Anda di halaman 1dari 6

Penokohan :

• Diatio(D) : sosok siswa yang rajin dan pintar, tetapi punya banyak masalah
dalam keluarganya. Hal ini membuat dirinya pemurung dan
pendiam pada saat di sekolah.
• Joe(J) : orang terdepan dalam Wolf Gank. Berasal dari kalangan keluarga
pejabat pemerintah yang senantiasa memanjakan dirinya. Sehingga
dia suka berbuat seenaknya.
• Ji zhung(Ji) : salah seorang dari punggawa Wolf Gank yang merupakan seorang
anak keturunan etnis Tiong Hoa, tapi tidak berkulit putih. Dirinya
mempunyai temperamen yang agak keras.
• Felicia(F) : dia adalah pendiri Wolf Gank yang tenar di sekolahnya. Terlahir
di keluarga dengan pekerjaan sang ayah sebagai kepala polisi
membuat dia berperingai keras dan judes.
• Angel(A) : kontras sekali dengan anggota Wolf Gank yang lain, dia
mempunyai sifat pendiam dan murah senyum. Dia ikut gank ini
karena permohonan sahabat baiknya, Sharon.
• Sharon(S) : ini adalah anggota terakhir Wolf Gank, dia seorang yang
mempunyai sifat cuek dengan segala sesuatu.
• Kayla(K) : sosok ketua kelas yang kurang tegas dalam pengambilan
keputusan.
• Mischa(M) : seorang kutu buku yang menjadi teman baik Diatio
• Pak Wellson(W): seorang guru bahasa Indonesia yang berasal dari batak.

*****************

Di sebuah aula sekolah, riuh ramai siswa – siswa kelas 3 SMA N 1 Gladiool
mengiringi gegap gempita pengumuman kelulusan tahun ajaran ini. Mereka semua
lulus tahun ini. Hal itu yang membuat mereka semua bersujud syukur setelah
perjuangan yang begitu beratnya.,
Di sebuah sudut ruangan, terdapat sekelompok remaja yang akan
mengabadikan kegembiraan ini. Mereka adalah Wolf Gank dan Diatio.
Tukang Foto : oke semua siap?... 1....2....3...(Jepret)

Kemudian Diatio maju ke depan panggung


D : mereka adalah teman – temanku. Itu sekarang, dulu ya.... kaya
kucing dan anjing gitu deh! Permusuhan bermula ketika.....
Kembali ke saat – saat dimana mereka semua masih kelas 2.
.......
.......
.......

1
Di sebuah kelas yang sedikit ramai, kursi serta meja yang tak tertata rapi.
Jam dinding saat itu menunjukkan pukul 07.03. murid – murid bersliweran di dalam
kelas.
D : hay, aku Diatio. Aku ini cuma seorang murid biasa. Tiada yang
spesial dariku. Di kelas ini, 2 ipa 3 aku bermukim. Mereka(seraya
menunjuk ke sekelompok siswa) adalah gank paling terkenal di
sekolah ini, mereka menjuluki diri dengan nama Wolf Gank. Mereka
itu gank paling berkuasa di sekoolah ini, tidak ada yang berani
dengan mereka. Kecuali guru tentunya. Mereka ini tergolong anak –
anak populer.
Kalau mereka (menunjuk ke arah lain), mereka adalah teman baikku,
hanya mereka yang mau berteman denganku. Kalau mereka,
tergolong anak – anak tak tampak. Maksudnya, ada atau nggak ada
tetap nggak ada pengaruhnya, dan aku termasujk golongan ini...
Kalau aku (lalu raut mukanya berubah sendu), aku berasal dari
keluarga yang sukup berada sih menurutku. Seharusnya keluargaku
bahagia, tetapi terusik karena perbedaan pendapat antara ayah dan
ibuku. Merek bertengkar terus setiap kali bertemu. Aku jadi nggak
pernah diperhatikan. Aku yang tak bisa apa-apa cuma bisa diam.
Yah, jadinya ya seperti ini...
Derap langkah sepatu kulit yang terdengar agak berat terdengar mendekati
kelas. Dia adalah Pak Wellson, guru bahasa Indonesia.
W : selamat pagi Anak – anak!
Siswa : pagi Pak!!!!
W : yak, sekarang keluarkan kertas dan masukkan buku ke tas. Kita
ulangan.
S : Huu....
W : Sudah... sudah.... cepat pisahkan meja kalian...
J : eh Ve, kamu tadi malam blajar nggak?
F : ya nggak lah...
Ji : nek kau blajar ya so pastinya dunia mau kiamat...
F : emang kau belajar?
Ji : nek dibilang belajar sih ya nggak, tapi nek dibilang nggak belajar
sih ya.... iya....
S : nek itu sama aja kali... eh angel, kamu belajar?
Angel cuma tersenyum simpul.
J : ah udah ah, nggak usah dipikirin, kan ada Tio...
V : kau jelas mau bantu kan? (dengan raut muka mengancam)
D : i.... iya (dengan sedikit tergagap)
W : heh, sudah – sudah... jangan ribut sendiri bagian belakang sana...
Mereka kemudian melakukan ulangan dengan berbagai cara.
Selesai ulangan Wolf Gank kemudian keluar kelas dan berkumpul sesama
gank.
Ji : ulangan tadi sepele lah... nggak ada apa –apanya.
J : ya emang, kan semua yang ngerjain si jenius Tio.
A : eh teman-teman, kenapa sih kita selalu ngejailin ama Tio? Dia kan
nggak salah apa-apa to...
F : dia jelas salah lah
A : salah apa to?
F : dia cupu, nggak gaul, n pendiem. Kan pantes nek dikerjain.

2
S : gue setuju...
J : bener banget lah...
Ji : hu uhm..
Tiba – tiba Tio lewat di depan mereka dengan membawa buku yang
cukup banyak dan tebal...
J : eh, si jenius dateng...
Ji : akhirnya datang juga
D : kok ku punya firasat buruk ya?
S : Cuma perasaan aja koq...
F : eh Tio, boleh nggak aku bantu kamu?
D : bo... boleh aja koq... tapi nggak ada maksud apa – apa kan?
F : nggak koq, emang aku pernah bohong ama kamu? Nggak pernah
kan?
D : iya sih...
S : aku juga bantu ya...
D : ya nggak apa – apa...
F : (menjatuhkan buku) aduh, bukunya jatuh.... (menginjak buku) ah,
keinjak.
S : (merobek buku) ah, bukunya robek...
Tio cuma bisa diam melihat bukunya dipelakukan tidak senonoh oleh
teman – temannya itu. Ah, apa daya. Dia tak mampu melawan.
F : uh Tio, maaf ya... kami nggak sengaja
S : nggak apa – apa kan?
J : iya Yo, maafin aja. Kan mereka nggak sengaja...
Dengan sedikit terisak Tio terangguk.
A : eh, kalian keterlaluan...
Ji : kamu mau apa Angel?
A : bantuin Tio donk... kasian kan dia...
J : ah, kita tinggal aja yuk... biarin dia disini...
Joe, Ji zhung, Felicia, dan Sharon pergi meninggalkan 2 orang ini
berdua. Angel membantu Tio memungut kertas – kertas
D : makasih ya Angel. Kamu baik banget ya...
A : ah, nothing special koq...
D : kamu beda banget ma mereka. Mereka kejam banget. Wolf Gank
itu memang kejam banget ya?
A : hei, aku juga anggota Wolf Gank tau nggak. Aku nggak suka kamu
ngejelekintemn – temenku.
D : ah, maksudku bukan kaya gitu
Angel lalu pergi berlalu mengejar kawan – kawannya.
D : wah, kapan nasibku membaik? Di rumah, ayah dan ibu selalu
bertengkar, aku tak pernah diperhatikan. Di sekolah, aku hanya jadi
bulan – bulanan Wolf Gank. (mendesah panjang, pandangannya
sayu)
Tiba – tiba datang Mischa dan Kayla. Mereka heran melihat Tio yang
sedang melamun.
M : Tio kenapa? Cacingan?
T : aku gi sedih tau....
K : sedih kenapa?
M : tunggu, biar ku tebak.... baru putus ama Intan po?

3
T : kok ta.... eh maksudku bukan masalah itu... (kepalanya tertunduk
lesu)
K : apa gara –gara Wolf Gank lagi?
Tio mengangguk pelan..
K : kamu kan cowok. Lawan donk...
M : iya Yo...
K : kamu nggak boleh terus kaya gini...
M : iya Yo...
K : ini malah bisanya bilang iya – iya mlulu... intinya Yo... kamu harus
melawan, nggak boleh pasrah begitu...
D : tapi... apa bener aku harus nglakuin hal itu?
M : harus, kudu n wajib... kamu harus percaya diri... kami akan
mendukungmu dari belakang.
D : oke lah... aku mau malawan mereka...
Tio lalu berjalan menuju tempat dimana Wolf Gank berada. Mereka
berhadapan. Akan tetapi Tio tetap tidak memberanikan diri untuk menuntut
keadilan. Akhirnya dia kembali ke tempat semula...
K : gimana Yo? Sukses kan?
M : bener, pasti sukses...
Tio menggeleng pelan.
K : lah, emangnya ada apa koq nggak sukses? Kamu dah bilang ke
mereka kan?
D : lha itu masalahnya, aku tadinya mau bilang ma mereka, tapi pas
ngliat mereka kaya ada hawa yang menakutkan gitu. Jadinya aku
nggak berani.
M : ah kamu payah, nggak bisa diandelin... aku pusing punya temen
kaya kamu ini.
K : aku menyerah ah soal bantu kamu. Kayaknya mustahil deh kamu
ngelawan mereka.
Tio bersedih, karena tidak ada yang mau berpihak padanya. Bahkan
sahabat terdekatnya sekali pun. Dia hanya bisa menatap ke langit dan berdoa
kepadaNya supaya ini semua cepat berakhir.
D : ya Tuhan, demi seluruh penjuru semesta yang selalu tunduk
padamu, demi segala makhlukmu yang senatiasa takluk di hadapmu,
aku mohon ya Tuhanku... bebaskan aku segera dari duri kehidupan
ini.
Hari berganti hari. Satu bulan, dua bulan, tiga bulan terlewati denga
cepat. Masalah yang Tio alami semakin pelak. Wolf Gank semakin semena –
mena terhadapnya. Ayah serta ibunya telah bercerai. Kini ia hidup dengan
ibunya. Hal ini membuat dirinya semakin stress, dan hal ini membuat dia
semakin murung
Pagi itu, Tio pergi ke sekolah berjalan kaki. Matanya seakan – akan
mengatakan bahwa tiada semangat hidup pada dirinya. Dalam perjalanan,
dia bersua dengan Wolf Gank.
J : eh liat, si cupu jalan sendirian nih!
Ji : wah – wah, minggir... ngrusak pemandangan aja.
Tio tak menghiraukan cibiran teman – temannya itu. Dia tetap terus
berjalan

F : hei Tio... koq nggak noleh sih... mungkin dia budheg kali ya?

4
S : may be aja kaya gitu...
Angel diam saja dan tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Ji : duh, dasar si cupu
J : nggak mandang kita – kita ini apa?
F : ah, anak cupu kaya gini diurusin...
S : wah, nek anaknya kaya gini ibunya kaya apa ya?
J : pasti udah tua renta.
Wolf Gank : hahahahaha......
Langkah Tio terhenti. Mukanya merah padam. Amarah memuncak di
ubun – ubunnya. Dia berbalik arah dan hendak memukul Joe.
D : kalau aku dihina nggak apa – apa, tapi ibuku jangan dibawa – bawa.
J : hah, dasar cupu...
D : kalian puas menghina aku tiap hari? Apa untungnya buat kalian?
Aku sebenanrnya sudah capek dijailin kalian tiap hari. Apa kalian
pernah merasakan mempunyai bapak dan ibu yang selalu bertengkar
tiap hari hanya karena masalah sepele. Tiap hari di caci di sekolah.
Hidup dalam kesendirian. (sedikit terisak). Aku tiap hari mengalami
itu kalian tahu.
Ah, bagi Wolf Gank aku ini mungkin hanya sampah tak berguna.
Memang aku tak berguna, tapi hidupku lebih berarti dari kalian. Aku
telah merasakan dan menghadapi pahit getir kehidupan.(mata Tio
memerah)
Tio pun berlalu dengan cepat.
Wolf Gank pun merenungkan apa – apa yang mereka lakukan selama
ini pada Tio.
J : sepertinya kita sudah melampaui batas
F : ku rasa juga kaya gitu
Ji : jadi sebaiknya kita sekarang gimana?
S : manding sekarang kita kejar Tio n minta maaf ma dia. Pada setuju
kan?
WG : iya....
A : akhirnya kalian sadar juga. Syukurlah...
Mereka pun berlari mengejar Tio yang sedang berjalan sambil terisak
– isak.
A : Tio, kami minta maaf soalnya kami telah terlalu banyak berbuat salah
ma kamu. Kami mintra maaf.
Semua anggota Wolf Gank terhening menanti jawaban dari Tio.
D : apa kata maaf sudah cukup? Atas semua permbuatan kalian selama
ini pada ku? Mengucap kata maaf memang semudah nmembalikkan
jari. Akan tetapi memaafkan jauh lebih sulit dari itu.
J : apa saja akan kami lakukan agar kamu mau memaafkan kami.
Ji : kamu boleh mohon apa pun, harta benda akan kami turuti...
D : huh, di pikiran kalian hanya ada uang dan uang. Memangnya uang
dapat membeli segalanya hah?
A : jika ada hal yang mampu membuat kamu memaafkan kami akan
kami lakukan.
Suasana menjadi hening. Tio berpikir sejenak. Kemudian menghela
nafas panjang
D : bagiku perubahan sikap kalian sudah lebih dari cukup. Kalian
cukup berusaha agar tak mengulangi hal ini lagi.

5
A : kalian mau janji teman – teman?
WG : oke lah...
J : Tio, mulai saat ini kita adalah teman....
Ji : teman untuk selamanya
S : eh, mbok jangan selamanya kayake bahasane terlalu tinggi tuh!
F : iye, teman untuk se... apa ya? Ku bingung ah.....
A : yang penting kita berteman.... titik...

..........
.........
.........(kembali ke suasana kelulusan)
D : nah, mulai saat itu kami semua menjadi taman baik. Sesaat setelah
semua keadaanku di sekolah membaik, ayahku berubah pikiran dan
meminta maaf pada ibuku. Ayah mengaku bahwa saat itu beban
pikirannya sangat banyak sehingga cepat marah. Kemudian ayah dan
ibu kembali baikan. Sekarang hidupku damai tanpa ada kurang suatu
apa pun.
Terima kasih Tuhan.....

@#$%^&**&^%$#@

Anda mungkin juga menyukai