Anda di halaman 1dari 23

1

PANDUAN TEKNIS

TRANSFORMASI KELEMBAGAAN

PENGELOLAAN DANA BERGULIR MASYARAKAT

HASIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MANDIRI PERDESAAN MANDIRI


PERDESAAN MENJADI BADAN USAHA MILIK DESA BERSAMA

(Lampiran SE No : xxxxxxx)

DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKONOMI DAN INVESTASI


KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2021

I. PENDAHULUAN
2

Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah


Nomor 11 Tahun 2021 tentang Badan Usaha Milik Desa sebagai
peraturan pelaksanaan atas Undang-undang No. 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja.
Pasal 73 ayat (1) PP No.11/2021 menyatakan bahwa :
Pengelola Kegiatan Dana Bergulir Masyarakat Hasil Program
Nasional Pemberdayaan Mandiri Perdesaan wajib dibentuk menjadi
BUM Desa Bersama paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak
peraturan pemerintah ini diundangkan.
Seperti diketahui bahwa salah satu upaya utuk melakukan
percepatan penanggulangan kemiskinan, tahun 2007 Pemerintah
dan Pemerintah Daerah memperluas skala dan memperbaiki
konsep serta pendekatan Program Pengembangan Kecamatan
(PPK) dengan meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan) dengan
visi tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat
miskin baik di wilayah perdesaan dan Misi: (1) meningkatkan
kapasitas dan lembaga masyarakat; (2) pelembagaan sistem
pembangunan partisipatif; (3) pengefektifan fungsi dan peran
pemerintahan Desa; (4) peningkatan kualitas dan kuantitas
prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat; (5)
pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.
Melalui Perpres Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan, PNPM Mandiri Perdesaan lebih
menekankan pentingnya pendekatan pemberdayaan masyarakat
dan pencapaian tujuan mempercepat penanggulangan kemiskinan
dan memperluas kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat
yang di perdesaan. Sala satu jenis kegiatan perguliran dana untuk
pinjaman modal atau pengembangan usaha kelompok simpan
pinjam perempuan (Kelompok-SPP) dan kelompok usaha ekonomi
produktif (Kelompok-UEP) ditingkatkan kuantitas dana dan
kapasitas serta kualitas pendampingannya.
Tahun anggaran 2014, pelaksanaan program berakhir dan
sejak tahun 2015 hasil-hasil program mengalami proses transisi
3

atau peralihan, termasuk kelembagaan program yang selama itu


bersifat sementara atau ad-hoc. Bersamaan dengan implementasi
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, pelaksanaan
masa transisi dari tahun 2015 sampai sekarang telah dan sedang
dilakukan.
Undang-undang Cipta Kerja memberi warna baru bagi
implementasi Undang-undang Desa, dengan menetapkan
kedudukan atau status hukum Badan Usaha Milik Desa sebagai
Badan Hukum. Kelembagaan pengelolaan perguliran dana
masyarakat hasil PNPM Mandiri Perdesaan yng dilakukan secara
ad-hoc diamanatkan melalui PP 11/2021 untuk ditransformasikan
ke dalam BUM Desa Bersama, dengan beberapa ketentuan
khusus, mengingat faktor visi dan misi, kesejarahan dan
karakteristik khas dari kelembagaan perguliran dana masyarakat
ini. Untuk itu “Panduan Teknis Transformasi Kelembagaan
Pengelolaan Dana Bergulir Masyarakat Hasil Program
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Menjadi Badan
Usaha Milik Desa Bersama” ini disusun.
Transformasi atau perubahan bentuk kelembagaan
pengelolaan ini bagaimanapun juga tetap didasari dan tidak dapat
terlepas dari pengaturan Undang-undang Desa dan Peraturan
Pelaksanaannya sekaligus Undang-undang Cipta Kerja dan
peraturan Pelaksanaannya. Pada sisi lain transformasi atau
bentuk baru setelah perubahan (yaitu BUM Desa Bersama) harus
tetap berpegang pada perlindungan, pelestarian dan keberlanjutan
visi-misi program serta maksud dan tujuan kegiatan.
Dengan demikian keseluruhan pelaku, tata aturan dan
mekanisme pengambilan keputusan, serta tata laksana kegiatan
perguliran dana, tetap dengan jati diri dan berdasar praktik baik
yang selama ini berlangsung. Meskipun demikian tidak menutup
kemungkinan perkembangan sesuai kebutuhan dan kemampuan.
Panduan Teknis ini berorientasi pada upaya untuk
memberi pedoman dan membuka ruang atau koridor bagi
proses pembinaan agar tercipta persamaan persepsi sekaligus
4

mencari titik temu atas perbedaan pandangan dalam


pelaksanaan transformasi, agar berjalan secara terorganisir,
sistematis, terencana pada aras Desa, Kecamatan dan
Kabupaten.
II. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan Tujuan panduan teknis ini sebagai berikut:
a. Maksud :
1. memberi panduan penataan kelembagaan pengelolaan dana
bergulir masyarakat hasil PNPM Mandiri Perdesaan, menjadi
BUM Desa Bersama sebagai bagian dari kerjasama desa
untuk penanggulangan kemiskinan;
2. memberikan arah kebijakan perlindungan atas dana milik
masyarakat yang bersumber dari hibah pemerintah pusat-
daerah serta status atau kedudukan hukum kelembagaan
pengelolaannya;
3. memberikan pemahaman yang menyeluruh dan utuh bagi
aparat pemerintahan, pelaku yang terlibat langsung dalam
pengurusan, masyarakat sebagai pemilik dan masyarakat
umum penerima manfaat serta pihak lain dalam
pelaksanaan transformasi kelembagaan pengelolaan;
4. memberikan jaminan kepastian setiap tahapan proses
transformasi agar berkualitas dan memastikan keabsahan
proses tersebut;
5. sebagai upaya strategis, terorganisasi, sistematis dan
terukur bagi benchmark proses tahapan transformasi secara
nasional.
b. Tujuan:
1. agar pelaksanaan transformasi kelembagaan pengelolaan
dapat dilaksanakan secara terorganisasi, sistematis dan
terukur;
2. terbentuk Badan Kerjasama Antar Desa yang sesuai dengan
kebutuhan kerjasama Desa untuk penanggulangan
kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat Desa;
5

3. terbentuk BUM Desa Bersama yang mewadahi kegiatan


dana bergulir sesuai jati diri ideal sesuai prinsip program
dan praktik baik;
4. rujukan dalam proses persiapan, pelaksanaan dan
pengambilan keputusan transformasi kelembagaan
pengelolaan;
5. memberi jaminan legalitas dan kualitas proses pelaksanaan
transformasi kelembagaan pengelolaan;
6. sebagai bahan masukan bagi pelaku seperti pengurus
Kerjasama antar Desa, pengurus kegiatan dana bergulir
masyarakat, pemerintahan desa, masyarakat peserta
musyawarah, masyarakat dan kelompok penerima manfaat,
yang terlibat dan melakukan proses transformasi;
7. memberi dasar kewenangan kepada pemerintah, pemerintah
daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota
untuk melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan
dana bergulir masyarakat dan sebagai alat untuk
melakukan monitoring dan evaluasi; dan
8. rujukan kebijakan bagi penegakan hukum atas praktik
kelembagaan dana bergulir masyarakat dalam tata kelola
kelembagaan kerja sama desa dan BUM Desa Bersama.
Dengan mengikuti Panduan Teknis ini secara
menyeluruh dan utuh diharapkan proses transformasi
terselenggara dengan kualitas terbaik yang daapt diupayakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses transformasi:
a. Kelembagaan pengelolaan PNPM Mandiri Perdesaan selama ini
telah melembaga sedemikian rupa sehingga bernilai sebagai
aset kolektif masyarakat Desa yang perlu dirawat, dijaga,
dilindungi, dilestarikan dan dikembangkan. Praktik baik
pengelolaan program selama ini telah menjadi panutan atau
role model masyarakat Desa dan antar Desa;
b. Perguliran dana masyarakat bukanlah semata hanya
mengurus aset produktif pinjaman dan menggulirkan serta
membukukan jasa pinjaman sebagai laba, tetapi juga praktik
6

pemberdayaan ekonomi masyarakat desa yang tidak terlepas


dari tata kelola pengambilan keputusan di Desa dan Antar
Desa. Upaya meningkatkan kapasitas pelaku usaha individu
dan kelompok tanggung renteng, menolong yang gagal usaha
dan kurang beruntung, memberi hukuman dan pelajaran bagi
yang bertindak tidak baik, selalu menjadi praktik yang terus
dilembagakan;
c. Pengambilan keputusan kolektif kolegial seluruh warga Desa
dan warga antar Desa secara representatif dengan keterlibatan
pemerintahan Desa, dalam seluruh kegiatan dari
perencanaaan sampai pertanggungjawaban, harus menjadi
dasar mengingat masyarakat Desa secara bersama-sama
adalah pemilik aset dan kegiatan. Keberhasilan dan kegagalan
adalah tanggungjawab bersama, bukan hanya pengurus.
d. Mendahulukan yang membutuhkan layanan, pemihakan
kepada rumah tangga miskin, penanggulangan kemiskinan
melalui bantuan sosial kemanusiaan dan bantuan usaha baru
ataupun mereka yang gagal usaha, adalah prinsip utama dan
praktik baik yang harus terus dilakukan;
e. Visi dan misi dan tujuan, prinsip-prinsip pengelolaan, otonomi
dan saling kontrol/kendali antar bagian kepengurusan (check
and balances), keterbukaan dan pertanggungjawaban,
pemeriksaan dan pengawasan, pemihakan kepada yang miskin
dan rentan, hukuman dan penghargaan, dan banyak hal baik
lain yang dijabarkan dalam PTO dan Lampiran, serta SOP
harus dapat ditransformasikan menjadi AD/ART BUM Desa
Bersama;
f. Perubahan bentuk menjadi BUM Desa Bersama atau sebagai
Badan Hukum yang dimiliki masyarakat umum berarti
menegaskan kembali komitmen pemihakan untuk melayani
rumah tangga miskin dan memberdayaan masyarakat Desa
secara umum. Tidak berarti menghilangkan jati diri selama ini
sudah terbentuk baik. Kegiatan Bum Desa Bersama mengelola
perguliran dana harus dilihat sebagai mengelola layanan
7

mandiri masyarakat atas aset milik masyarakat sendiri.


Pengurus harus turun tangan membantu kelompok peminjam
dana bergulir agar meningkatkan keterampilan, dan agar
berhasil dalam usaha. Pengurus juga harus menyiapkan
kelompok-kelompok baru yang berusaha, terampil, maju dan
sukses. Ada keseimbangan antara mencari keuntungan dan
memperluas sebesar-besar manfaat layanan untuk yang
membutuhkan (RTM dan rentan);
g. Menghindarkan ketertutupan pengelolaan, selalu membuka
diri dan transparan, memecahkan masalah bersama,
menimbang resiko dan manfaat dan selalu menguatkan
partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan harus
terus menjadi dasar manajerial BUM Desa Bersama.
III. PRINSIP PELAKSANAAN TRANSFORMASI
Pelaksanaan transformasi dilakukan dengan prinsip:
a. milik masyarakat; seluruh harta/kekayaan dana bergulir
masyarakat adalah milik masyarakat bersama antar-desa, yang
merupakan kekayaan abadi, tidak untuk dibagi-bagi, dan
dikelola dalam usaha bersama yang mengabdi pada
penanggulangan kemiskinan serta berpihak kepada
kepentingan masyarakat;
b. partisipatif; tata laksana organisasi dan sistem pengelolaan
kegiatan dana bergulir masyarakat, dibentuk dan
dikembangkan sebagai proses ikut-serta dan keterlibatan
masyarakat dalam kelembagaan masyarakat antar Desa;
c. demokratis; pengambilan keputusan dilakukan secara bersama
seluruh warga masyarakat secara berjenjang desa dan antar
desa, melalui musyawarah untuk mufakat dengan
mengedepankan penghargaan terhadap ilmu pengetahuan dan
bukan pengambilan suara mayoritas, dengan memperhatikan
keterwakilan seluruh kelompok kepentingan secara inklusif
dan setara atau tanpa pembedaan;
d. sederhana, berpihak, dan melindungi; mekanisme kegiatan
dana bergulir masyarakat dilakukan secara sederhana, bisa
8

dilaksanakan dan mudah diakses bagi yang membutuhkan,


memihak kepada yang miskin dan rentan, serta melindungi
yang kurang beruntung dan gagal usaha;
e. terbuka; penyelenggaraan organisasi dan tata kelola kegiatan
dana bergulir bersifat terbuka pada publik, laporan kegiatan,
data dan informasi mudah diketahui atau diakses, serta dapat
ditampilkan setiap waktu dan kesempatan kepada publik;
f. mandiri; kelembagaan bersifat otonom atau mandiri, dan
memiliki kewenangan serta tanggung jawab yang diamanatkan
dan dimandatkan oleh masyarakat melalui sistem pengambilan
keputusan di Desa serta kerja sama antar Desa;
g. kesetiakawanan sosial, gotong-royong dan tolong-menolong;
pengelolaan kegiatan dana bergulir masyarakat dilaksanakan
sebagai wujud kesetiakawanan sosial dan bukan kegiatan yang
berorientasi mencari keuntungan semata, sebagai praktek
budaya gotong royong dan tolong menolong sesama warga
membantu yang miskin dan rentan;
h. profesional dan bertanggungjawab; tata kelola kegiatan dana
bergulir masyarakat dilaksanakan dengan mengikuti kaidah
dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
dikerjakan oleh pelaku yang mampu atau kompeten, serta
melalui mekanisme pertanggungjawaban publik yang terbuka,
berkala dan tertentu, serta diatur dalam AD / ART;
i. terkendali dan seimbang; manajemen organisasi
diselenggarakan dengan distribusi tugas/kewenangan dan
pengalokasian sumber daya, yang dapat saling kontrol atau
mengendalikan dan mampu mencari keseimbangan bagi
pencapaian tujuan; dan
j. berkelanjutan; tata kelola, sistem dan prosedur serta pengelola
atau pengurus, pengembangan manfaat dan hasil kegiatan
perguliran dana, harus dilakukan dengan pertimbangan
keberlanjutan atau regenerasi yang menjamin kepastian
hukum dan kelembagaan.
IV. PENATAAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN
9

Kelembagaan Pengelolaan Dana Bergulir Masyarakat


Hasil Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Perdesaan
Mandiri Perdesaan adalah seluruh rangkaian atau jalinan
pelaku, aturan dan mekanisme atau tahapan proses dalam
kegiatan dana bergulir masyarakat; yang meliputi tata aturan
pengelolaan kegiatan seperti PTO-Lampiran dan SOP, pelaku
atau organ kepengurusan seperti BKAD, BP-UPK, UPK dan
Tim-tim lain, mekanisme pengambilan keputusan di Desa dan
Kerjasama antar Desa yaitu Musyawarah Desa (Musdes) dan
Musyawarah Antar Desa (MAD), penerima manfaat kelompok
SPP-UEP dan masyarakat umum, serta pemerintahan Desa
dan OPD Kecamatan, serta delegasi Desa pengambilan
keputusan seperti tokoh masyarakat, wakil kelompok
perempuan dan rumah tangga miskin Desa.
Selama ini praktik keterlibatan dalam keseluruhan
rangkaian kegiatan pemberdayaan masyarakat Desa - yang
didalamnya termasuk kegiatan perguliran dana masyarakat -
terkait dengan kelembagaan Desa dan kerjasama Desa, baik
dalam proses pengambilan keputusan perencanaan, sampai
dengan pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban
kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Jadi ada baiknya diingat
kembali bahwa kerangka pikir yang menjadi dasar tranformasi
kelembagaan pengelolaan ini. Jadi ini bukan sekedar hal yang
hanya terkait dengan UPK dan BKAD PNPM Mandiri Perdesaan
saja tetapi menyangkut penguatan/keberdayaan Desa dan
masyarakat Desa secara keseluruhan. Ini visi dan misi
pemberdayaan masyarakat Desa. Ingat bahwa hibah program
pemerintah pusat dan daerah ini kepada masyarakat Desa
untuk bersama-sama mencari upaya penanggulangan
kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat.
Transformasi menuju BUM Desa Bersama tidak berarti
sebagai peralihan bentuk organisasi “bisnis perguliran dana”
semata, tetapi melembagakan, mengembangkan dan
melestarikan praktik gotong-royong, tolong-menolong dan
10

kekeluargaan menanggulangi kemiskinan. Praktik baik


memihak rumah tangga miskin dan rentan untuk memperoleh
akses, membiayai operasional dan membantu yang lemah atau
gagal usaha melalui pemberian jasa pinjaman/surplus,
menanggung renteng, mengingatkan yang salah atau
menghukum yang terbukti melakukan kecurangan, dan hal-hal
positif lain dalam proses pemberdayaan masyarakat desa. Jadi
aspek kehidupan kemasyarakatan Desa secara luas yang
berkaitan erat dalam pemberdayaan masyarakat dan
menanggulangi kemiskinan, harus menjadi fokus.
Sikap profesional pengurus, keterbukaan dan
akuntabilitas pengelolaan, resolusi masalah secara damai,
serta pengambilan keputusan yang terencana dan dilakukan
secara kolektif dalam Musdes dan MAD, merupakan praktik
baik yang harus dapat ditransformasikan dalam AD/ART/SOP
BUM Desa Bersama hasil transformasi dan juga dalam
penyesuaian bentuk Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD)-nya.
Demikian halnya dengan peran pemerintahan Desa,
dukungan aparat pemerintahan kecamatan yang kondusif bagi
partisipatif masyarakat, serta monitoring dan evaluasi
pembinaan pemerintah kabupaten/kota, tidak bisa lepas dari
aspek kelembagaan pengelolaan. Hal ini perlu ditegaskan
mengingat kedudukan pemerintah secara umum melindungi
kepentingan masyarakat Desa. Masyarakat Desa adalah
pemilik aset atau kekayaan dana bergulir masyarakat, dan
sekaligus adalah penerima manfaat atas kegiatan pelayanan
pinjaman perguliran maupun bantuan sosial.
Secara umum target dalam proses transformasi
kelembagaan pengelolaan dana bergulir masyarakat hasil
PNPM Mandiri Perdesaan ini terbentuknya Badan Kerjasama
Antar Desa dan BUM Desa Bersama dengan struktur
organisasi, tata aturan (AD/ART/SOP) organisasi, dan personil
yang sejalan dengan visi, misi dan tujuan program selama ini.
11

Proses tahapan direncanakan berlangsung dan selesai paling


lama dalam durasi 6 (enam) bulan.
Penataan kelembagaan pengelolaan atau transformasi
menuju BUM Desa Bersama, pada panduan ini disusun
berlangsung pada tiga aras, yaitu pada kabupaten kota,
kecamatan atau antar Desa, dan aras Desa serta masyarakat
Desa sendiri. Adapun tahapan proses transformasi sbb :
a. TAHAP INISIASI
(1) Dinas PMD Provinsi melakukan koordinasi dan supervisi
transformasi dengan Dinas PMD Kabupaten/Kota.
(2) Bupati/Walikota melakukan inisiasi pelaksanaan
transformasi. Adapun kegiatan dalam tahap ini meliputi :
(1) Pemeriksaan oleh Inspektorat Daerah untuk melakukan
pemeriksaan terhadap :
• Laporan keuangan DBM,
• Data kelompok penerima manfaat ; dan
• Legalitas operasional pelaksana kegiatan UPK eks
PNPM-MPd
(2) Sosialisasi Tingkat Kabupaten/Kota
• Penyelenggara : Dinas Pemerintah Kabupaten/Kota
• Peserta : perwakilan dari seluruh kecamatan yang
mengelola Dana Bergulir Hasil PNPM-MPd, terdiri dari
Camat, Pengurus UPK/BKAD dan wakil kelompok
pemanfaat dana bergulir.
(3) Sosialisasi Tingkat Kecamatan
• Penyelenggara : Camat
• Peserta : Kepala Desa, Pengurus UPK/BKAD dan
wakil kelompok pemanfaat dana bergulir.
(3) Kepala Desa, menyelenggarakan sosialisasi ditingkat desa
kebijakan transformasi yang diikuti oleh ; perangkat desa,
BPD, perwakilan masyarakat, tokoh masyarakat dan wakil
kelompok pemanfaat dana bergulir.
b. TAHAP PELAKSANAAN
(1) Musyawarah Desa :
12

Forum ini diselenggarakan di tingkat desa di fasilitasi


Pemerintah Desa untuk membahas :
• Rencana pembentukan Bum Desa Bersama dari UPK Eks
PNPM MP
• Pemberian mandat kepada Kepala Desa untuk
melakukan kerjasama antar desa dalam rangka
pembentukan Bum Desa Bersama dari UPK Eks PNPM
• Delegasi Desa dalam Musyawarah Antar Desa, terdiri
dari: Kepala Desa, BPD (1) orang, tokoh masyarakat (1)
orang.
Keluaran Musyawarah Desa :
1) Peraturan Desa tentang Rencana Pendirian Bum Desa
Bersama
2) Surat mandat kepada Kepala Desa untuk melakukan
kerjasama antar desa.
(2) Musyawarah Antar Desa
Forum ini diselenggarakan di Kecamatan dipimpin dan
difasilitasi oleh Camat untuk membahas :
• Pembentukan Badan Kerjasama Antar Desa (Penyesuaian
BKAD Eks PNPM-MP)
• Rencana pembentukan Bum Desa Bersama dari UPK Eks
PNPM MP
• AD / ART Bum Desa Bersama
Peserta : Kepala Desa se Kecamatan, Delegasi tiap Desa se
Kecamatan, tokoh masyarakat, Ketua UPK PNPM, Ketua dan
anggota BKAD UPK PNPM PM, Ketua dan anggota Pengawas
UPK PNPM PM.
Keluaran Musyawarah Antar Desa :
• Peraturan Bersama Kepala Desa tentang Badan
Kerjasama Antar Desa
• Peraturan Bersama Kepala Desa tentang Pendirian Bum
Desa Bersama
• AD / ART Bum Desa Bersama
13

(3) Bupati/Walikota melalui Camat melakukan fasilitasi khusus


bila di lokasi yang bersangkutan terdapat keterlibatan
kelurahan dalam PNPM Mandiri Perdesaan, dengan
pertimbangan:
a) masyarakat di wilayah tersebut tetap berhak untuk
memperoleh layanan perguliran dana masyarakat, dan
terlibat dalam pengambilan keputusan kelembagaan
pengelolaannya;
b) kelurahan tidak dapat ikut terlibat dalam pembentukan
BUM Desa Bersama, tetapi masih dimungkinkan setelah
BUM Desa Bersama berdiri melakukan kerjasama
penanggulangan kemiskinan dan/atau pelayanan
perguliran dana dengan pemerintah kabupaten dan/atau
masyarakat kelurahan;
c) kelurahan adalah domain hukum pemerintahan daerah,
sehingga untuk butir 2 di atas, perlu diperhatikan
regulasi daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang
organisasi kelurahan dan masyarakat kelurahan.
c. TAHAP MONITORING DAN PELAPORAN
(1) Monitoring dan pelaporan dilaksanakan secara berjenjang
mulai dari Kecamatan hingga Propinsi
(2) Gubernur, melaporkan hasil supervisi dan pelaksanaan
transformasi kepada Menteri Desa, PDT c.q Dirjen
Pengembangan Ekonomi dan Investasi Desa, Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi.

BAGAN PROSES TRANSFORMASI


14

V. BADAN KERJASAMA ANTAR DESA


BKAD adalah organisasi kerja yang mempunyai lingkup
wilayah antar desa, berperan sebagai lembaga dalam mengelola
perencanaan pembangunan partisipatif, mengembangkan
bentuk-bentuk kegiatan kerja sama antar desa, menumbuhkan
usaha-usaha pengelolaan aset produktif, serta
mengembangkan kemampuan pengelolaan program
pemberdayaan masyarakat.
BKAD PNPM MPd yang dibentuk berdasarkan UU
32/2004, PP 72 dan 73/2005 dan Surat Edaran Mendagri Pada
Tahun 2006 pada awalnya untuk memenuhi kebutuhan bagi
perlindungan dan pelestarian hasil-hasil Program kemudian
berkembang dalam bentuk-bentuk kerjasama yang lebih luas
Hal tersebut sesuai dengan peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 38 Tahun 2007, bidang-bidang yang dapat
dikerjasamakan melalui BKAD adalah peningkatan
15

perekonomian masyarakat desa, peningkatan pelayanan


kesehatan, pendidikan, pemanfaatan sumberdaya alam dan
pelestarian lingkungan.
Pada konteks transformasi kelembagaan maka
penyesuaian BKAD eks PNPM MPd disahkan dalam Peraturan
Bersama Kepala Desa, dalam hal mana Ketua BKAD akan dijabat
salah seorang Kepala Desa selaku ex-officio. Mengingat besarnya
tugas dan fungsi seorang Kepala Desa maka jika diperlukan dapat
ditunjuk pelaksana harian dari eks BKAD PNPM MPd.
Dalam BKAD penyesuaian dapat dibentuk Kelompok
Kerja untuk membahas issue atau persoalan yang dihadapi
oleh desa atau antar desa. BKAD diperlakukan sebagai
organisasi kerja yang historis (berangkat dari pengalaman
program sebelumnya, misalnya kerjasama desa, musyawarah
antar desa), partisipatif (dukungan masyarakat dan desa), dan
mendorong keswadayaan masyarakat.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam proses
pembentukan BKAD yaitu :
a. Keterlibatan desa
b. Partisipasi masyarakat
c. Persyaratan dan seleksi calon pengurus harian BKAD
d. Ketersediaan dokumen proses
e. Proses pembentukan bertahap
f. Tersusunnya statuta/AD ART organisasi
g. Tersusunnya rencana kerja organisasi
h. Sosialisasi rencana kerja kepada para pihak
i. Dukungan para pihak terhadap rencana kegiatan BKAD
j. Pelaksanaan kegiatan kerja
k. Evaluasi kegiatan

ORGANISASI KERJASAMA ANTAR DESA SETELAH TRANSFORMASI


16

Musyawarah Antar Desa


(MAD)

KETUA BKAD
Dipilih dari kepala-kepala desa
(ex-officio)

WAKIL KETUA BKAD/ Pelaksana


harian BKAD
Dipilih dari pengurus BKAD eks
PNPM MPd

BENDAHARA SEKRETARIS

POKJA POKJA POKJA POKJA POKJA


Penanggulangan Perlindungan Adat Sosial budaya Kerjasama dan Lain-lain
kemiskinan Lingkungan dan hubungan antar
Bencana lembaga

Kelompok Usaha Rumah Tangga Kelompok Adat


Desa Lain-lain
Masyarakat Miskin dan Budaya

Dalam rangka mengoptimalkan peran yang harus dijalankan,


seseorang yang akan mencalonkan diri menjadi pengurus BKAD
harus memiliki kualifikasi minimal, sebagai berikut:
a. Jujur.
b. Bertanggung jawab.
c. Mempunyai jiwa kader dan pengabdian kepada masyarakat
d. Mempunyai pengalaman dalam organisasi
e. Mempunyai bakat kepemimpinan lokal
f. Memiliki visi dan perspektif membangun masyarakat
g. Mempunyai ketrampilan komunikasi dan fasilitasi.
h. Mempunyai kemampuan/keterampilan dalam melakukan
resolusi penyelesaian masalah.
i. Mempunyai motivasi untuk mengembangkan lembaga dan atau
organisasi.
Sumber pembiayaan BKAD berasal dari surplus Dana
Bergulir yang secara khusus sudah dipisahkan dan menjadi
17

pendapatan tahunan organisasi Badan Kerjasama Antar


Desa/BKAD sehingga tidak membebani biaya operasional kegiatan
dana bergulir, serta harus memperhitungkan faktor efisiensi,
tugas dan tanggungjawab serta kinerja seluruh kelembagaan
BKAD. Perlu dipahami bahwa sumber dana untuk pembiayaan
yang terbatas dan dengan bertambahnya pos belanja yang harus
dibiayai, maka harus ditentukan skala prioritas pembiayaan.
VI. STRUKTUR ORGANISASI BUM DESA BERSAMA
BUM Desa Bersama hasil transformasi, dibentuk
mendukung pelaksanaan kegiatan kerjasama antar desa baik
bersifat layanan sosial maupun kegiatan ekonomi dalam kerangka
penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat. Ini
merupakan visi dan misi yang selama ini diemban.
BUM Desa Bersama hasil transformasi merupakan
lembaga keuangan desa dan melakukan kegiatan pokok atau
utama yaitu melaksanakan kegiatan perguliran dana
masyarakat. Dalam perkembangannya, tidak tertutup
kemungkinan BUM Desa Bersama mengembangkan skop dan
skala kegiatan layanan jasa keuangan lain, baik yan berbadan
hukum (Bank, LKM, Badan Perkreditan Rakyat), maupun
bukan badan hukum, sehingga BUM Desa Bersama benar-
benar mewujud sebagai lembaga keuangan desa.
Untuk itu diperlukan penataan struktur organisasi
yang disusun dan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan serta
beban kerja, dengan mempertimbangkan faktor efisiensi,
efektifitas, akuntabilitas masing-masing unit/jenis kegiatan
dan kemampuan keuangan/pendanaan.
Masing-masing lini dan fungsi organ dalam BUM Desa
Bersama diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) dan
Standar Operasional dan prosedur (SOP) yang memuat rincian
uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang masing-masing,
sebagai penjabaran atas Anggaran Dasar (AD). Selama ini, hal
tersebut diatur dalam PTO dan Lampiran serta SOP yang
diatur oleh program. Guna memastikan praktik baik selama ini
18

tetap terjaga dan berlangsung maka seluruh isi dan


pengaturan dalam dokumen program tersebut dialihkan
menjadi ART dan SOP BUM Desa Bersama. Sedang untuk hal-
hal dasar, prinsip dan pokok diatur dalam AD yang diputuskan
dalam MAD.
Salah satu aspek terpenting dalam transformasi adalah
penataan orang atau pelaku pengurus selama ini, dalam
struktur organisasi BUM Desa Bersama. Pada dasarnya
seluruh orang dalam kepengurusan atau yang terlibat
pengelolaan selama ini tetap disusun dalam tata kepengurusan
BUM Desa Bersama sesuai peran dan fungsi masing-masing,
tanpa terkecuali (lihat bagan model). Tentu saja diperlukan
ketelitian perhitungan biaya dan manfaat dari tata organisasi
baru.
Kaidah efektifitas dan efisiensi serta kemampuan atau
daya dukung organisasi serta tujuan pelayanan kegiatan yang
hendak dicapai menjadi pertimbangan yang harus dibahas dan
diputuskan dalam Musyawarah Antar Desa. Untuk itu
diperlukan persiapan yang matang, salah satunya adalah
tentang laporan keuangan organisasi. Biaya operasional dan
personil selama ini harus disajikan secara terbuka, sebagai
dasar menyusun rancana struktur organisasi, personil, cara
kerja dan penggajian. Jika diperlukan dapat dilakukan audit
terlebih dahulu. Pembinaan dapat dilakukan oleh pemerintah
kabupaten/kota.
Penyusunan rencana yang rasional atas beban biaya-
biaya dan kemampuan keuangan (yang diperoleh dari surplus
jasa perguliran per-tahun buku), harus dilakukan dan
menuntut kesediaan semua pihak untuk obyektif. Perlu diingat
bahwa organisasi ini lebih bercorak usaha sosial yang
mengedepankan layanan untuk sebesar-besar manfaat
bersama, dan bukanlah mengejar keuntungan semata. Jika
diperhatikan mereka yang memanfaatkan-lah yang membiayai
biaya operasional melalui surplus jasa perguliran.
19

Optimalisasi proses penyusunan struktur organisasi


dan personil memerlukan penjelasan yang baik, sistematis, dan
didukung oleh fakta-data keuangan yang valid, serta rencana
kebutuhan ckupan pelayanan dan target-target pendapatan
tahunan. Hal ini harus bisa dilakukan dalam MAD yang juga
berkualitas dan representatif. Ini memang tidak mudah
dilakukan tetapi menjadi prasyarat yang harus dipenuhi.
Ada hal-hal baik sebagai modal proses penataan
struktur organisasi dan personil BUM Desa Bersama
transformasi. Salah satu diataranya adalah karena pengurus
selama ini telah terdidik dan memiliki kualifikasi jujur,
bertanggung jawab, berjiwa kader dan pengabdian kepada
masyarakat, berpengalaman organisasi dan terampil dalam
komunikasi dan fasilitasi serta mempunyai motivasi untuk
mengembangkan organisasi pemberdayaan masyarakat.
Perangkat Organisasi BUM Desa Bersama terdiri atas :
1. Musyawarah Antar Desa, merupakan pemegang kekuasaan
tertinggi dalam BUM Desa Bersama. Forum musyawarah
dihadiri oleh badan perrnusyawaratan desa, Pemerintah Desa,
dan unsur masyarakat yang pelaksanaannya diatur dalam
Anggaran Dasar
2. Penasehat adalah organ Bum Desa Bersama, Pengawas dijabat
oleh para Kepala Desa secara ex officio dan dipilih salah satu
dari kepala desa untuk menjabat sebagai Ketua. Mengingat
besarnya tugas dan fungsi Kepala Desa maka dapat ditunjuk
pelaksana harian yang diangkat dari para Kepala Desa.
Pelaksana Harian jika diperlukan dapat dibantu eks BKAD
PNPM MPd. Penasehat memiliki tugas dan fungsi sebagaimana
diatur dalam PP Nomor 11 Tahun 2021.
3. Pengawas, adalah organ Bumdesa Bersama, ditunjuk, dipilih
dan ditetapkan melalui Musyawarah Antar Desa atau dapat
berasal dari eks Badan Pengawas UPK eks PNPM MPd, yang
memiliki peran sebagai wakil masyarakat yang akan
memantau jalannya pelaksanaan kebijakan atau kesepakatan
20

oleh pengelola BUM Desa Bersama. Pengawas memiliki tugas


dan fungsi sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2021. Pengawas dapat terdiri dari lebih dari
satu orang sesuai kemampuan pendanaan dan dapat bekerja
sesuai kebutuhan
4. Pelaksana Operasional BUM Desma, adalah organ Bumdesa,
diangkat serta dipilih melalui Musyawarah Antar Desa dan
disahkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa dan diatur
lebih lanjut dalam AD/ART.

Dalam melakukan transformasi kelembagaan, UPK eks


PNPM MPd dan kelembagaan pengelola dana bergulir (DBM) perlu
penyesuaian struktur organisasi sbb;
• Jabatan ketua UPK menjadi Direktur, yang akan
bertanggungjawab secara penuh pengelolaan dana bergulir.
Direktur akan dibantu beberapa manager sesuai dengan beban
tugas dan kemampuan pendanaan. Dalam situasi tertentu
beberapa manager dapat bertugas sesuai kebutuhan (misalkan
setiap 4 bulan sekali). Seluruh manager dipilih melalui MAD
dan bertanggungjawab secara professional kepada direktur.
• Organisasi pendukung Direktur sbb :
(1) Sekretaris UPK eks PNPM MPd menjadi Manager Tata
Usaha, bertindak mengorganisir persuratan, dokumen dan
pelaporan kepada pemerintah desa, pengaturan mekanisme
dan jadwal kerja, melakukan publikasi kegiatan dana
bergulir, memastikan adanya pelayanan dan akses informasi
kepada masyarakat.
(2) Bendahara UP keks PNPM MPd menjadi Manager Keuangan,
bertindak sebagai kasir dan pengelola administrasi
pembukuan. Manager Keuangan dapat dibantu beberapa
orang staf, seperti juru tagih, teller dll.
(3) Tim Verifikasi, dimana salah satunya akan menjabat sebagai
Manager Verifikasi yang bertanggungjawab memastikan
pengajuan pinjaman sesuai dengan prosedur dan kriteria
21

yang ditetapkan. Manager verifikasi dapat dibantu beberapa


orang staf yang akan melakukan verifikasi dokumen, analisa
pinjaman, survey dll. Dalam melakukan kegiatannya dapat
dijadwalkan atau diatur sesuai dengan periode perguliran.
(4) Tim Pendanaan, dimana salah satunya akan menjabat
sebagai Manager Pendanaan yang akan bertanggungjawab
menentukan kelayakan sebuah pengajuan pinjaman.
Manager Pendanaan dapat dibantu beberapa staf dengan
tetap mempertimbangkan kemampuan pendanaan. Dalam
melakukan kegiatannya dapat dijadwalkan atau diatur
sesuai dengan periode perguliran.
(5) Tim Penyehatan Pinjaman dan Penanganan Masalah (TPP
dan PM), dimana salah satunya akan menjabat sebagai
Manager PP dan PM, bekerja dengan semangat
kekeluargaan dan pendampingan. Manager PP dan PM
memiliki tugas menganalisa laporan kolektibilitas atau
permasalahan pinjaman dan melakukan pendekatan serta
pembinaan, mengambil langkah persuasive, maupun
langkah hukum kepada kelompok pemanfaat untuk
bersama-sama mencarikan jalan keluar terbaik. Manager PP
dan PM dapat mengajukan usul ke Direktur guna
diselenggarakan MAD khusus penyehatan pinjaman,
melaporkan permasalahan dan memberikan rekomendasi.

Struktur Organisasi BUM Desa Bersama

MUSYAWARAH ANTAR DESA

Keterangan;
BKAD : Badan Kerjasama Antar Desa
PP-PM: Penyehatan Pendanaan-
Penangan Masalah
RTM : Rumah Tangga Miskin
SPP : Simpan Pinjam Kelompok
Perempuan
UEP : Usaha Ekonomi Produktif
UPK : Unit Pengelola Kegiatan
22

PENASEHAT
Para Kades ( ex-officio)
Perwakilan BKAD (eks
BKAD PNPM)

PENGAWAS
(eks BP-UPK)

DIREKTUR
(eks Ketua UPK)

Manager dan Staf


Manager dan Staf Manager dan Staf Manager dan Staf Manager dan Staf
Keuangan
Verifikasi Pendanaan PP-PM Tata Usaha (eks
(eks Bendahara, Juru
(eks Tim Verifikasi) (eks Tim Pendanaan) (eks Tim PP-PM) Sekretaris)
tagih, kasir)

Desa – RTM
Kelompok SPP Kelompok UEP
(Penerima Manfaat)

VII. PENGEMBANGAN USAHA


BUM Desa bersama memiliki sumber pendapatan utama
dari pengelolaan kegiatan dana bergulir. Dalam perkembangannya
BUM Desa bersama dapat melakukan pengembangan usaha
untuk meningkatkan pendapatannya dengan cara
mengembangkan skop, skala dan jenis kegiatan layanan jasa
keuangan lain, baik yang berbadan hukum (Bank, LKM, Badan
Perkreditan Rakyat), maupun bukan badan hukum, sehingga
BUM Desa bersama benar-benar mewujud sebagai lembaga
keuangan desa.
VIII. ASET, PEMBIAYAAN OPERASIONAL dan HASIL
PENGELOLAAN
23

a. Seluruh asset eks UPK PNPM MP dicatat sebagai asset milik


Bum Desa Bersama yang tidak dibagi atas saham Desa-Desa,
dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa.
b. Seluruh pembiayaan operasional kegiatan, honorarium/insentif
Pengurus Harian dan rapat-rapat serta biaya lain disusun
dalam RAB tahunan. RAB tersebut selanjutnya dipresentasikan
dalam MAD dan ditetapkan dalam musyawarah secara
mufakat, selanjutnya dituangkan dalam Berita Acara hasil
MAD.
c. Sesuai Peraturan Presiden No. 11 Tahun 2021, hasil
pengelolaan kegiatan dana bergulir, digunakan untuk program
pengentasan kemiskinan dan pengembangan usaha Bum Desa
Bersama. Adapun mekanisme pemanfaatan dan
penggunaannya diputuskan melalui Musyawarah Antar Desa.
IX. PENUTUP
Penataan kelembagaan melalui proses transformasi
adalah dalam kerangka pengembangan kegiatan pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat Desa serta menguatkan
prakarsa dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa melalui BKAD dan BUM
Desma.
Hal-hal yang tidak ada dalam panduan teknis ini,
sepanjang perlu dan penting, dimusyawarahkan dalam forum
MAD. Hal-hal terkait perubahan, perbaikan dan
penyempurnaan sepanjang diperlukan, ditetapkan kemudian.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal Mei 2021
MENTERI DESA, PEMBANGUNAN
DAERAH TERTINGGAL DAN
TRANSMIGRASI REPUBLIK
INDONESIA

ABDUL HALIM ISKANDAR

Anda mungkin juga menyukai