Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Studi tentang Kekuasaan dan Politik dalam organisasi hanya sedikit.
Beberapa studi justru menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. Kekuasaan
dan Politik adalah sesuatu yang ada dan dialami dalam kehidupan setiap
organisasi tetapi agak sulit untuk mengukurnya akan tetapi penting untuk
dipelajari dalam perilaku keorganisasian, karena keberadaannya dapat
mempengaruhi perilaku orang-orang yang ada dalam organisasi.Pada saat setiap
individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi tindakan satu sama lain,
maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran kekuasaan.
Kekuasaan adalah kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau lebih
individu.
Politik tidak hanya terjadi pada sistem pemerintahan, namun politik juga
terjadi pada organisasi formal, badan usaha, organisasi keagamaan, kelompok,
bahkan pada unit keluarga. Politik adalah suatu jaringan interaksi antarmanusia
dengan kekuasaan diperoleh, ditransfer, dan digunakan. Politik dijalankan untuk
menyeimbangkan kepentingan individu karyawan dan kepentingan manajer, serta
kepentingan organisasi. Ketika keseimbangan tersebut tercapai, kepentingan
individu akan mendorong pencapaian kepentingan organisasi.Adapun asumsi
dasar organisasi yaitu: (1) organisasi adalah koalisi yang terdiri dari berbagai
individu dan kelompok dengan berbagai kepentingan, (2) dalam organisasi selalu
ada potensi perbedaan menyangkut kepribadian, keyakinan, kepentingan, sikap,
persepsi, dan minat dari para anggotanya, (3) kekuasaan memainkan peranan
penting dalam memperebutkan sumberdaya, (4) tujuan organisasi, pengambilan
keputusan dan proses manajemen lainnya, (5) karena keterbatasan sumber daya
dan setiap aktor berebut kepentingan, maka konflik adalah wajar (natural) dalam
kehidupan organisasi.
1
B. Rumusan Masalah
a. Apa itu pengertian Kekuasaan?
b. Apa itu pengertian Politk?
c. Apa saja sumber-sumber kekuasaan?
d. Apa saja strategi dan taktik politik?
e. Bagaimana etika kekuasan dan politik dalam organisasi?
f. Bagaimana Implikasi politis dari kekuasaan?
g. Bagaimana Perspektif politik kekuasaan dalam organisasi?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian kekuasaan.
b. Untuk mengetahui pengertian politik.
c. Untuk mengetahui apa saja sumber-sumber kekuasaan.
d. Untuk mengetahui apa saja strategi dan taktik politik.
e. Untuk mengetahui etika kekuasaan dan politik dalam organisasi.
f. Untuk mengetahui implikasi politik dari kekuasaan.
g. Untuk mengetahui perspektif politik kekuasaan dalam oerganisasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan (power) adalah suatu bagian yang sangat kuat dalam
kehidupan organisasi. Para manager dan nonmanager menggunakannya. Mereka
memanipulasi kekuasaan untuk mencapai tujuan-tujuan dan dalam banyak kasus
memperbanyak posisi mereka sendiri. Kesuksesan atau kegagalan seseorang
dalam menggunakan kekuasaan ataupun beraksi terhadap kekuasaan sebagian
besar ditentukan oleh pemahaman mengenai kekuasaan itu sendiri. Pengetahuan
mengenai bagaimana dan kapan menggunakannya dan kemampuan
mengantisipasi efek-efek yang mungkin dihasilkannya.
Studi mengenai kekuasaan dan pengaruhnya berperan sangat penting
dalam memahami dinamika sebuah organisasi. Setiap interaksi dan hubungan
sosial dalam sebuah organisasi hampir selalu dapat diinterpretasikan sebagai
bentuk kekuasaan. Kontrol atas subunit-subunit dan para individu dalam
organisasi berkaitan dengan isu kekuasaan dan pengaruh. Istilah kekuasaan dan
pengaruh sering kali digunakan secara bergantian dalam literatur-literatur
managemen walaupun sesungguhnya terdapat perbedaan yang penting namun
hampir tak kentara antara kedua konsep tersebut. Setiap kekuasaan selalu
melibatkan dua orang, kekuasaan menggambarkan kemampuan seseorang
membuat sesuatu sedangkan pengaruh adalah penggunaan kemampuan tersebut.
Cara lain untuk menggambarkan perbedaa tersebut adalah dengan
mendeskripsikan bahwa kekuasaan adalah potensi yang dimiliki untuk
mempengaruhi seseorang, sedangkan pengaruhnya adalah kekuasaan yang tampil
dalam tindakan nyata. Kekuasaan bukanlah atribut atau sifat yang melekat pada
seorang tertentu, namun kekuasaan adalah aspek dalam hubungan antara dua
orang atau lebih. Tidak ada individu atau kelompok yang memiliki kekuasaan
dalam kondisi terisolasi. Beberapa hubungan kekuasaan dalam organisasi bersifat
3
simentris. Artinya kedua belah pihak berada pada tingkat yang setara atau
memiliki kekuasaan yang sama besarnya. Untuk memahami bagaimana kekuasaan
dapat berubah penting bagi kita untuk mengetahui dimana kekuasaan diperoleh.1
B. Pengertian Politik
Politik adalah suatu fakta yang hidup dalam organisasi. Mereka yang
mencoba mengabaikan fakta ini melakukan sesuatu yang dapat membahayakan
mereka sendiri. Suatu organisasi akan bebas dari politik, jika semua anggota
organisasi memiliki tujuan dan kepentingan yang sama, sumberdaya
organisasinya tidak langka alias berkecukupan atau bahkan melimpah, dan kinerja
output jelas dan objektif. Politik hadir dan hidup dalam kehidupan organisasi
karena adanya heteroogenitas keinginan/kepentingan, kelangkaan sumberdaya,
kegamangan visi dan misi, dan yang lain.
Politik (organisasional) menurut Jones (1985) yang dikutip oleh Indriyo
Gitosudarmo dan sudita (1997) adalah aktivitas yang dipergunakan untuk
memperoleh, mengembangkan, dan menggunakan kekuasaan dari sumber daya
lain untuk mendapatkan hasil yang diinginkan oleh seseorang bila terdapat
ketidakpastian atau ketidaksepakatan pilihan.Perilaku politik menurut Gibson dkk
(1996) adalah perilaku di luar sistem kekuasaan normal yang didesain untuk
menguntungkan seseorang atau sub unit tertentu, dan sengaja dibuat untuk
memperoleh/memelihara kekuasaan.
Akibat perilaku politik yang over dosis, kekuasaan resmi yang ada dalam
organisasi sering disampingkan/dihambat yang pada akhirnya mengarah kepada
politisasi jabatan. Politisasi jabatan memang sering merambah dan menerobos,
bahkan tidak jarang menabrak etika.2
C. Sumber Kekuasaan
Dalam organisasi, kekuasaan diperoleh melalui berbagai macam cara.
Orang-orang dan kelompok yang berkuasa dalam organisasi adalah mereka yang
1
John M. Ivancevich dkk, perilaku dan managemen organisasi, (jakarta, erlangga, 2006)
hlm 77-78
2
Komong Ardana,dkk. Perilaku Keorganisasian, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2013), hlm 130-131
4
mampu membantu proses adaptasi organisasi karena kekuasaan memfasilitasi
adaptasi organisasi pada lingkungannya. Dua kategori kekuasaan dalam organisasi
adalah kekuasaan interpersonal dan kekuasaan struktural. Dalam setiap kategori
ini, terdapat beberapa sumber kekuasaan yang spesifik. Berikut ulasan mengenai
sumber-sumber kekukasaan yang lebih spesifik tersebut.
1. Kekuasaan Interpersonal
Dalam sebuah karya klasik mengenai manajemendan perilaku organisasi, John
French dan Bertam Raven mengajukan lima sumber interpersonal dari
kekuasaan: legitimasi, imbalan, koersif, keahlian dan referensi. Setiap sumber-
sumber ini tidak dimiliki setiap anggota organisasi secara merata.
a. Kekuasaan legitimasi
Kekuasaan legitimasi (legitimate power) adalah kemampuan seseorang
untuk mempengaruhi orang lain karena posisinya dalam organisasi.
Kekuasaan legitimasi atau sering disebut dengan kekuasaan posisi, berasal
dari jabatan yang diduduki orang tersebut. Artinya, organisasi mengizinkan
individu yang memegang jabatan tertentu untuk mempengaruhi individu-
indivdu lainnya. Kekuasaan inilah yang kita sebut sebagai otoritas
( authority). Perintah dari seorang manajer akan dituruti oleh bawahannya
karena maanjer tersebut memiliki kekuasaan legitimasi terhadap karyawan
yang posisinya lebih rendah. Pelanggar yang tidak mengikuti perintah akan
medapat hukuman , sama seperti melanggar hukum dalam hidup masyarakat
akan membuat sang pelanggar dipenjara atau didenda. Otoritas dalam
lingkup oragnisasi memiliki karakteristik berikut:
1. Otoritas ditanamkan pada jabatan seseorang. Seseorang memiliki otoritas
karena posisi yang ia pegang, bukan karena karakteristik pribadinya.
2. Otoritas diterima oleh bawahnnya. Para individu yang memiliki posisi
otoritas yang sah dapat mempraktikkan otoritas dan memperoleh
persetujuan dari bawahan karena individu tersebut memiliki hak-hak
yang terlegitimasi.
3. Otoritas digunakan secara vertikal. Otoritas megalir dari atas kebawah
dalam c hierarki organisasi.
5
b. Kekuasaan imbalan
Kekuasaan imbalan (reward power) adalah kekuasaan yang didasarkan pada
kemampuan seorang untuk memberikan imbalan pada pengikutnya yang
menaati perintah. Bentuk kekuasaan ini muncul ketika seseorang memiliki
sumber daya yang diinginkan orang lain dan bersedia menukar sumber daya
tersebut dengan perilaku tertentu dari orang lain. Kekuasaan imbalan
digunakan untuk mendukung penggunaan kekuasaan legitimasi
c. Kekuasaan koersif
Kebalikan dari kemampuan memberi imbalan adalah kekuasaan koersif
(coercive power ), yakni kekuasaan untuk menghukum. Seorang manager
bisa menghambat promosi atau mengkritik bawahan yang menunjukkan
kinerja buruk. Praktik seperti ini dan rasa takut yang ditimbulkannya adalah
adalah bentuk kekuasaan koersif.
d. Kekuasaan Keahlian
Seseorang dikatakan memiliki Kekuasan Keahlian ( expert power ) ketika
seorang tersebut memiliki keahlian khusus yang sangat dihargai dalam
sebuah organisasi. Para ahli atau para pakar dalam bidang tertentu bahkan
dapat memiliki kekuasaan meskipun posisi formal mereka dalam
oraganisasi sesungguhnya rendah. Kekuasaan keahlian adalah karakteristik
personal, sedangkan kekuasaan legitimasi, kekuasaan imbalan dan
kekuasaan koersif adalah kekuasaan yang diberikan oleh organisasi.
e. Kekuasaan Referensi
Banyak individu mengidentifikasikan diri mereka dengan seorang tokoh
atau bintang atau dipengaruhi oleh seorang tokoh karena terpikat dengan
kepribadian atau tingkah laku tokoh tersebut. Karisma sang tokoh adalah
dasar dari kekuasaan referensi (referent power). Kekuatan karisma
seseorang merupakan salah satu indikasi kekuasaan referensi. Kelima
sumber kekuasaan interpersonal dapat dibagi kedalam dua kategori besar :
organisasional dan personal. Kekuasaan legitimasi, kekuasaan imbalan, dan
kekuasaan koersif lazimnya ditentukan oleh organisasi dan ditanamkan pada
jabatan dan pola interaksi tertentu dalam organisasi. Dan kelima kelima
6
kekuasaan interpersonal itu pula tidak berdiri sendiri , sebaliknya sumber-
sumber kekuasaan ini dapat dgunakan secara efektif dengan cara
dikombinasikan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ketika bawahan
percaya kekuasaan hukum yang dimiliki atasan meningkat, mereka juga
mempersepsikan turunnya kekuasaan imbalan, kekuasaan referensi, dan
kekuasaan legitimasi yang dimiliki atasannya.
2. Kekuasaan Struktual
Kekuasaan sering kali ditentukan oleh struktur yang ada di organisasi. Sumber
kekuasaan berdasarkan struktur ini merupakan hasil karakteristik sistem sosial
organisasi dan bukan berasal dari atribut-atribut individual. Struktur organisasi
merupakan mekanisme kontrol terhadap kendali organisasi. Dalam pengaturan
struktur organisasi, pengambilan keputusan dialokasikan pada sejumlah posisi
atau jabatan. Struktur juga mempengaruhi pola komunikasi dan aliran
informasi dalam sistem. Karena itu, struktur organisasi menciptakan kekuasaan
formal dan otoritas dengan menetapkan beberapa individu untuk mengerjakan
tugas dan membuat keputusan tertentu. struktur juga mempengaruhi kekuasaan
informal melalui dampaknya pada arus informasi dan komunikasi dalam
sistem. Harus kita perhatikan bahwa setiap organisasi memiliki struktur yang
khas, dan karenanya kekuasaan didistribusikan dengan cara-cara yang berbeda.
Organisasi-organisasi yang memiliki jenjang birokrasi lebih ramping ( tidak
ada banyak jenjang manajemen antara pelanggan dan pimpinan puncak
organisasi ) cenderung mengalami pembagian kekuasaan yang lebih seimbang
antara para karyawannya dibanding organisasi tradisional yang memiliki
lapisan manajemen berjenjang. Beberapa bentuk kekuasaan struktural lainnya
yang berasal dari sumber daya, pengambilan keputusan dan informasi.
a. Sumber Daya
Kanter memberi argumen yang kuat bahwa kekuasaan bersumber dari akses
terhadap sumber daya, informasi, dukungan dan kemampuan mendapatkan
kerja sama yang dibutuhkan guna menyelesaikan tugas. Kekuasaan terjadi
ketika seseorang memiliki jalur yang terbuka kesumber daya uang, sumber
daya manusia, tekhnologi, material, pelanggan dan sebagainya.
7
b. Kekuasaan Pengambilan Keputusan
Sejauh mana pengaruh seorang individu atau sebuah subunit ( misalnya
departemen atau kelompok proyek khusus ) terhadap pengambilan
keputusan mengindikasikan jumlah kekuasaan yang dimiliki orang atau sub
unit itu. Seorang individu atau sub unit yang memiliki kekuasaan dapat
mempengaruhi jalannya proses pengambilan keputusan, mempengaruhi
alternatif-alternatif yang perlu dipertimbangkan, dan mempengaruhi kapan
keputusan diambil.
c. Kekuasaan Informasi
Pengetahuan dianggap oleh beberapa pakar sebagai suatu hal yang jauh
lebih bermakna dibanding apapun dalam struktur organisasi. Pengetahuan
didefinisikan sebagai sebuah kesimpulan atau analisis yang disarikan dari
data dan informasi. Data mencakup fakta-fakta, angka-angka statistik, dan
hal hal yang spesifik. Informasi adalah konteks dimana data diletakkan.
Menurut John French dan Bertram Raven (1965) dalam Tyson dan Jackson
(2000), bahwa ada Lima bisnis kekuasaan, yaitu:
- Kekuasaan legal/legitimasi (Legitimate Power). Kekuasaan yang
bersumber pada jabatan/wewenang/posisi yang dimiliki oleh seseorang
pemimpin. Makin tinggi posisi makin besar kekuasaan legitimasinya.
- Kekuasaan imbalan/ganjaran/penghargaan (Reward Power). Kekuasan
yang bersumber atas kemampuan untuk menyediakan penghargaan atau
hadiah bagi oranglain, seperti gaji, promosi, atau penghargaan jasa
lainnya seperti memngingatkan kenyamanan kondisi kerja.
- Kekuasaan paksaan (Coersvice Power). Kekuasan diperoleh dengan
membuat para pengikut memiliki rasa takut. Dengan demikian sember
kekuasaan diperoleh dari rasa takut. Misalnya bila tidak mengikuti
perintah pemimpin, bisa di pindah, ditunda pembayaran gaji atau
pangkatnya, dan lain-lain.3
8
- kekuasaan Ahli (Expert Power). Kekuasaan ini bersumber atau diperoleh
karena punya pengetahuan dan keahlian, yang mana keahlian tersebut
tidak dimiliki oleh orang lain.
- Kekuasan Acuan/referensi (Referent Power). Kekuasaan diperoleh atau
bersumber karena sifat-sifat pribadi (kepribadian) yang disenangi/
dikagumi.
- Dalam perkembangan selanjutnya Reven dan Kruglarski,
memperkenalkan sumber kekuasaan yang keenam yaitu kekuasaan
informasi.Kekuasaan Informasi (Information Power). Kekuasan yang
diperoleh seseorang karena ia punya akses informasi. Informasi mana
dinilai sangat penting oleh para pengikutnya.
- Harsey dan Gold Smith (1979) yang dikutip oleh Miftah Thoha (1998)
kemudian mencetuskan bisnis kekuasaan yang ketujuh yaitu kekuasaan
koneksi.Kekuasaan koneksi (Konection Power). Kekuasaan yang
bersumber pada hubungan yang dijalin oleh seseorang (pimpinan)
dengan orang-orang penting atau berpengaruh baik diluar maupun
didalam oraganisasi.4
4
Ibid, hlm 127-128
9
Sebagai akibat dari perilaku politik ini, kekuasaan formal yang ada dalam
organisasi sering kali dikesampingkan atau dihalangi. Dalam teori organisasi,
perilaku politik sering kali menyebabkan berpindahnya kekuasaan.
a. Penelitian mengenai politik
Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk mengeksplorasi perilaku politik
dan persepsi dalam konteks organisasi. Sebuah studi yang melibatkan 142
agen pembelian dilakukan untuk melihat perilaku politik mereka. Tujuan
dari pekerjaan agen pembelian adalah bernegoisasi dan memenuhi pesanan
sesuai waktu. Meskipun demikian, agen-agen pembelian juga melihat
pekerjaan mereka sebagai jembatan yang penting dengan lingkungan
kompetisi, perubahan harga, pergeseran pasar. Karena itu, agen-agen
pembelian menganggap diri mereka sendiri sebagai pemroses informasi.
Jembatan penting antara agen-agen pembelian dengan lingkungan eksternal
menempatkan mereka dalam konflik dengan departemen teknis. Sebagai
hasilnya, upaya mempengaruhi subunit teknis menjadi hal yang terjadi
secara rutin.Sejumlah taktik politik yang digunakan oleh agen-agen
pembelian yang ditemukan dalam penelitian ini. Taktik ini meliputi :
- Penghindaran Peran. Menghindari prosedur formal yang disepakati
dalam hal pembelian barang.
- Politik personal. Menggunakan pertemanan untuk memfasilitasi atau
menghambat upaya pemrosesan sebuah pesanan.
- Pendidikan. Upaya membujuk para teknis untuk berfikir dalam kerangka
kerja pembelian.
- Organisasional. Upaya mengubah pola interaksi formal atau informal
antara subunit pembelian dan subunit teknis.
Taktik-taktik seperti ini yang digunakan para agen-agen pembelian untuk
mencapai tujuan mereka, (1) terletak diluar sistem kekuasaan yang sah, (2)
terkadang menguntungkan agen-agen pembeli dengan mengorbankan organisasi
lainnya, dan (3) dengan sengaja dikembangkan agar kekuasaan yang lebih besar
diperoleh agen pembelian. Para manager dalam penelitian menyadari pentingnya
bermain politik, karena bermain politik merupakan bagian pengalaman mereka
10
dalam berorganisasi. Politik dan permainan politik ada dalam setiap organisasi.
Perilaku politik dalam berbagai organisasi dideskripsikan oleh banyak peneliti
sebagai sebuah bentuk permainan. Permainan ini yang dimainkan pada setiap
level organisasi, baik pengelola maupun nin pengelola, ditujukan untuk mencapai
berbagai macam tujuan. Permainan-permainan ini dijalankan untuk (1) melawan
pihak yang memiliki kuasa atau otoritas (permainan pemberontakan), (2) melawan
penolakan terhadap otoritas (permainan melawan pemberontakan), (3)
membangun basis kekuatan ( permainan membangun sponsor dan permainan
membangun koalisi), (4) mengalahkan rival ( permainan karyawan lini melawan
karyawan staf). Sangat tidak realistik untuk mengasumsikan bahwa permainan
politik dapat dihilangkan. Bahkan dalam organisasi-organisasi yang paling
efesien, menguntungkan, produktif, dan bertanggung jawab sekalipun, permaian
politik tetap muncul.
b. Taktik Dalam Mendapatkan Pengaruh Politik.
Pengaruh adalah tujuan utama dari semua permainan politik. Setiap individu
dan kelompok terlibat dalam permainan politik bermaksud mempengaruhi
persepsi atau perilaku-perilaku individu dan kelompok-kelompok lainnya.
Karena itu cara-cara atau taktik yang digunakan untuk mencapainya telah
menjadi pusat perhatian berbagai penelitian. Salah satu pendekatan menarik
telah diperbaiki selama lebih dari satu periode. Pendekatan ini diperbaiki
melalui sejumlah penelitian yang dilakukan oleh berbagai penelitian yang
berbeda. Aliran penelitian ini mengenali sembilan taktik spesifik yang
digunakan leh individu-individu dalam mempengaruhi atasan, rekan kerja,
dan bawahan untuk melakukan hal-hal yang mereka inginkan. Taktik-taktik
ini adalah:
- Konsultasi. Digunakan untuk mendapatkan dukungan anda terhadap datu
tindakan tertentu dengan membiarkan anda berpartisipasi dalam
perencanaan dalam tindakan tersebut.
- Persuasi rasional. Digunakan untuk meyakinkan anda bahwa tindakan
tertentu secara “logis” adalah sesuatu yang terbaik karena sesuai tujuan
anda.
11
- Pernyataan inspiratif. Digunakan untuk mendapatkan dukungan dengan
menampilkan nilai-nilai atau hal-hal yang ideal, atau dengan
meningkatkan kepercayaan diri anda bahwa tindakan yang akan diambil
akan sukses.
- Taktik balas budi. Digunakan untuk membuat seseorang merasa harus
melakukan sesuatu karena ia telah diperlakukan dengan baik sebelumnya.
Ini dirancang untuk membuat anda sulit untuk tidak mendukung orang
yang menjalankan taktik ini.
- Taktik koalisi. Digunakan untuk memperoleh dukungan anda dengan
mencari bantuan orang lain untuk ikut membujuk anda atau dengan
menggunakan dukungan orang-orang lain sebagai argumentasi agar anda
juga ikut mendukung.
- Taktik ancaman. Menggunakan permintaan, intimidasi, atau ancaman
untuk memperoleh dukungan anda atau sebuah perilaku tertentu.
- Legitimasi. Digunakan untuk memperoleh dukungan anda dengan
menyatakan bahwa otoritas meminta dukungan anda atau dengan
menyatakan bahwa dukungan tersebut konsisten dengan kebijakan-
kebijakan organisasi ataupun peraturan yang ada.
- Pendekatan personal. Digunakan untuk menunjukkan perasaan setia dan
pertemanan untuk mendapatkan dukungan anda.
- Taktik pertukaran. Digunakan untuk mendapatkan dukungan anda
dengan janji bahwa anda akan menerima hadiah atau keuntungan bila
anda menyetujuinya atau dengan mengingatkan bahwa dulu yang
bersangkutan pernah melakukan sesuatu yang membantu anda sehingga
sekarang adalah saat ntuk melakukan yang sebaliknya.
Tidak semua dari taktik-taktik ini sama efektifnya dalam membawa
perubahan yang diharapkan. Lebih dari 500 kasus yang melibatkan
penggunaan taktik ini dianalisi dalam konteks keberhasilannya mencapai
satu dari tiga kemungkinan hasil ini :
12
- Komitmen terjadi ketika anda menyutujui keputusan, tindakan, atau
permohonan, merasa sangat antusias dengannya, dan sangat mungkin
menampilkan usaha lebih dalam menjalankan keputusan tersebut.
- Ketaatan terjadi ketika anda menjalankan permintaan yang disampaikan
tetapi apatis mengenai keputusan tersebut dan hanya menunjukkan usaha
minimal dalam pelaksanaannya.
- Penolokan terjadi ketika anda menentang permintaan dan mencoba
menghindar untuk melakukannya.
Pendekatan inspirasi dan konsultasi cebderung lebih efektif dibandingkan
taktik-taktik lainnya, dimana inspirasi dapat menghaslkan perubahan dalam
komitmen hingga 90% pada saat pendekatan tersebut digunakan. Disisi lain,
melegitimasi, koalisi, dan penggunaan tekanan menjadi kurang efektif
dibandingkan taktik-taktik lainnya. Namum penting untuk diingat bahwa
variabel-variabel lainnya dapat dipengaruhi kenerhasilan dalam upaya
memperoleh keyakinan bahkan terkadang penggunaan tekanan dapat
menghasilkan komitmen kerja.
13
Para manager akan berhadapan dengan dilema-dilema etika dalam
pekerjaannya karena sering kali mereka menggunakan kekuasaan dan politik
untuk mencapai tujuan mereka. Karena itu setiap manager memiliki tanggung
jawab etis. Para peneliti telah mengembangkan sebuah kerangka kerja yang
memungkinkan seorang manager untuk mengintegrasikan etika dalam perilaku
berpolitik seseorang. Para peneliti ini menyarankan agar perilaku seorang
manager memenuhi beberapa kriteria yang dianggap etis.
- Kriteria hasil akhir yang bersifat utilitarian. Perilaku seorang manager akan
berdampak pada tercapainya tingkat kepuasan yang optimal pada orang-
orang dalam dan diluar organisasi. Dengan kata lain, perilaku seorang
manager akan memberikan manfaat terbaik pada sebanyak mungkin orang.
- Kriteria hak-hak individual. Perilaku seorang manager haruslah
menghormati hak-hak orang atau pihak terkait. Atau dengan kata lain,
mereka harus menghargai hak-hak dasar manusia untuk memiliki kebebasan
dalam mengungkapkan pendapat, membuat keputusan, mendengarkan hati
nurani, memiliki rahasia pribadi, dan mendapat keadilan.
- Kriteria keadilan yang distributif. Perilaku seorang manager menghargai
aturan-aturan keadilan. Dengan kata lain, manager tidak memperlakukan
setiap orang secara acak, tetapi memperlakukan mereka dengan cukup adil
dan merata.
Dalam sebuah organisasi yang telah menerapkan pemberdayaan, dimana
pengambilan keputusan diserahkan pada individu dilevel organisasi terendah, para
karyawan perlu memahami pentingnya untuk secara konstan menyadari implikasi
etis dari tindakan-tindakan yang akan mereka lakukan. Banyak perusahaan
melakukan atau merancang program-program pelatihan tentang masalah etika
untuk membantu karyawan-karyawan yang telah berdaya untuk mengambil
sebuah keputusan yang etis.5
Perilaku politik acap melibatkan isu politik. Sehingga sering memancing
kontroversi terutama kaitannya dengan persoalan moralitas dan etika. Memang
tidak ada garis yang jelas untuk membedakan mana perilaku politik yang
5
Opcit, hlm 96-97
14
menabrak nilai-nilai etika atau tidak. Sepanjang kekuasaan yang digenggam
dilaksanakan dalam batasan formal terutama dikaitkan dengan wewenang yang
dimiliki dan dalam kerangka kebaikan organisasi, itu adalah sesuatu yang etis.
Tetapi ketika kekuasaan tersebut digunakan di luar dari batas wewenang formal,
kekuasan yang dimiliki adalah untuk kepentingan pribadi atau kelompok, itu
adalah tidak etis.6
6
Opcit, hlm 134
15
2. Koalisi yang berbeda-beda berusaha melindungi minat mereka terhadap posisi
yang berpengaruh.
3. Ketidakseimbangan distribusi kekuasaan mempunyai efek terhadap penurunan
derajat kemanusiaan.
4. Penggunaan kekuasaan dalam organisasi adalah salah satu aspek krusial dari
penggunaan kekuasaan dalam system sosial yang lebih luas.
Dengan kata lain, permainan kekuasaan politik sudah berubah, tetapi
nyata dalam organisasi masa kini. Para peneliti politik organisasi menyimpulkan:
“politik organisasi hanyalah sebuah fakta kehidupan. Pengalaman pribadi, duga-
dugaan, dan bukti-bukti anekdot yang sudah bertahun-tahun mendukung
keyakinan umum yang menyatakan bahwa perilaku individu dalam organisasi dan
perilaku organisasi itu sendiri merupakan sifat dasar organisasi. Lebih jauh lagi,
beberapa riset konseptual dan empiris telah ditambahkan untuk mendukung
pernyataan ini.”
Politik bukanlah proses sederhana, politik dapat berbeda-beda pada setiap
organisasi dan bahkan pada setiap subunit dalam sebuah organisasi. Definisi
komprehensif yang berasal dari literature adalah,”dalam politik organisasi terdapat
pengaruh tindakan bertujuan yang diusahakan oleh individu atau kelompok untuk
meningkatkan atau melindungi kepentingan pribadi bila konflik
terjadi.”Partisipaan perilaku politik organisasi cenderung mempunyai pandangan
tradisional seperti halnya sikap oportunis dengan tujuan untuk memaksimalkan
kepentingan pribadi, tetapi argument terbaru menyatakan bahwa politik organisasi
sesungguhnya adalah batu penjuru demokrasi organisasi. Seperti dinyatakan oleh
sebuah analisis teori: “politik adalah pusat perkembangan demokrasi organisasi
yang nyata. Di dalamnya terdapat saran praktis mengenai bagaimana bekerja
dengan “jalan pikiran” politik konstruktif dan menyoroti bagaimana perilaku
menjadi fondasi (bukannya malah menghancurkan) proses pengaruh redistribusi
organisasi.”
Riset politik organisasi mengidentifikasi beberapa area yang relevan
(pada tingkat tertentu) apakah sebuah organisasi lebih politis daripada rasionalis.
Area-area tersebut adalah:
16
1. Sumber daya. Ada hubungan langsung antara muatan politik dan seberapa
kritis dan seberapa langka sumber daya. Politik juga akan bekembang bila
ada infuse dari sumber daya baru yang “tidak diklaim”
2. Keputusan. Keputusan yang ambigu, keputusan tanpa persetujuan, dan
keputusan strategis jangka panjang yang tidak jelas menimbulkan keputusan
politik, bukannya keputusan rutin.
3. Tujuan. Bila semakin ambigu dan kompleks, tujuan akan semakin bersifat
politis.
4. Teknologi dan lingkungan eksternal. Pada umunya, bila tekonologi internal
organisasi semakin kompleks, politik semakin meningkat. Hal yang sama
juga terjadi pada oganisasi yamg mengalami pergolakan lingkungan
eksternal.
5. Perubahan. Reorganisasi atau pengembangan organisasi (OD) yang
terencana atau bahkan perubahan yang tidak terencana membawa kekuatan
eksternal yang akan mendukung maneuver politik.7
BAB III
PENUTUP
7
Fred Luthas, Perilaku Organisasi, (Yogyakarta:Penerbit ANDI)
17
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
18
John M. Ivancevich dkk, perilaku dan managemen organisasi,2006, Jakarta:
Erlangga
Komong Ardana,dkk. Perilaku Keorganisasian, 2013, Yogyakarta: Graha Ilmu
Manahan P. Tampubolon, Perilaku Organisasi (Organization
Behavior)Perspektif Organisasi Bisnis, 2008, Bogor : Ghalia Indonesia
19