Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

DENGAN POLYCYSTIC OVARIAN SYNDROME (PCOS)

Disusun oleh :
Desi Choiriyani 132013143059

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
A. Definisi
Polycistic Ovary Syndrome (PCOS) adalah kelainan endokrin pada wanita usia
reproduktif. Prevalensi berkisar antara 6 sampai 26% tergantung dari kriteria diagnosis
yang digunakan (Hardita, 2015). PCOS merupakan penyebab utama dari infertilitas
karena terjadinya proses anovulas (Hardita, 2015).
B. Etiologi
Penyebab yang mendasari terjadinya PCOS belum diketahui. Akan tetapi, dasar
genetic baik multifaktorial dan poligenik dicurigai menjadi penyebabnya, dimana adanya
dukomentasi bahwa sindrom ini banyak ditemukan pada keluarga yang sama. Secara
spesifik, peningkatan prevalensi tercatat pada individu yang terkena dan saudaranya (32-
66 %) dan ibunya (24-52 %). Menurut POGI (2006) penyebab terbanyak PCOS adalah
akibat adanya gangguan hormonal. Gangguan hormonal berupa resistensi insulin, adanya
deposit lemak sentral (obesitas) dan Diabetes Mellitus tipe 2 sering dianggap
berhubungan dengan kejadian PCOS pada wanita usia subur (William et al., 2007).
C. Manifestasi Klinis
Gejala PCOS cenderung terjadi secara bertahap. Awal perubahan hormon yang
menyebabkan PCOS terjadi pada masa remaja setelah menarche. Gejala akan menjadi
jelas setelah berat badan meningkat pesat.
1) Gejala PCOS awal:
• Jarang atau tidak pernah mendapat haid. Setiap tahun rata-rata hanya terjadi
kurang dari 9 siklus haid ( siklus haid lebih dari 35 hari ). Beberapa penderita
PCOS dapat mengalami haid setiap bulan namun tidak selalu mengalami ovulasi.
• Perdarahan haid tidak teratur atau berlebihan. Sekitar 30% penderita PCOS
memperlihatkan gejala ini.
• Rambut kepala rontok dan rambut tubuh tumbuh secara berlebihan. Kerontokan
rambut dan pertumbuhan rambut berlebihan dimuka, dada, perut (hirsuitisme)
disebabkan oleh kadar androgen yang tinggi.
• Pertumbuhan jerawat. Pertumbuhan jerawat disebabkan pula oleh kadar androgen
yang tinggi.
• Depresi. Perubahan hormon dapat menyebabkan gangguan emosi.
2) Gejala PCOS lanjut :
• Berat badan meningkat atau obesitas terutama pada tubuh bagian atas (sekitar
abdomen dan pinggang). Gejala ini disebabkan oleh kenaikan kadar hormon
androgen (Hiperandrogenisme).
• Kerontokan rambut dengan pola pria atau penipisan rambut kepala (alopesia).
Gejala ini disebabkan oleh kenaikan kadar hormon androgen.
• Abortus berulang. Penyebab hal ini tidak diketahui dengan jelas. Abortus
mungkin berkaitan dengan tingginya kadar insulin, ovulasi yang terhambat atau
masalah kualitas sel telur atau masalah implantasi pada dinding uterus.
• Sulit mendapatkan kehamilan (infertil) oleh karena tidak terjadi ovulasi.
• Hiperinsulinemia dan resistensi insulin yang menyebabkan obesitas tubuh bagian
atas, perubahan kulit dibagian lengan, leher atau pelipatan paha dan daerah
genital.
• Masalah gangguan pernafasan saat tidur (mendengkur). Keadaan ini berhubungan
dengan obesitas dan resistensi insulin.
• Nyeri panggul kronis (nyeri perut bagian bawah dan panggul)
• Tekanan darah tinggi seringkali ditemukan pada penderita PCOS.
D. Patofisiologi
Sindrom ovarium polikistik (PCOS) merupakan tahap akhir dari suatu “siklus
perusak” akibat peristiwa-peristiwa endokrinologis yang dapat diawali dari banyak titik
yang berbeda. Masih belum jelas apakah patologi primernya berada di ovarium atau pada
hipotalamus, tetapi kerusakan yang mendasar tampaknya adalah karena pengiriman
sinyal yang “tidak seharusnya” ke hipotalamus dan hipofisis. Kadar LH yang meningkat
(tanda khas PCOS) disebabkan oleh peningkatan produksi estrogen perifer (umpan balik
negatif) dan peningkatan sekresi inhibin. Sedangkan kadar FSH yang tertekan
diakibatkan oleh peningkatan produksi estrogen perifer (umpan balik positif) dan
peningkatan sekresi GnRH (Norwitz et a.l, 2006).
PCOS ditandai oleh “keadaan menetap” dari LH yang meningkat secara kronik
dan kadar FSH yang tertekan secara kronik, meskipun terdapat peningkatan dan
penurunan yang bersifat siklik yang terlihat dalam siklus menstruasi normal. LH yang
meningkat menstimulasi stroma ovarium dan sel-sel teka untuk meningkatkan produksi
androgen. Androgen dikonversi di perifer melalui aromatisasi menjadi estrogen yang
memperparah anovulasi kronik. Sedangkan akibat dari FSH yang tertekan, pertumbuhan
folikel baru terus-menerus distimulasi tetapi tidak sampai titik pematangan dan ovulasi
penuh (korpus luteum dan korpus albikan jarang terdeteksi). Androgen yang meningkat
berperan terhadap pencegahan perkembangan folikel normal dan induksi atresia
premature (Norwitz et al., 2006).
Penambahan jaringan adiposa pada pasien yang mengalami obesitas turut
berperan terhadap aromatisasi ekstraglandular androgen menjadi estrogen. Sedangkan
testosterone dalam sirkulasi meningkat (menyebabkan hirsutisme) karena kadar globulin
pengikat hormone seks (sex hormone-binding globulin, SHBG) menurun pada PCOS.
Ovarium merupakan lokasi utama overproduksi androgen pada PCOS sedangkan kelenjar
adrenal hanya memiliki peran kecil (Norwitz et al., 2006).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium :
a. β-hCG untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan.
b. Testosteron dan androgen. Kadar tinggi dari Androgen akan menghambat
terjadinya ovulasi dan menyebabkan jerawat, pertumbuhan rambut secara
berlebihan dan kerontokan rambut kepala.
c. Prolaktin yang mempengaruhi siklus haid dan fertilitas
d. Kolesterol dan trigliserida
e. Pemeriksaan untuk fungsi ginjal dan hepar dan pemeriksaan gula darah
f. Pemeriksaan TSH (Thyroid Stimulating Hormon) untuk menentukan aktivitas
tiroid
g. Pemeriksaan hormon adrenal, DHEA-S (Dehiydroepiandrosteron Sulfat) atau 17-
hydroxyprogesteron. Gangguan kelenjar adrenal dapat menimbulkan gejala
seperti PCOS.
h. Pemeriksaan OGTT- oral glucosa tolerance test dan kadar insulin untuk
menentukan adanya resistensi insulin.
2. Ultrasonogravi transabdominal
Beberapa tahun belakangan ini, ultrasonografi transabdominal dan/atau
transvaginal telah menjadi metode diagnostik PCOS yang paling umum digunakan.
Meskipun kriteria ultrasonografi untuk diagnosis ovarium polisistik belum pernah
disetujui secara umum. Beberapa karakteristiknya telah diterima, seperti peningkatan
ukuran/volume ovarium akibat peningkatan jumlah folikel dan volume stroma setelah
dibandingkan dengan ovarium normal.
3. Ultrasonogravi transvaginal
Ultrasonografi transabdominal telah lama digantikan oleh pemindaian trasvaginal,
karena daya resolusinya yang lebih tinggi serta dianggap lebih nyaman dan singkat
bagi para pasien 27 Sementara itu, hal ini juga mungkin menjadi metoda baru dalam
pemeriksaan di klinik. Pendekatan transvaginal memberikan pandangan yang lebih
akurat mengenai struktur internal ovarium dan menghindarkan visualisasi ovarium
yang homogen, seperti pemindaian transabdominal terutama pada para pasien dengan
kelebihan berat badan. Pada jalur transvaginal, probe berfrekuensi tinggi (> 6 MHz)
dengan resolusi ruang yang lebih baik sekalipun tanpa kedalaman uji, tetap dapat
digunakan. Hal ini disebabkan oleh posisi ovarium yang dekat dengan vagina
dan/atau uterus. Selain itu, pada metode ini keberadaan jaringan lemak biasanya tidak
terlalu mengganggu.
F. Penatalaksanaan
1. Penurunan berat badan dalam terapi gaya hidup
Strategi penurunan berat badan dimulai dengan diet kalori terbatas (tanpa ada bukti
bahwa satu tipe jenis diet unggul) bagi remaja dan perempuan dengan PCOS yang
kelebihan berat badan atau obesitas. Strategi yang dapat dilakukan dalam hal
pengaturan pola makan pada perempuan dengan sindroma ovarium polikistik (SOPK)
yang mengalami infertilitas adalah dengan mengubah pola makan. Dalam beberapa
penelitian, sekitar 60% sampai 70% dari perempuan dengan PCOS di Amerika
Serikat ditemukan obesitas. Obesitas dikaitkan dengan PCOS dan mempengaruhi
reproduksi. Bukti adanya peningkatan anovulasi, kegagalan pengobatan kesuburan,
keguguran, dan komplikasi akhir-kehamilan pada perempuan yang kelebihan berat
badan. Membantu perempuan obesitas dengan PCOS mencapai berat badan yang
ideal adalah penting untuk kesehatan jangka panjang mereka, terutama ketika mereka
mengalami infertilitas, karena penurunan 5% sampai l0% dari total berat badan
menunjukkan perbaikan ovulasi dan fungsi menstruasil
2. Terapi medikamentosa
• Kontrasepsi oral merupakan pilihan utama tata laksana PCOS jangka panjang
dengan cara menurunkan sekresi LH dan FSH serta produksi androgen pada
ovarium, meningkatkan produksi SHBG di hati, menurunkan kadar DHEA, dan
mencegah neoplasia endometrium. Siproteron asetat (standar inggris),
spironolakton, atau eflornitin topikal dapat membantu pasien yang mengalami
hirsutisme berlebihan.
• Progestin terlihat dapat menekan LH dan FSH hipofisis serta androgen yang ada
dalam sirkulasi, tetapi perdarahan di luar menstruasi sering terjadi.
• Agen yang mesensitisasi insulin (metformin) menurunkan kadar androgen dalam
sirkulasi, memperbaiki kecepatan ovulasi, dan memperbaiki tolerasi glukosa.
Meskipun demikian, obat tersebut saat ini belum disetujui untuk digunakan dalam
PCOS (Ibanez et al., 2004).
• Klomifen sitrat secara umum telah menjadi pengobatan lini pertama untuk wanita
yang menginginkan kehamilan.
• Terapi farmakologi yang telah digunakan dalam menangani PCOS antara lain
ovulatory dysfunction-related infertility (klomifen sitrat, metformin, aromatase
inhibitor, dan glukokortikoid), gangguan menstruasi (progestin siklik dan
kombinasi oral kontrasepsi seperti estrogen dan progestin), dan androgen related
symptom (anti-androgen, glukokortikoid, gonadotropin-releasing hormone
agonist, oral kontrasepsi seperti etinil estradiol) (Badawy and Elnashar, 2011).
Kekurangan dari pengobatan PCOS yang digunakan saat ini diantaranya
penurunan fertilitas, biaya yang relatif mahal, embryotoxic, dan menyebabkan
Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS) (Wong, 2011).
• In-vitro fertilization (IVF) dapat menjadi pilihan terakhir bagi pasangan yang
ingin memiliki keturunan atau menjadi pilihan pertama apabila terdapat penyakit
penyerta pada wanita (endrometriosis yang parah) dan pria (azoospermia).
Kekurangan dari terapi ini adalah prosesnya yang invasif, rumit, mahal, dan dapat
menyebabkan OHSS (Badawy and Elnashar, 2011).
G. Komplikasi

Komplikasi utama yang dikhawatirkan pada penderita PCOS adalah terjadinya


infertilitas (Bulun et al., 2011). Infertilitas merupakan suatu keadaan dimana pasangan
suami istri tidak mampu menghasilkan keturunan meskipun telah melakukan hubungan
seksual yang teratur (2-3 kali seminggu) dan tidak menggunakan kontrasepsi (Norwitz et
al., 2006). Dengan adanya kelainan metabolik pada penderita PCOS yang berupa
resistensi insulin akibat obesitas dapat mengakibatkan terjadinya DM tipe 2, serta
penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner atau aterosklerosis (POGI,
2006), infark miokard (William et al., 2007), dan infertilitas (Bulun et al., 2011).
H. WOC
Faktor risiko : Genetik, gaya
hidup yang buruk

Peningkatan Peningkatan produksi Resistensi


sekresi GnRH estrogen perifer & insulin
peningkatan sekresi inhibin
MK :
FSH tertekan Hyperinsulinemia Ketidakstabilan
LH meningkat kadar glukosa darah
(D.0027)

Penambahan
jaringan adiposa Kelebihan androgen

Terhentinya perkembangan Mempengaruhi Perasaan negative


Peningkatan berat folikel Infertilitas tentang perubahan
badan berlebih psikologis
tubuh

MK : PCOS Khawatir
Obesitas (D.0030) berlebihan
MK:
Gangguan citra
Anovulasi Px
menanyakan tubuh (D.0083)
Kurang terpapar
tentang informasi
Penurunan pelepasan penyakitnya
progesterone

Perdarahan MK:
Estrogen meningkat Defisit MK :
anovulasi
pengetahuan Ansietas (D.0080)
(D. 0111)
Hiperplasia endometrium

Perdarahan di rahim yang abnormal

MK : Risiko Perdarahan (D.0012)


ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan nama, umur, Pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, agama, suku, alamat, nomer rekam medis (RM), tanggal
masuk rumah sakit, (MRS), dan tanggal pengkajian, dan kaji identitas penanggung jawab
atas pasien.
b. Data riwayat kesehatan
• Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien memiliki riwayat obesitas, atau penyakit penyerta yang lainnya.
• Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengeluh haid tidak teratur sejak pertama menarche. Tumbuh bulu agak tebal
di wajah serta kadar insulin yang tinggi. Berat badan pasien yang berlebih dan
termasuk kedalam kelompok obesitas.
• Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji riwayat penyakit pada pasien dan keluarganya, apakah pasien dan keluarga
memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi, atau dibetes melitus (DM) serta
kemungkinan memiliki riwayat PCOS sebelumnya. Atau susah memiliki keturunan.
• Riwayat obstetrik dan ginekologi
Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan riwayat menstruasi, riwayat
pernikahan, riwayat kehamilan.
• Pola kebutuhan sehari-hari
Melakukan pengkajian pola kebutuhan sehari-hari pada pasien seperti pengkajian
pada pernafasan, nutrisi (makan dan minum), eliminasi (BAB dan BAK), gerak badan
atau aktivitas, istirahat tidur, berpakaian, rasa nyaman (pasien merasakan adanya
dorongan meneran, tekanan ke anus, perinium menonjol). Kebersihan diri, rasa aman,
pola komunikasi atau hubungan pasien dengan orang lain, ibadah, produktivitas,
rekreasi, kebutuhan belajar.
c. Pemeriksaan fisik biologis
• Keadaan umum :baik
• Kepala : sakit kepala, wajah normal
• Mata : konjungtiva ananemis.
• Pencernaan abdomen : tidak ada keluhan
• Ekstremitas : normal
• Sistem persyarafan : tidak ada gangguan
• Genitourinaria : normal
d. Pemeriksaan penunjang

Dilakukan pemeriksaan laboratorium, USG dan didapatkan gambaran polikistik pada


ovarium.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Risiko perdarahan d.d proses keganasan (D.0012)
2) Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi tubuh (proses penyakit) d.d fungsi tubuh
berubah (D.0083)
3) Ansietas b.d krisis situasional/ancaman terhadap konsep diri d.d merasa bingung, merasa
khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak gelisah (D.0080)
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


1. Risiko perdarahan d.d Setelah dilakukan Pencegahan
tindakan keperawatan Pendarahan (1.02067) :
proses keganasan
selama 1x24 jam Observasi
(D.0012) masalah keperawatan 1. Monitor tanda dan
risiko perdarahan dapat gejala perdarahan
teratasi dengan kriteria 2. Monitor nilai
hasil : hematocrit/hemoglob
Tingkat perdarahan in sebelum dan
menurun (L.02017) : setelah kehilangan
1. Distensi abdomen darah
menurun Terapeutik
2. Perdarahan vagina 3. Pertahankan bed rest
menurun selama perdarahan
3. Hemoglobin Edukasi
membaik 4. Jelaskan tanda dan
4. Hematokrit membaik gejala perdarahan
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
5. Tekanan darah 5. Anjurkan segera
membaik melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi
6. Kolaborasi
pemberian produk
darah
7. Kolaborasi
pemberian obat
pengontrol
perdarahan

2. Gangguan citra tubuh b.d Setelah dilakukan Promosi citra tubuh


tindakan keperawatan (1.09305)
perubahan fungsi tubuh
selama 1x24 jam Observasi
(proses penyakit) d.d masalah keperawatan 1. identifikasi harapan
gangguan citra tubuh citra tubuh sesuai
fungsi tubuh berubah
dapat teratasi dengan dengan tahapan
(D.0083) kriteria hasil: perkembangan
Citra tubuh meningkat 2. monitor frekuensi
(L.09067) kritik terhadap diri
1. Verbalisasi kecacatan sendiri
bagian tubuh Terapeutik
membaik 3. diskusikan perubahan
2. Verbalisasi perasaan tubuh dan fungsinya
negative tentang 4. diskusikan kondisi
perubahan tubuh stress yang
menurun mempengaruhi citra
3. Verbalisasi tubuh (penyakit)
kekhawatiran pada 5. diskusikan cara
penolakan/reaksi mengembangkan
orang lain harapan citra tubuh
Harga diri meningkat secara realistis
(L.09069) Edukasi
1. Penilaian diri positif 6. anjurkan mengikuti
meningkat kelompok pendukung
2. Penerimaan penilaian (kelompok sebaya)
positif terhadap diri 7. latih pengungkapan
sendiri meningkat kemampuan diri
kepada orang lain
maupun kelompok.
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
3. Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan Reduksi ansietas
tindakan keperawatan (1.09314)
situasional/ancaman
selama 1x24 jam Observasi
terhadap konsep diri d.d masalah keperawatan 1. Identifikasi saat
ansietas dapat teratasi tingkat ansietas
merasa bingung, merasa
dengan kriteria hasil: berubah
khawatir dengan akibat Tingkat ansietas 2. Identifikasi
menurun (L.09093) kemampuan
dari kondisi yang
1. Verbalisasi mengambil keputusan
dihadapi, tampak gelisah khawatir akibat 3. Monitor tanda
kondisi yang ansietas (verbal non
(D.0080)
dihadapi verbal)
menurun Terapeutik
2. Perilaku gelisah 4. Ciptakan suasana
menurun terapeutik untuk
3. Konsentrasi menumbuhkan
membaik kepercayaan
5. Temnai pasien untuk
mengurangi
kecemasan
6. Diskusikan
perencanaan yang
realistis tentang
peristiwa yang akan
datang
Edukasi
7. Jelaskan prosedur,
sensasi yang akan
dialami
8. Informasikan secara
actual mengenai
diagnosis,
pengobatan,dan
prognosis
9. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
10. Latih Teknik
relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Hardita.W.A (2015). Hiperandrogenemia, Hiperinsulinemia, dan Pengaruhnya terhadap


Kesuburan pada Policystic Ovary Syndrome. Jurnal Agromed Unila. 2(3).
Wirawan Permadi,Tono Djuwantoro. 2015. Cara Mudah Penanganan Sindrom Ovarium
Polikistik Dalam Praktek Sehari-hari. Bandung. Dep/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran UNPAD

Anda mungkin juga menyukai