Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT VARICELLA ZOSTER (CACAR AIR)

Disusun Oleh :
NUR RAHMAWATI .P.
NPM :
20.156.03.11.074

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEDISTRA INDONESIA
BEKASI
2021
A. Definisi
Varicella atau chickenpox atau yang dikenal dengan cacar air adalah infeksi
primer virus varicella zoster (vzv) yang umumnya menyerang anak dan merupakan
penyakit sangat menular. Meskipun gejala klinis varicella tidak berat namun pada
remaja, orang dewasa dan anak dengan status imunitas menurun dapat meningkatkan
angka kesakitan dan kematian. (Sari Pediatri 2010;11 (6):440-47)

B. Epidemiologi
Varicella terdapat diseluruh dunia dan tidak ada perbedaan ras maupun jenis
kelamin.
1. Usia
Pada orang yang belum mendapat vaksinasi, 90% kasus terjadi pada
anak-anak dibawah 10 tahun terbanyak umur 5-9 tahun, 5% terjadi pada
orang yang berusia lebih dari 15 tahun. Sementara pada pasien yang
mendapat imunisasi, insiden terjadinya varicella secara nyata menurun.5
2. Insiden
Sejak diperkenalkan adanya vaksin varicella pada tahun 1995, insiden
terjadinya varicella terbukti menurun. Dimana sebelum tahun 1995, terbukti
di Amerika terdapat 3-4 juta kasus varicella setiap tahunnya.5
3. Transmisi
Transmisi penyakit ini secara aerogen maupun kontak langsung.
Kontak tidak langsung jarang sekali menyebabkan varicella. Penderita yang
dapat menularkan varicella yaitu beberapa hari sebelum erupsi muncul dan
sampai vesikula yang terakhir. Tetapi bentuk erupsi kulit yang berupa krusta
tidak menularkan virus.

C. Etiologi
Varicella disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (VZV) yang termasuk
kelompok Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150 – 200 nm. Inti virus disebut
capsid yang berbentuk icosahedral, terdiri dari protein dan DNA yang mempunyai
rantai ganda yaitu rantai pendek (S) dan rantai panjang (L) dan merupakan suatu garis
dengan berat molekul 100 juta dan disusun dari 162 capsomer. Lapisan ini bersifat
infeksius. 1 Seperti herpes virus lainnya, VZV terus bertahan di dalam tubuh setelah
infeksi pertama sebagai infeksi laten. VZV bertahan pada nervus saraf ganglia.
Varicella Zoster Virus dapat menyebabkan varicella dan herpes zoster. Kontak
pertama dengan virus ini akan menyebabkan varicella, oleh karena itu varicella
dikatakan infeksi akut primer, sedangkan bila penderita varicella sembuh atau dalam
bentuk laten dan kemudian terjadi serangan kembali maka yang akan muncul adalah
Herpes Zoster.

D. Klasifikasi Varicella
Menurut Siti Aisyah (2003). Klasifikasi Varisela dibagi menjadi 2 :
1. Varisela congenital
Varisela congenital adalah sindrom yang terdiri atas parut sikatrisial, atrofi
ekstremitas, serta kelainan mata dan susunan syaraf pusat. Sering terjadi
ensefalitis sehingga menyebabkan kerusakan neuropatiki. Risiko terjadinya
varisela congenital sangat rendah (2,2%), walaupun pada kehamilan trimester
pertama ibu menderita varisela. Varisela pada kehamilan paruh kedua jarang
sekali menyebabkan kematian bayi pada saat lahir. Sulit untuk mendiagnosis
infeksi varisela intrauterin. Tidak diketahui apakah pengobatan dengan antivirus
pada ibu dapat mencegah kelainan fetus.

2. Varisela neonatal
Varisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari sebelum
sampai 2 hari sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi yang terpajan akan
menderita varisela neonatal. Sebelum penggunaan varicella-zoster immune
globulin (VZIG), kematian varisela neonatal sekitar 30%. Namun neonatus
dengan lesi pada saat lahir atau dalam 5 hari pertama sejak lahir jarang menderita
varisela berat karena mendapat antibody dari ibunya. Neonatus dapat pula tertular
dari anggota keluarga lainnya selain ibunya. Neonatus yang lahir dalam masa
risiko tinggi harus diberikan profilaksis VZIG pada saat lahir atau saat awitan
infeksi maternal bila timbul dalam 2 hari setelah lahir. Varisela neonatal biasanya
timbul dalam 5-10 hari walaupun telah diberikan VZIG. Bila terjadi varisela
progresif (ensefalitis, pneumonia, varisela, hepatitis, diatesis pendarahan) harus
diobati dengan asiklovir intravena. Bayi yang terpajan dengan varisela maternal
dalam 2 bulan sejak lahir harus diawasi. Tidak ada indikasi klinis untuk
memberikan antivirus pada varisela neonatal atau asiklovir profilaksis bila
terpajan varisela maternal.

E. Manifestasi Klinis

1. Masa tunas penyakit berkisar antara 8-12 hari.


2. Didahului stadium prodromal yang ditandai :
 Demam
 Malaise
 Sakit kepala
 Anoreksia
 Sakit punggung
 Batuk kering
 Sore throat yang berlangsung 1-3 hari.
3. Stadium : erupsi yang ditandai dengan terbentuknya verikula yang khas, seperti
tetesan embun (teardrops) vesikula akan berubah menjadi pustule, kemudian
pecah menjadi kusta, sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel baru
sehingga menimbulkan gambaran polimorfi.
4. Penyebaran lesi terutama adalah di daerah badan kemudian menyebar secara
satrifugal ke muka dan ekstremitas. (Prof.dr. Marwali Harahap, 2000 : 94 – 95 )

F. Pathway

Riwayat kontak dengan


Imunitas tubuh pasien varicella

Virus varicella
zoster

Invasi virus melalui saluran


pernafasan/kontak langsung

Virus bereplikasi di kelenjar getah


bening (2-4 hari)

Penyebaran virus melalui darah (4-6)

Virus bereplikasi ke organ-organ

Virus mencapai kulit

VARICELLA

Reaksi Inflamasi

Pelepasan mediator Replikasi di sel epidermal


kimia (prostaglandin)
Vakuolisasi sel dan lisis
Gangguan di Hipotalamus

Suhu tubuh ↑ Terjadi macula(lesi kulit 14 hari)

Timbul papula
MK : Terinfeksi
HIPERTERMI
Vesikula

Mengenai saraf nyeri pada


MK : KERUSAKAN kulit (free nerve ending)
INTEGRITAS KULIT
MK : NYERI
G. Diagnosis
Diagnosa varicella ditegakkan berdasarkan temuan klinis yaitu adanya ruam kulit
yang khas (makula, papula, vesikel dan keropeng). Pertama, timbul banyak bercak
berukuran kecil, merah dan gatal. Kemudian, bercak-bercak ini berubah menjadi
bintul (papila) atau lepuhan (vesikula) yang kecil, pecah dan akhirnya membentuk
keropeng (krusta). Biasanya bercak-bercak ini mulai timbul pada badan, kemudian
menyebar pada wajah, lengan, serta kaki. Munhgkin terdapat bercak, lepuhan dan
keropeng sekaligus pada saat yang bersamaan.
Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk mendiagnosis pasien yang
dicurigai menderita varicella atau herpes zoster serta untuk menentukan terapi
antivirus yang sesuai. Pada tingkat yang lebih tinggi, dapat dilakukan isolasi virus dari
cairan vesikel selanjutnya diuji PCR (polimerase chain reaction) atau DFA ( direct
fluorescent antibody) untuk mengidentifikasi jenis virus. Selain itu dapat dilakukan
pemeriksaan enzim immunoassay yang digunakan untuk mendeteksi kenaikan titer
imunoglobulin G.
Leukopenia terjadi pada 72 jam pertama, diikuti oleh limfositosis. Pemeriksaan
fungsi hati (75%) juga mengalami kenaikan. Pasien dengan gangguan neurologi
akibat varicella biasanya mengalami limfositik pleositosis dan peningkatan protein
pada cairan serebrospinal serta glukosa yang umumnya dalam batas normal.

H. Penatalaksanaan
Pada umumnya bersifat ringan, kebanyakan penderita tidak memerlukan terapi
khusus selain istirahat dan pemberian asupan cairan yang cukup. Yang justru sering
menjadi masalah adalah rasa gatal yang menyertai erupsi. Bila tidak ditahan-tahan ,
jari kita tentu ingin segera menggaruknya. Masalahnya,bila sampai tergaruk hebat,
dapat timbul jaringan parut pada bekas gelembung yang pecah. Tentu tidak menarik
untuk dilihat.
1. Umum :
a. Isolasi untuk mencegah penularan.
b. Diet bergizi tinggi (Tinggi Kalori dan Protein).
c. Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat.
d. Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian
antiseptik pada air mandi.
e. Upayakan agar vesikel tidak pecah.
f. Jangan menggaruk vesikel.
g. Kuku jangan dibiarkan panjang.
h. Bila hendak mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan handuk pda kulit,
jangan digosok.
2. Farmakoterapi
a. Asiklovir oral
Biasanya diberikan pada penyakit - penyakit lain yang melemah kan daya
tahan tubuh.
b. Antipiretik dan untuk menurunkan demam
1) Parasetamol atau ib uprofen.
Jangan berikan aspirin pda anak anda, pemakaian aspirin pada
infeksi virus (termasuk virus varisela) telah dihubungkan dengan
sebuah komplikasi fatal, yaitu Syndrom Reye.
2) Salep antibiotika : untuk mengobati ruam yang terinfeksi.
3) Antibiotika : bila terjadi komplikasi pnemonia atau infeksi bakteri
pada kulit.
4) Dapat diberikan bedak atau losio pengurang gatal (misalnya losio
kalamin).
I. Pencegahan
1. Hindari kontak dengan penderita.
2. Tingkatkan daya tahan tubuh.
3. Imunoglobulin Varicella Zoster
a. Dapat mencegah (atau setidaknya meringankan terjadinya cacar air). Bila
diberikan dalamwaktu maksimal 96 jam sesudah terpapar.
b. Dianjurkan pula bagi bayi baru lahir yang ibunya menderita cacar air
beberapa saat sebelum atau sesudah melahirkan.

J. Komplikasi
Cacar air jarang menyebabkan komplikasi. Jika terjadi komplikasi dapat berupa
infeksi kulit. Komplikasi yang paling umum ditemukan adalah :
1. Bekas luka yang menetap. Hal ini umumnya ditemukan jika cacar air terjadi
pada anak yang usianya lebih tua atau cenderung pada orang dewasa.
2. Acute Cerebral Ataxia Komplikasi ini tidak umum ditemukan dan cenderung
lebih mungkin tejadi pada anak yang lebih tua. Komplikasi ini ditandai dengan
gerakan otot yang tidak terkoordinasi sehingga anak dapat mengalami
kesulitan berjalan, kesulitan bicara, gerakan mata yang berganti-ganti dengan
cepat. Ataxia ini akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa
minggu atau bulan.
Pada beberapa kelompok, cacar air mungkin menyebabkan komplikasi yang
serius seperti cacar air yang berat dan seluruh tubuh, pneumonia dan hepatitis yang
termasuk dalam kelompok tersebut :
1. Bayi dibawah usia 28 hari.
2. Orang dengan kekebalan tubuh rendah
3. Komplikasi yang terjadi pada orang dewasa berupa ensefalitis, pneumonia,
karditis, glomerulonefritis, hepatitis, konjungtivitis, otitis, arthritis dan
kelainan darah (beberapa macam purpura).
4. Infeksi pada ibu hamil trimester pertama dapat menimbulkan kelainan
congenital, sedangkan infeksi yang terjadi beberapa hari menjelang kelahiran
dapat menyebabkan varisela congenital pada neonatus.
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku ajar Infeksi & pediatri Tropis. Edisi Ke Dua. Bagian
Ilmu Kesehatan anak FKUI. Jakarta, 2012 : 134-141
Aisah S, Handoko RP, 2015, Varisela dalam Sri L, Kusmarinah B, Wresti I, Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh, Jakarta : Balai Penerbit FKUI, Hal 129-31.
Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat. Bab Varisela. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2007
Nanda(2014).Diagnosa Keperawatan NANDA International 2014-2016.Jakarta : penerbit
ECG

Anda mungkin juga menyukai