Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

MANAGEMEN KEPERAWATAN
“KONSEP PELAKSANAAN PENERIMAAN PASIEN BARU,
DISCHARGE PLANNING DAN SUPERVISI KEPERAWATAN DALAM
PELAKSANAAN MAKP”

Dosen : Edy Siswantoro. S.Kep.Ns.M.Kep


Oleh : Kelompok 3
1. M. Choirul Anam (0120019B)
2. Putri Martalia Henni P (0120020B)
3. Rindu Demak Y R (0120021B)
4. Taviv Nur Aida (0120022B)
5. Wahyu Hidayat (0120023B)
6. Yeti Yulia A (0120024B)

PROGRAM ALIH JENJANG ILMU KEPERAWATAN NERS


MOJOKERTO
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami mampu menyusun sebuah tugas makalah
Managemen Keperawatan dengan judul “Konsep Pelaksanaan Penerimaan
Pasien Baru, Discharge Planning Dan Supervisi Keperawatan Dalam
Pelaksanaan MAKP”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas yang diberikan
dalam mata kuliah Managemen Keperawatan STIKES Dian Husada Mojokerto.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Edy Siswantoro, S.Kep.Ns.M.M.Kes sebagai Dosen mata kuliah
Managemen Keperawatan yang telah memberikan tugas dan arahan kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Kami mohon ma’af dalam penulisan makalah ini kami merasa masih
banyak kekurangan dan baik pada teknis penulisan maupun materi,mengingatkan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Mojokerto, 11 Desember 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ............................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Penerimaan Pasien Baru ............................................................ 3
1. Pengertian Penerimaan Pasien Baru ............................................ 3
2. Tujuan Penerimaan Pasien Baru ................................................. 3
3. Prosedur Umum Penerimaan Pasien Baru ................................... 3
4. Tahapan Penerimaan Pasien Baru ............................................... 4
5. Alur Penerimaan Pasien Baru ..................................................... 5
B. Discharge Planning .................................................................. 6
1. Pengertian DischargePlanning ................................................... 6
2. Pemberi Layanan Discharge Planning........................................ 7
3. Penerima Discharge Planning .................................................... 8
4. Tujuan Discharge Planning ........................................................ 8
5. Manfaat Discharge Planning ...................................................... 9
6. Jenis Discharge Planning ........................................................... 10
7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Discharge Planning ........... 11
8. Prinsip Discharge Planning ........................................................ 12
9. Komponen/Unsusr Discharge Planning...................................... 14
10. Pelakasanaan Discharge Planning dan Proses Keperawatan ..... 15
11. Persiapan Sebelum Hari Kepulangan Pasien ............................. 16
12. Pada Hari Kepulangan Pasien ................................................... 16
13. Alur Discharge Planning .......................................................... 18
C. Supervisi ................................................................................... 19
1. Pengertian Supervisi .................................................................. 19
2. Manfaat dan Tujuan Supervisi .................................................... 19
3. Frekuensi Pelaksanaan Supervisi ................................................ 20
4. Prinsip-prinsip Pokok dalam Supervisi ....................................... 20

iii
5. Pelaksana Supervisi .................................................................... 21
6. Teknik Supervisi ........................................................................ 22
D. Supervisi Keperawatan ............................................................. 23
1. Pelaksana Supervisi Keperawatan............................................... 23
2. Sasaran Supervisi Keperawatan .................................................. 24
3. Kompetensi Supervisor Keperawatan ......................................... 25
4. Prinsip Supervisi Keperawatan ................................................... 25
5. Pelaksanaan / Tahap Supervisi Keperawatan .............................. 27
6. Kegiatan Rutin Supervisor .......................................................... 29
7. Model-model Supervisi Keperawatan ......................................... 30
BAB III PENUTUP ..................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur Discharge Planning ............................................ 18

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan dengan tujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan melalui pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan. Salah satu fungsi rumah sakit dalam melaksanakan
tugasnya yaitu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan.
Pelayanan keperawatan merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan
kesehatan di rumah sakit yang memiliki fungsi untuk menjaga mutu
pelayanan, terlebih lagi pelayanan keperawatan sering dijadikan tolak ukur
citra sebuah rumah sakit di mata masyarakat sehingga dituntut adanya
profesionalisme perawat dalam memberikan dan mengatur pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien. Pemberian asuhan keperawatan di rumah sakit
dimulai sejak pertama kali pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Pertama
kali pasien masuk ke rumah sakit, pasien akan menjalani prosedur
penerimaan pasien yang merupakan sebagaian darisistem prosedur pelayanan
rumah sakit. Posedur penerimaan pasien inilah yang menjadi pelayanan
pertama kali yang diterima oleh seorang pasien saat tiba di rumah sakit, maka
tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa di dalam tata cara penerimaan inilah
seorang pasien mendapatkan kesan baik ataupun tidak baik dari pelayanan
suatu rumah sakit.
Saat pasien masuk ke rumah sakit seluruh petugas kesehatan harus
sopan dan profesional kepada pasien dan keluarga karena pada saat proses
inilah pelayanan kepada konsumen telah dimulai. Apabila pasien dan
keluarga menerima perlakuan yang kurang baik, maka pasien dan keluarga
akan menganggap seluruh petugas kesehatan tidak profesional. Sebaliknya

1
apabila pasien dan keluarga merasa diterima maka perawat dan petugas lain
dapat mulai membentuk hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarga.
Salah satu prosedur dalam penerimaan pasien adalah orientasi pasien
baru. Orientasi adalah kegiatan yang penting dilakukan agar hubungan saling
percaya antara perawat dan pasien dapat terbina dengan baik. Orientasi pasien
baru merupakan kontrak antara perawat dan pasien/keluarga dimana terdapat
kesepakatan dalam memberikan asuhan keperawatan. Program orientasi
dilakukan dengan memberikan informasi tentang ruang perawatan,
lingkungan sekitar, peraturan yang berlaku, fasilitas yang tersedia, cara
penggunaan, tenaga kesehatan dan staf serta kegiatan pasien yang dijelaskan
kepada pasien maupun keluarga.
Setiap rumah sakit memiliki kebijakan dan prosedur yang harus
diinfomasikan kepada pasien dan keluarga terkait dengan hak-hak pasien,
peraturan rumah sakit dan kegiatan perawatan yang akan diterima oleh pasien
yang terangkum dalam program orientasi pasien. Beberapa rumah sakit
biasanya juga menyediakan brosur untuk klien atau keluarga yang
menjelaskan pelayanan yang tersedia di rumah sakit seperti pelayanan
keagamaan, jam berkunjung, jadwal makan, kebijakan untuk merokok, dan
beberapa kebijakatan atau peraturan lain yang mempengaruhi perilaku
seseorang ketika mereka dirawat sebagaiklien.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penerimaan PasienBaru
1. Pengertian Penerimaan Pasien Baru
Penerimaan pasien baru merupakan suatu cara dalam menerima
kedatangan pasien baru pada suatu ruangan. Pada saat penerimaan pasien
baru disampaikan hal mengenai orientasi ruangan, perawatan, medis, dan
tata tertib ruangan. Prosedur penerimaan pasien adalah pelayanan pertama
yang diberikan oleh rumah sakit dan merupakan pengalaman yang selalu
diingat oleh pasien (past experience) yang akan menjadi salah satu
penentu persepsi pasien terhadap pelayanan di rumah sakit tersebut. Oleh
karena itu, kontak pertama antara perawat dan pasien menjadi catatan yang
sangat penting bagi pasien dalam memberikan penilaian kepuasan pasien
terhadap pelayanankeperawatan.
2. Tujuan Penerimaan Pasien Baru
Ada beberapa tujuan dalam penerimaan pasien baru, antara lain sebagai
berikut :
a. Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan
terapeutik
b. Meningkatkan komunikasi antara perawat danklien
c. Mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umum
d. Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat masuk rumah sakit
3. Prosedur Umum Penerimaan Pasien Baru
Prosedur umum yang terdapat dalam proses penerimaan pasien baru,
antara lain sebagai berikut :
a. Menempatkan pasien pada tempat penerimaan yangtepat
b. Mengkaji masalah kesehatan dan kebutuhanpasien
c. Menentukan sumber keuangan pasien untuk membiayai pelayanan
yang diberikan
d. Menjelaskan hak-hak pasien
e. Mengorientasikan kebijakan dan prosedur tempat pelayanan

3
f. Melakukan pemeriksaan dan skrining awal (spesifik untuk setiap
tempat pelayanan)
g. Mengembangkan rencana perawatan sesuai kebutuhan individu
h. Membuat rencanapulang
4. Tahapan Penerimaan Pasien Baru
Peran perawat dalam penerimaan pasien baru adalah sebagai berikut (19):
a. Kepalaruang
Peran kepala ruang yaitu menerima pasien baru.
b. Perawat primer(PP)
Peran perawat primer antara lain sebagai berikut:
1) Menyampaikan lembar penerimaan pasienbaru
2) Menandatangani lembar penerimaan pasienbaru
3) Melakukan pengkajian pada pasienbaru
4) Mengorientasikan klien padaruangan
5) Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang bertanggung
jawab
6) Mendokumentasikan penerimaan pasienbaru
c. Perawatpelaksana
Peran perawat pelaksana adalah membantu PP dalam pelaksanaan
penerimaan pasien baru.

4
5. Alur Penerimaan Pasien Baru
Berikut ini adalah alur penerimaan pasien baru:

Pra Karu memberitahu PP akan ada pasien baru

PP menyiapkan :
1. Lembar pasien masuk rumahsakit
2. Buku status dan lembar format
pengkajian pasien
3. Nursingkit
4. Informed consent sentralisasi obat
5. Lembar tata tertib pasien danpengunjung
6. Lembar tingkat kepuasanpasien
7. Tempat tidur pasienbaru

Pelaksanaan Karu, PP dan PA menyambut pasien baru

PP menjelaskan segala sesuatu yang tercantum


dalam lembar penerimaan pasien baru

Anamnesa pasien baru oleh PP dan PA

Post Terminasi

Evaluasi

Gambar 1. Alur Penerimaan Pasien Baru

5
B. Discharge Planning
1. Pengertian DischargePlanning
Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian
keputusan dan aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan
keperawatan yang kontinu dan terkoordinasi ketika pasien dipulangkan
dari lembaga pelayanan kesehatan (Potter & Perry,2005:1106).
Menurut Kozier (2004), discharge planning didefenisikan sebagai
proses mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan
kepada unit yang lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan
umum.
National Council of Social Service (2006) dalam Wulandari
(2011:9), mendefinisikan bahwa “discharge planning is aprocess used to
decide what client needs to maintain his present level of well-being or
move to the next level of care”.
The Royal Marsden Hospital (2004) dalam Siahaan (2009:10)
menyatakan bahwa discharge planning merupakan proses
mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya dituliskan untuk
memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu
lingkungan ke lingkungan lain.
Perencanaan pulang merupakan proses perencanaan sistematis
yang dipersiapkan bagi pasien untuk menilai, menyiapkan, dan melakukan
koordinasidengan fasilitas kesehatan yang ada atau yang telah ditentukan
serta bekerjasama dengan pelayanan sosial yang ada di komunitas,
sebelum dan sesudah pasien pindah/pulang (Carpenito, 2002 dalam
Hariyati dkk, 2008:54).
Discharge planning dilakukan sejak pasien diterima di suatu
pelayanan kesehatan di rumah sakit dimana rentang waktu pasien untuk
menginap semakin diperpendek (Sommerfeld, 2001 dalam Rahmi,
2011:10). Discharge planning yang efektif seharusnya mencakup
pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang
komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan
diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien

6
sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan
(Kozier, 2004).
Program discharge planning (perencanaan pulang) pada dasarnya
merupakan program pemberian informasi atau pemberian pendidikan
kesehatan kepada pasien yang meliputi nutrisi, aktifitas/latihan, obat-
obatan dan instruksi khusus yaitu tanda dan gejala penyakit pasien (Potter
& Perry, 2005 dalam Herniyatun dkk, 2009:128). Informasi diberikan
kepada pasien agar mampu mengenali tanda bahaya untuk dilaporkan
kepada tenaga medis. Sebelum pemulangan, pasien dan keluarganya harus
mengetahui bagaimana cara manajemen pemberian perawatan di rumah
dan apa yang diharapkan di dalam memperhatikan masalah fisik yang
berkelanjutan karena kegagalan untuk mengerti pembatasan atau implikasi
masalah kesehatan (tidak siap menghadapi pemulangan) dapat
menyebabkan meningkatknya komplikasi yang terjadi pada pasien (Potter
& Perry, 2006).
Program yang dilakukan oleh perawat ini,tidakselalu samaantara
saturumah sakit dengan rumah sakit lainnya. Halini bisa terjadi ketika
sistem perawatan yang digunakan adalah berbeda, misalnya menggunakan
sistem keperawatan utama (primer). Sistem ini mewajibkan
seorangperawat bertanggung jawab melakukan koordinasi perawatan
untuk kelompok klien tertentu, mulai dari mereka masuk sampai pulang
(Potter & Perry, 2005:96).National Council of Social Service, (2006)
dalam Wulandari(2011:9) menyatakan bahwa “discharge planning
merupakan tujuan akhirdarirencana perawatan, dengan tujuan untuk
memberdayakan klien untuk membuat keputusan, untuk memaksimalkan
potensi klien untuk hidup secara mandiri, atau agar klien dapat
memanfaatkan dukungan dan sumber daya dalam keluarga
maupunmasyarakatnya”.
2. Pemberi Layanan Discharge Planning
Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif
dan melibatkan multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan

7
yang terlibat dalam memberi layanan kesehatan kepada pasien (Potter &
Perry, 2006).
Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator
asuhan berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf rumah
sakit yang berfungsi sebagai konsultan untuk proses discharge planning
bersamaan dengan fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan
dan memotivasi staf rumah sakit untuk merencanakan serta
mengimplementasikan discharge planning (Discharge Planning
Association, 2008 dalam Siahaan,2009:11).
Seorang discharge planners bertugas membuat rencana,
mengkoordinasikan, memonitor dan memberikan tindakan dan proses
kelanjutan perawatan. Discharge planning ini menempatkan perawat pada
posisi yang penting dalam proses perawatan pasien dan dalam tim
discharge planner rumah sakit, karena pengetahuan dan kemampuan
perawat dalam proses keperawatan sangat berpengaruh dalam memberikan
kontinuitas perawatan melalui proses discharge planning (Caroll &
Dowling, 2007 dalam Rahmi,2011:12).
3. Penerima Discharge Planning
Menurut Rice (1992) dalam Potter & Perry (2005:93), setiap pasien yang
dirawat di rumah sakit memerlukan discharge planning atau rencana
pemulangan. Pasien dan seluruh anggota keluarga harus mendapatkan
informasi tentang semua rencana pemulangan (Medical Mutual of Ohio,
2008 dalam Siahaan, 2009:12). Discharge planning atau rencana
pemulangan tidak hanya melibatkan pasien tapi juga keluarga, teman-
teman, serta pemberi layanan kesehatan dengan catatan bahwa pelayanan
kesehatan dan sosial bekerja sama (The Royal Marsden Hospital, 2004
dalam Siahaan,2009:11).
4. Tujuan Discharge Planning
Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan
spesifik untuk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah
pulang
(Carpenito,1999dalamRahmi,2011:10).Tindakaninijugabertujuanmemberi

8
kan pelayanan terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas
antara rumah sakit dan komunitas dengan memfasilitasi komunikasi yang
efektif (Discharge Planning Association, 2008 dalam Siahaan, 2009:12).
Taylor et al (1989) dalam Yosafianti & Alfiyanti (2010:115) juga
menyatakan bahwa discharge planning adalah proses sistematis yang
bertujuan menyiapkan pasien meninggalkan rumah sakit untuk
melanjutkan program perawatan yang berkelanjutan dirumah atau diunit
perawatan komunitas.
Secara lebih terperinci The Royal Marsden Hospital (2004) dalam
Siahaan (2009:12-13) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya discharge
planning adalah:
a. Untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis
untuk di transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang
dapatdisetujui.
b. Menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan
pelayanan kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam
proses pemulangan.
c. Memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan
semua fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah
dipersiapkan untuk menerimapasien.
d. Mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien dan
keluarga dengan menyediakan serta memandirikan aktivitas
perawatandiri.
5. Manfaat Discharge Planning
Menurut Spath (2003) dalam Nursalam & Efendi (2008:229), perencanaan
pulang mempunyai manfaat sebagaiberikut:
a. Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada
pasien yang dimulai dari rumahsakit
b. Dapat memberikan tindak lanjut secara sistematis yang digunakan
untuk menjamin kontinuitas perawatanpasien

9
c. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada
penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau
kebutuhan perawatanbaru
d. Membantu kemandirian dan kesiapan pasien dalam melakukan
perawatan di rumah
Wulandari (2011:11) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa manfaat
dari pelaksanaan discharge planning adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi pelayanan yang tidak terencana (unplannedadmission)
b. Mengantispasi terjadinya kegawatdaruratan seletah kembali kerumah
c. Mengurangi LOS (Length Of Stay) pasien di rumah sakit
d. Meningkatkan kepuasan individu dan pemberilayanan
e. Menghemat biaya selama prosesperawatan
f. Menghemat biaya ketika pelaksanaan perawatan di luar rumah sakit
atau di masyarakat karena perencanaan yangmatang.
g. Hasil kesehatan yang dicapai menjadi optimal.
6. Jenis Discharge Planning
Menurut Chesca (1982) dalam Nursalam & Efendi (2008:229), discharge
planning dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Pulang sementara atau cuti (conditioning discharge). Keadaaan pulang
ini dilakukan apabila kondisi klien baik dan tidak terdapat komplikasi.
Klien untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan
dari pihak rumah sakit atau Puskesmasterdekat.
b. Pulang mutlak atau selamanya (absolute discharge). Cara ini
merupakan akhir dari hubungan klien dengan rumah sakit. Namun
apabila klien perlu dirawat kembali, maka prosedur perawatan dapat
dilakukankembali.
c. Pulang paksa (judicial discharge). Kondisi ini klien diperbolehkan
pulang walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk
pulang, tetapi klien harus dipantau dengan melakukan kerjasama
dengan perawat puskesmas terdekat.

10
7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Discharge Planning
Menurut Potter & Perry (2005) dalam Herniyatun (2009:128), program
perencanaan pulang (discharge planning) pada dasarnya merupakan
program pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien. Keberhasilan
dalam pemberian pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang berasal dari perawat dan juga dari pasien. Menurut Notoadmodjo
(2003) dalam Waluyo (2010:17-18), faktor yang berasal dari perawat yang
mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian pendidikan kesehatan
adalah sikap, emosi, pengetahuan dan pengalaman masa lalu.
a. Sikap yang baik yang dimiliki perawat akan mempengaruhi
penyampaian informasi kepada pasien, sehingga informasi akan lebih
jelas untuk dapat dimengertipasien.
b. Pengendalian emosi yang dimiliki perawat merupakan faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan pendidikan kesehatan. Pengendalian emosi
yang baik akan mengarahkan perawat untuk lebih bersikap sabar, hati-
hati dan telaten. Dengan demikian informasi yang disampaikan lebih
mudah diterima pasien.
c. Pengetahuan adalah kunci keberhasilan dalam pendidikan kesehatan.
Perawat harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk memberikan
pendidikan kesehatan. Pengetahuan yang baik juga akan mengarahkan
perawat pada kegiatan pembelajaran pasien. Pasien akan semakin
banyak menerima informasi dan informasi tersebut sesuai dengan
kebutuhanpasien.
d. Pengalaman masa lalu perawat berpengaruh terhadap gaya perawat
dalam memberikan informasi sehingga informasi yang diberikan akan
lebih terarah sesuai dengan kebutuhan pasien. Perawat juga lebih dapat
membaca situasi pasien berdasarkan pengalaman yang merekamiliki.
Sedangkan faktor yang berasal dari pasien yang mempengaruhi
keberhasilan dalam pemberian pendidikan kesehatan, menurut Potter &
Perry (1997), Suliha dkk (2002) dan Machfoedz dkk (2005) yang dikutip
oleh Waluyo (2010:18-19) adalah motivasi, sikap, rasa cemas/emosi,

11
kesehatan fisik, tahap perkembangan dan pengetahuan sebelumnya,
kemampuan dalam belajar, serta tingkat pendidikan.
a. Motivasi adalah faktor batin yang menimbulkan, mendasari dan
mengarahkan pasien untuk belajar. Bila motivasi pasien tinggi, maka
pasien akan giat untuk mendapatkan informasi tentang kondisinya serta
tindakan yang perlu dilakukan untuk melanjutkan pengobatan dan
meningkatkankesehatannya.
b. Sikap positif pasien terhadap diagnosa penyakit dan perawatan akan
memudahkan pasien untuk menerima informasi ketika dilakukan
pendidikan kesehatan.
c. Emosi yang stabil memudahkan pasien menerima informasi, sedangkan
perasaan cemas akan mengurangi kemampuan untuk
menerimainformasi.
d. Kesehatan fisik pasien yang kurang baik akan menyebabkan penerimaan
informasiterganggu.
e. Tahap perkembangan berhubungan dengan usia. Semakin dewasa usia
kemampuan menerima informasi semakin baik dan didukung
pulapengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
f. Kemampuan dalam belajar yang baik akan memudahkan pasien untuk
menerima dan memproses informasi yang diberikan ketika dilakukan
pendidikan kesehatan. Kemampuan belajar seringkali berhubungan
dengan tingkat pendidikan yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang umumnya kemampuan belajarnya juga
semakintinggi.
8. Prinsip Discharge Planning
Ketika melakukan discharge planning dari suatu
lingkungan ke lingkungan yang lain, ada beberapa prinsip yang
harusdiikuti/diperhatikan.
Menurut Nursalam & Efendi (2008:229), prinsip-prinsip yang diterapkan
dalam perencanaan pulang adalah sebagai berikut:
a. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan
dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dandievaluasi.

12
b. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan
masalah yang mungkin muncul pada saat pasien pulang nanti, sehingga
kemungkinan masalah yang muncul di rumah dapat segera diantisipasi.
c. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang
merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling
bekerjasama.
d. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitasyang
ada.
e. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan
dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun fasilitas yang
tersedia dimasyarakat.
f. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan.
Setiap pasien masuk tatanan pelayanan maka perencanaaan pulang
harusdilakukan.
Selain prinsip-prinsip tersebut, dalam modul yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik-Departemen Kesehatan R.I
(2008) dalam Wulandari (2011:13-14), prinsip-prinsip yang perlu
diperhatikan perawat dalam membuat discharge planning (perencanaan
pulang) adalah:
a. Dibuat Pada Saat PasienMasuk
Pengkajian pada saat pasien masuk akan mempermudah proses
pengidentifikasian kebutuhan pasien. Merencanakan pulang pasien
sejak awal juga akan menurunkan lama waktu rawat yang pada
akhirnya akan menurunkan biaya perawatan.
b. Berfokus Pada KebutuhanPasien
Perencanaan pulang tidak berfokus pada kebutuhan perawat atau
tenaga kesehatan atau hanya pada kebutuhan fisik pasien. Lebih luas,
perencanaan pulang berfokus pada kebutuhan pasien dan keluarga
secara komprehensif.
c. Melibatkan Berbagai Pihak YangTerkait

13
Pasien, keluarga, dan care giver dilibatkan dalam membuat
perencanaan. Hal ini memungkinkan optimalnya sumber-sumber
pelayanan kesehatan yang sesuai untuk pasien setelah ia pulang.
d. Dokumentasi Pelaksanaan DischargePlanning
Pelaksanaan discharge planning harus didokumentasikan dan
dikomunikasikan kepada pasien dan pendamping minimal 24 jam
sebelum pasiendipindahkan.
9. Komponen/Unsusr Discharge Planning
Komponen yang dapat mendukung terselengaranya discharge planning
yang efektif adalah keterlibatan pasien dan keluarga, kolaborasi antara tim
kesehatan, dan dukungan dari care giver/pendamping pasien. Hal lain
yang tidak kalah penting adalah mengidentifikasi kesiapan
komunitas/keluarga dalam menerima pasien kembali ke rumah
(Wulandari, 2011:19).
Discharge Planning Association (2008) dalam Siahaan (2009:21)
menyatakan bahwa unsur-unsur yang harus ada pada sebuah form
perencanaan pemulangan antara lain:
a. Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangat
dibutuhkan, dan pengobatan yang harusdihentikan.
b. Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek
samping yang umumterjadi.
c. Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan
pemeriksaan lain, dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau
bilamana waktu akandiadakannya.
d. Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan
aktivitas, latihan, diet makanan yang dianjurkan danpembatasannya.
e. Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi,
ketentuan insulin, danlain-lain).
f. Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya yang
akan dihadapi setelah dipulangkan. Nama pemberi layanan, waktu,
tanggal, dan lokasi setiap janji untuk control

14
g. Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon
yang bisa dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang
petunjukpemulangan.
h. Bagaimana mengatur perawatan lanjutan (jadwal pelayanan di rumah,
perawat yang menjenguk, penolong, pembantu jalan/walker, kanul,
oksigen, dan lain- lain) beserta dengan nama dan nomor telepon setiap
institusi yang bertanggung jawab untuk menyediakanpelayanan.
10. Pelakasanaan Discharge Planning dan Proses Keperawatan
Proses discharge planning memiliki kesaman dengan proses
keperawatan. Kesamaan tersebut bisa dilihat dari adanya pengkajian pada
saat pasien mulai di rawat sampai dengan adanya evaluasi serta
dokumentasi dari kondisi pasien selama mendapatkan perawatan di rumah
sakit. Pelaksanaan discharge planning menurut Potter & Perry (2005:102)
secara lebih lengkap dapat di urut sebagai berikut:
a. Sejak waktu penerimaan pasien, lakkukan pengkajian tentang
kebutuhan pelayanan kesehatan untuk pasien pulang, dengan
menggunakan riwayat keperawatan, rencana perawatan dan pengkajian
kemampuan fisik dan fungsi kognitif yang dilakukan secara
terusmenerus.
b. Kaji kebutuhan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga yang
berhubungan dengan terapi di rumah, hal-hal yang harus dihindarkan
akibat dari gangguan kesehatan yang dialami, dan komplikasi yang
mungkiinterjadi.
c. Bersama pasien dan keluarga, kaji faktor-faktor lingkungan di rumah
yang dapat mengganggu perawatan diri (contoh: ukuran kamar, lebar
jalan, langkah, fasilitas kamar mandi). (Perawat yang melakukan
perawatan di rumah hadir pada saat rujukan dilakukan, untuk
membantupengkajian).
d. Berkolaborasi dngan dokter dan disiplin ilmu yang lain dalam
mengkaji perlunya rujukan untuk mendapat perawatan di rumah atau di
tempat pelayanan yang lainnya.

15
e. Kaji penerimaan terhadap masalah kesehatan dan larangan yang
berhubungan dengan masalah kesehatantersebut.
f. Konsultasi dengan anggota tim kesehatan lain tentang berbagai
kebutuhan klien setelahpulang.
g. Tetapkan diagnosa keperawatan yang tepat, lakukan implementasi
rencana keperawatan. Evaluasi kemajuan secara terus menerus.
Tentukan tujuan pulang yang relevan, yaitu sebagaiberikut:
1) Pasien akan memahami masalah kesehatan danimplikasinya.
2) Pasien akan mampu memenuhi kebutuhanindividualnya.
3) Lingkungan rumah akan menjadiaman
4) Tersedia sumber perawatan kesehatan dirumah
11. Persiapan Sebelum Hari Kepulangan Pasien
a. Anjurkan cara-cara untuk merubah pengaturan fisik di rumah sehingga
kebutuhan pasien dapatterpenuhi.
b. Berikan informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan di
masyarakat kepada pasien dankeluarga.
c. Lakukan pendidikan untuk pasien dan keluarga sesegera mungkin
setelah pasien di rawat di rumah sakit (contoh: tanda dan gejala,
komplikasi, informasi tentang obat-obatan yang diberikan, penggunaan
perawatan medis dalam perawatan lanjutan, diet, latihan, hal-hal yang
harus dihindari sehubungan dengan penyakit atau oprasi yang dijalani).
Pasien mungkin dapat diberikan pamflet ataubuku.
12. Pada Hari Kepulangan Pasien
a. Biarkan pasien dan keluarga bertanya atau berdiskusi tentang berbagai
isu berkaitan dengan perawatan di rumah (sesuaipilihan).
b. Periksa order pulang dari dokter tentang resep, perubahan tindakan
pengobatan, atau alat-alat khusus yang diperlukan pesan harus ditulis
sedini mungkin).
c. Tentukan apakah pasien atau keluarga telah mengatur transportasi
untuk pulang kerumah.

16
d. Tawarkan bantuan ketika pasien berpakaian dan mempersiapkan
seluruh barang-barang pribadinya untuk dibawa pulang. Berikan
privasi jika diperlukan.
e. Periksa seluruh kamar mandi dan lemari bila ada barang pasien yang
masih tertinggal. Carilah salinan daftar barang-barang berharga milik
kpasien yang telah ditandatangani dan minta satpam atau administrator
yang tepat untuk mengembalikan barang-barang berharga tersebut
kepada pasien. Hitung semua barang-barang berharga yangada.
f. Berikan pasien resep atau obat-obatan sesuai dengan pesan dokter.
Periksa kembali instruksisebelumnya
g. Hubungi kantor keuangan lembaga untuk menentukan apakah pasien
masih perlu membayar sisa tagian biaya. Atur pasien atau keluarga
untuk pergi ke kantortersebut.
h. Gunakan alat pengangkut barang untuk membawa barang-barang
pasien.
berikankursirodauntukpasienyangtidakbisaberjalansendiri.Pasienyang
meninggalkan rumah sakit dengan mobil ambulans akan dipindahkan
dengan kereta dorong ambulans.
i. Bantu pasien pindah ke kursi roda atau kereta dorong dengan
mengunakan mekanika tubuh dan teknik pemindahan yang benar.
Iringi pasien masuk ke dalam lembaga dimana sumber transaportasi
merupakan hal yang diperhatikan.
j. Kuncikursiroda.Bantupasienpindahkemobilataualattransportasilain.
k. Bantu keluarga memindahkan barang-barang pribadi pasien ke dalam
kendaraan tersebut.
l. Kembali ke unit dan beritahukan departemen penerimaan dan
departemen lain yang berwenang mengenai waktu kepulanganpasien.
m. Catat kepulangan pasien pada format ringkasan pulang. Pada beberapa
institusi pasien akan menerima salinan dari formattersebut.
n. Dokumentasikan status masalah kesehatan saat pasienpulang.

17
13. Alur Discharge Planning

Pasien Masuk Rumah Sakit

Mengumpulkan informasi demografi pasien


Petugas pendaftaran

Mengkaji kebutuhan discharge


Melengkapi pengkajian pada pasien aktual atau potensial dan
Perawat, Dokter, Tim Kesehatan Lain skrening kriteria

Menetapkan tujuan/outcome
Memprioritaskan kebutuhan pasien yang menguntungkan keluarga
Perawat, Dokter, Tim Kesehatan Lain atau pasien

Menyusun rencana awal discharge planning


Perawat, Dokter, Tim Kesehatan Lain

Monitor dan modifikasi discharge Visite dokter, ronde discharge


planningberdasarkan tujuan pasien planning, catatan perkembangan,
Perawat, Dokter, Tim Kesehatan Lain pendidikan kesehatan, catatan
keperawatan

Program Pendidikan Kesehatan


 Penyakitpasien
 Obat yang diberikan
Melakukan pendidikan kesehatan  Caraperawatan
pada pasien dan keluarga  Pola diet dannutrisi
 Perubahan aktivitas danistirahat
 Sistem pendukung kesehatan
Pasien Keluar dimasyarakat

Tindak Lanjut Menyediakan leaflet, tanyakan apakah


pasien sudah paham, pastikan sistem
rujukan sudah dibuat
home, homecare)
Melaporkan kepada lingkunganperawatan
selanjutnya (nursing home, homecare)
Gambar 1. Alur Discharge Planning (Sumber: Bidang Pelayanan Keperawatan RSUP
Sanglah Denpasar, 2007:111)

18
C. Supervisi
1. Pengertian Supervisi
Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi
telah berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan
supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh
atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk
kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau
bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Azwar, 1996).
Muninjaya (1999) menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu
bagian proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian
(controlling). Swanburg (1990) melihat dimensi supervisi sebagai suatu
proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian
suatu tugas ataupun sekumpulan kegiatan pengambilan keputusan yang
berkaitan erat dengan perencanaan dan pengorganisasian kegiatan dan
informasi dari kepemimpinan dan pengevaluasian setiap kinerja karyawan.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan
supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang manajer
melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi
pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari (Arwani,
2006).
2. Manfaat dan Tujuan Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh
banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut
(Suarli & Bachtiar, 2009) :
a. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas
kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana
kerja yang lebih harmonis antara atasan danbawahan.
b. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan
efesiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya
kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya
(tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan dapatdicegah.

19
c. Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan
telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi
ialah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah
direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan
efesien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai
dengan memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).
3. Frekuensi Pelaksanaan Supervisi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala.
Supervisi yang dilakukan hanya sekali bisa dikatakan bukan supervisi
yang baik, karena organisasi/lingkungan selalu berkembang. Oleh sebab
itu agar organisasi selaludapat mengikuti berbagai perkembangan dan
perubahan, perlu dilakukan berbagai penyesuaian. Supervisi dapat
membantu penyesuaian tersebut yaitu melalui peningkatan pengetahuan
dan keterampilan bawahan.
Tidak ada pedoman yang pasti mengenai berapa kali supervisi
harus dilakukan. Yang digunakan sebagai pegangan umum, supervisi
biasanya bergantung dari derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan, serta
sifat penyesuaian yang akan dilakukan. Jika derajat kesulitannya tinggi
serta sifat penyesuaiannya mendasar, maka supervisi harus lebih sering
dilakukan.
4. Prinsip-prinsip Pokok dalam Supervisi
Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja
yang kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfer
kerja, dan jumlah sumber sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan
pelaksanaan tugas. Untuk itu diperlukan beberapa prinsip pokok
pelaksanaan supervisi. Prinsip pokok supervisi secara sederhana dapat
diuraikan sebagai berikut (Suarli dan Bahtiar,2009):
a. Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatakan kinerja
bawahan, bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini
dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap pekerjaan
bawahan, untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera
diberikan petunjuk atau bantuan untukmengatasinya.

20
b. Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus
edukatif dan suportif, bukanotoriter.
c. Supervisi harus dilakukan secara teratur atau berkala. Supervisi yang
hanya dilakukan sekali bukan supervisi yangbaik.
d. Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikan rupa sehingga terjalin
kerja sama yang baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat
proses penyelesaian masalah, dan untuk lebih mengutamakan
kepentingan bawahan.
e. Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai
dengan kebutuhan masing-masing bawahan secara individu. Penerapan
strategi dan tata cara yang sama untuk semua kategori bawahan, bukan
merupakan supervisi yangbaik.
f. Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan
denganperkembangan.
5. Pelaksana Supervisi
Menurut Bactiar dan Suarly, (2009) yang bertanggung jawab dalam
melaksanakan supervisi adalah atasan yang memiliki kelebihan dalam
organisasi. Idealnya kelebihan tersebut tidak hanya aspek status dan
kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan hal
tersebut serta prinsip-prinsip pokok supervisi maka untuk dapat
melaksanakan supervisi dengan baik ada beberapa syarat atau karasteristik
yang harus dimilki oleh pelaksana supervisi (supervisor). Karasteristik
yang dimaksudadalah:
a. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang
disupervisi. Atau apabila hal ini tidak mungkin, dapat ditunjuk staf
khusus dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab yangjelas.
b. Pelaksana supervisi harus memilki pengetahuan dan keterampilan yang
cukup untuk jenis pekerjaan yang akandisupervisi.
c. Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilam melakukan supervisi
artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta tehniksupervisi.
d. Pelaksana supervisi harus memilki sifat edukatif dan suportif, bukan
otoriter.

21
e. Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar dan
selalu berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku
bawahan yangdisupervisi.
6. Teknik Supervisi
Tehnik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan tehnik
penyelesaian masalah. Bedanya pada supervisi tehnik pengumpulan data
untuk menyelesaikan masalah dan penyebab masalah menggunakan tehnik
pengamatan langsung oleh pelaksana supervisi terhadap sasaran supervisi,
serta pelaksanaan jalan keluar. Dalam mengatasi masalah tindakan dapat
dilakukan oleh pelaksana supervisi, bersama-sama dengan sasaran
supervisi secara langsung di tempat . Dengan perbedaan seperti ini,
jelaslah bahwa untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua hal
yang perlu diperhatikan (Bachtiar dan Suarli, 2009):
a. Pengamatan langsung
Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Untuk itu ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan.
1) Sasaran pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak jelas
sasarannya dapat menimbulkan kebingungan, karena pelaksana
supervisi dapat terperangkap pada sesuatu yang bersifat detail.
Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan
langsung perlu ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya
ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja
(selectivesupervision).
2) Objektivitas pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak
terstandardisasi dapat menggangu objektivitas. Untuk mencegah
keadaan yang seperti ini, maka pengamatan langsung perlu dibantu
dengan dengan suatu daftar isi yang telah dipersiapkan. Daftar
tersebut dipersiapkan untuk setiap pengamatan secara lengkap dan
apaadanya.
3) Pendekatan pengamatan. Pengamatan langsung sering
menimbulkan berbagai dampak dan kesan negatif, misalnya rasa
takut dan tidak senang, atau kesan menggangagu kelancaran

22
pekerjaan. Untuk mengecek keadaan ini pengamatan langsung
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga berbagai dampak atau
kesan negatif tersebut tidak sampai muncul. Sangat dianjurkan
pengamatan tersebut dapat dilakukan secara edukatif dan suportif,
bukan menunjukkan kekuasaan atauotoritas.
b. Kerja Sama
Agar komunonikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul,
pelaksana supervisi dan yang disupervisi perlu bekerja sama dalam
penyelesaian masalah, sehingga prinsip-prinsip kerja sama kelompok
dapat diterapkan. Masalah, penyebab masalah serta upaya alternatif
penyelesaian masalah harus dibahas secara bersama-sama. Kemudian
upaya penyelesaian masalah tersebut dilaksanakan secara bersama-
sama pula.
D. Supervisi Keperawatan
Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas,
yaitu meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada
perawat yang ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya
dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan kegiatan supervisi semacam ini
merupakan dorongan bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan dan
perkembangan keahlian dan kecakapan para perawat (Suyanto, 2008).
Supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan
keperawatan dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan, pengarahan,
observasi dan pemberian motivasi serta evaluasi terhadap pendokumentasian
tiap-tiap tahap proses keperawatan. Kelengkapan dan kesesuaian dengan
standar merupakan variabel yang harus disupervisi (wiyana, 2008).
1. Pelaksana Supervisi Keperawatan
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari
masing-masing staf perawat pelaksana yang disupervisi terkait dengan
kemampuan asuhan keperawatan yang dilaksanakan. Supervisi
keperawatan dilaksanakan oleh personil atau bagian yang bertangguung
jawab antara lain (Suyanto,2008):

23
a. Kepala ruangan
Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan
yang diberikan pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya.
Kepala ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan
asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung
disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang
perawatan tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang menerapkan
metode TIM, maka kepala ruangan dapat melakukan supervisi secara
tidak langsung melalui ketua tim masing-masing (Suarli dan Bahtiar ,
2009).
b. Pengawas perawatan(supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit
pelaksana fungisional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung
jawab mengawasi jalannya pelayanan keperawatan.
c. Kepala bidang keperawatan
Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala bidang keperawatan,
kepala bidang keperawatan bertanggung jawab melakukan supervisi
baik
secaralangsungatautidaklangsungmelaluiparapengawaskeperawatan.Me
ngusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang aman dan nyaman,
efektif dan efesien. Oleh karena itu tugas dari seorang supervisor adalah
mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan terutama pegawai
baru, melatih staf dan pelaksana staf keperawatan, memberikan
pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti
terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan,
memberikan pelayanan bimbingan pada pelaksana keperawatan dalam
memberikan asuahan keperawatan.
2. Sasaran Supervisi Keperawatan
Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola yang
disepakati berdasarkan struktur dan hirearki tugas. Sasaran atau objek dari
supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan, serta bawahan
yang melakukan pekerjaan. Jika supervisi mempunyai sasaran berupa

24
pekerjaan yang dilakukan, maka disebut supervisi langsung, sedangkan jika
sasaran berupa bawahan yang melakukan pekerjaan disebut supervisi tidak
langsung. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja pekerjaan
yang dilakukan oleh bawahan (Suarli dan Bachtiar,2009)
Sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi antara lain:
pelaksanaan tugas keperawatan, penggunaan alat yang efektif dan
ekonomis, system dan prosedur yang tidak menyimpang, pembagian tugas
dan wewenang, penyimpangan/penyeleengan kekuasaan, kedudukan dan
keuangan (Suyanto, 2008).
3. Kompetensi Supervisor Keperawatan
Tanggung jawab utama seorang supervisor adalah mencapai hasil sebaik
mungkin dengan mengkoordinasikan system kerjanya. Para supervisor
mengkoordinasikan pekerjaan karyawan dengan mengarahkan,
melancarkan, membimbingan, memotivasi, dan mengendalikan (Dharma,
2003). Seorang keperawatan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari harus
memiliki kemampuan dalam (Suyanto, 2008):
a. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat
dimengerti oleh staf dan pelaksanakeperawatan.
b. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksanan
keperawatan.
c. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf
dan pelaksanankeperawatan.
d. Mampu memahami proses kelompok (dinamikakelompok).
e. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan
pelaksana keperawatan.
f. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerjaperawat.
g. Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang diberikan
lebihbaik.
4. Prinsip Supervisi Keperawatan
Agar seorang manajer keperawatan mampu melakukan kegiatan
supervisi secara benar, harus mengetahui dasar dan prinsip-prinsip
supervisi. Prinsip- prinsip tersebut harus memenuhi syarat antara lain

25
didasarkan atas hubungan professional dan bukan hubungan pribadi,
kegiatan harus direncanakan secara matang, bersifat edukatif, memberikan
perasaan aman pada perawat pelaksana dan harus mampu membentuk
suasana kerja yang demokratis. Prinsip lain yang harus dipenuhi dalam
kegiatan supervisi adalah harus dilakukan secara objektif dan mampu
memacu terjadinya penilaian diri (self evaluation), bersifat progresif,
inovatif, fleksibel, dapat mengembangkan potensi atau kelebihan masing-
masing orang yang terlibat, bersifat kreatif dan konstruktif dalam
mengembangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan, dan supervisi harus
dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan (Arwani, 2006).
Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang
keperawatan (Nursallam, 2007) antara lain:
a. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi
b. Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan
hubungan antar manusia dan kemempuan menerapkan prinsip
manajemen dan kepemimpinan
c. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan dinyatakan
melalui petunjuk, peraturan urian tugas dan standard
d. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara
supervisor dan perawat pelaksana.
e. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang
spesifik,
f. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreatifitas dan motivasi
g. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam
pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan
manajer.

26
5. Pelaksanaan / Tahap Supervisi Keperawatan
a. Tehnik Supervisi Keperawatan
Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian
sumber- sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan
supervisi memungkinkan seorang manajer keperawatan dapat
menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
asuahan keperawatan di ruang yang bersangkutan melalui analisis
secara komprehensif bersama-sama dengan anggota perawat secara
efektif dan efesien. Melalui kegiatan supervisi seharusnya kualitas dan
mutu pelayanan keperawatan menjadi fokus dan menjadi tujuan utama,
bukan malah menyibukkan diri mencari kesalahan atau penyimpangan
(Arwani, 2006).
b. Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan
tak langsung.
1) Teknik Supervisi Secara Langsung.
Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang
dilaksanakan. Pada waktu supervisi diharapkan supervisor terlibat
dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak
dirasakan sebagai perintah Bittel, 1987 (dalam Wiyana, 2008).
Cara memberikan supervisi efektif adalah
a) Pengarahan harus lengkap dan mudah dipahami
b) Menggunakan kata-kata yang tepat
c) Berbicara dengan jelas dan lambat
d) Berikan arahan yang logis
e) Hindari banyak memberikan arahan pada satu waktu
f) Pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami
g) Pastikan bahwa arahan yang diberikan dilaksanakn atau perlu
tindak lanjut Supervisi lansung dilakukan pada saat perawat
sedang melaksanakan pengisian formulir dokumentasi asuhan
keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja
pendokumentasian dengan mendampingi perawat dalam

27
pengisian setiap komponen dalam proses keperawatan mulai
dari pengkajian sampai denganevaluasi.
Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung
(Wiyana, 2008):
a) Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa
pendokumentasiannya akan disupervisi.
b) Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat
melakukan pendokumentasian. Supervisor melihat hasil
pendokumentasian secara langsung dihadapan perawat yang
mendokumentasikan.
c) Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan
asuhan keperawatan pakai yaitu menggunakan form A Depkes
2005.
d) Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing
perawat yang disupervisi komponen pendokumentasian mulai
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang sedang menjalankan
pencacatan dokumentasi asuhan keperawatan sesuai form A dari
Depkes.
e) Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen
supervisi
2) Secara Tidak Langsung.
Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui
laporan baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat
langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga memungkinkan
terjadinya kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara
tertulis (Bittel, 1987) dalam Wiyana, 2008.
Langkah-langkah Supervisi tak langsung.
a) Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil
dokumentasi pada buku rekam medikperawat.
b) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.

28
c) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar
dokumentasi asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah sakit
yaitu form A dari Depkes.
d) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi
dengan memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan
berikan cacatan tertulis pada perawat yangmendokumentasikan.
e) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak
lengkap atau sesuai standar
6. Kegiatan Rutin Supervisor

Untuk dapat mengkoordinasikan system kerja secara efektif, para


supervisor harus melakukan dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan tugas dan
kegiatan supervisi. Kegiatan tugas adalah kegiatan yang melibatkan
supervisor dalam pelaksanaan lansung suatu pekerjaan. Kegiatan supervisi
adalah kegiatan yang mengkoodinasikan pekerjaan yang dilkukan orang
lain. Supervisor yang efektif menekankan kegiatan supervisi (Dharma,
2003).

Kegiatan dalam supervisi adalah sebagai berikut (Wiyana, 2008):

a. Persiapan.
Kegiatan Kepala Ruangan (supervisor) meliputi:
1) Menyusun jadwal supervisi
2) Menyiapkan materi supervisi (format supervisi, pedoman pen
dokumentasian).
3) Mensosialisasikan rencana supervisi kepada perawat pelaksana
b. Pelaksanaan Supervisi.
Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap pelaksanaan supervisi
meliputi :
1) Mengucapkan salam pada perawat yang disupervisi
2) Membuat kontrak waktu supervisi pendokumentasian dilaksanakan.
3) Bersama perawat mengidentifikasi kelengkapan pendokumentasian
untuk masing-masing tahap,
4) Mendiskusikan pencapaian yang telah diperoleh perawat dalam
pedokumentasian asuhan keperawatan,

29
5) Mendiskusikan pencapaian yang harus ditingkatkan pada masing-
masing tahap
6) Memberikan bimbingan / arahan pendokumentasian asuhan
keperawatan
7) Mencatat hasil supervisi.
c. Evaluasi.
Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap evaluasi meliputi:
1) Menilai respon perawat terhadap pendokumentasian yang baru saja
di arahkan
2) Memberikan reinforcement pada perawat
3) Menyampaikan rencana tindak lanjut supervisi
7. Model-model Supervisi Keperawatan
Selain cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model supervisi dapat
diterapkan dalam kegiatan supervisi antara lain (Suyanto, 2008):
a. Model Konvensional

Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk


menemukan masalah dan kesalahan dalam pemberian asuahan
keperawatan. Supervisi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan
memata-matai staf dalam mengerjakan tugas. Model ini sering tidak
adil karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan para perawat pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif,
hal-hal yang baik ataupun keberhasilan yang telah dilakukan

b. Model Ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan
sehingga tidak hanya mencari kealahan atau masalah saja. Oleh karena
itu supervisi yang dilakukan dengan model ini memilki karasteristik
sebagai berikut yaitu, dilakukan secara berkesinambungan, dilakukan
dengan prosedur, instrument dan standar supervisi yang baku,
menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik
dan bimbingan
c. Model Klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana

30
dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan
kinerjanya dalam pemberian asuahn keperawatan meningkat. Supervisi
dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan
yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan
standar keperawatan
d. Model Artistic
Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan personal untuk
menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh
perawat pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian akan tercipta
hubungan saling percaya sehingga hubungna antara perawat dan
supervisor akan terbuka dam mempermudah proses supervis

31
BAB III
PENUTUP
Penerimaan pasien baru dilakukan oleh perawat ketika ada pasien atau
pasien yang baru datang dari rumah sakit, baik rujukan dari rumah maupun
rujukan dari rumah sakit atau puskesmas sebelumnya yang menjadi tempat
berobat. Selain itu bahwa penerimaan pasien baru termasuk bagian utama dari
proses keperawatan sebab sebelum melakukan pemeriksaan awal perawat terlebih
dahulu mengetahui identitas pasien yang diperoleh ketika perawat menerima
pasien baru,baik rujukan dari rumah maupun rujukan dari lembaga kesehatan
sebelumnya seperti rumah sakit atau puskesmas
Salah satu prosedur dalam penerimaan pasien adalah orientasi pasien baru.
Orientasi adalah kegiatan yang penting dilakukan agar hubungan saling percaya
antara perawat dan pasien dapat terbina dengan baik. Orientasi pasien baru
merupakan kontrak antara perawat dan pasien/keluarga dimana terdapat
kesepakatan dalam memberikan asuhan keperawatan. Program orientasi dilakukan
dengan memberikan informasi tentang ruang perawatan, lingkungan sekitar,
peraturan yang berlaku, fasilitas yang tersedia, cara penggunaan, tenaga kesehatan
dan staf serta kegiatan pasien yang dijelaskan kepada pasien maupun keluarga.
Supervisi dan evaluasi merupakan bagian yang penting dalam manajemen
serta keseluruhan tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini juga ada dalam
manajemen keperawatan. Untuk mengelola asuhan keperawatan dibutuhkan
kemampuan manajemen dari Perawat profesional. Oleh karena itu sebagai seorang
manajer keperawatan atau sebagai Perawat profesional diharapkan mempunyai
kemampuan dalam supervisi dan evaluasi.

32
DAFTAR PUSTAKA
Alfrian, Harikadua. 2014. Hubungan Supervisi Keperawatan dengan Kepuasan
Kerja Perawat Pelaksana di Irina C BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. Diakses 12 Mei 2015. http://ejournal.unsrat.ac.id/
index.php/jkp/article/view/5200/4716
Arfida. 2009. Penerapan model-model supervisi keperawatan. Jakarta: Giant
graph
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta
: Rineka Cipta
Ario Wirawan. Salatiga: RSPAW Desier. 2007. Healt care manajemen. Canada:
Delmar Publishing
Arwani. 2006. Manajemen supervise. Jakarta: Grafindo
Astriana, Noer Bahry Noor, dan Andy Indahwaty Sidin. 2014. Factor instrinsik
motivasi perawat terhadap pelaksanaan asuhan keperawata. Semarang Data
bidang keperawatan. 2015. Profil Rumah Sakit Paru
dr. Ario Wirawan Salatiga (RSPAW). 2013. Uraian tugas supervisi. Salatiga:
RSPAW Rumah Sakit Paru
dr. Ario Wirawan Salatiga(RSPAW). 2013. Standar operasional prosedur
supervisi. Salatiga: RSPAW Simanjuntak,
Evirina. 2010. Pengaruh kemampuan supervisi kepalaruangan terhadap kinerja
perawat pelaksana. Medan: USU
Faizin, A dan Winarsih. 2008. Berita ilmu keperawatan ISSN 1979-2697. Vol 1
No. 3, September 2008: 137142
Hidayat, A.A. 2009. Riset keperawatan. Jakarta: Salemba
Kilminster et al. 2007. Effective supervision in clinical practice setting. Cambride
conference medical education no 34
Kuntoro, Agus. 2010. Buku ajar manajemen keperawatan. Yogyakarta:
Medika Imelda, Cut Mutia. 2016. Pengaruh supervisi kepala ruang terhadap
kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan. Medan: USU.
Mua EL. 2011. Pengaruh pelatihan supervisi keperawatan terhadap kepuasan kerja
dan kinerja perawat pelaksana. Jakarta: UI

33
Mulyono H. M., Hamzah A., dan Abdullah A.Z. 2013. Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Tingkat III 16.06.01 Ambon.
http://ejournal.unsrat.ac.id/ index.php /jkp/article/view diakses 12 Mei 2015
Nuha Medika Kris, Linggardini. 2013. Hubungan Supervisi Dengan
Pendokumentasian Berbasis Komputer Yang Dipersepsikan Perawat
Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap Rsud Banyumas Jawa Tengah.
Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Nursalam. 2011. Manajemen keperawatan: Aplikasi dalam praktek keperawatan
professional. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2013. Metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Pitman, S. 2011. Handbook for clinical supervisor: nursing post graduate
programme. Dublin: Royal Collage of surgeon in Ireland Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI). 2014. Profil Perawat Nasional di Indonesia.
Jakarta: PPNI
Pribadi, Agung. 2009. Thesis analisis pengaruh faktor, pengetahuan, motivasi, dan
persepsi perawat tentang supervisi kepala ruang terhadap pelaksanaan
dokumentasi asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Kelet Jawa
Tengah di Jepara. Semarang: Undip
Rasdini I.A, Wedri N.M, dan Mega I. 2014. Hubungan penerapan budaya
keselamatan pasien dengan supervisi pelayanan keperawatan oleh perawat
pelaksana. Denpasar: Politeknik Kesehatan Denpasar Rumah Sakit Paru
Setiowati. 2013. Penerapan supervisi keperawatan terhadap keselamatan pasien.
www.lontarui.ac.id. Diakses 17 Desember 2015 Stuarli dan Bachtiar. 2009.
Pelayanan keperawatan. Jakarta: Sagung Seto
Sitorus, R. dan Panjaitan, R. 2011. Manajemen keperawatan: Manajemen
keperawatan di ruang rawat. Jakarta: CV. Sagung Seto
Suara, Mahyar. 2010. Konsep dasar keperawatan. Jakarta: Trans info media
Sugiyono. 2009. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Bandung: Alfa Beta
Sugiyono. 2014. Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfa Beta
Sujarweni, V. W. 2014. Metodologi penelitian keperawatan. Yogyakarta: PT.
Gava Media

34

Anda mungkin juga menyukai