Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEDISIPLINAN SISWA

Disusun Oleh :

Kelompok 6
 SHERLIANA WULANDARI
 SALMA BELLA NUR AZIZAH
 WILIYAN SULISTIA
 TIMOTIUS ALFA MERANDI
 RAFI ADELA
 SAFERIUS ALBET NEGO
 RHEVAL GERARD RAMADHAN
 RISKY ALFA REZA

SMA NEGERI 1 SEPUTIH AGUNG


KECAMATAN SEPUTIH AGUNG
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat rahmat dan
karunia – Nya kami bisa menyelesaikan Makalah tentang Kedisiplinan siswa ini,
tak lupa shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,
kepada keluarga para sahabat dan seluruh umatnya.
Yang kedua kalinya, semoga makalah tentang kedisiplinan siswa ini dapat
memberikan sedikit pengetahuan bagi teman-teman dan pembaca umum. Terima
kasih juga kepada pembimbing kami karena telah mengarahkan kami ke hal – hal
yang positif.
Pada kesempatan ini kami ingin berterima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat membawa
manfaat dan memberikan nilai tambah kepada teman maupun pembaca.
Kami sebagai penyusun makalah ini sangat menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan terkait
perbaikan makalah ini. Sedikit kritik dan saran akan kami perhatikan untuk perbaikan
kedepannya.

Seputih Agung,08 Februari 2021

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1    Latar Belakang .................................................................................................1
1.2    Rumusan Masalah ............................................................................................2
1.3    Tujuan dan Manfaat .........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3
2.1    Pengertian Disiplin ..........................................................................................4
2.2    Penyebab Utama Perilaku Tidak Disiplin Dan Perilaku Siswa Yang Dinilai
Tidak - Atau Kurang Disiplin .................................................................................4
2.3    Faktor Pendorong Dan Penghambat  Kedisiplinan Di Sekolah .......................7
2.4    Upaya-Upaya Yang Bisa Di Lakukan Warga Sekolah Dalam Meningkatkan -
Penerapan Disiplin ................................................................................................11
BAB III PENUTUP ...............................................................................................12
3.1      Kesimpulan ...................................................................................................12
3.2       Saran .............................................................................................................12
Daftar Pustaka .......................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH


Disiplin sangat penting untuk pertumbuhan sebuah organisasi, terutama
digunakan untuk memotivasi pegawai untuk melakukan tindakan disipliner terhadap
diri sendiri, baik itu individu maupun kelompok. Selain itu, disiplin berguna untuk
mendidik karyawan agar mematuhi dan menikmati regulasi, prosedur, dan kebijakan
yang ada untuk menghasilkan kinerja yang baik.
Kurangnya pemahaman terhadap tata tertib, prosedur dan kebijakan yang ada
menjadi alasan utama dilakukannya tindakan disipliner. Salah satu upaya untuk
mengatasi masalah tersebut adalah pimpinan harus memberikan rencana pelatihan bagi
perawat / bidan baru pada hari pertama kerja, karena perawat / bidan tidak dapat tidak
dapat diharapkan bekerja dengan baik dan patuh, apabila aturan / prosedur yang ada
tidak diketahui, tidak jelas, atau tidak diterapkan dengan benar. Selain memberikan
arahan, Pimpinan harus menjelaskan secara detail aturan yang sering dilanggar, serta
alasan dan konsekuensinya. Demikian pula, pegawai harus diberi tahu tentang peraturan
/ prosedur atau kebijakan yang diubah atau diperbarui melalui diskusi aktif.
Siswa yang mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan menyimpang dari
berbagai peraturan perundang-undangan yang diberlakukan oleh sekolah, dan setiap
siswa diwajibkan untuk bertindak sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku
di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan yang berlaku di
sekolah sering disebut sebagai disiplin siswa. Sedangkan aturan, tata tertib, dan
berbagai regulasi lain yang mencoba mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah.
Disiplin sekolah merupakan upaya sekolah untuk menjaga perilaku siswa agar tidak
terjadi penyimpangan, dan mendorong siswa untuk bertindak sesuai dengan norma,
aturan, dan peraturan yang berlaku di sekolah. Yang dimaksud peraturan sekolah
misalnya adalah dress code (standar). (Pakaian), ketepatan waktu, perilaku sosial dan
pembelajaran / etika profesional. Terkadang konsep disiplin sekolah juga dapat
digunakan untuk memberikan sanksi (sanksi) akibat pelanggaran aturan, walaupun
terkadang dapat menjadi kontroversi jika menggunakan metode disiplin, sehingga
mendapat masalah berupa penganiayaan fisik dan psikis, seperti seperti yang
diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snock dalam buku mereka
"Dangerous School" (1999).g
Jika upaya pendidikan yang dilakukan gagal, tindakan disipliner harus diambil,
karena tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu, setiap orang dapat melakukan
kesalahan dan harus belajar darinya. Tindakan disipliner harus diambil dengan hati-hati
sesuai dengan tingkat pelanggaran dan klasifikasi, dan sesuai dengan prinsip dan
prosedur yang berlaku.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Melihat dari latar belakang di atas, siswa di sekolah kurang disiplin.Oleh karena itu,
dalam pembahasan makalah ini, kami mengadopsi ungkapan berikut yang dapat
dipelajari:

a. Apa artinya disiplin?

b. Apa alasan utama perilaku tidak disiplin, Bagaimana perilaku siswa yang dinilai
tidak disiplin atau kurang disiplin?

c. Apa faktor pendorong dan hambatannya?


d. Apa yang dapat dilakukan warga sekolah untuk meningkatkan penerapan disiplin
sekolah?

1.3. TUJUAN DAN MANFAAT


a. Tujuan penulisan makalah ini khususnya untuk menyelesaikan tugas mata
pelajaran kewarganegaraan. Meskipun tujuan keseluruhan adalah untuk
menentukan sifat perilaku disiplin dan faktor pendorong atau penghambat disiplin.
b. Manfaat Keuntungan menulis makalah ini adalah siswa dapat memahami berapa
banyak mata pelajaran yang telah diterapkan dan dapat menyadari pentingnya mata
pelajaran ini dalam pengembangan pribadi dan masa depan mereka. Oleh karena
itu, semoga dapat memberikan motivasi yang lebih baik dan menjadikan siswa
lebih dewasa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Disiplin


Disiplin adalah istilah populer di berbagai organisasi pemerintah dan swasta.
Kami mengenal disiplin kerja, disiplin lalu lintas, disiplin belajar dan istilah disiplin
lainnya. Secara etimologis, disiplin berasal dari bahasa latin "disibel" yang artinya
beriman. Dengan perkembangan bahasa, kata-kata menjadi “disipline” yang berarti
ketaatan atau melibatkan disiplin. Hal ini berbeda dengan pandangan bahwa subjek
berasal dari bahasa latin “Disciplina”, yang mengacu pada pelatihan atau pendidikan
kesopanan, spiritualitas dan pengembangan karakter. Oleh karena itu, sifat disiplin
berkaitan dengan penanaman sikap yang benar terhadap pekerjaan. Saat ini istilah
“disiplin” berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga
banyak ahli, termasuk ahli bahasa, etika sosial dan estetika, memberikan pengertian
yang berbeda-beda.
Ada beberapa angka yang mendefinisikan disiplin sebagai proses yang harus
diikuti, yang dirangkum oleh carapedia. com di bawah ini:
Disiplin merupakan hasil belajar yang meliputi aspek kognitif, emosi dan
perilaku (Toto Asmara). Disiplin merupakan wujud nyata dari rasa hormat kita terhadap
diri sendiri dan sesama (tim penulis Grasindo). Disiplin adalah proses melatih pikiran
dan karakter, meningkatkan kemampuan untuk mengontrol diri dan mendorong
kepatuhan atau ketaatan pada aturan atau nilai tertentu (Andrias Harefa). Disiplin
mengacu pada disiplin diri, kondisi kelas yang teratur, rencana pembelajaran yang
sistematis, dan cara merumuskan aturan atau hukuman (R. F. Olivia)
Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa disiplin adalah rangkaian pelatihan
atau pembiasaan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, emosional, dan perilaku
serta kemampuan pengendalian diri untuk menjadi kebiasaan.
Beberapa orang mendefinisikan mata pelajaran sebagai potensi diri siswa, yang
perlu digali dalam proses pembelajaran yang berkelanjutan, yang dirangkum oleh
carapedia.com di bawah ini:
Disiplin merupakan salah satu aspek pengembangan diri yang berkaitan dengan
cara memperbaiki atau meningkatkan dan mendidik anak berperilaku baik tanpa
merusak harga diri anak (Euis Sunarti).
Intinya, disiplin adalah sesuatu yang bisa dilatihkan. Pelatihan disiplin
diharapkan dapat meningkatkan pengendalian diri, karakter atau ketertiban, dan
efisiensi. Singkatnya dapat disimpulkan bahwa disiplin berkaitan dengan pengendalian
diri untuk membedakan antara benar dan salah, dalam jangka panjang diharapkan dapat
menumbuhkan perilaku bertanggung jawab.
Disiplin adalah hubungan antara ketertiban, kesusilaan, kesusilaan, kesusilaan
dan kesopanan (Abdullah Sani bin Yahaya). Disiplin adalah jembatan antara tujuan dan
prestasi (Jim Ron) Disiplin adalah pembinaan anak didik agar dapat bertindak sesuai
dengan kaidah keluarga, sekolah dan masyarakat (Mizan Adiliah). Disiplin merupakan
ragam aturan yang dapat dijadikan pedoman dan pedoman bagi kehidupan beradab
dalam masyarakat, agar dapat terus eksis dalam keadaan aman, tertib dan terkendali
dalam segala aspek kehidupan yang berlandaskan hukum (Sukono). Sekolah, militer,
dll.) Atau mematuhi (kepatuhan) peraturan (tata tertib, dll.) (Kamus Bahasa Indonesia)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah kesediaan untuk
menaati segala peraturan perundang-undangan yang ada sebagai bentuk tanggung
jawab.

2.2. Penyebab Utama Perilaku Tidak Disiplin Dan Perilaku Siswa Yang Dinilai
Tidak Atau Kurang Disiplin
A. Alasan utama perilaku siswa yang tidak disiplin
Berbicara tentang disiplin sekolah tidak terlepas dari masalah perilaku negatif
siswa. Dalam beberapa tahun terakhir, perilaku negatif di kalangan pelajar muda
nampaknya sangat mengkhawatirkan, seperti seks bebas, penyalahgunaan narkoba,
geng motor, dan berbagai perilaku yang mengarah pada pelaku kejahatan lainnya,
perilaku tersebut tidak hanya akan merugikan diri sendiri tetapi juga orang lain.
Berbahaya bagi publik. Di lingkungan internal sekolah sering ditemukan pelanggaran
terhadap berbagai peraturan dan regulasi sekolah, mulai dari pelanggaran ringan hingga
pelanggaran tingkat tinggi, seperti pembolosan, perkelahian, kecurangan, bullying,
bullying, pencurian dan bentuk perilaku menyimpang lainnya. Upaya pencegahan dan
penanggulangan adalah pentingnya disiplin sekolah.
Perilaku siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan,
keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah satu
faktor utama yang membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Di sekolah, siswa
berinteraksi dengan guru yang mendidik dan mengajarinya. Sikap, teladan, perilaku,
dan perkataan guru yang baik yang dilihat, didengar, dan dipikirkan siswa akan berakar
dalam di hati mereka, dan pengaruh mereka terkadang melebihi pengaruh orang tua
mereka di rumah. Sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh guru pada dasarnya
merupakan bagian dari kedisiplinan siswa sekolah.
Brown dan Brown mengkategorikan beberapa alasan tindakan disipliner siswa
sebagai berikut:
a. Guru dapat menyebabkan perilaku tidak disiplin.
b. Perilaku tidak disiplin dapat disebabkan oleh sekolah : kondisi sekolah yang
tidak menyenangkan, kurang teratur dan lainnya dapat menyebabkan perilaku
berkurang atau tidak disiplin.
c. Pelajar dari keluarga broken home dapat menyebabkan perilaku tidak disiplin.
d. Perilaku disiplin dapat disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang terlalu
kaku, tidak atau kurang fleksibel, dan terlalu dipaksakan sedangkan mata
pelajaran lain dapat menyebabkan perilaku tidak disiplin, terutama dalam
proses pengajaran dan sepanjang proses pendidikan.
Menyikapi permasalahan di atas, guru harus mampu menumbuhkan kedisiplinan
siswa terutama disiplin diri. Berkaitan dengan hal tersebut, guru harus memiliki
kemampuan sebagai berikut :
a. Membantu siswa mengembangkan perilakunya sendiri, setiap siswa berasal dari
latar belakang yang berbeda, dengan karakteristik dan kemampuan yang
berbeda, dalam hal ini guru harus dapat memberikan bantuan atas perbedaan
tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengoptimalkan
dirinya.
b. Karena siswa berasal dari latar belakang yang berbeda, ini dapat membantu
mereka meningkatkan standar perilaku mereka. Jelas sekali, standar perilaku
mereka sangat tinggi, dan beberapa di antaranya bahkan sangat rendah. Setiap
guru harus meramalkan hal ini dan berusaha untuk memperbaikinya dalam
proses belajar mengajar dan di seluruh masyarakat.
c. Gunakan penegakan aturan sebagai alat, setiap sekolah memiliki aturan umum.
Baik itu aturan khusus atau aturan umum. Aturan ini harus dijaga dan
diterapkan dengan benar untuk mencegah pelanggaran yang mengarah pada
perilaku negatif atau tidak disiplin.
B. Perilaku Siswa Yang Dinilai Tidak Atau Kurang Disiplin
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar orang atau teman mengatakan
bahwa orang A adalah orang yang disiplin, dan orang B adalah orang yang kurang
disiplin. Istilah "orang yang disiplin" biasanya mengacu pada perilaku yang selalu
muncul tepat waktu, mengikuti aturan, mengikuti pedoman yang berlaku, dll.
Sebaliknya, “orang dengan disiplin yang lemah” biasanya mengacu pada mereka yang
tidak mengikuti atau tidak dapat mematuhi aturan dan ketentuan yang berlaku, baik
yang berasal dari masyarakat (pertemuan informal), pemerintah atau peraturan yang
dibuat oleh suatu instansi (formal) -organisasi).
Siswa yang mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan menyimpang dari
berbagai peraturan perundang-undangan yang diberlakukan oleh sekolah, dan setiap
siswa diwajibkan untuk bertindak sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku
di sekolahnya. Kepatuhan dan kepatuhan siswa terhadap berbagai peraturan perundang-
undangan yang berlaku di sekolah biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan aturan,
regulasi, dan berbagai regulasi lain yang mencoba mengatur perilaku siswa disebut
disiplin sekolah.
Disiplin sekolah merupakan upaya sekolah untuk menjaga perilaku siswa agar
tidak menyimpang dari perilaku siswa dan mendorong siswa untuk bertindak sesuai
dengan norma, aturan, dan peraturan yang berlaku di sekolah. Menurut Wikipedia
(1993), disiplin sekolah "mengacu pada siswa yang mengikuti kode etik, biasanya
disebut sebagai peraturan sekolah." Makna peraturan sekolah, seperti standar pakaian,
ketepatan waktu, perilaku sosial, dan etika belajar / kerja .
Terkadang konsep disiplin sekolah juga dapat digunakan untuk memberikan sanksi
(sanksi) akibat pelanggaran aturan, walaupun terkadang dapat menjadi kontroversi
ketika menerapkan metode disiplin, sehingga terjebak dalam bentuk penganiayaan fisik
dan psikis, seperti oleh Irwin A. Hyman Dan Pamela A. Snock dalam bukunya
"Dangerous School" (1999).
Berbicara tentang disiplin sekolah tidak terlepas dari masalah perilaku negatif
siswa. Dalam beberapa tahun terakhir, perilaku negatif di kalangan pelajar muda
nampaknya sangat mengkhawatirkan, seperti seks bebas, penyalahgunaan narkoba,
geng motor, dan berbagai perilaku yang mengarah pada pelaku kejahatan lainnya,
perilaku tersebut tidak hanya akan merugikan diri sendiri tetapi juga orang lain.
Berbahaya bagi publik.
Di lingkungan internal sekolah masih sering ditemukan pelanggaran terhadap
berbagai peraturan perundang-undangan sekolah, mulai dari pelanggaran ringan hingga
pelanggaran tingkat tinggi. Beberapa contoh perilaku siswa yang dianggap kurang atau
tidak kena disiplin, seperti membolos, berkelahi, menyontek, intimidasi, Pencurian, dan
bentuk hambatan perilaku lainnya.

2.3 Faktor Pendorong Dan Penghambat Kedisiplinan Di Sekolah


Disiplin bukanlah hukuman, pengekangan atau paksaan yang harus
diperhatikan. Disiplin harus dimaknai sebagai sesuatu yang positif yang muncul dan
berkembang dari penentuan nasib sendiri secara sadar. Oleh karena itu, untuk
mendukung proses belajar mengajar yang baik untuk menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif maka perlu ditetapkan aturan-aturan penerapan disiplin ilmu di lembaga
pendidikan. .
Saat menerapkan aturan, dua faktor yang sangat penting selalu terkait dengan aturan.
Penerapan disiplin di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya tidak terkecuali. Faktor-
faktor tersebut merupakan faktor pendorong dan penghambat kedisiplinan di lembaga
pendidikan.
A. Faktor Pendorong Kedisiplinan
Pendorong disiplin di lembaga pendidikan merupakan faktor pendukung penegakan
aturan disiplin di lembaga pendidikan. Faktor ini merupakan faktor yang sangat penting
dan mendesak dan harus terus dilaksanakan. Jika pendorong atau faktor pendukung
kedisiplinan telah menjadi penunjang, maka kedisiplinan di sekolah akan dapat berjalan
sesuai permintaan. Ada dua (dua) faktor pendorong penerapan disiplin ilmu di lembaga
pendidikan, yaitu :

a. Dorongan dari dalam


1. Pengalaman
Pengalaman Sangat perlu bagi guru untuk menggunakan pengalaman
mata pelajaran di lingkungan sekolah. Karena guru merupakan role player
dalam pencapaian tujuan pendidikan maka poin dasarnya adalah
menerapkan disiplin di lingkungan sekolah. Dengan dukungan guru, siswa
akan mengalami proses yang disebut dengan kebiasaan. Kebiasaan ini akan
menjadi pengalaman. Dengan bantuan pengalaman siswa, siswa akan sadar
akan tujuan pendidikan.
2. Pengikut dan kepatuhan
Pengikut dan ketaatan adalah langkah-langkah untuk menerapkan dan
mempraktikkan aturan tentang perilaku individu (disiplin). Inilah
kelanjutan dari eksistensi kesadaran diri yang dihasilkan dari kemampuan
dan kemauan yang kuat.
Tekanan dari luar digunakan sebagai upaya untuk mendorong,
menekan, dan memaksa masyarakat untuk melakukan disiplin agar
peraturan dapat diikuti dan dipraktikkan.
3. Sarana Pendidikan
Sebagai sarana untuk mempengaruhi, mengubah, memfasilitasi dan
membentuk perilaku berdasarkan nilai-nilai yang telah ditentukan.
4. Kesadaran
Disiplin yang efektif adalah untuk orang yang bisa melakukan sesuatu
tanpa paksaan. Pemahaman diri adalah bahwa disiplin dianggap sebagai
elemen penting dari kebenaran diri dan kesuksesan, dan kesadaran diri
adalah motivasi yang sangat penting untuk mencapai disiplin.
5. Kemauan untuk berdisiplin
Kemauan untuk berdisiplin merupakan dari kelima faktor kedisiplinan
di atas, kesadaran diri sangatlah penting, Disiplin harus benar-benar berasal
dari pemahaman diri akan pentingnya kedisiplinan, yang akan berdampak
positif bagi kelancaran pelaksanaan tujuannya. Kesadaran diri ini tercermin
dalam upaya tak henti-hentinya dan dukungan untuk perbaikan dan
pengembangan prestasi yang positif.
b. Dorongan dari luar
1) Perintah
2) Larangan
3) Pengawasan
4) Paksaan
5) Hukuman untuk berdisiplin
Selain lima faktor pendorong terwujudnya disiplin yang dominan, masih
ada beberapa faktor lain yang berpengaruh pada pembentukan disiplin individu,
yaitu:
a. Teladan
b. Lingkungan berdisiplin
c. Latihan berdisiplin
Subjek individu di atas merupakan subjek dari dalam diri siswa.Semua
siswa memiliki kesempatan untuk melakukan apa yang mereka inginkan dengan
melihat kondisi sekitarnya, akhirnya siswa dapat menentukan perilaku yang
bermakna bagi dirinya sendiri untuk mencapai tujuan prestasi yang baik.
Disiplin belajar adalah peserta didik mematuhi peraturan yang ditetapkan
dalam lingkungan belajar, antara lain :
a. Disiplin dalam mematuhi peraturan sekolah.
b. Disiplin dalam mengikuti pelajaran.
c. Disiplin dalam diri siswa.
Dengan memperhatikan aturan dan manfaat kegiatan, semua siswa
memiliki kesempatan untuk melakukan apa yang diinginkannya di
lingkungannya sendiri, sehingga siswa dapat menentukan perilaku yang
bermakna bagi dirinya (Suharsimi Arikunto, 1990: 129-140).
Oleh karena itu, pembentukan kedisiplinan harus melalui proses yang
panjang, yaitu dari awal keluarga hingga sekolah untuk terus belajar. Unsur-
unsur penting dalam pembentukan meliputi kesadaran diri, kepatuhan, tekanan,
sanksi, panutan, lingkungan akademik dan latihan.
B. Faktor Penghambat Kedisiplinan
Menurut Tulus Tu'u (2004: 53) pernyataan tersebut adalah sebagai
berikut. Mungkin ada tujuh alasan melanggar disiplin:
a. Disiplin sekolah tidak terencana dengan baik dan stabil.
b. Terencana dengan baik tetapi tidak diimplementasikan dengan baik, Klien
tidak mengawasi dengan baik.
c. Penerapan disiplin tidak konsisten dan tidak konsisten.
d. Tidak ada kebijakan besar yang memprioritaskan perbaikan Perkuat disiplin
sekolah.
e. Guru kurang kerjasama dan dukungan dalam perencanaan dan pelaksanaan
disiplin sekolah.
f. Kurangnya dukungan dan keterlibatan orang tua dalam transaksi Disiplin
sekolah, terutama siswa yang bermasalah.
g. Banyak siswa di sekolah tersebut berasal dari siswa yang mengalami kesulitan
dalam disiplin diri. Mereka cenderung melanggar dan mengabaikan peraturan
sekolah.
2.4 Upaya-Upaya Yang Bisa Di Lakukan Warga Sekolah Dalam Meningkatkan
Penerapan Disiplin
Ada beberapa cara menanamkan kedisiplinan pada siswa di lingkungan rumah
dan sekolah, diantaranya sebagai berikut:
A. Cara Otoriter
Dengan cara ini, guru dapat menentukan aturan batas mutlak yang harus
dipatuhi oleh anak, harus dipatuhi dan dipatuhi oleh anak, dan tidak ada
pilihan lain. Namun dengan menggunakan sikap otoriter ini, anak akan
menunjukkan reaksi, seperti tentangan atau tentangan, karena anak merasa
dipaksakan, kemudian pertentangan dan pertentangan tersebut dapat
diwujudkan sebagai perilaku yang melanggar norma dan menimbulkan
masalah baginya. Metode otoriter biasanya digunakan pada permulaan
menanamkan disiplin
B. Cara Bebas
Dengan cara bebas seperti ini, pengawasan berkurang, dan anak
terbiasa menyesuaikan dan menentukan apa yang menurutnya benar, dan
kesadaran ini biasanya muncul dalam keluarga. Untuk keluarga yang
bekerja sekaligus tidak punya waktu untuk mendidik anaknya dengan baik,
orang tua lebih mempercayakan anaknya kepada guru. Pada saat yang
sama, orang tua sendiri hanya bertindak sebagai pengawas, pemarah dan
bahkan mungkin polisi yang bisa dimaklumi. Orang tua tidak bisa langsung
berinteraksi dengan anak. Oleh karena itu hubungan anak dengan orang tua
kurang baik, anak akan merasa kesepian, sehingga perkembangan
pribadinya tidak terkonsentrasi.
C. Cara Demokratis
Cara ini dilakukan dengan memperhatikan dan menghormati kebebasan
anak, namun kebebasan disini tidak mutlak, yaitu perlu adanya pemahaman
tentang bimbingan antara anak dengan guru atau orang tuanya. Melalui
pendekatan demokratis, anak menjadi bertanggung jawab, memperhatikan
perilaku dan mengembangkan rasa percaya diri. Jika perilakunya membuat
teman-temannya tidak puas, maka anak dapat menghormati persyaratan
lingkungan sekolah.
Adapun pokok bahasan tentang teknik penanaman adalah sebagai berikut :
a. Teknik yang berorientasi pada kasih sayang
Teknik ini dikenal dengan secara meyakinkan menanamkan
disiplin tanpa tenaga, memberikan pujian kepada anak dan menjelaskan
alasannya, sehingga anak mengembangkan rasa tanggung jawab dan
disiplin yang baik.
b. Teknik yang bersifat Material
Teknik ini menggunakan hadiah atau hukuman nyata yang
nyata untuk memberikan pendidikan yang meyakinkan melalui
kekuasaan (kekuasaan yang menentukan disiplin)
Selain itu, Brown dan Brown juga menekankan pentingnya
disiplin dalam pengajaran dalam proses pendidikan dan pembelajaran
berikut ini :
1. Penghormatan terhadap otoritas dan disiplin akan membuat setiap
siswa mengetahui posisinya baik di dalam maupun di luar kelas,
misalnya posisinya sebagai siswa harus menghormati guru dan
kepala sekolah.
2. Bekerja keras untuk bekerja sama; kedisiplinan dalam proses
belajar mengajar dapat digunakan untuk meningkatkan kerjasama
antar siswa, antara siswa dengan guru, dan antara siswa dengan
lingkungan sekitarnya.
3. Organisasi diperlukan; kedisiplinan dapat digunakan untuk
menanamkan kebutuhan organisasi pada setiap siswa.
4. Menghormati orang lain; dengan memiliki dan berpegang pada
disiplin yang tinggi dalam proses pengajaran, setiap siswa akan
memahami dan memahami hak dan kewajibannya sendiri, serta
akan menghormati dan menghormati hak dan kewajiban orang lain.
5. Perlu melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan, akan selalu ada
hal-hal yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam hidup.
Melalui kedisiplinan, siswa dipersiapkan untuk menghadapi hal-hal
yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan umumnya,
terutama dalam proses belajar mengajar.
6. Memperkenalkan contoh perilaku tidak etis, dengan memberikan
contoh perilaku tidak disiplin, siswa hendaknya menghindari situasi
ini atau mampu membedakan perilaku disiplin dari perilaku
disiplin.
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Penegakan disiplin sekolah tidak hanya terkait dengan kehadiran, tetapi juga
apakah Anda terlambat. Ini lebih mengacu pada pembentukan lingkungan di mana
untuk mematuhi aturan kolektif, siapa pun yang melanggar perilaku harus dengan
berani bertanggung jawab atas tindakan mereka. Setiap pelanggaran kepentingan
umum oleh sekolah harus dihukum oleh pendidikan agar siswa dapat memahami
bahwa nilai mata pelajaran tidak dihargai untuk mata pelajaran itu sendiri, tetapi untuk
tujuan lain yang lebih luas yaitu untuk stabilitas dan ketentraman hidup bersama.
Disiplin sekolah adalah ukuran keseluruhan dari tindakan yang diambil untuk
memastikan kondisi etika yang diperlukan agar proses pendidikan dapat berjalan
dengan lancar dan tanpa gangguan. Adanya kedisiplinan dapat menjadi salah satu
langkah preventif untuk menyingkirkan hal-hal yang membahayakan kehidupan siswa.
Sekolah tanpa disiplin seperti kincir tanpa air.

3.2. SARAN
Untuk meningkatkan kedisiplinan siswa, ada beberapa upaya yang dapat
dilakukan, antara lain:
A. Untuk menumbuhkan konsep diri siswa agar disiplin dan mampu
menunjukkan perilaku yang baik, guru disarankan untuk berempati,
menerima, antusias dan terbuka.
B. Guru pandai berkomunikasi secara efektif, memungkinkan mereka
menerima emosi dan mendorong siswa untuk patuh.
C. Direkomendasikan agar guru dapat menunjukkan perilaku yang salah
untuk membantu siswa mengatasi perilaku yang salah, dan
menggunakan logika dan konsekuensi alami dari perilaku yang salah.
DAFTAR PUSTAKA

https://witaisma.wordpress.com/2013/05/19/a-pengertian-kedisiplinan-ketu-kondisi-

yang/

http://abudaud2010.blogspot.co.id/2010/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html

http://akramberbagi.blogspot.co.id/2012/11/sebab-pelanggaran-disiplin-dan-cara.html

http://aroxx.blogspot.co.id/2013/12/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-disiplin.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Disiplinhttp://tarmizi.wordpress.com/2008/12/12/kedisiplin

an-siswa-di-sekolah/

http://syaifulhijrah.blogspot.co.id/2011/10/pengertian-perilaku-pengertian-

disiplin.html

http://tkj-go.blogspot.co.id/2011/09/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-sikap.html

http://uleimeuasoe.blogspot.co.id/2011/02/disiplin-itu-kunci-sukses.html

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/04/disiplin-siswa-di-sekolah/

https://ndalz.wordpress.com/tag/masalah-kedisiplinan-siswa/

https://tarmizi.wordpress.com/2008/12/12/kedisiplinan-siswa-di-sekolah/

https://witaisma.wordpress.com/2013/05/19/a-pengertian-kedisiplinan-kedisiplinan-

adalah-suatu-kondisi-yang/

Anda mungkin juga menyukai