhkan
penyerap dan cuplikan dalam jumlah yang sedikit dan noda-noda yang
terpisahkan dilokalisir pada plat seperti pada lembaran kertas. Setelah pemisahan
mudah diperoleh senyawa senyawa yang terpisah secara individu yaitu dengan jalan
menggeruknya dan mengumpulkan tiap-tiap lapisan dalam mana lapisan tersebut
dirap.
Adsorben yang paling banyak digunakan dalam KLT adalah silikagel dan
aluminium oksida.Silika gel umumnya mengandung zat tambahan kalsium sulfat
untuk mempertinggi daya lekatnya.Zat ini digunakan untuk adsorben universal
untuk kromatografi senyawa netral, asam dan basa.
Pemisahan komponen suatu senyawa yang dipisahkan dengan
kromatografi lapis tipis tergantung pada jenis pelarut, zat penyerap dengan sifat
daya serap masing-masing komponen. Komponen yang terlarut akan terbawa oleh
fase diam (penyerap) dengan kecepatan perpindahan yang berbeda-beda.
Perbandingan kecepatan bergeraknya komponen terlarut dalam fase gerak
(pelarut) adakah dasar untuk mengidentifikasi komponen yang dipisahkan,
17
perbandingan kecepatan ini dinyatakan dalam Rf (Rate of Flow), dengan
persamaan : Jarak yang ditempuh senyawa terlarut
Pelarut
Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase gerak.Kemurnian dari
pelarut yang digunakan sebagai fase gerak dalam KLT adalah sangat
penting dan bila campuran pelarut digunakan maka perbandingan yang
dipakai harus betul-betul diperhatikan.
Bahan pengembang (jenis dan ketebalan lapisan)
Tebal dan keratan dari lapisan penyerap.Meskipun dalam
praktiknya tebal lapisan tidak dapat dilihat pengaruhnya, tetapi perlu
diusahakan tebal lapisan yang rata. Ketidakrataan akan menyebabkan aliran
pelarut menjadi tidak rata pula dalam daerah yang kecil dari plat.
Konsentrasi
Jumlah cuplikan yang digunakan. Penetesan culikan dalam jumlah
yang berlebihan memberikan tendensi penyebaran noda-noda dengan
kemungkonan terbentuknya ekor dan efek tak keseimbangan lainnya
hingga akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan pada harga-harga Rf.
Arah serabut kertas
Arah dalam mana pelarut bergerak diatas plat. (Metode aliran
penaikan yang hanya diperhatikan, karena cara ini yang paling umum
meskipun teknik aliran penurunan dan mendatar juga digunakan.
18
BAB III
METODE KERJA
19
b. Bahan-bahan yang digunakan :
a. Sampel daun jambu biji
b. Aluminium foil
c. Methanol
d. N-Heksan
e. H2 SO4 10%
f. Lampu UV 254 dan 366 nm
c. Prosedur Kerja
1. Pengolahan sampel
a. Penyiapan alat dan bahan
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pengambilan
sampel yang diinginkan
b. Pencucian
Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air mengalir
yang dimaksudkan untuk membersihkan bagian-bagian tumbuhan dari
benda-benda asing seperti tanah, batu dan sebagainya.
c. Sortasi basah
Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian tumbuhan yang
tidak diinginkan
d. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada tempat yang
tidak tersinari matahari langsung. Pengeringan ini dilakukan untuk
mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada saat sampel akan
dipisahkan dan pada saat penyimpanan. Selain itu, untuk mengurangi
kadar air dari tanaman sehingga pada saat ekstraksi, dapat menarik
komponen kimia tumbuhan dengan mudah dan mengurangi gangguan
pada saat identifikasi.
20
e. Pemotongan
Sampel yang telah dikeringkan kamudian dipotong kecil-kecil dengan
ukuran tertentu.Hal ini bertujuan untuk memperbesar luas permukaan
sehingga ekstraksi dapat lebih efektif.
f. Sortasi kering
Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari kotoran-
kotoran yang tak diinginkan.
2. Ekstraksi sampel
a. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
b. Ditimbang 200 gr sample daun jambu biji (psidium guajava) yang telah
dipotong kecil-kecil dan kemudian dimasukan ke dalam toples
c. Ditambahkan pelarut methanol 200 ml (untuk membasahkan). Biarkan
beberapa menit sampai terbasahi semua.
d. Ditambahkan pelarut secukupnya (±800 ml) sampai terendam.
e. Toples kemudian ditutup dengan menggunakan aluminium foil dan
kemudian ditutup rapat dengan penutupnya
f. Proses maserasi dibiarkan selama ±24 jam atau lebih sehingga semua zat
aktif telah terekstraksi semua.
g. Sampel di saring dan ditimbang.
h. Dilakukan identifikasi senyawa dengan menggunakan metode
kromatografi lapis tipis (KLT).
3. Partisi ekstrak
a. Ekstrak methanol ditimbang sebanyak 1 gr
b. Ekstrak kemudian dilarutkan dengan 15 ml Hexan dan dimasukan
kedalam corong pisah.
c. Corong pisah digojok hingga homogeny dan didiamkan selama beberapa
saat hingga terbentuk 2 lapisan pelarut.
21
d. Lapisan Hexan kemudian ditampung dan lapisan air dimasukan kembali
dan ditambahkan kembali dengan 15 ml Hexan yang baru, penggantian
pelarut Hexan yang baru dilakukan sebanyak 5 kali.
e. Lapisan heksan yang diperoleh kemudian diuapkan, ekstrak Hexan yang
diperoleh kemudian ditimbang dan sebagian dimasukan kedalam vial.
f. Lapisan air kemudian ditambahkan dengan pelarut n-butanol jenuh air
sebanyak 5 ml didalam corong pisah didiamkan selama beberapa saat
hingga terbentuk 2 lapisan pelarut.
g. Kemudian lapisan kedua pelarut yang terbentuk ditampung kedalam 2
wadah yang berbeda.
h. Kemudian ekstrak n-butanol diuapkan hingga terbentuk ekstrak yang
kental.
i. Kemudian ekstrak kental yang di peroleh ditimbang dan dimasukan ke
dalam wadah.
j. Dilakukan identifikasi senyawa dengan menggunakan metode
kromatografi.
4. Kromatografi lapis tipis
a. Penyiapan lempeng KLT
a) Penyiapan lempeng silica gel
1. Lempeng silica gel F 254 yang berukuran 20x20 cm dipotong
dengan ukuran 7x2 cm
2. Lempeng yang telah dipotong tersebut diaktifkan dalam oven pada
suhu 110ºC selama 30-60 detik.
3. Lempeng diukur 5 cm untuk tempat totolan dan 2 cm sebagai batas
elusi.
b) Penjenuhan chamber
1. Disiapkan chamber yang berisi lengkap dengan penutupnya.
2. Chamber diisi dengan eluen
22
3. Kemudian dimasukan potongan kertas saring yang panjangnya
lebih dari tinggi chamber dan kemudian ditutup.
4. Dibiarkan hingga eluen naik pada kertas saring hingga melewati
penutup kaca (chamber telah jenuh)
b. Identifikasi KLT
c) Penotolan sampel pada lempeng
1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Ekstrak n-hexan (dilarutkan dengan kloroform), ekstrak methanol
(dilarutkan dalam campuran dan methanol dengan perbandingan
1:1) serta ekstrak n-butanol (dilarutkan dengan methanol)
3. Ekstrak diambil dengan menggunakan pipa kapiler, kemudian
ditotol pada lempeng yang telah disiapkan sebanyak 5-20
mikroliter (ditengah garis ukuran 5 cm)
4. Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan sebentar untuk
menguapkan pelarut.
d) Pengelusian sampel pada lempeng
1. Lempeng dimasukan kedalam chamber yang telah dijenuhkan
2. Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng silica gel, maka
lempeng tersebut dikeluarkan.
e) Penampakan noda pada UV 254 nm dan 366 nm
Setelah proses KLT selesai dilakukan, maka lempeng silica gel
diletakan dibawah lampu UV 254 nm dan 366 nm, kemudian diamati
noda yang tampak, lalu di foto.
f) Penampakan H2SO4 10%
Setelah penampakan noda pada UV, dilakukan juga penampakan noda
dengan menggunakan asam sulfat 10% (dan pereaksi panampak
bercak yang lain sesuai uji pendahuluan). Lempeng silica gel
disemprotkan dengan asam sulfat 10% lalu dipanaskan diatas pemanas
listrik hingga tampak noda yang terbentuk dan noda ini difoto.
23
BAB IV
A. Hasil praktikum
1. Hasil ekstraksi
Nilai Rf :
Ekstrak Metanol
Rf1 : 0,36
Rf2 : 0,66
Ekstrak n-Butanol
Rf1 : 0,54
Ekstrak Heksan
Rf1 : 0,34
Rf2 : 0,48
Rf3 :0,64
Rf4 : 0,78
24
B. Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organic yang
dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintesis,
perubahan dan metabolism, penyebaran secara alami dan fungsi bilogis dari
senyawa organic.Fitokimia atau kadang disebut fitonutrient, dalam arti luas
adalah segala jenis zat kimia atau nutrient yang diturunkan dari sumber
tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan.Dalam penggunaan umum,
fitokimia memilki definisi yang lebih sempit.
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan. Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa metode
pengujian, diantaranya adalah pengolahan sampel, ekstraksi, partisi ekstrak atau
ekstraksi cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi identifikasi dengan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah
obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan dapat
larut.Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada dalam campuran
secara selektif dengan pelarut yang sesuai.Prinsip kelarutan yaitu pelarut polar
melarutkan senyawa polar, pelarut semipolar melarutkan senyawa semipolar,
pelarut non polar melarutkan senyawa nonpolar.Sediaan yang diperoleh dari hasil
ekstraksi dinamakan ekstrak sedangkan pelarut disebut penyari, sedangkan sisa-
sisa yang tidak ikut tersari disebut ampas.
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi, ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak), identifikasi ekstrak
yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau identifikasi senyawa
yang terkandung didalamnya. Namun, sebelum proses-sproses tersebut dilakukan,
sebelumnya akan dilakukan preparasi terhadap sampel terlebih dahulu. Dimana
akan dilakukan proses pendahuluan, proses tersebut meliputi penyiapan bentuk
simplisianya serta pengolahanya. Proses awal dilakukan yaitu proses pegambilan
25
sampel, dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun jambu biji (Psidium
Guajava) dilakukan di Kabupaten manggala tepatnya di Jln. Antang Raya pada
pukul 09.00 pagi. Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman
tersebut dalam keadaan segar. Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik
bagian muda dari daun tersebut. Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahan hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan.
Tahapan pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku.
Dalam pengumpulan bahan baku, ada beberapa factor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan, umur tanaman, lingkungan, tempat tumbuh serta waktu panennya.
Bagian yang akan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian daunnya, karena daun
merupakan sampel yang mudah untuk diolah. Setelah itu tahap selanjutnya
dilakukan pencucian.Tahap ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran atau
tanah yang menempel pada permukaan daun. Kemudian disortasi basah, proses
ini dilakukan untuk memisahkan daun-daun dari pengotor-pengotor seperti
ranting, kerikil, rumput dan kotoran lain serta memisahkan daun yang bagus
dengan daun yang sudah kering atau rusak. Selanjutnya dirajang, proses
perajangan dilakukan dengan menggunakan gunting, sampel daun digunting
hingga membentuk bagian-bagian yang lebih kecil. Setelah itu pengeringan
sample, proses pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk
mengurangi kadar air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan
reaksi enzimatik yang terjadi di dalam sel daun. Selain itu juga dapat mencegah
penguapan yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada pada sampel jika
terkena langsung sinar matahari. Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan
sortasi kering, proses hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pasa sampel. Setelah proses sortasi
kering ini dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel simplisia dan
penyiapan simplisia. Dari pengambilan dan pengolahan sampel di dapat bobot
yang sudah di serbukan sebanyak 200 gram.
26
Sampel daun jambu biji (Psidium Guajava) yang telah diolah, kemudian
di ekstraksi dengan menggunakan metode maserasi. Metode ini dipilih karena zat
aktif yang terdapat pada simplisia tidak tahan terhadap pemanasan oleh karena itu
maserasi merupakan metode yang baik karena tidak melibatkan pemanasan dalam
proses dan juga metode ini sangat sederhana.
Adapun pelarut atau cairan penyari yang digunakan adalah methanol
karena banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organic bahan alam
karena dapat melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder dan mempunyai
titik didih rendah (67,5ºC) sehingga mudah untuk diuapkan dan juga ekonomis.
Dari hasil ekstraksi dapat diperoleh ekstrak kental sebanyak ……
Proses yang dilakukan setelah ekstraksi adalah proses partisis atau
ekstrak cair-cair. Dalam proses ini dilakukan sebanyak 2 kali ekstrak cair-cair,
yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan pelarut n-hexan kemudian
dilanjutkan dengan pelarut n-butanol. Ekstrak kental dari methanol digunakan
sebanyak 2 gram.Ekstrak cair-cair ini dilakukan sebanyak 5 kali ektraksi,
tujuannya yaitu untuk menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak
dibandingkan dengan 1 kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak.
Prinsip dari ekstraksi cair-cair merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
diantara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian komponen
larut pada fase pertama dan sebagiannya pada fase ke dua, kemudian kedua fase
yang mengandung zat-zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi
pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia
akan terpisah ke dalam dua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya
dengan perbaandingan konsentrasi yang tetap. Dari hasil partisi ini maka
diperoleh 3 ekstrak kental yaitu ektrak kental methanol sebanyak 49,7 gram,
ekstrak kental n-hexan sebanyak 47,9 gram dan ekstrak kental n-butanol sebanyak
51,3 gram.
27
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut. Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu pemeriksaan
kandungan alkaloid dan flavonoid. Pemeriksaan komponen kimia ini bertujuan
untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang telah diekstraksi dan
memiliki peranan penting khususnya kandungan-kandungan yang memiliki
aktifitas farmakologi sehingga untuk sampel-sampel yang mengandung
komponen kimia yang memiliki aktivitas farmakologi dapat dilakukan penelitian
yang lebih lanjut hingga proses biosintesisnya.
Pemeriksaan yang dilakukan yaitu proses identifikasi menggunakan
metode KLT. Tahap awal pengerjaan yaitu penjenuhan chamber.Penjenuhan
chamber dilakukan dengan menungkan eluen pada chamber, kemudian dimasukan
potongan pada kertas saring hingga melewati penutup kaca.Hal ini menunjukan
chamber telah jenuh.Prinsip dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan
partisi. Dimana prinsip adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental
ditotolkan pada lempeng KLT yang mengandung silica gel, sedangkan untuk
primsip partisi atau pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi dan
menyebabkan terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada
lempeng sehingga menimbulkan berbagai noda. Metode Kromatografi Lapis Tipis
dilakukan dengan cara pemerikasaan di bawah lampu UV. Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan
gugus kromofor yang terikat oleh hausokrom yang ada pada noda
tersebut.Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika electron yang tereksitasi dari tingkat
energy dasar ke tingkat energy yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan
semula sambil melepaskan energy.Energy inilah yang menyebabkan perbedaan
flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda.Berdasarkan hasil penampakan
noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda pada kedua lampu UV
tersebut.Hal ini sesuai dengan literatur yang ada, yang menyatakan bahwa
28
perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja lampu UV tersebut. Dimana pada
lampu UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak
berwarna gelap.
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalahetil asetat dan heksan dengan perbandingan (5 :
1). Eluen yang digunakan kombinasi dari dua macam pelarut.Hal ini dimaksudkan
untuk mencapai semu tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula.
29
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Daun jambu biji (Psidium Guajava) di ekstraksi dengan metode maserasi dan
di dapatkan hasil ekstraksi sebantak 200 gram
2. Partisi atau ekstraksi cair-cair di dapatkan hasil ekstrak kental dari tiap-tipa
pelarut yakni : methanol sebanyak 49,7 gram, n-hexan sebanyak 47,9 gram,
dan n-butanol sebanyak 51,3 gram.
B. Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakukan agar diperoleh hasil yang baik.
30
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta
Danarto, Y.C., Ajie, S.P., dan Anjas, Z.P. (2011). Pemanfaatan Tanin dari
Dalimartha, Setiawan. 2004. Deteksi Dini Kanker & Simplisia Antikanker. Jakarta:
Penebar Swadaya Jakarta
Hapsoh dan Hasanah, Y., 2011.Budidaya Tanaman Obat dan Rempah.USU Press.
Medan
Kulit Kayu Bakau sebagai Pengganti Gugus Fenol pada Resin Fenol
Sax, I. dan Lewis, R.J. (1989).Condensed Chemical Dictionary, edisi ke-11. New
York: Van NostradReinhold Companya. Halaman 36.
31
LAMPIRAN
Rumus :
Ekstrak Metanol
1,8 cm
Rf1 : = 0,36
5 cm
3,3 cm
Rf2 : = 0,66
5 cm
Ekstrak n-Butanol
2,7 cm
Rf1 : = 0,54
5 cm
Ekstrak Heksan
1,7 cm
Rf1 : = 0,34
5 cm
2,4 cm
Rf2 : = 0,48
5 cm
3,2cm
Rf3 : = 0,64
5 cm
32
BIOGRAFI
1. Riah Odeewinatasari
33
NEGERI 13 AMBON. Seiring waktu berlalu selama 3 tahun saya menyelesaikan
pendidikan pada tahun 2014 dan mendapatkan ijazah
2. Sri Hargita
3. Rofiqah Cahyani
Nama saya Rofiqa Cahyani Amrin saya lahir
dibarru 1 juni 2016 saya berasal dari kabupaten Barru
Sulawesi selatan anak ketiga dari tiga bersaudara
nama kakak pertama saya aryan setiadi amrin Dan
34
nama kakak kedua saya akhmad mulfiadi amrin. Ayah saya bernama Amrin amir
seorang kepala sekolah di salah satu SD dikabupaten barru dan ibu saya Sohrah
seorang ibu rumah tangga
Ketika saya berumur 6 tahun saya memulai bersekolah di TK IDHATA di
kabupaten barru saya melanjutkan sekolah di SD inpres sumpang binangae barru
dan lulus pada tahun 2010 saya melanjutkan pendidikan di SMP 1 barru dan lulus
pada tahun 2012 setelah itu saya melanjutkan sekolah di SMA 1 barru dan lulus
pad tahun 2014. Dan smpai sekarang saya masih melanjutkan pendidikan
diperguruan tinggi Stikes Mega Rezky makassar jurusan S1 farmasi .
4. Zulhikma Ukratalo
Pada umur 5 tahun saya mulai pendidikan dijenjang SD Inpres Latu, yang
berada di Desa Latu Maluku Indonesia. Setelah saya selesai pada tahun
2007/2008 dijenjang SD dan mendapatkan ijazah. Saya melanjutkan ke-jenjang
berikutnya yaitu SMP, pada jenjang SMP saya bersekolah di SMP NEGERI 6
KAIRATU, di SMP inilah saya menimbah ilmu selama 3 tahun lamanya.Seiring
waktu berlalu selama 3 tahun saya menyelesaikan pendidikan pada tahun
2011/2012 dan saya mendapatkan ijazah SMP.Kemudian dilanjutkan kejenjang
berikutnya yaitu SMA.Pada jenjang SMA saya bersekolah di MA. MATHLA’ÚL
ANWAR MASOHI yeng terletak di kota masohi maluku tengah. Seiring waktu
35
berlalu selama 3 tahun saya menyelesaikan pendidikan pada tahun 2014 dan
mendapatkan ijazah.
5. Satriani
Nama saya satriani ,bisa di panggil ria atau satri. Saya lahir di
Malaysia,17 desember 1995. Saya anak ketiga dari empat
bersaudara, tapi kedua kakak saya sudah tidak ada
(Almarhum). Adik saya sekarang laki-laki bernama sahriadil
nama ayah saya arifin pekerjaan petani. Dan nama ibu saya
nurdaya(Almarhum).
Saya mulai pendidikan sekolah dasar SD di SDN
260 kampung baru dan lulus pada tahun 2008. Kemudian melanjutkan sekolah
menengah pertama di SMP NEGRI 3 LILIRIAJA dan selesai pada tahun 2011
setelah itu, saya melanjutkan pendidikan sekolah menengah kejuruan (SMK) di
SMK keperawatan LANIANG/LAMARIO KABUPATEN SOPPENG dan lulus
pada tahun 2014.
Pada tahun 2014 saya melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi
STIKES MEGA REZKY MAKASSAR jurusan S1 FARMASI.
6. Ummul Khairah
36
saya adalah Basri pekerjaan Wirausaha dan petani. Nama ibu saya Waris pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga.
7. St. Masita
Nama saya St. Masita Ahmad Mirza Alie, biasa
dipanggil Masita, dan sita. Saya lahir di ujung pandang, 10
April 1996. Saya anak pertama dari tiga bersaudara. ayah saya
seorang Pegawai BUMN dan ibu saya ibu rumah tangga. Saya
memiliki dua adik, adik pertama saya bernama Ainun
Maghfirah Ahmad Mirza Alie dan adik kedua saya bernama Nur Azizah Ahmad
Mirza Alie.
Pada umur 5 tahun saya mulai bersekolah di TK Aisyiyah Bustanul
Athfal. Saya melanjutkan sekolah di SD Inpres Bangkala 1 lalu saya melanjutkan
pendidikan ke SMP Islam Terpadu Wahdah Islamiyah yang berada didepan
kampus Stikes Mega Rezky Makassar. Setelah lulus saya melanjutkan pendidikan
ke SMK Kesehatan Mega Rezky Makassar dan mengambil jurusan Farmasi.
Setelah lulus, saya memilih melanjutkan kuliah di Stikes Mega Rezky Makassar
dan mengambil S1 Farmasi.
37
38