Anda di halaman 1dari 7

Pemeliharaan Kelistrikan Sepeda Motor - Pertemuan 6

KD 3.6 Memahami Prinsip Kerja Sistem Pengapian Elektronik


Materi Busi

A. Busi
Busi mempunyai tugas meloncatkan bunga api listrik tegangan tinggi di dalam
ruang bakar dan membakar campuran bahan bakar dan udara yang sudah
dikompresikan. Bunga api listrik meloncat diantara elektrode tengah yang diisolasi
dengan keramik ke sebuah atau lebih elektroda massa/negatif.
Busi yang baik memiliki hal-hal sebagai berikut :
√ Mampu menerima beban sampai dengan tegangan 40.000 volt.
√ Daya isolasi sampai dengan 1000 °C.
√ Cepat mencapai temperatur pembersihan diri.
√ Mampu merapatkan ruang bakar.
√ Konstruksi mekanis yang kuat.
√ Tahan terhadap proses kimia yang terjadi di ruang bakar.
√ Tahan terhadap perubahan temperatur : gas panas/campuran bahan bakar yang
dingin.
√ Mampu mengalirkan panas pada isolator dan elektroda.

Bagian dari sebuah busi dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1. Konstruksi busi


Batang penghantar terbuat dari baja dan pada ujungnya dibuat ulir untuk mur
pengunci yang dihubungkan ke kabel pengapian atau langsung ke batang
penghubung koil. Isolator harus tahan terhadap loncatan listrik tegangan tinggi,
sehingga tegangan tinggi tidak meloncat ke samping. Loncatan bunga api yang
baik akan terfokus (gambar a), sedangkan loncatan yang ke samping adalah
loncatan bunga api yang buruk (gambar b)

Gambar 2. Loncatan bunga api pada elektroda busi

Busi yang telah dipasang dan tidak sesuai dengan peruntukannya sebaiknya tidak
digunakan lagi. Atau setelah pemakaian kemudian terjadi kerusakan kecil yang
diakibatkan retak meskipun secara penglihatan tidak tampak, maka ini akan
mengakibatkan gangguan loncatan bunga api yang dapat menembus melalui
retakan tersebut. Akibatnya loncatan bunga api tidak lagi terjadi pada celah
elektrode tetapi keluar dan meloncat ke massa.

Gambar 3. Celah busi

Celah busi umumnya berkisar 0,7 ~ 1,1 mm. Kebanyakan celah elektroda busi tidak
perlu disetel (celah sudah tertentu), bila celah sudah melebihi dari ketentuan maka
elektroda massa tidak boleh disetel karena berbahaya/beresiko elektroda patah.
Besarnya celah busi akan berpengaruh terhadap besarnya tegangan yang
diperlukan untuk menghasilkan percikan api. Pada celah elektroda yang terlalu
kecil akan berakibat kebutuhan tegangan untuk meloncatkan bunga api menjadi
kecil dan menyebabkan suara motor tidak halus dan emisi gas buang jadi jelek.
Untuk mencegah terjadinya percikan api yang kecil dan untuk meningkatkan unjuk
kerja pengapian, beberapa elektroda tengah mempunyai diameter kurang dari 1
mm atau pada elektroda massanya berbentuk alur U.

Tekanan kompresi di dalam ruang bakar juga akan mempengaruhi tegangan tinggi
yang diperlukan untuk memercikan bunga api pada busi. Bila tekanan kompresi
makin tinggi, maka kerapatan gas yang dikompresikan akan semakin tinggi
sehingga tahanan listrikanya makin besar dan diperlukan tegangan yang lebih
tinggi untuk meloncatkan percikan api pada busi. Selain itu suhu campuran udara
dan bahan bakar yang makin rendah menyebabkan tegangan yang diperlukan akan
naik juga.

Isolator berfungsi untuk menghindari terjadinya kebocoran tegangan pada


elektroda tengah atau inti busi, sehingga bagian ini mempunyai peranan yang
penting dalam menentukan unjuk kerja pengapian. Karena itu, isolator mempunyai
daya isolasi yang cukup baik terhadap listrik, tahan panas, kuat dan stabil. Isolator
ini terbuat dari keramic yang mempunyai daya sekat yang baik serta mempunyai
penyangga untuk mencegah terjadinya loncatan api dari tegangan tinggi.

Shell adalah komponen logam yang mengelilingi insulator dan sekerup untuk bisa
dipasang pada kepala silinder. Elektroda massa disolder pada bagian ujung ulir busi.
Sesuai dengan diameter sekrupnya, terdapat 4 macam ulir 10 mm, 12 mm, 14 mm
dan 18 mm. Panjang (jangkauan) ulir ditentukan oleh diameternya. Untuk panjang
sekrup 14 mm, terdapat 3 jenis panjang ulir, yaitu 9,5 mm, 12,7mm dan 19 mm.
Celah antara isolator dan inti kawat atau shell diberi perapat khusus yaitu glass
seal.

Persyaratan yang harus dimiliki busi adalah harus tahan terhadap panas,
konstruksinya kuat, tahan karat, harus tahan terhadap tekanan kompresi sehingga
tidak terjadi kebocoran, mempunyai self-cleaning temperature, harus mempunyai
sifat sebagai isolasi listrik yang baik. Jika temperatur elektroda busi kurang dari 450
0 C, maka akan terbentuk karbon akibat pembakaran yang kurang sempurna dan
akan menempel pada permuka keramik (porselin) sehingga akan menurunkan
tahanan isolasinya terhadap bodi busi. Hal ini sangat merugikan karena tegangan
tinggi dapat melewati karbon tersebut yang dapat menyebabkan misfiring karena
tidak ada percikan api pada busi. Jika temperatur 450 0 C atau lebih, maka karbon
pada hidung isolator akan terbakar sehingga hidung busi menjadi bersih.

Temperatur di mana kerak karbon pada busi dapat terbakar sehingga busi menjadi
bersih kembali disebut self-cleaning temperature atau temperatur membersihkan
diri. Sekarang ini sudah banyak busi yang bisa mempertahankan temperatur
suhunya dalam berbagai macam kondisi berkendara. Umumnya batas ketahanan
panasnya tertulis pada businya untuk memberikan informasi mengenai tipe dan
ukurannya. Angka penunjuk panasnya ada beberapa macam tergantung dari pabrik
pembuatnya dan menunjukan tipe busi apakah busi panas atau busi dingin.

B. Jenis Busi
1. Jenis Busi dengan tambahan resistor

Gambar 4. Busi resistor

Busi yang beredar di pasaran memiliki perbedaan material pada batang


penghantarnya. Pada busi resistor, batang penghantar diberikan hambatan dari
bahan keramik untuk mengurangi radiasi elektromagnetis dari busi. Ciri-ciri busi
dengan resistor yaitu terdapat huruf R pada kode busi. Sedangkan pada busi non
resistor tidak terdapat hambatan dan tidak terdapat kode huruf R.

2. Jenis Busi Berdasarkan Bentuk Elektroda Negatif / Massa

Gambar 5. Bentuk elektroda massa


Ada 4 macam bentuk elektroda massa busi :
a. Elektroda massa datar
b. Elektroda Samping (ujung elektroda terbuat dari platina)
c. Elektroda lebih dari satu.
d. Elektroda segitiga (hanya untuk mobil)
Elektroda massa biasanya terbuat dari paduan logam Nickel –Chrom juga biasanya
terbuat dari baja agar ketika bekerja elektroda tersebut tidak menjadi panas dan
dapat menghantar panas ke massa dengan baik serta awet. Pada elektrode tengah
sampai dengan ujung elekrode biasanya digunakan perak yang dapat memperbaiki
perambatan panas.

3. Jenis Busi Berdasarkan Bentuk Elektroda Tengah


Busi yang digunakan pada masa kini dikonstruksi dengan elektroda bagian tengah
yang berhubungan langsung dengan ruang bakar agar dapat terlindungi dari korosi
akibat pembakaran, temperatur yang tinggi ,tekanan pembakaran ,dan kotoran
akibat dari pembakaran. Konstruksi elektroda tengah yaitu:
- Elektroda pusat yang terbungkus
- Elektroda pusat terbuat dari perak
- Elektroda pusat terbuat dari platina

Elektroda pusat yang terbungkus logam murni lebih baik dibandingkan dengan
logam tuang dalam menghantarkan panas, tetapi mudah dipengaruhi oleh proses
kimia gas-gas dari hasil pembakaran. Karena alasan yang mendasar ini maka
elektroda pusat dibungkus dengan paduan logam Nickel dan inti terbuat dari perak.

Elektroda pusat yang terbuat dari perak memiliki sifat menghantar arus dan
temperatur yang baik oleh sebab itu elektroda perak dibuat dengan diameter yang
kecil saja. Elektroda platina dan paduan platina memiliki ketahanan yang tinggi
terhadap korosi dan oksidasi. Elektroda platina bisa dibuat lebih kecil yaitu dapat
dibuat sampai dengan diameter 0,8 mm. Dengan diameter elektrode yang lebih
kecil maka kebutuhan tegangan pengapian menjadi lebih kecil, ini terjadi karena
jumlah molekul udara yang ada diujung elektrode yang harus di ionisasi.

Elektrode pusat denga bahan Iridium memiliki diameter elektrode pusat yang
diperkecil sampai dengan 0,4 mm menjadikan tegangan tinggi lebih terpusat dan
hal ini meyebabkan pembakaran menjadi lebih baik.
Gambar 6. Elektroda pusat meruncing dengan material iridium

4. Jenis Busi Menurut Tingkat Panas Busi


Busi yang digunakan pada sepeda motor dibedakan menjadi dua jenis yaitu busi
panas dan busi dingin. Tingkat panas busi akan berbeda-beda dan disesuaikan
dengan karakter mesin.

Gambar 7. Busi panas dan busi dingin

Busi Panas
Busi panas adalah busi yang lambat mentransfer panas dan memiliki angka
temperatur panas lebih kecil. Pada busi panas, isolator keramiknya panjang
sehingga proses penyaluran panasnya lebih sulit. Hal ini menyebabkan suhu
elektroda busi menjadi lebih panas jika dibandingkan dengan busi dingin. Busi
panas dibuat untuk sepeda motor dengan kerja ringan dengan putaran mesin yang
rendah.

Busi Dingin
Busi dingin adalah busi yang cepat mentransfer panas dan memiliki angka
temperatur panas yang kecil. Pada busi dingin, suhu elektroda tengah yang panas
dapat segera turun karena perpindahan panasnya dapat berlangsung dengan cepat.
Hal ini karena insulator keramiknya pendek sehingga dengan mudah panas
disalurkan ke bodi busi, ke kepala silinder, dan kemudian diserap oleh air pendingin.
Karena busi dingin lebih cepat menyalurkan panas (membuang panas), busi dingin
cocok digunakan untuk sepeda motor dengan kinerja diri, dimana mesinnya sering
berputar pada putaran tinggi.

Penggunaan busi panas atau dingin harus sesuai dengan karakter dan cara
berkendara sehari-hari. Jika penggunaan busi panas atau busi dingin tidak sesuai
akan berakibat terjadi perubahan kinerja mesin. Bila terdapat endapan karbon atau
oli pada permukaan isulator dan warna busi hitam basah, gantilah dengan busi
panas. Bila terjadi panas berlebihan, warna busi putih dan kering, maka gantilah
dengan busi dingin. Bila terjadi kegagalan pembakaran atau pemakaian kendaraan,
gantilah dengan busi tipe panas.

Anda mungkin juga menyukai