Anda di halaman 1dari 5

NAMA : MOH ISMAIL TIWIDJONO

NPM : 18033051

KELAS : AKUNTANSI A

SEMESTER : VI (ENAM)

MK : SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN

TUGAS RANGKUMAN BAB II

BAB II

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DESA

A. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa)

Pengertian perencanaan secara konvensional adalah suatu kegiatannyang dilakukan demi


meraih masa depan yang lebih baik dengan memperhatikan keadaan sekarang maupun keadaan
sebelumnya. Perencanaan (planning) adalah sebuah proses yang dimulai daro penetapan tujuan
organisasi, penentuan strategi untuk mencapai tujuan tersebut secara menyeluruh, perumusan
sistem perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan seluruh
pekerjaan organisasi, hingga pencapaian tujuan organisasi (Robbins dan Couter, 2002).

Berdasarkan PP No. 43 Tahun 2014 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa)
adalah rencana kegiatan pembangunan desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun, yang mana
rancangan ini memuat visi dan misi kepala desa, arah kebijakan pembangunan desa, serta rencana
kegiatan (Permendagri No. 114 tahun 2014) yang meliputi:

1. Bidang penyelenggaraan Pemerintah Desa,

2. Pelaksanaan pembangunan desa

3. Pembinaan masyarakat desa, dan

4. Pemberdayaan masyarakat desa

B. Rencana Kerja PemerintahDesa (RKPDesa)

Rencana kerja Pemerintah Desa dalam Permendagri No. 114 Tahun 2014 merupakan penjabaran
dari RPMJDesa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang memuat kerangka ekonomi desa dengan
mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimuktahirkan, program prioritas pembangunan
desa, rencana kerja dan pendanaan serta perkiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh
Pemerintah Desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan
mengacu kepada rencana kerja pemerintah daerah dan RPMJDesa.

Permendagri No. 114 Tahun 2014 menjelaskan bahwa RKPDesa disusun oleh Pemerintah Desa
sesuai dengan informasi dari pemerintah daerah Kabupaten/Kota berkaitan dengan pagu indikatif
desa dan rencana kegiatan pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah
Kabupaten/Kota. RKPDesa ini mulai disusun oleh Pemerintah Desa pada bulan Juli tahun berjalan.
RKPDesa ditetapkan dengan peraturan desa paling lambat akhir bulan september tahun berjalan
untuk selanjutnya menjadi dasar penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa).

Kepada desa menyusun RKPDesa dengan mengikutsertakan masyarakat desa. Penyusunan


RKPDesa dilakukan dengan kegiatan yang terdiri dari:

a. Penyusunan perencanaan pembangunan desa melalui musyawarah desa.

b. Pembentukan tim penyusun RKPDesa

c. Pencermatan pagu indikatif desa dan penyelarasan program/kegiatan masuk desa

d. Pencermatan ulang dokumen RPMJDesa

e. Penyusunan rancangan RKPDesa.

f. Kepala desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan desa yang diadakan


untuk membahas dan menyepakasi rancangan RKPDesa.

g. Penetapan RKPDesa

h. Perubahan RKPDesa

i. Pengajuan daftar usulan RKPDesa

C. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)

Menurut V Wiratna Sujarweni (2015:33) mengatakan APBDesa adalah pertanggungjawaban dari


pemegang manajemen desa untuk memberikan informasi-informasi tentang segala aktifitas dan
kegiatan desa kepada masyarakat dan pemerintah atas pengelolaan dana desa dan pelaksanaan berupa
rencana-rencana program yang dibiayai oleh uang desa. Dalam APBDesa terdiri dari pendapatan, belanja
dan pembiayaaan.

Anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDesa) merupakan rencana keuangan tahunan
Pemerintah Desa. APBDesa merupakan dokumen formal hasil kesepakatan antara Pemerintah Desa dan
badan permusyawaratan desa yang berisi tentang pendapatan dan belanja yang ditetapkan untuk
melaksanakan kegiatan Pemerintah Desa selama 1 (satu) tahun dan sumber pendapatan yang
diharapkan untuk menutup semua keperluan belanja tersebut atau pembiayaan yang diperlukan bila
diperkirakan akan terjadi defisit atau surplus.

Menurut Ardi Hamzah (2015) APBDesa mempunyai fungsi fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi otorisasi.
APBDesa menjadi target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara pendapatan,
belanja dan pembiayaan yang diinginkan sebagai dasar untuk melaksanakan pendapatan dan
belanja desa pada tahun yang bersangkutan.

b. Fungsi perencanaan

APBDesa merupakan pernyataan kebijakan publik sebagai pedoman bagi manajemen dalam
menrencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

c. Fungsi pengawasan

APBDesa menjadi pedoman pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.

d. Fungsi alokasi.

APBDesa harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan


pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian desa.

e. Fungsi distribusi.

Kebijakan APBDesa harus memperhatikan rasa keadilan dan

kepatuhan masyarakat.

f. Fungsi akuntabilitas.

APBDesa memberikan landasan penilaian kinerja Pemerintah Desa, hasil pelaksanaan anggaran
yang dituangkan dalam laporan keuangan Pemerintah Desa sebagai pernyataan
pertanggungjawaban Pemerintah Desa kepada publik.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPMJDesa dan Rencana Kerja Pemerintah
Desa (RKPDesa) merupakan dasar bagi penyusunan rencana anggaran pendapatan dan belanja
desa (RAPDesa), yang mana proses penyusunannya didasarkan pada Permendagri No. 113 Tahun
2014, sebagai berikut:

1. penyusunan RPMJDesa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun merupakan penjabaran dari visi
dan misi dari kepala desa terpilih. Setelah berakhir jangka waktu RPMJDesa, kepala desa terpilih
menyusun kembali RPMJDesa untuk jangka waktu 6 tahun. RPMJDesa ditetapkan paling lambat 3
(tiga) bulan setelah kepala desa dilantik.

2. selanjutnya kepala desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) menyusun RKPDesa yang
merupakan penjabaran dari RPMJDesa berdasarkan hasil musyawarah rencana pembangunan
desa. Penyusunan RKPDesa diselesaikan paling lambat akhir bulan Januari tahun anggaran
sebelumnya.
3. sekretaris desa menyusun rancangan peraturan desa tentang APBDesa berdasarkan pada
RKPDesa tahun berkenaan, untuk kemudian menyampaikan rancangan peraturan desa tentang
APBDesa kepada kepala desa untuk memperoleh persetujuan.

4. kepala desa menyampaikan rancangan peraturan desa tentang APBDesa kepada BPD untuk
dibahas dan disepakati bersama. Rancangan peraturan desa tentang APBDesa disepakati bersama
paling lambat bulan Oktober tahun berjalan.

5. rancangan peraturan desa tentang APBDesa yang telah disepakati disampaikan kepala desa
kepada Bupati/Walikota melalui Camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak
disepakati untuk dievaluasi.

6. Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi rancangan APBDesa paling lambat 20 (dua puluh)
hari kerja sejak diterimanya rancangan peraturan desa tentang APBDesa. Apabila Bupati/Walikota
tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu tersebut, peraturan desa tersebut berlaku
dengan sendirinya.

7. dalam hal Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi hasil rancangan peraturan desa tentang
APBDEsa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi, kepala desa bersama BPD melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja
terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

8. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh kepala desa dan BPD, dan kepala desa tetap
menetapkan rancangan peraturan desa tentang APBDesa menjadi peraturan desa,
Bupati/Walikota dapat membatalkan peraturan desa yang dimaksud dan sekaligus menyatakan
berlakunya pagu APBDesa tahun anggaran sebelumnya. Pembatalan peraturan desa dan
pernyataan berlakunya pagu tahun anggaran sebelumnya tersebut harus ditetapkan dengan
peraturan Bupati/Walikota.

D. Komponen Dalam Anggaran

Menurut Permendagri No. 113 Tahun 2014 komponen angaran terdiri dari akun-akun sebagai
berikut:

1. Pendapatan
Berdasarkan Permendagri No. 113 tahun 2014 Pendapatan desa terdiri atas semua penerimaan
uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa dalam 1 tahun anggaran yang tidak perlu
dibayar kembali oleh desa. Pendapatan desa berasal dari:
a. Pendapatan Asli Desa
b. Transfer
c. Kelompok pendapatan lain-lain
2. Belanja Desa
Berdasarkan Permendagri No. 113 Tahun 2014 belanja desa meliputi semua pengeluaran dari
rekening-rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa dipergunakan dalam
rangka mendanai penyelenggaraan kewenangan desa.
Belanja desa terdiri dari:
a. Belanja Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
b. Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa
c. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan
d. Bidang Pemberdayaan Kemasyarakatan
e. Bidang Tak terduga
3. Pembiayaan
Menurut Permendagri No. 113 Tahun 2014 Pembiayaan Desa meliputi semua penerimaan yang
perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan desa
terdiri atas kelompok:
a. Penerimaan pembiayaan
b. Pengeluaran pembiayaan

Perubahan anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDesa) berdasarkan Permendagri No.
113 Tahun 2014 dapat dilakukan apabila terjadi:

a. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran antar jenis belanja.

b. Keadaan yang menyebabkan sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya
harus digunakan dalam tahun berjalan.

c. Terjadi penambahan dan/atau pengurangan dalam pendapatan desa pada tahun berjalan.

d. Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau
kerusuhan sosial yang berkepanjangan.

e. Perubahan mendasar atas kebijakan pemerintah dan pemerintah daerah.

Anda mungkin juga menyukai