Anda di halaman 1dari 15

MEDIA DAN SISTEM INFORMASI DESA

KEUANGAN DESA DAN SISTEM INFORMASI DALAM PENGELOLAAN DANA


DESA

Pengertian Keuangan Desa


Undang-undang No. 6 Tahun 2014 menjelaskan bahwa keuangan desa adalah semua
hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta barang atau uang yang
dijadikan milik desa terkait dengan pelaksanaan hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban yang
dimaksud tersebut menimbulkan sebuah proses pengelolaan keuangan desa. Hak dan
kewajiban tersebut dalam konteks keuangan desa akan menimbulkan adanya pendapatan
desa, belanja desa, pembiayaan desa, dan pengelolaan keuangan desa. Desa juga dapat
memiliki aset desa. Aset desa diartikan sebagai barang milik desa yang berasal dari kekayaan
asli desa dan dibeli atau diperoleh atas beban anggaran pendapatan dan belanja desa atau
perolehan hak lainnya yang sah. Aset desa merupakan hal miliki desa yang dapat
dipergunakan sebesar-sebesarnya kepentingan masyarakat desa.
Secara umum keuangan desa dapat bersumber dari pendapatan asli desa, bagi hasil
pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota, bagian dari dana perimbangan keuangan
pusat dan daerah yang diterima kabupaten/kota (desentralisasi), dan bantuan dari pemerintah
pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan hibah atau sumbangan dari pihak
ketiga. Sumber pendapatan desa dikelola melalui anggaran pendapatan dan belanja desa
(APBDes). Anggaran dan pendapatan belanja desa ditetapkan oleh kepala desa bersama-sama
dengan seluruh unsur dalam desa melalui musyawarah desa. Anggaran dan pendapatan
belanja desa terdiri atas bagian pendapatan, belanja, dan pembiayaan desa. Rancangan
anggaran pendapatan dan belanja desa diajukan oleh kepala desa dan dimusyawarahkan
bersama Badan Permusyawaratan Desa. Anggaran pendapatan dan belanja desa nantinya
ditetapkan berdasarkan peraturan desa.

Pengelolaan Keuangan Desa


Pengelolaan keuangan desa adalah proses keseluruhan atau kegiatan yang meliputi
perencanaan, penganggaran, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan desa.
Penggunaan keuangan desa dapat diperuntukkan bagi pembangunan kawasan desa. Proses
pengelolaan keuangan desa harus memiliki asas transparansi dan akuntabilitas. Asas
transparansi dan akuntabilitas memiliki arti bahwa proses pengelolaan keuangan desa harus
jelas peruntukannya dan informasi mengenai pengelolaan keuangan desa harus dapat
diketahui oleh masyarakat desa. Pengelolaan keuangan desa dilakukan oleh pemerintah desa
dan masyarakat desa berkewajiban untuk melakukan pengawasan terhadap pengelolaan
keuangan desa.

Dasar Peraturan Pengelolaan Keuangan Desa


Terdapat beberapa dasar peraturan bagi pemerintah desa dalam melakukan pengelolaan
keuangan desa. Undang-undang dan peraturan-peraturan inilah yang dijadikan pedoman bagi
perangkat desa dalam melakukan pengelolaan keuangan desa. Beberapa dasar peraturan
tersebut, yaitu
1. UU No. 6 Tahun 2014 Bab VIII Pasal 71 – 75 tentang keuangan dan aset desa;
2. Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2014 Bab VI Pasal 90 – 105 tentang keuangan
desa, pengalokasian bersumber dari APBN dan APBD, penyaluran, belanja desa,
APBDes, Pelaporan dan Pertanggungjawaban;
3. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2014 dan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun
2015 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2014 tentang Dana
Desa yang bersumber dari APBN;
4. Permendagri No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa;
5. Permendesa dan PDT No. 5 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan
Dana Desa Tahun 2015;
6. Peraturan Daerah masing-masing Kabupaten tentang keuangan desa (misal Perda
Bantul No 5 Tahun 2015 tentang Pencabutan Perda Bantul No. 2 Tahun 2009
tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan);
7. Peraturan Bupati masing-masing kabupaten tentang keuangan desa ;
8. Peraturan Desa di setiap desa tentang RKPDes dan APBdes.

Pihak yang Terlibat dalam Perencanaan dan Penganggaran Desa


Semua unsur dalam desa dapat terlibat dalam proses pembangunan desa, khususnya
dalam proses perencanaan dan penganggaran desa. Setiap unsur diharapkan memiliki visi dan
misi yang sama dalam komitmen untuk membangun desa. Unsur-unsur dalam desa yang
terlibat dalam perencanaan dan penganggaran desa, yaitu
1. Pemerintah Desa sebagai pihak eksekutif desa. Pemerintah desa sebagai pihak
eksekutif bertindak dalam melaksanakan program-program pembangunan di desa.
Pemerintah desa juga bertanggungjawab terhadap pengelolaan keuangan desa.
2. Badan Permusyawaratan Desa/BPD sebagai pihak legislatif desa. Perangkat BPD
bertugas sebagai pengontrol terhadap kebijakan pembangunan desa yang diambil
oleh pemerintah desa.
3. Lembaga Perencanaan Masyarakat Desa sebagai Badan Perencanaan Pembangunan
Desa.
4. Perwakilan dari kelompok-kelompok masyarakat sebagai unsur yang akan terlibat
dalam pengawasan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di tingkat desa.
Masyarakat desa berkewajiban untuk melakukan pengawasan mengenai
pembangunan yang dilakukan di desa. Keterlibatan kelompok masyarakat desa dapat
dimulai dari pengawasan terhadap rencana pembangunan yang akan dilakukan di
desa sampai pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan di desa.
Proses perencanaan dan penganggaran di desa harus melalui musyawarah rencana
pembangunan desa (musrenbangdes). Tujuan dari dilaksanakannya musrenbangdes, yaitu
1. Menampung dan menetapkan prioritas kebutuhan masyarakat yang nantinya
dirumuskan dalam perencanaan pembangunan desa. Rencana pembangunan di desa
harus melihat aspirasi yang berkembang di masyarakat desa. Aspirasi masyarakat
desa akan disampaikan di dalam musrenbangdesa untuk selanjutnya dimasukkan
dalam perencanaan pembangunan desa.
2. Menetapkan prioritas kegiatan desa yang akan didanai melalui alokasi dana desa.
Alokasi dana desa yang diterima oleh desa dapat dipergunakan untuk mendanai
kegiatan pembangunan yang terjadi di desa. Pemerintah desa harus membuat skala
prioritas kegiatan pembangunan di desa yang didanai oleh dana desa. Skala prioritas
tersebut misalnya rencana perbaikan infrastruktur desa, penambahan sarana
pendidikan dan kesehatan, penambahan modal Badan Usaha Milik Desa (BUMDes),
dan perbaikan tata kelola pemerintahan desa.
Selama ini hasil dari musrenbangdes belum banyak dinikmati oleh masyarakat desa.
Dalam musrenbangdes, masyarakat desa tidak mampu membahas hal-hal atau isu-isu yang
bersifat sektoral. Masyarakat desa tidak mampu menjangkau dan membahas isu-isu mengenai
sarana dan prasarana dalam bidang kesehatan dan pendidikan, misalnya pembangunan
puskesmas dan perbaikan gedung sekolah. Isu-isu sektoral tersebut masih menjadi
kewenangan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten dimana desa tersebut
berada. Hasilnya musrenbangdes hanya membahas isu-isu dalam ruang lingkup yang lebih
kecil, misalnya perbaikan sarana dan prasarana fisik yang dimiliki oleh desa. Kesenjangan
dan ketidakmampuan masyarakat desa ini terjadi karena desa tidak mempunyai kewenangan
untuk mengatur dan mengurus berbagai sektor pembangunan.

Pemantauan dan Pengawasan Pembangunan Desa


Berdasarkan pada pasal 82 UU No. 6 tahun 2014 maka didapatkan beberapa poin
terkait dengan pemantauan dan pengawasan terhadap pembangunan yang terjadi di desa.
Beberapa poin tersebut, yaitu
1. Masyarakat desa berhak mendapatkan informasi mengenai rencana dan pelaksanaan
pembangunan desa;
2. Masyarakat desa berhak melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan
pembangunan desa;
3. Masyarakat desa melaporkan hasil pemantauan dan berbagai keluhan terhadap
pelaksanaan pembangunan desa kepada pemerintah desa dan badan
permusyawaratan desa;
4. Pemerintah desa wajib menginformasikan perencanaan dan pelaksanaan rencana
pembangunan jangka menengah desa, rencana kerja pemerintah desa, dan anggaran
pendapatan dan belanja desa kepada masyarakat desa melalui layanan informasi
kepada umum dan melaporkannya dalam musyawarah desa paling sedikit 1 (satu)
tahun sekali;
5. Masyarakat desa berpartisipasi dalam musyawarah desa untuk menanggapi laporan
pelaksanaan pembangunan desa.
Berdasarkan pasal 82 UU No. 6 tahun 2014 kita dapat menyimpulkan bahwa harus
dilakukan pemantauan dan pengawasan terhadap proses pembangunan yang terjadi di desa.
Pihak utama yang dapat melakukan proses pemantauan dan pengawasan terhadap
pembangunan di desa adalah masyarakat desa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
masyarakat desa harus berperan aktif dalam proses pemantauan dan pengawasan proses
perencanaan dan pembangunan di desa. Masyarakat desa harus mendapatkan informasi-
informasi awal mengenai rencana pembangunan yang akan dilakukan di desa. Pemerintah
desa berkewajiban untuk aktif memberikan informasi mengenai perencanaan pembangunan
yang akan dilakukan. Pada tahap ini masyarakat desa dapat memberikan saran dan kritik
kepada pemerintah desa terkait dengan rencana pembangunan yang akan dilakukan. Saran
dan kritik yang diberikan masyarakat desa kepada pemerintah desa merupakan bentuk
evaluasi terhadap kinerja pemerintah desa dalam melakukan proses pembangunan di desa.
Perangkat desa haruslah menerima saran dan kritik yang diberikan terkait dengan proses
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di desa. Saran dan kritik yang disampaikan oleh
masyarakat desa ini dapat dipergunakan oleh perangkat desa untuk memperbaiki hal-hal yang
terkait dengan proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di desa.
Masyarakat desa juga dapat melakukan pengawasan mengenai proses pembangunan
yang dilakukan di desa. Pengawasan dapat dilakukan terkait dengan pelaksanaan
pembangunan, jadwal pelaksanaan pembangunan, dan anggaran pembangunan. Pengawasan
terkait dengan pelaksanaan pembangunan misalnya dalam proses pembangunan balai desa.
Dalam pengawasan ini masyarakat desa dapat mengawasi apakah material yang dipergunakan
dalam pembangunan sudah sesuai dengan spesifikasi atau tidak, apakah pelaksanaan
pembangunan balai desa sudah sesuai dengan jadwal atau tidak, dan apakah anggaran yang
dikeluarkan untuk pembangunan balai desa sudah sesuai atau belum. Pengawasan yang
dilakukan oleh masyarakat merupakan langkah awal agar tidak terjadi penyimpangan dalam
proses pelaksanaan pembangunan di desa. Pemerintah desa juga harus menyadari bahwa
pembangunan yang dilakukan di desa merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja
pemerintah desa kepada masyarakat desa. Pertanggungjawaban ini juga dapat muncul karena
perangkat desa dalam menjalankan tugasnya diberikan legitimasi oleh masyarakat desa.
Bentuk legitimasi ini harus dipertanggungjawabkan dengan melaksanakan proses
pembangunan di desa dengan baik. Dengan demikian diharapkan pemerintah desa memiliki
komitmen yang kuat dalam melakukan proses pembangunan di desa.

Transparansi dan Akuntabilitas dalam Pengelolaan Dana Desa


Masyarakat desa berhak mendapatkan informasi mengenai transparansi dan
akuntabilitas dalam pengelolaan dana desa dan kegiatan pembangunan di desa. Hal ini diatur
dalam pasal 86 UU No. 6 tahun 2014 dalam bagian ketiga mengenai sistem informasi
pembangunan desa dan pembangunan kawasan pedesaan. Beberapa poin dalam pasal 86 UU
No. 6 tahun 2014, yaitu
1. Desa berhak mendapatkan akses informasi melalui sistem informasi desa yang
dikembangkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota;
2. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengembangkan sistem informasi desa
dan pembangunan kawasaan pedesaan;
3. Sistem informasi desa sebagaimana dimaksud pada poin (2) meliputi fasilitas
perangkat keras dan perangkat lunak, jaringan, serta sumber daya manusia;
4. Sistem informasi desa sebagaimana dimaksud pada poin (2) meliputi data desa, data
pembangunan desa, kawasan pedesaan, serta informasi lain yang berkaitan dengan
pembangunan desa dan pembangunan kawasan pedesaan;
5. Sistem informasi desa sebagaimana dimaksud pada poin (2) dikelola oleh
pemerintah desa dan dapat diakses oleh masyarakat desa dan semua pemangku
kepentingan;
6. Pemerintah daerah kabupaten/kota menyediakan informasi perencanaan
pembangunan kabupaten/kota untuk desa.
Berdasarkan pasal 86 UU No. 6 tahun 2014 kita dapat menyimpulkan bahwa sistem
informasi mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pembangunan di desa. Sistem
informasi yang terdapat di desa akan memberikan kemudahan dalam transparansi dan
akuntabilitas proses pembangunan di desa. Sistem informasi desa juga akan memudahkan
masyarakat desa mendapatkan informasi terkait pembangunan desa. Dalam pasal ini juga kita
dapat melihat bahwa pemerintah daerah memiliki tanggung jawab yang besar untuk
mengembangkan sistem informasi di desa. Pemerintah daerah harus memiliki komitmen agar
desa memiliki sistem informasi yang berguna dalam pembangunan di desa. Sistem informasi
yang disiapkan oleh pemerintah daerah nantinya akan dikelola oleh pemerintah desa. Untuk
mengelola sistem informasi ini maka pemerintah desa harus menyiapkan sumber daya.
Sumber daya yang dapat disiapkan oleh pemerintah desa misalnya sumber daya manusia
untuk mengelola sistem informasi desa. Harus dipastikan bahwa desa memiliki sumber daya
yang cukup untuk mengelola sistem informasi yang ada di desa. Selain itu harus pula
disiapkan sumber daya teknologi dan sarana lainnya yang dapat menunjang kinerja sistem
informasi desa. Pengembangan sistem informasi desa sangat penting karena dengan adanya
sistem informasi desa, segala bentuk data dan informasi yang diperlukan dalam proses
pembangunan di desa dapat segera didapat. Selain itu sistem informasi desa juga dapat
menunjang terlaksananya keterbukaan informasi bagi seluruh masyarakat desa.

Sistem Informasi Desa


Karakteristik masyarakat desa yang semakin berkembang menyebabkan masyarakat
desa membutuhkan pertukaran informasi yang cepat. Secara alami desa memiliki
karakteristik sendiri untuk berkomunikasi dengan warganya. Desa memiliki sistem informasi
tradisional yang berkembang dengan mekanisme papan pengumuman dan komunikasi lisan.
Papan pengumuman digunakan untuk memberi informasi kepada warga desa. Biasanya papan
pengumuman berisi informasi-informasi yang diperlukan oleh warga desa. Bentuk sistem
informasi tradisional lainnya adalah komunikasi lisan antar warga desa. Kelemahan dari
sistem informasi tradisional, yaitu pertukaran informasi dan pembaharuan informasi menjadi
lambat. Selain itu data-data yang dipertukarkan dalam sistem informasi tradisional juga masih
bersifat konvensional. Data-data yang dipertukarkan dalam sistem informasi tradisional
masih data-data yang berbentuk hardcopy. Saat ini sistem informasi tradisional sudah
berkembang menjadi sistem informasi yang berbasis teknologi.
Perkembangan sistem informasi yang konvensional kini lebih digantikan oleh sistem
informasi yang berbasis teknologi. Perkembangan ini didasarkan pada banyak data
administrasi desa yang kini berbentuk digital. Data-data administrasi desa yang berupa data
jumlah penduduk, data keuangan desa, dan data administrasi lainnya kini sudah berbentuk
digital. Sistem informasi yang berbasis teknologi juga memberikan keterbukaan informasi
mengenai pembangunan desa kepada warga desa. Selain itu transparansi dan akuntabilitas
informasi dalam pengelolaan anggaran desa juga akan semakin meningkat. Sistem informasi
yang berbasis teknologi diperlukan untuk memperbaiki sistem data desa (menyimpan data,
memproses data, dan mengolah data) sehingga pengambilan keputusan di desa bisa lebih
cepat (Jahja et. al., 2012). Sistem informasi yang berbasis teknologi akan semakin
mempercepat pertukaran informasi dan pertukaran data. Hal ini dikarenakan sistem informasi
berbasis teknologi dapat dibantu dengan adanya jaringan internet. Pemerintah desa harus
menyadari bahwa pembaharuan data administrasi desa merupakan dasar dari awal rencana
pembangunan desa. Pembaharuan data-data administrasi desa akan memudahkan pemerintah
desa dalam proses pembangunan desa melalui bentuk: (a) meningkatkan partisipasi
masyarakat desa dalam pembangunan, (b) pemerintah desa lebih mudah menganalisis
masalah dan potensi desa, (c) pemerintah desa dapat membuat skala prioritas pembangunan
di desa, (d) pemerintah desa dapat lebih mudah menyusun anggaran dan belanja desa, dan (e)
pemerintah desa dapat melihat tingkat kemajuan pembangunan di desa. Basis data yang baik
pada desa diharapkan dapat memperbaiki metode penyusunan anggaran dan belanja desa.
Lebih jauh diharapkan pembaharuan data-data administrasi desa akan mampu memperbaiki
pengalokasian dana desa dan pengalokasian sumber daya untuk mengembangkan sistem
informasi yang terdapat di desa.
Sistem informasi desa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pelaksanaan
UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Bagian ketiga undang-undang Desa tentang sistem
informasi pembangunan desa dan pembangunan kawasan perdesaan dengan jelas
menjelaskan bahwa desa berhak untuk mendapatkan akses informasi melalui sistem informasi
yang dikembangkan oleh pemerintah daerah dimana desa tersebut berada. Sistem informasi
sangat penting bagi proses pembangunan di desa. Hal ini karena sistem informasi akan
membantu perangkat desa dalam memperbaharui data-data administrasi dan keuangan di
desa. Data-data terbaru ini nantinya dapat dipergunakan untuk perencanaan pembangunan di
desa.
Proses dalam pelaksanaan sistem informasi desa dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
1. Proses input atau memasukkan data
Proses input merupakan elemen awal dari sistem informasi desa. Proses input
merupakan proses memasukkan data-data ke dalam sistem informasi desa. Data-
data yang dimasukkan melalui proses input misalnya data penduduk desa, data
aset desa, data potensi-potensi yang dimiliki oleh desa, dan dokumen-dokumen
yang terkait dengan proses pembangunan di desa (peraturan desa, APBDes, dan
rencana pembangunan desa). Data-data yang dapat dimasukkan ke dalam sistem
informasi desa, yaitu data peraturan desa, data keputusan kepala desa, data
inventaris desa, data aparat pemerintah desa, data tanah milik desa, dan data
kependudukan. Data-data tersebut akan diolah dalam sistem informasi desa
yang nantinya akan dihasilkan laporan-laporan.
2. Proses pengolahan data
Proses pengolahan data merupakan proses selanjutnya dari proses input. Pada
proses pengolahan data, semua data dimasukkan untuk mendapatkan suatu
informasi yang berguna. Data-data awal yang terdapat pada proses input akan
diolah berbasis teknologi untuk nantinya didapatkan sebuah pola informasi yang
bermanfaat untuk pengambilan keputusan.
3. Proses output atau mengolah data menjadi informasi
Proses output merupakan proses terakhir dari proses sistem informasi desa. Pada
proses output terdapat hasil pengolahan data-data yang dimasukkan pada proses
input. Hasil proses output dapat berupa kompilasi data, laporan yang berisi
grafik, diagram, dan laporan lainnya. Hasil proses output ini dapat digunakan
untuk melihat kecenderungan, tren, atau pola yang berkembang dari data. Dari
hasil proses output ini pemerintah desa dapat mengetahui beberapa hal misalnya
kecenderungan pergeseran angka kemiskinan yang terjadi di desa, profil
masyarakat berdasarkan profesi, dan data mengenai tingkat pendidikan
masyarakat desa. Hasil yang didapatkan dari proses output adalah laporan-
laporan yang terkait dengan pembangunan desa. Laporan-laporan tersebut, yaitu
laporan data peraturan desa, laporan keputusan kepala desa, laporan data
inventaris desa, laporan data aparat pemerintah desa, laporan data tanah milik
desa, dan laporan lain yang diperlukan dalam pembangunan desa.

Manfaat Penggunaan Sistem Informasi dalam Pembangunan Desa dan Pengelolaan


Dana Desa
Terdapat beberapa manfaat dalam penggunaan sistem informasi untuk pengelolaan
dana desa. Beberapa manfaat tersebut, yaitu
1. Mempermudah penggunaan dan pengawasan dana desa. Sistem informasi
diharapkan dapat membantu dan memperbaiki metode pengalokasian dana desa. Hal
ini akan mengakibatkan jelasnya sasaran penggunaan dana desa. Pemerintah daerah
seharusnya menyadari bahwa sudah saatnya pemerintah desa memiliki sistem
informasi yang akurat agar pemerintah desa dapat mengetahui tingkat perkembangan
desa dan kekayaaan desa yang dikelola. Data dan informasi yang nantinya dihasilkan
dari sistem informasi desa tidak hanya membantu pemerintah desa tetapi juga dapat
membantu pemerintah daerah. Pemerintah daerah akan lebih mudah merumuskan
kebijakan bagi desa yang mana kebijakan tersebut didasarkan pada informasi yang
dihasilkan dari sistem informasi desa. Pada konteks ini maka fungsi dari sistem
informasi bagi desa adalah sebagai penghasil informasi-informasi yang dapat
dipergunakan untuk perencanaan pembangunan di desa.
2. Mempermudah pelaporan pertanggungjawaban dana desa. Penggunaan dana desa
dalam pembangunan desa harus dipertanggungjawabkan dengan jelas kepada
masyarakat desa. Pemerintah desa selaku pihak eksekutif desa berkewajiban untuk
melaporkan penggunaaan dana desa dan dana lainnya kepada masyarakat desa.
Sistem informasi akan membantu pemerintah desa dalam menyusun laporan
pertanggungjawaban. Pemerintah desa dapat memasukkan nilai anggaran yang
dipergunakan ke dalam sistem informasi dan hasil akhirnya adalah sebuah laporan
pertanggungjawaban penggunaan anggaran desa. Saat ini telah banyak aplikasi
sistem informasi berbasis komputer yang dikembangkan untuk membantu dalam
membuat laporan pertanggungjawaban keuangan desa.
3. Meningkatkan aksesibilitas informasi kepada masyarakat. Ada dua hal yang
menyebabkan masyarakat desa tidak mendapatkan informasi mengenai
pembangunan di desa. Pertama adalah adanya ketidakpedulian masyarakat desa
terhadap pembangunan yang terjadi di desa dan yang kedua adalah masyarakat desa
sebenarnya memiliki kepedulian terhadap pembangunan desa, namun perangkat
pemerintah desa tidak memberikan informasi yang jelas mengenai pelaksanaan
pembangunan di desa. Masyarakat desa harus memperoleh akses terkait data-data
desa misalnya data mengenai informasi kependudukan desa. Mengetahui data
informasi kependudukan desa merupakan hak publik bagi masyarakat desa.
Masyarakat desa harus memiliki akses untuk mengetahui, memahami, dan
memperbaiki data-data tersebut. Masyarakat desa harus juga mengetahui informasi
dan data mengenai kualitas kesehatan dan pendidikan yang ada di desa dan
mengetahui program-program mengenai kesehatan dan pendidikan desa yang
didanai oleh dana pemerintah.
Secara garis besar maka manfaat sistem informasi dalam proses pembangunan dan
pengelolaan dana desa, yaitu (1) untuk meningkatkan ketersediaan data bagi proses
pembangunan desa, (2) untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, khususnya hak akses
masyarakat desa terhadap informasi pembangunan desa, (3) untuk meningkatkan pengelolaan
seluruh potensi desa, (4) untuk meningkatkan partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas
informasi, dan (5) memperkuat modal sosial masyarakat desa.

Tantangan Penggunaan Sistem Informasi dalam Pembangunan Desa dan Pengelolaan


Dana Desa
Tantangan dalam penggunaan sistem informasi dalam pengelolaan dana desa dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu tantangan dari eksternal (dari luar desa) dan tantangan dari
dalam (dari dalam desa). Tantangan tersebut, yaitu
1. Ketidaksiapan pemerintah daerah dalam menyiapkan sistem informasi di desa
(tantangan eksternal). Sistem informasi yang terdapat di desa harus disiapkan dan
difasilitasi oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah seharusnya memiliki program
dan anggaran yang jelas mengenai penyiapan sistem informasi di desa. Penyiapan
sistem informasi desa bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Penyiapan sistem
informasi desa harus didasarkan pada pola pikir bahwa pembangunan nasional harus
dimulai dari pembangunan desa. Sistem informasi desa nantinya akan menghasilkan
data-data yang menunjukkan kondisi nyata di desa yang merupakan kebutuhan bagi
pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam perencanaan pembangunan.
2. Kurangnya kelengkapan data administrasi desa dalam membangun sistem informasi
desa (tantangan internal). Seringkali pemerintah desa tidak melakukan pembaharuan
pada data-data yang terdapat di desa. Akibatnya data administrasi desa tidak
mencerminkan kondisi aktual di desa. Jika data desa yang tidak diperbaharui
dipergunakan sebagai dasar dalam pembangunan desa maka tentu saja pembangunan
tersebut tidak akan menjangkau seluruh kebutuhan desa. Sistem informasi yang
berbasis teknologi harus diimbangi dengan adanya pembaharuan data-data
administrasi di desa.
3. Lemahnya sumber daya manusia desa dalam mengelola dan mengembangkan sistem
informasi desa (tantangan internal). Sistem informasi saat ini lebih banyak berbasis
teknologi informasi. Terkadang perangkat pemerintah desa masih belum paham
dalam bidang teknologi informasi. Diperlukan pelatihan yang memadai bagi
perangkat desa agar nantinya bisa mengaplikasikan sistem informasi di desa. Ruang
lingkup pelatihan dapat mencakup pengoperasian dan pengawasan sistem informasi
desa.
4. Kurangnya perhatian masyarakat desa mengenai informasi pembangunan di desa
(tantangan internal). Perangkat pemerintah desa harus memberikan informasi yang
jelas kepada masyarakat desa mengenai pelaksanaan pembangunan di desa. Hal ini
akan menyebabkan masyarakat desa yang pada awalnya tidak peduli mengenai
pembangunan di desa akan menjadi lebih peduli. Dengan munculnya kepedulian
masyarakat diharapkan nantinya masyarakat dapat memberikan kritik dan saran
mengenai pelaksanaan pembangunan di desa. Saat ini banyak masyarakat desa yang
tidak tahu mengenai data-data pembangunan yang ada di desa. Keterlibatan
masyarakat harus ditingkatkan khususnya dalam hal pembaharuan data-data
administrasi desa seperti data penduduk desa dan data profesi penduduk desa.
Semakin tinggi keterlibatan masyarakat dalam hal pembaharuan data-data
administrasi desa, maka semakin tinggi akurasi data-data tersebut. Pemerintah desa
harus secara aktif mengajak masyarakat desa untuk peduli pada proses pembangunan
yang ada di desa.
5. Aplikasi sistem informasi yang diberikan kepada pemerintah desa atau yang
dikembangkan di desa tidak sesuai dengan karakteristik desa (tantangan internal).
Aplikasi sistem informasi yang dikembangkan oleh desa ternyata tidak membantu
untuk mengatasi permasalahan di desa. Aplikasi sistem informasi desa yang
dikembangkan harus mudah dipergunakan dan sesuai dengan karakteristik desa.
Harus dikembangkan sebuah aplikasi sistem informasi desa dimana mulai dari
proses pemasukan data, pengolahan data, dan analisis data semuanya menjadi satu
kesatuan yang utuh.

APLIKASI SISTEM INFORMASI DALAM PENGELOLAAN DANA DESA


Sistem informasi memerlukan aplikasi dalam menjalankan sistem tersebut. Terdapat beberapa
contoh aplikasi berbasis komputer dalam sistem informasi desa. Aplikasi-aplikasi tersebut
diantaranya SIMPUL Desa dan SIAP Desa.

Sistem Terpadu Administrasi Data Desa (SIMPUL Desa)

Sumber: www.keuangandesa.com

SIMPUL Desa merupakan aplikasi yang dibangun berbasis desktop dengan bahasa
pemrograman Microsoft Visual Basic, sehingga menjadikan aplikasi ini ringan dan dapat
dengan mudah diinstalasi dan digunakan. Aplikasi ini dikembangkan oleh INTERFACE,
salah satu unit Penabulu Alliance yang didedikasikan untuk mendorong terbangunnya
keterbukaan informasi publik di Indonesia.
SIMPUL Desa merupakan aplikasi yang ditujukan bagi aparat pemerintahan desa agar
dapat mengelola data administrasi desa dalam sebuah sistem informasi dan pelaporan
elektronik yang terpadu sesuai dengan Peraturan Kemendagri No. 32 tahun 2006 tentang
Pedoman Administrasi Desa. Aplikasi ini dibangun dengan prinsip kemudahan bagi
penggunanya (user friendly). Program aplikasi ini memberikan kemudahan dalam
penginputan dan pengolahan administrasi data desa. Modul SIMPUL desa meliputi: Modul
Administrasi Desa Umum, Modul Administrasi Penduduk, Modul Administrasi Keuangan,
Modul Administrasi Pembangunan dan Modul Administrasi Badan Permusyawarah Desa
(BPD). Dengan adanya aplikasi ini maka perangkat desa dapat mengubah segala bentuk data
yang dimiliki desa menjadi informasi-informasi berguna yang dapat dipergunakan dalam
proses perencanaan dan pembangunan di desa. Perangkat desa dapat memasukkan data-data
pengenai peraturan desa, data-data penduduk desa, data-data proyek yang terdapat di desa ke
dalam aplikasi sehingga nantinya data-data tersebut dapat diadministrasikan dengan baik dan
luaran nyatanya adalah laporan-laporan yang menunjukkan informasi akurat tentang kondisi
desa yang sebenarnya.

Sistem dan Aplikasi Keuangan Dana Desa (SIAP Desa)

Sumber: www.keuangandesa.com

Berbeda dengan SIMPUL Desa, aplikasi SIAP Desa ini ditujukan bagi pengelolaan dan
penyusunan pelaporan Penerimaan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Anggaran Dana
Desa (ADD) dan juga mencakup sumber penerimaan baru bagi desa yaitu Dana Desa yang
berasal dari APBN, sesuai mandat UU No. 6 tahun 2014 Tentang Desa. Aplikasi SIAP Desa
disusun berdasarkan Peraturan Mendagri No 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan
Desa yang merupakan penyempurnaan dari Peraturan Kemendagri No 37 Tahun 2007
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.
Modul yang akan dicakup dalam Aplikasi SIAP Desa ini antara lain adalah Kode
Anggaran, Catatan Transaksi Harian, Laporan Keuangan, Laporan Anggraan Pendapatan dan
Belanja Desa, Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu dan Laporan Realisasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa. Secara umum aplikasi SIAP Desa ini membantu perangkat
desa dalam menyusun laporan-laporan keuangan terkait dengan kegiatan di desa. Selama ini
banyak perangkat desa yang masih menyusun laporan keuangan secara manual. Aplikasi ini
akan memudahkan perangkat desa dalam memilah berbagai transaksi kemudian luaran
nyatanya adalah sebuah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan dan penggunaan
anggaran di desa. Aplikasi SIMPUL Desa dan SIAP Desa menunjukkan bahwa peran
teknologi dalam proses pembangunan di desa mutlak untuk diperlukan. Aplikasi-aplikasi
yang terintegrasi dalam sistem informasi desa akan memudahkan perangkat desa dalam
menyusun data, mengolah data, dan mempergunakan informasi yang dihasilkan dari data
tersebut dalam proses pembangunan di desa.
DAFTAR PUSTAKA

Jahja, R., Haryana, D. Mariana, & M. Rendra. 2012. Sistem Informasi Desa Sistem
Informasi dan Data untuk Pembaruan Desa. Yogyakarta: COMBINE Resource
Institution (CRI).
Keuangan Desa. 2016. Sistem Terpadu Administrasi Data Desa dan Sistem dan
Aplikasi Keuangan Dana Desa. Diakses pada tanggal 30 Maret 2016.
http://www.keuangandesa.com/perangkat/
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Anda mungkin juga menyukai