L DENGAN IMPAIRMENT OF
VISION
DISUSUN OLEH :
ADE AMELIA
3720200031
TA 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun luar tubuh.
Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca indera). Stimulus
yang sempurna memungkinkan seseorang untuk belajar berfungsi secara sehat dan
berkembang dengan normal.
Secara fisiologis, sistem saraf secara terus menerus menerima ribuan informasi dari organ
saraf sensori, menyalurkan informasi melalui saluran yang sesuai, dan mengintegrasikan
informasi menjadi respon yang bermakna.
Stimulus sensori mencapai organ sensori dan menghasilkan reaksi yang segera atau
informasi tersebut saat itu disimpan ke otak untuk digunakan dimasa depan. Sistem saraf
harus utuh agar stimulus sensori mencapai pusat otak yang sesuai dan agar individu
menerima sensi.Setelah menginterpretasi makna sensasi, maka orang dapat bereaksi terhadap
stimulus tersebut.
Empat komponen penting pada sensori, yaitu:
1. Stimulus (rangsangan)
2. Reseptor
3. Konduksi
4. Persepsi
Proses sensorik adalah kemampuan untuk memproses atau mengorganisasikan input
sensorik yang diterima. Biasanya proses ini terjadi secara otomatis, misalnya ketika
mendengar suara kicauan burung, otak langsung menterjemahkan sebagai bahasa atau suara
binatang.
Proses sensorik diawali dengan penerimaan input (registration), yaitu individu menyadari
akan adanya input. Proses selanjutnya adalah orientation, yaitu tahap dimana individu
memperhatikan input yang masuk. Tahap berikutnya, kita mulai mengartikan input tersebut
(interpretation). Selanjutnya adalah tahap organization, yaitu tahap dimana otak memutuskan
untuk memperhatikan atau mengabaikan input ini. Tahap terakhir adalah execution, yaitu
tindakan nyata yang dilakukan terhadap input sensorik.
Impairment of vision adalah gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan merupakan
masalah penting yang menyertai lanjutnya usia. Akibat dari masalah ini seringkali tidak
disadari oleh masyarakat, para ahli, bahkan oleh para lanjut usia sendiri. Dengan
berkurangnya penglihatan, para lanjut usia sering kali kehilangan rasa percaya diri,
berkurang keinginan untuk pergi keluar, untuk lebih aktif bergerak kesana kemari. Mereka
akan kehilangan kemampuan untuk membaca atau melihat televisi. Semua itu akan
menurunkan aspek sosialisasi dari para lanjut usia, mengisolasi mereka dari dunia luar yang
pada gilirannya akan menyebabkan depresi dengan berbagai akibatnya.
B. Penyebab
1. Gangguan penglihatan
a. Ketuaan ( Katarak Senilis )
b. Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada usia 60 tahun keatas.
c. Trauma
d. Cedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda,
terpotong, panas yang tinggi, dan bahan kimia dapat merusak lensa mata dan keadaan
ini disebut katarak traumatik.
e. Penyakit mata lain ( Uveitis )
f. Penyakit sistemik ( Diabetes Mellitus )
g. Defek congenital
I. IDENTITAS
NAMA : NY.L Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 54 tahun Suku : Sunda
Alamat : Jl.keahlian Agama : Islam
Pendidikan : SMP Status perkawinan : menikah
Tanggal pengkajian : 16.04.2021
II. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan kesehatan utama saat ini :
Klien mengatakan memiliki penyakit glaucoma dan pandangannya sudah tidak jelas .
klien mengatakan matanya sering nyeri P (tekanan bola mata tinggi), Q (nyut-
nyutan), R (mata kanan dan kiri terutama kanan), S (6), T (tidak menentu tapi
terutama saat malam hari, kelelahan atau sedang stress). Klien mengatakan seringkali
sulit tidur i terutama saat nyeri di malam hari dan . Klien mengatakan sangat tidak
nyaman dengan kondisinya dan sering terlihat mengusap mata karena tidak nyaman.
Klien tampak meringis sesekali
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Klien mengatakan awalnya hanya mengira jkalau matanya sakit karena faktor usia,
namun lama kelamaan pandangannya semakin parah dan klien memeriksakannya ke
dokter dan didiagnosa glaucoma yang sudah cukup parah pada mata sebelah kanan
karena telat ditangani. Klien mengatakan pernah jatuh ditangga rumah karena tidak
pakai kaca mata
c. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan kemungkinan ibunya menderita penyakit glaucoma
III. AKTIVITAS / LATIHAN
Sehari-hari klien melakukan aktivitas ibu rumah tangga seperti membersihkan rumah,
masak, dll. Namun klien tidak boleh terlalu lelah atau kurang tidur, terkadang klien
dibantu oleh anak-anaknya dalam melakukan pekerjaan rumah
IV. NUTRISI
Klien biasa makan 2-3x sehari dan berusaha menghindari makanan tinggi gula. cara
pengolahan makanan klien paling sering dengan digoreng atau direbus. Tidak ada
masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien.
V. ELIMINASI
Klien BAB 1X/hari, tidak ada kesulitan atau keluhan yang dirasakan yang berkaitan
dengan kebiasaan BAB atau BAK. Tidak ada kebiasaan tertentu terkait BAB dan BAK.
VI. ISTIRAHAT / TIDUR
Klien mengatakan sering terjaga dan terbangun di malam hari saat nyeri berlangsung
Klien mengatakan sering merasa sulit tidur apabila matanya nyeri di malam hari, lama
tidur sekitar 3-4 jam. Klien mengeluh istirahat tidak cukup. Mengeluh tidak puas saat
tidur. Klien tampak lelah dan kurang istirahat. Kebiasaan sebelum tidur tidak ada
VII. PENGKAJIAN
a. Keadaan Umum
b. Pengkajian Fisik
Tonus otot : 5 5
5 5
Dengan menggunakan tapi hanya untuk satu bagian tubuh (mis: untuk menggosok
bagian punggung atau kaki)
Memakai pakaian tanpa bantuan tapi untuk kegiatan tertentu memerlukan asisten
seperti memakai / mengikat tali sepatu
c. Toilet (pergi ke toilet, untuk BAB dan BAK, membersihak sendiri serta memakai
baju/celana sendiri)
Dapat pergi ke toilet, membersihkan sendiri, dan menata baju/celana tanpa bantuan
sama sekali
d. Pergerakan
Bergerak dari dan ke tempat tidur/kursi tanpa bantuan/assisten (mungkin bisa juga
dengan pegangan/tongkat penyangga)
e. Continence
Dapat mengontrol saat BAK dan BAB dengan sendiri
Membutuhkan bantuan serta supervisi untuk mengontrol BAK dan BAB, atau
dengan penggunaan kateter
f. Makan
Makan sendiri tanpa bantuan
Kategori :
Dengan Tanpa
No Aktifitas
bantuan bantuan
5 Mandi sendiri 0 5
9 Mengontrol BAB 5 10
10 Mengontrol BAK 5 10
Pergerakan
Berjalan 2 2 2 mandiri
Toilet 1 1 1 mandiri
Perawatan diri
Aktivitas tangan
Menulis 1 1 1 mandiri
Pekerjaan
Avocasional
Keterangan :
Dengan Bantuan
1. Tidak memerlukan alat
2. Memerlukan bantuan alat
3. Memerlukan bantuan orang lain
4. Memerlukan bantuan orang lain dan alat
5. Tidak bisa apa-apa
Sakit/ Nyeri
1. Tidak sakit
2. Sakit ringan
3. Sakit sedang
4. Sakit berat
Tingkat kesulitan
1. Sangat mudah
2. Mudah
3. Sedang
4. Sulit
5. Sangat sulit
4. INSTRUMENTAL ACTIVITIES OF DAILY LIVING
Instrumen ini menggambarkan sejauh mana kondisi dasar ADL lansia, diperlukan untuk
menentukan atau mengetahui sejauh mana dan jenis aktivitas sehari-hari apa yang dapat
dilakukan oleh lansia secara mandiri, membutuhkan bantuan atau tidak dapat melakukan
sendiri.
Keterangan :
I : Independent
A : Assisten
D : Dependent
2. Menggunakan transportasi
I : Bepergian secara mandiri (dengan angkutan umum/ menyetir mobil)
3. Kemampuan belanja
I : Dapat berbelanja sendiri dengan transportasi yang ada
7. Menggunakan keuangan
I : Dapat mengatur keuangan, menulis cek dan membayar tagihan
Suku : Jawa
Keterangan :
Pertanyaan 1, benar apabila dapat menyebutkan tanggal, bulan, dan tahun dengan tepat
Pertanyaan 2, benar apabila tepat menyebutkan hari
Pertanyaan 3, benar apabila dapat mendeskripsikan tempat dengan benar
Pertanyaan 4, benar apabila dapat menyebutkan nomor telephonenya dengan tepat
Pertanyaan 5, benar apabila dapat menjawab umur sesuai dengan kelahirannya
Pertanyaan 6, benar apabila menjawab tanggal, bulan, dan tahun, sesuai dengan identitas
diri
Pertanyaan 7, benar apabila dapat menyebutkan nama presiden saat ini
Pertanyaan 8, benar apabila dapat menyebutkan nama presiden sebelumnya
Pertanyaan 9, benar apabila dapat menyebutkan ibunya
Pertanyaan 10, benar apabila dapat mengurangi dengan benar sampai akhir
Penilaian Hasil :
Bulan
Tanggal
Hari
Musim
Kota
Wilayah
Kecamatan
Gedung
e. Mengulang kembali tiga kata yang sudah disebutkan pada point 3 (3/3)
Lantai, pintu, baju
f. Menyebutkan nama benda kita ditunjuk (2/2)
lemari, TV
g. Mengulangi kata-kata yang kita ucapkan (1/1)
jika, atau, dan, tetapi
h. Memahami dan melakukan perintah (3/3)
ambil kertas dengan tangan kanan. lipat kertas sama panjang, taruh dilantai
i. Meminta lansia untuk menuliskan sebuah kalimat (1/1)
besok saya akan pergi ke rumah sakit
j. Meminta lansia untuk meniru sebuah gambar sederhana (0/1)
Kesimpulan : skor 25
6. Status mental : 15
- Lansia menyadari kondisi dirinya sendiri/ normal 0
- Lansia mengalami penurunan/ keterbatasan 15
kognitif
TOTAL SKOR 45
Kategori :
Tidak berisiko 0-24
Risiko rendah 25-50
Risiko tinggi > 51
X. ANALISA DATA
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik (glaucoma) dibuktikan dengan mengeluh nyeri, tampak meringis,
sulit tidur (D0077)
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (nyeri saat malam hari) dibuktikan dengan mengeluh sulit
tidur, tidak puas saat tidur, istirahat tidak cukup, sering terjaga (D0055)
3. Resiko jatuh dibuktikan dengan riwayat jatuh dan memiliki gangguan penglihatan (glaucoma) (D0143)
XI. INTERVENSI
Hari/Tgl/ DIAGNOSA
NO Jam TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
Selasa Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Managemen Nyeri (I.08238) Managemen Nyeri
1 27/04/21
dengan agen pencidera keperawatan selama 3x24 jam (I.08238)
10.00
fisik (glaucoma) dibuktikan tingkat nyeri Ny T berkurang, a. Observasi a. Observasi
dengan mengeluh nyeri, dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk
tampak meringis, sulit tidur 1. Keluhan nyerri: cukup karakteristik dan intensitas memastikan
(D0077) menurun (4) (skala nyeri 1- nyeri lokasi,
10) karakteristik,
2. Meringis : cukup menurun durasi, frekuensi
(4) kualitas dan
3. Kesulitan tidur : cukup intensitas nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri
menurun (4) (7-8 jam 2. Untuk
3. Identifikasi respon non
perhari) mengetahui
verbal
4. Frekuensi nadi cukup tingkat nyeri
membaik (4) (60- klien
100x/menit) 3. Untuk
4. Identifikasi faktor yang
mengetahui
memperberat nyeri
respon klien
terhadap nyeri
4. Agar dapat
mengurangi
faktor yang
memperberat
b. Terapeutik nyeri
1. Berikan teknik non b. Terapeutik
farmaklogis untuk 1. Membuat klien
mengurangi nyeri lebih rileks
PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Tindakan
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan.