Anda di halaman 1dari 5

Nama : Jovita Agnes Glorya

NIM : 19/438879/HK/21871
Kelas : Hukum Acara Perdata E

Literasi Digital Rendah Mengakibatkan Kerugian dalam Sistem COD

Sistem COD adalah salah satu metode pembayaran jual beli online yang dilakukan secara tunai
saat barang diterima oleh pembeli.

Penggunaan metode COD dalam marketplace semakin diminati karena menawarkan berbagai
keuntungan. Keuntungan utamanya ialah pembeli dapat memastikan barang yang dibeli sampai
di tangannya terlebih dahulu sebelum membayar, sehingga menjamin rasa aman dan terhindar
dari penipuan. Selain itu, sistem ini dapat menyasar lebih banyak pembeli, terutama mereka yang
tidak mengerti sistem pembayaran digital.

Namun, dibalik keuntungannya, sistem COD juga menimbulkan kerugian. Salah satunya,
pembeli harus membayar ongkos kirim meskipun barang yang didapatkan tidak sesuai dengan
apa yang tertera di marketplace.

Kerugian tersebut turut melibatkan kurir menjadi pihak yang dirugikan. Tidak jarang kurir justru
menjadi pelampiasan konsumen yang enggan membayar karena merasa pesanannya tidak sesuai.
Dimaki pembeli hingga diancam dengan pedang adalah segelintir perlakuan yang dialami kurir
di lapangan.

Padahal, sang kurir tersebut tidak mengetahui detail transaksi antara penjual dan pembeli.

Permasalahan di atas tentunya tidak akan terjadi jika konsumen memahami syarat dan ketentuan
COD di marketplace yang bersangkutan sebelum bertransaksi.
Pihak di Balik Sistem COD
Dilansir dari Hukum Online, setidaknya ada lima pihak yang terlibat dalam transaksi jual beli di
marketplace dengan sistem COD, yaitu sebagai berikut:

a. Penyelenggara marketplace yang mempertemukan penjual dengan pembeli serta


menentukan aturan yang menunjang kegiatan jual beli di marketplace tersebut;
b. Penjual yang memperdagangkan barangnya di marketplace;
c. Pembeli yang membeli barang dari penjual melalui marketplace setelah menyepakati
barang, harga, dan metode pembayaran yang tertera (dalam hal ini COD);
d. Jasa ekspedisi yang telah dipilih pembeli menerima barang pesanan dari penjual; dan
e. Kurir ekspedisi yang mengantar barang tersebut menuju ke alamat pembeli.

Hubungan Hukum dalam Sistem COD


Sistem COD tidak terlepas dari ketentuan hukum perdata tentang perikatan atau perjanjian.
COD dapat dilakukan ketika penjual dan pembeli bersepakat melakukan transaksi jual beli
dengan harga yang telah ditentukan dalam marketplace. Hal ini mengacu pada Pasal 1320 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) tentang syarat sahnya perjanjian.

Jika telah terjadi kesepakatan perjanjian sebagaimana ditentukan pasal tersebut, maka sistem
COD termasuk dalam perjanjian antara penjual dan pembeli. Sepanjang syarat sahnya perjanjian
terpenuhi, maka perjanjian tersebut harus dipatuhi oleh kedua belah pihak.

Lantas, kapan jual beli dianggap telah terjadi?

Menurut Pasal 1458 KUHPerdata, jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak
seketika setelah mereka mencapai sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang belum
diserahkan maupun harganya belum dibayar.

Prof. R. Subekti dalam buku Aneka Perjanjian menjelaskan bahwa tercapainya sepakat itu
dinyatakan oleh kedua belah pihak dengan mengucapkan perkataan-perkataan, misalnya
“setuju”, “accord”, “oke”, dan lain sebagainya, atau pun dengan bersama-sama menaruh tanda
tangan di bawah pernyataan-pernyataan tertulis sebagai tanda (bukti) bahwa kedua belah pihak
telah menyetujui segala apa yang tertera di atas tulisan itu.

Dalam konteks jual beli melalui marketplace, tercapainya kata sepakat terjadi ketika pembeli
menekan tombol ‘buat pesanan’ atau kalimat sejenis yang pada intinya si pembeli setuju untuk
membeli barang dari si penjual dengan harga yang telah tertera beserta ongkos kirimnya. Setelah
itu, maka jual beli dianggap telah terjadi.

Dengan telah terjadinya jual beli, maka timbul kewajiban dari masing-masing pihak, dimana
penjual wajib menyerahkan barang dan pembeli wajib membayar harga pembelian pada waktu
dan tempat yang telah disepakati. Jika tidak ditetapkan, si pembeli harus membayar di tempat
dan pada waktu penyerahan (levering) barang dilakukan.

Konsekuensi Pembeli yang Menolak Membayar di Sistem COD


Perlu dipahami bahwa antara pembeli dan penjual memiliki hubungan timbal balik berupa hak
dan kewajibannya masing-masing atas transaksi COD yang telah disepakati.

Pembeli yang menolak membayar barang yang telah ia terima dapat dikategorikan sebagai
wanprestasi. Atas perbuatannya, penjual dapat menuntut ganti rugi atau pembatalan pembelian,
sebagaimana diatur dalam Pasal 1266, 1267, dan 1517 KUH Perdata.

Namun, jika barang yang dikirimkan penjual di marketplace tidak sesuai dengan yang
diperjanjikan, pembeli berhak atas kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, dan penjual
wajib memberikannya.

Pelaku usaha wajib memberikan batas waktu kepada pembeli untuk mengembalikan barang,
sebagaimana telah dijamin dalam Pasal 48 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019
tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.

Jadi, pembeli tidak diperkenankan menolak membayar pesanan COD yang telah ia terima, sebab
itu merupakan kewajibannya.

Dalam hal barang yang dikirimkan tidak sesuai dengan pesanan, pembeli berhak mengajukan
pengembalian barang, di mana syarat dan ketentuannya diatur dalam kebijakan marketplace yang
bersangkutan.
Dalam beberapa aturan pengembalian barang di marketplace, penjual mewajibkan pembeli
merekam video saat membuka paket yang diterimanya.

Sehingga, pembeli memiliki bukti yang kuat bila barang yang diterima tidak sesuai dan ingin
mengajukan keluhan kepada penjual.

Konfirmasi Sebagai Solusi Perbaikan Sistem COD


Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi tindakan sewenang-wenang dari pembeli
adalah dengan melakukan perbaikan sistem COD. Perbaikan sistem COD dapat dilakukan
dengan melakukan konfirmasi kepada pembeli saat pemesanan telah dilakukan.

Konfirmasi dapat dilakukan oleh penjual via telepon kepada pembeli dengan menanyakan secara
detail alamat kirim dan detail barang yang diinginkan. Bersamaan dengan dilakukannya
konfirmasi, penjual dapat menjelaskan kepada pembeli bagaimana prosedur meretur barang yang
dianggap tidak sesuai serta klasifikasi barang yang dapat diretur. Hal ini dilakukan sebagai solusi
atas permasalahan rendahnya minat literasi digital di masyarakat.

Melalui cara ini, pembeli akan mengetahui bahwa penjual memang benar-benar memiliki barang
yang dimaksud dan akan mengirimkannya. Di lain pihak, hal ini dapat memberikan rasa aman
kepada penjual, sehingga penjual yakin bahwa pembeli barang dagangannya tersebut benar-
benar ada dan bukan pembeli fiktif belaka.

Konfirmasi kepada pembeli dapat mencegah adanya barang "gaib" yang dikemas dalam sebuah
boks, lalu dikirim oleh penjual ke pembeli. Ataupun pembeli yang tidak mau membayar, karena
merasa tidak membeli barang tersebut atau barang yang tidak sesuai ekspektasi. Sebab, yang
terjadi selanjutnya adalah kurir yang menjadi sasaran kemarahan pembeli.

Tidak dapat dipungkiri, meskipun banyak insiden yang terjadi karena sistem COD, namun
keuntungan sistem COD sudah membantu banyak pembeli yang masih bergantung dengan
pembayaran konvensional. Harapannya dengan terjadinya insiden tersebut, sistem COD dapat
terus mengalami perbaikan sehingga menguntungkan seluruh pihak yang terlibat di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi

Elektronik.

Subekti, Raden. Aneka Perjanjian. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1992.

Firmansyah, Resya. “Kasihannya Kurir saat Antar Barang COD, Diancam Pakai Jenglot hingga

Pedang,” Kumparan, 28 Mei, 2021. https://kumparan.com/kumparanbisnis/kasihannya-kurir-saat

-antar-barang-cod-diancam-pakai-jenglot-hingga-pedang-1vpfBEQ9Y2Z/full.

Fauzia, Mutia. “Mau Pakai Fitur COD di E-commerce, Kenali Syarat dan Ketentuan Berikut,”

Kompas, 17 Mei, 2021. https://money.kompas.com/read/2021/05/17/131431826/mau-pakai-fitur-

cod-di-e-commerce-kenali-syarat-dan-ketentuan-berikut.

Permatasari, Erizka. “Ogah Bayar Pesanan Cash on Delivery (COD), Ini Hukumnya!”,

Hukumonline, 21 Mei 2021. https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt60a78e8f5f1ca/

ogah-bayar-pesanan-i-cash-on-delivery-i-cod-ini-hukumnya-/.

Anda mungkin juga menyukai