Anda di halaman 1dari 119

LAPORAN

PRAKTIK LAPANGAN KEPERAWATAN


MANAJEMEN DI RUANG KENANGA

PEMBIMBING
OLEH:

Ns. Siska Mayang Sari, M.Kep


KELOMPOK 3

IRVANSAH
RAHMATUL LAILI
LILIS ROMAITO
HILMIATUSSAIDAH
HERLI YULIANTI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
HANG TUAH PEKANBARU
2020/2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................

1.2 Tujuan.......................................................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI

A. Karakteristik Ruangan ................................................................................................

1. Struktur Organisasi Ruangan .................................................................................

2. Jumlah Tempat Tidur.............................................................................................

3. Visi Ruangan.........................................................................................................

4. Misi Ruangan ........................................................................................................

5. Motto Ruangan......................................................................................................

6. Ketenagaan............................................................................................................

7. Lingkup Kerja Fisik...............................................................................................

B. Hasil Observasi Pelayanan Keperawatan Di Rangan Kenanga ....................................

C. Hasil Pengumpulan Data/Pengkajian ..........................................................................

1. Man.......................................................................................................................

2. Material.................................................................................................................

3. Metode ..................................................................................................................

4. Money ...................................................................................................................
5. Marketing ..............................................................................................................

D. Analisa SWOT ...........................................................................................................

E. Analisa Data

F. Plan Of Action (POA) .................................................................................................

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan ...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

A. Latar belakang

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang dilakukan oleh tenaga medis profesional yang
terorganisir baik dari sarana prasarana kedokteran yang permanen, pelayanan kedokteran,
asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang
diderita oleh pasien. Pelayanan keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan yang
didasari oleh ilmu dan kiat keperawatan kepada individu, kelompok atau masyarakat dalam
keadaan sehat maupun sakit (Kemenkes, 2017).

Manajemen adalah proses untuk melaksanakan kegiatan melalui orang lain. Kegiatan
manajemen keperawatan mengacu pada konsep manajemen secara umum, dengan
menggunakan pendekatan fungsi-fungsi manajemen meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan (pengawasan dan Evaluasi). Manajemen
pelayanan keperawatan berfokus pada komponen 5 M (Man, Material, Method, Money,
Marketting). Dalam setiap kegiatan manajemen selalu diawali dari Perencanaan dan diakhiri
dengan Pengontrolan yang merupakan suatu siklus yang berulang(Mugianty, 2016).

Peran manajer keperawatan tidak terlepas dari proses manajemen yang dilakukan, termasuk
menerapkan perhatian kepada sumber daya material maupun sumber daya manusia
keperawatan. Peran manajer yang diterapkan secara nyata mampu membawa transformasi
bagi staf keperawatan lainnya untuk menerapkan standar mutu keperawatan. Standar
ditetapkan untuk mengukur performa asuhan dan pelayanan keperawatan yang bersifat
obyektif, dapat diukur, dan dapat dicapai (Nurdiana, Hariyati & Anisha, 2017).

Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien secara sistematis dan terorganisir. Manajemen asuhan
keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan kegiatan keperawatan
dengan menggunakan metoda proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien atau
menyelesaikan masalah klien. Tiga komponen penting dalam manajemen asuhan
keperawatan yaitu manajemen sumber daya manusia (perawat) dengan menggunakan sistem
pengorganisasian pekerjaan perawat (asuhan keperawatan) dan sistem klasifikasi kebutuhan
klien dalam metoda pemberian asuhan keperawatan yaitu proses keperawatan (Mugianty,
2016).
Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru memberikan pelayanan paripurna yang memenuhi
standar internasional. Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru memiliki sistem manajemen
yang profesional termasuk manajemen keperawatan yang terdapat pada setiap ruangan di
Rumah Sakit. Rumah Sakit Arifin Achmad memiliki banyak ruangan rawat inap. Salah satu
ruangan rawat inap yang ada di Rumah Sakit Arifin Achmad yaitu ruangan kenanga.
Ruangan kenanga adalah ruangan perawatan intensif pada dewasa yang memiliki masalah
penyakit dalam. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di ruang Kenanga RSUD
ArifinAchmad Pekanbaru, ruangan kenanga ini dibagi 2 ruangan, pertama ruangan PDP
(untuk pria) dan kedua ruangan PDW (untuk wanita), ruangan ini memiliki 1 orang karu, 2
orang katim, dan 19 orang perawat pelaksanan. Dimana ruangan ini memiliki total bed
sebanyak 40bed. Praktik Lapangan Keperawatan Manajemen PSIK Hang Tuah Pekanbaru
di mulai dari tanggal 13 April sampai 17 April 2020 di ruangan Kenanga. Pengkajian dimulai
dari tanggal 13 April 2020, sehingga didapatkan beberapa masalah-masalah manajemen
keperawatan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diharapkan kepada setiap anggota kelompok mampu menganalisa masalah pengolahan


ruangan khususnya pada ruangan Kenanga dan mencari penyelesaian atau pemecahan
masalah yang terdapat pada ruangan tersebut.

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan praktik keperawatan menajemen diharapkan kelompok mampu:

a. Melakukan pengkajian manajemen asuhan keperawatan di ruangan kenanga

b. Menentukan prioritas masalah yang ditemukan di ruangan kenanga.

c. Menentukan penyelesaian masalah yang ditemukan di ruangan kenanga


BAB II
KONSEP RUANGAN KENANGA
A. Karakteristik Ruang

1. Struktur Organisasi Ruangan


Struktur organisasi yang terdapat di ruang kenanga RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau adalah
sebagai berikut :

Kepala Ruangan
Ns. Afnilda Shyafei, S.Kep

Ketua Tim:
1. Ns. Juniana, S.Kep
2. Ns. Dewi Oktaviah, S.Kep

Anggota: Anggota:
1. Ns. Mutia Sari, S.Kep
2. Ns. Reysilnriani, S.Kep 1. Ns. Desi Fitriyanti, S.Kep
3. Hamidah, Amk 2. Sri Wardani, Amk
4. Ozi Risfiani, Amk 3. Rina, Amk
5. Yenrika, Amk 4. Dewi Zulfianti, Amk
6. Nailil Aini, Amk 5. Rika Anggraini, Amk
7. Wardian Sari, Amk 6. Hengki Erizona, Amk
8. Ns. Juli Arisma, S.Kep 7. Ernawati, Amk
9. Yuliati Esa Putri, Amd. Keb 8. Dilla Ardhayani, Amd. Keb
10. Maya Shintia, Amd. Keb 9. Megawati, AMd. Keb

Berdasarkan susunan skema dari struktur organisasi yang ada di ruang kenanga RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau terdapat 22 orang tenaga perawat dan tenaga Non perawat yang melaksanakan tugas
berdasarkan peran yang sudah disepakati diruangan tersebut.

2. Jumlah Tempat Tidur

3. Visi RSUD
Menjadi Rumah Sakit Pendidikan Mandiri dengan Pelayanan Paripurna yang Memenuhi Standar
Internasional

4. Misi RSUD

1. Rumah Sakit Pendidikan Mandiri

2. Rumah sakit menjalankan fungsi Pendidikan dan Penelitian yang mandiri didukung oleh SDM,
sarana dan prasarana yang lengkap, dimana RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau merupakan
rumah sakit kelas B pendidikan utama Kedokteran dan kesehatan lainnya serta sebagai tempat
penelitian dibidang kesehatan.

3. Rumah sakit yang mampu menjalankan fungsinya dengan prinsip-prinsip Tri Darma Perguruan
Tinggi yaitu Pelayanan Pendidikan dan Penelitian

5. Motto RSUD

6. Ketenagaan
a. Dokter

Dari kasus diruangan kenanga tidak terdapat dokter yang menetap diruangan tersebut dilihat dari
daftar tabel

b. Perawat
Perawat yang bekerja diruangan kenanga berjumlah 18 orang perawat dimana 8 orang dengan
pendidikan S1 Ners dan 10 orang D3 Keperawatan.

c. Tenaga Kesehatan Lainnya


Berdasarkan tabel ketenagaan diruangan kenanga hanya ada 4 orang tenaga kebidanan yang memiliki
jenjang pendidikan D3 Kebidanan

7. Lingkup Kerja Fisik

a.Kamar Pasien

Ruang Kenanga RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau merupakan ruang perawatan merupakan
ruangan inap khusus penyakit dalam. Ruang Kenanga ini memiliki 1 orang karu, 2 orang katim dan
19 orang perawat pelaksanaan dan ruangan ini memiliki total bed sebanyak 40 bed. Ruangan
Kenanga merupakan ruang perawatan intensif untuk dewasa dnegan masalah penyakit dalam.
Ruangan Kenanga terbagi 2 tempat yaitu perempuan dan laki-lakiDisetiap ruangan dilengkapi
dengan kamar mandi sebanyak 2 buah, lemari sebanyak 40 buah, lemari APD 2 buah, TV 1 buah
b.Ruang Tindakan

c.Ruang Depo Farmasi

Ruangan depo farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah
sakit yang berorientasi pada pelayanan pasien khususnya penyediaan obat dan alat kesehatan, hal
ini dilakukan untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

d.BOR (Bed Occupattion Rate)

BOR merupakan presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini
memberikan gambaran terkait tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur pada rumah sakit.
Nilai ideal parameter BOR adalah 60-85 % (Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011).

Selama 3 hari gambaran pemakaian TT: hr 1 40, hr 2 38, hr 3 42. Total bed sebanyak 40 bed semua bed
terpakai. Data dari tanggal 29 April – 01 Mei 2019 selama 3 hari (jumlah hari perawatan total) dengan
jumlah total pasien 127 pasien. Tentukan BOR ruangan?

BOR = Jumlah perawatan pasien x 100%


Jumlah TT x Jumlah hari
BOR = 127 x 100%

40x3

BOR = 1,058 x 100% = 105, 8%

Jika dilihat dari batas ideal yang dinyatakan oleh Depkes yaitu 60-85%, sedangkan di ruangan
kenanga yaitu 105,8%, hal ini menunnjukan bahwa ruangan kenanga melebihi dari batas ideal yang
telah ditetapkan oleh Depkes.

B. Hasil Observasi Pelayanan Keperawatan Di Ruangan X


Berdasarkan hasil observasi standar dan peralatan yang sudah ada adalah:
a. Standar Asuhan Keperawatan
b. Pedoman Asuhan Keperawatan/SOP
c. Klasifikasi Pasien
d. Pembagian tugas perawat
e. Pre dan post konferen serta overa
f. Jadwal dinas perawat pagi, sore, dan malam
g. Absensi perawat
h. Pedoman penilaian staff
i. Pedoman komunikasi antar tenaga keperawatan
j. Program pengembangan staff
k. ProgRam mutasi/rotasi
l. Program orientasi untuk pasien dan keluarga
m. Program orientasi untuk tenaga kesehatan
n. Kamar tindakan
o. Depo Farmasi
p. Tong sampah infeksi, non-infeksi, botol infus, botol kaca, dan benda tajam diruang
tindakan (safety box)
q. Adapun peralatan atau fasilitas yang belum mencukupi yaitu sebagai berikut
a. Overan pergantian jadwal dinas/shiftt telah dilaksanakan
b. Intervensi dan implementasi telah dilakukan oleh perawat
Intervensi dan implementasi telah dilakukan oleh perawat ruangan kenanga dibuktikan adanya
kuesioner tentang keoptimalan kerja perawat dan pasien safety, adanya kuesioner ditandai dengan
adanya ASKEP yang sudah dijalankan oleh perawat walau belum sepenuhnya optimal

c. Perawat pelaksana telah menerapkan tindakan


Memberikan dan menjalankan ASKEP, mengikuti timbang terima, melaksanakan tugas yang sudah
didelegasikan oleh perawat primer, serta mendokumentasikan tindakan keperawatan.

d. Perawat pelaksana telah melakukan prinsip 7 benar dalam pemberian obat pada pasien
Berdasarkan kasus ruangan kenanga disebutkan bahwa perawat sudah menerapkan prinsip
benar dalam memberikan obat
e. Jumlah keluarga pasien yang menunggu didalam ruangan Pada kamar pasien
f. Obat-obatan pasien
g. Alat-alat kesehatan
C. Hasil Pengumpulan Data/Pengkajian
1. Hasil Wawancara Mendalam dengan Kepala Ruangan
1) Perencanaan/Planning
2) Pengorganisasian/Organizing
3) Ketenagaan/Staffing
4) Pengarahan/Directing
5) Pengendalian/Controlling
2. Data 5M Manajemen Keperawatan di Ruangan

1) M1 (Manusia/Ketenagaan)

a. Struktur organisasi

Berdasarkan susunan skema dari struktur organisasi yang ada di ruang kenanga RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau terdapat 22 orang tenaga perawat dan tenaga Non perawat yang melaksanakan tugas
berdasarkan peran yang sudah disepakati diruangan tersebut

b. Jumlah tenaga dan Pendidikan


Berdasarkan tabel ketenagaan perawat dan Non perawat di ruangan kenanga RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau di dapatkan 8 orang Ners + S1 Keperawatan dengan persentasi 36%, 10 orang D3
Keperawatan dengan 45%, dan 4 orang tenaga D3 Kebidanan dengan persentasi 19%. Dari total 100% tenaga D3
Keperawatan menjadi tenaga terbanyak di ruangan kenanga, dari jumlah tenaga keperawatan dan non
keperawatan serta jenjang pendidikan yang ditempuh oleh perawat ruangan kenanga perlu untuk ditingkatkan
lagi, karena diruangan kenanga tidak terdapat perawat spesialis, dokter spesialis, dan kelengkapan tenaga dari
profesi lainnya yang memang bertugas menetap diruangan tersebut. Dalam ruangan perawatan harusnya
memiliki perawat spesialis yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih mumpuni, begitu pula untuk perawat
d3 keperawatan, perlu untuk ditingkatkan lagi dengan mengikuti pendidikan lanjut untuk menuju s1
keperawatan dan Ners.
Berdasarkan rumus Dounglas (1994) untuk melihat Standar perhitungan jumlah tenaga perawat yang
dibutuhkan yaitu:

Tingkat Jumlah Kebutuhan Perawat


Ketergantungan Pagi Siang Sore
Minimal Care 0,17 0,14 0,07
Partial Care 0,27 0,15 0,10
Total Care 0,36 0,30 0,20

Dikasus disebutkan bahwa mayoritas adalah partial care sebanyak 36 pasien dan total care 4 pasien, berikut
perhitungannya :
Shift Pagi Siang Sore

Partial Care 36 X 0,27 = 9,72 36 X 0,15 = 5,4 36 X 0,10 = 3,6

Total Care 4 X 0,36 = 1,44 4 X 0,30 = 1,2 4 X 0,20 = 0,8

Jumlah 12 8 5
Keseluruhan

Berdasarkan hasil perhitungan maka diruangan kenanga harusnya :


Shift Pagi : 12 orang perawat
Shift siang : 8 orang perawat
Shift Sore : 5 orang perawat
Total Perawat : 25 Orang perawat
Akan tetapi di kasus, ruangan kenanga hanya memiliki 18 orang perawat, hal ini berbeda antara Teori dan
Praktik, dan ini akan membuat beban kerja perawat juga menjadi tinggi.
Dilihat dari pengalaman bekerja para perawat diruangan kenanga sudah memiliki cukup banyak pengalaman
serta waktu bekerja yang cukup lama, dari tabel diatas hanya 3 perawat Ners + S1 Keperawatan yang baru
memiliki pengalaman kerja 3 bulan, hal ini perlu untuk diperhatikan agar pemberian ASKEP pada pasien tetap
optimal. Perlunya kompetensi dari KARU untuk memberikan pengarahan pada para perawat dikarenakan
KARU yang memiliki pengalaman bekerja paling lama yaitu mencapai 30 tahun.

c. Beban kerja
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada ruangan kenanga menggunakan metode asuhan
keperawatan TIM, dimana terdapat 1 Karu sebagai manajer keperawatan dan memiliki dua bagian,
yaitu 2 orang katim, dimana masing-masing katim mempunyai 2-3 orang perawat pelaksana.
Sedangkan bad pasien sebanyak 40 terisi penuh. Jika dihubungkan dengan beban kerja perawat
berdasarkan tabel jumlah ketergantungan rawatan pasien diruangan kenanga dan berdasarkan
perhitungan rumus tenaga perawat yang masih kurang mengakibatkan tinggi nya beban kerja perawat
ditandai dengan jumlah tenaga perawat hanya 18 orang sedangkan pasiennya sebanyak 40 orang.

d. Pembagian tugas
Ruangan kenanga dianggap sudah sesuai dengan Job Description ditandai pada masing-masing tenaga
keperawatan dimana satu bagian memiliki 1 katim dan memiliki 2-3 orang perawat pelaksana yang
mengampu pasien diruangan tersebut. Ketika dibutuhkan pelatihan pun untuk ruangan tersebut Karu
akan menunjuk perawat yang belum mengikuti pelatihan dan memberi kesempatan pada perawat yang
belum mengikuti pelatihan jika suatu waktu dibutuhkan adanya pelatihan serta pemilihan tidak hanya
bagi tenaga yang PNS tetapi juga kepada pegawai kontrak untuk memiliki kesempatan mengikuti
pelatihan. Sehingga pembagian tugas diruangan kenanga sudah sesuai dengan Job Description dan
tidak terdapat pemilihan perawat secara subyektif oleh Karu.

e. Sertifikasi
Ditinjau dari sisi kualifikasi tenaga perawat diruang kenanga sudah mengikuti pelatihan sesuai dengan
kompetensi ruangan ditandai dengan beberapa perawat yang telah mengikuti pelatihan BTCLS yang
merupakan pelatihan dasar seorang perawat. Terdapat juga beberapa perawat yang telah mengikuti
pelatihan lainnya seperti pelatihan pemberian Kemoterapi, perawatan luka, dll.

f. Tingkat ketergantungan pasien

2.) Berikut tabel skor ketergantungan pasien pada 2 Mei 2019 adalah sebagai berikut :
Tingkat Ketergantungan Pasien
No Hari/Tanggal Total Care Partial Care Minimal
Care
1 2 Mei 2019 4 36 -

Pada ruangan kenanga di RSUD Arifin Achmad merupakan ruangan penyakit dalam pria dan wanita
yang dirawat dengan mayoritas kebutuhannya adalah parsial care. Dimana 36 pasien harus
mendapatkan 4 jam perawatan dalam 24 jam sedangkan 4 total care memiliki ketergantungan 6 jam
dalam 24 jam (Mugianti, 2016). Sehingga dalam sehari dibutuhkan kurang lebih 168 jam untuk rawatan
pasien sedangkan dilihat dari perhitungan tenaga perawat, diruangan kenanga belum seimbang antara
jumlah perawat dan jumlah pasien.

2) M2 (Material/Sarana dan Prasarana)


a. Komunikasi

b.Lokasi dan Denah


Ruang RPK WC
Pria
Kamar 3.
Kamar 3.

Kamar 3. Kamar 3.

Spoel hock Kamar 3.

Ruang Ruang
tindakan Ruang
L PDP Ruang
I Ruang Ners Perawat
F Observasi stasi
T on

PINTU MASUK Ruang pertemuan dokter

Ruang Ners R. karu


Stati ka
on
Ruang tindakan PDW Ruang
Perawat
Ruang
Mahasiswa
Ruang
Spoel hock Dokter

Kamar 3.

Kamar 3.
Kamar 3.

Kamar 3.
Kamar 3.

Ruang
RPK Wc
Fasilitas untuk petugas kesehatan terdiri atas 1 ruang perawat di penyakit dalam pria (PDP) dan 1
ruang perawat di penyakit dalam wanita, 1 kamar mandi perawat di PDP dan 1 kamar mandi di PDW.
Terdapat 1 ruang karu didalam ruang perawat, 1 nurse station di PDP dan 1 nurse station di PDW,
spole hock 1 di PDP dan 1 di PD
c. Peralatan dan fasilitasi
1) Ruang kepala ruangan
Terletak dibelakang nurse station, didalam nya terdapat meja, dan beberapa tempat
duduk,

2) Ruang perawat
Terletak berdampingan dengan ruangan kepala ruangan.

3) Nurse Station
Terletak di depan ruang kepala ruangan. Dengan posisi meja perawat di bagian
tengah, dengan kondisi cukup luas untuk mobilisasi perawat terutama dipagi hari,
dengan kondisi rapi, cukup terstruktur mengenai penempatan status dan asuhan
keperawatan pasien, dan perawat dapat dengan mudah mengontrol paisen. 4)
Kamar mandi

4) Ruang tindakan
Posisi ruang tindakan berhadapan dengan nurse station berfungsi dengan baik,
pada ruang tindakan terdapat trolly pengobatan yang masih berfungsi dengan baik.
Tempat pembuangan sampah medis maupun non medis. Teerdapat lemari tempat
penyimpanan peralatan streril, dan beberapa lemari tempat penyimpanan obat
pasien.

5) Spoolhoek
Ruang kenanga memiliki tempat pembuangan kotoran maupun bekas pelayanan khusus
setelah perawatan pasien seperti cairan
6) Ruang pertemuan dokter
Posisi ruangan berada di tengah-tengah antara ruang PDP dan PDW.
7) Ruang RPK
Posisi ruang RPK berada di sudut kanan ruangan pada ruang PDW dan di sudut kiri
pada ruang PDP.
8) Ruang mahasiswa
Posisi ruang berada dekat dengan Nurse station dan berdampingan dengan ruang
perawat serta ruang dokter.
9) Ruang dokter
Berada di sebelah ruang mahasiswa.
10) Kamar pasien
Terdapat 5 kamar pasien di PDP dan PDW
-Fasilitas untuk pasien diruangan
1).Tempat tidur
Tempat tidur berjumlah 40
2).Lemari kecil pada masing masing kamar pasien terdapat lemari kecil disebelah tempat tidur
pasien.
3).Kamar mandi
Kamar mandi berjumlah 8 yanng terdiri dari 1 kamar mandi per kamar dan juga ada 4 kamar
mandi diluar kamar pasien

- Fasilitas dan alat kesehatan diruangan

Daftar peralatan Ruang Kenanga

No Nama alat Alat yang Alat yang Jumlah


baik rusak
1. Trumpf medical 11 - 11
2. Bed 40 - 40
3. Tianginfus 42 - 42
4. Meja pasien 40 - 40
5. Lemari pasien 40 - 40
6. Trolly tindakan 4 1 5
7. Trolly emergency - - 0
8. Lemar APD 2 - 2
9. Lemari alat 2 - 2
10. Suction portable 2 - 2
11. Nebulizer 2 - 2
12. Timbangan 2 - 2
13. Tabung oksigen 3 - 3
14. Lemari baju pasien 2 - 2
15. Siringe pump 4 - 4
16. Infuse pump 2 - 2
17 Flowmeter 18 - 18
17. Tong sampah infeksi 2 - 2
18. Tong sampah non infeksi 4 - 4
19. Tong sampahbotolinfus 2 - 2
20. Tong sampah kemoterapi 2 - 2
21. Computer administrasi 2 - 2
22. Kotak darah 2 - 2
23. Kursi roda 4 - 4
24. Lemari pendingin 1 - 1
25. Kotak sampel labor 1 - 1
26. Lampu baca foto rontgen 1 - 1
27. Handrub 18 - 18
28. Tensimeter 1 1 2
29. Rakbuku status pasien 4 - 4
30. Rak dokumen 2 - 2
31 Lemari dokumen 1 - 1
32 Laken 60 - 60
33 Sarung bantal 55 - 55
34 Selimut 40 - 40
4).M3 (Metode Asuhan Keperawatan)
a. Penerapan MAKP (TIM)
pada ruangan kenanga menggunakan 2 tim. Tim dibagi menjadi dua yaitu penyakit dalam
pria dan tim penyakit dalam wanita. Satu tim tersebut dibagi atas 1 katim dan 2-3 orang
perawat pelaksana dengan pasien sebanyak 16-20 orang dalam satu tim. Hal ini tidak
efektif kerena tidak sesuai dengan teori yang meyatakan bahwabeban kasus pasien
maksimal 6 pasien untuk 1 perawat pelaksana.

b. Perencanaan pulang
Pasien yang dirawat di ruangan Kenanga dibolehkan pulang atas izin dokter penanggung
jawab dan telah menyelesaikan administrasi sesuai peraturan Rumah sakit.

c. Overan
overan dilakukan gabung semua tenaga pelayanan kesehatan ruang Kenanga, fokus
penyampaian overan gabung yaitu jumlah pasien yang ada di ruangan PDP dan PDW
serta permasalahan yang terdapat diruangan selama pelayanan asuhan pada shift
sebelumnya. Setelah selesai operan gabung, dilakukannya operan masing-masing
timdengan menyampaikan masalah medis, evaluasi keperawatan dan rencana tindakan
medis dan keperawatan pada tiap-tiap pasien

d. Ronde keperawatan
pada ruangan kenanga tidak memiliki jadwal rutin ronde keperawatan. Dikarenakan
kurangnya tenaga perawat sehingga tidak dilakukan.
e. Sentralisasi obat
Obat yang diberikan dari farmasi dipisahkan antar pasien yang diantar oleh petugas
farmasi yang bertanggung jawab di ruangan Kenanga, kemudian selanjutnya perawat
meletakkan obat pada masing-masing tempat obat pasien yang sudah ada dikamar
tindakan dengan sambil mengecek obat yang diberikan.
f. Dokumentasi keperawatan
model dokumentasi keperawatan pasien selalu dilakukan oleh perawat yang diisi dengan
shift dinas.

5). M4 (Money/Keuangan)
Money atau uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat tukar menukar yang memiliki nilai guna yang tinggi. Besar kecilnya hasil
kegiatan dapat diukur dari jumlah uang. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang
yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan

10
harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai. Pengelolaan uang yang baik akan
berpengaruh terhadap sukses tidaknya sebuah manajemen yang dilakukan.
Berdasarkan hasil wawancara dalam kasus, ruangan Kenanga memiliki uang kas
bulanan untuk iuran rutin bulanan perawat, misalkan untuk bantuan sosial seperti bantuan
pasien yang kekurangan pada pembiayaannya dan pasien-pasien yang membutuhkan,
tidak terdapat adanya masalah keuangan internal. Ruangan Kenanga tidak memiliki dana
bantuan operasional khusus untuk pasien, kemudian dari segi pembayaran sebagian besar
pasien menggunakan BPJS kesehatan ataupun JAMKESDA adanya sebagian kecil biaya
sendiri (umum).

6). M5 (Marketing/Pemasaran, Mutu)


A. BOR (Bed of Red) Pasien
Selama 3 hari gambaran pemakaian TT: hr 1 40, hr 2 38, hr 3 42. Total bed sebanyak
40 bed semua bed terpakai. Data dari tanggal 29 April – 01 Mei 2019 selama 3 hari
(jumlah hari perawatan total) dengan jumlah total pasien 127 pasien. Tentukan BOR
ruangan?

BOR = Jumlah perawatan pasien x 100%


Jumlah TT x Jumlah hari
BOR = 127 x 100%

40x3

BOR = 1,058 x 100% = 105, 8%

B. Mutu Pelayanan keperawatan


1. Aspek Pelayanan
Hasil observasi, overan tim sudah berjalan sangat baik dengan penyampaian
dokumentasi lengkap. Namun, pada saat overan ke pasien masih kurangnya
pengenalan nama perawat yang dinas pada saat itu kepada pasien maupun
keluarga. Sebaiknya interaksi dengan pasien ada saat overan ke pasien,
minimalnya menayakan keluhan pasien saat ini pada pasien kesadaran penuh.
Wawancara dengan kepala ruangan terkait kegiatan supervisi didapatkan bahwa
ruang Kenanga tidak mempunyai jadwal rutin supervisi. Hal ini dikarenakan
11
kurangnya tenaga perawat untuk dilakukannya supervisi.
2. Keselamatan Pasien
Ruang kenanga menggunakan 6 sasaran keselamatan pasien sebagai panduan
keamanan dan keselamatan pasien. Adapun 6 sasaran keselamatan pasienyaitu:
a) Identifikasi pasien secara benar dengan cara memastikan gelang identitas
pasien saat melakukan tindakan.
b) Meningkatkan komunikasi efektif
c) Meningkatkan keamanan pemakaian obat yang memerlukan kewaspadaan
tinggi
d) Mengurangi resiko jatuh
e) Mengurangi resiko terinfeksi oleh tenaga kesehatan.
f) Memastikan kebenaran prosedur lokasi operasi, dan pasien yang akan dibedah.
Berdasarkan hasil observasi dari tanggal 29 April 2019, didapatkan bahwa masih
ada beberapa perawat pelaksana yang tidak mengoptimalkan dari beberapa 6
sasaran keselamatan pasien. Hasil observasi pada tanggal 30 April 2019,
ditemukan perawat pelaksana tidak menggunakan APD lengkap dalam pemberian
obat kemoterapi, hanya memakai sarung tangan. Hal ini tidak sesuai dengan 6
sasaran keselamatan pasien dan tidak sesuai standar APD dalam pemberian obat
kemoterapi.

C. Tingkat Kepuasan Pasien


Hasil wawancara dengan kepala ruangan, ruangan memiliki lembar penilaian
kepuasan pasien terhadap dokter, perawat, CS, scurity. Ruangan Kenanga tidak
mempunyai lembar penilaian kepuasan pasien terhadap pelayanan di ruangan. Dari
hasil kuesioner tingkat kepuasan pasien yang di isi oleh pasien/keluarga pada tanggal
01 Mei 2019 di dapatkan hasil persentase tertinggi adalah yang menyatakan puas
yaitu 67.5 % atau sebanyak 27 orang, untuk presentase yang tidak puas adalah
sebanyak 32.5% atau sebanyak 13 orang.

D. Patient Safety
Hasil observasi ruang Kenanga memiliki properti untuk patient safety berupa
gantungan dan tidak ditemukan label resiko jatuh di ruangan. Dari hasil observasi,
12
sudah ada gantungan resiko jatuh pada pintu kamar dan beberapa yang diletakkan di
tempat tidur pasien. Namun tidak ditemukan label resiko jatuh di gelang pada patient
safety. Masih ditemukan tempat tidur yang tidak terpasang pagar tempat tidur pada
pasien total care. Hasil observasi ruang Kenanga PDP berdasarkan tingkat resiko
jatuh didapatkan:

No Nama pasien Skor resiko Label resiko Label resiko jatuh di


jatuh jatuh tempat tidur
Kategori
digelang
1 Tn. MR 35 Sedang Tidak ada Ada

2 Tn. DC 45 Tinggi Tidak ada Tidak ada

3 Tn. F 45 Tinggi Tidak ada Tidak ada

4 Tn. TH 30 Sedang Tidak ada Tidak ada

5 Tn. A 45 Tinggi Tidak ada Ada

6 Tn. H 45 Tinggi Tidak ada Tidak ada

7 Tn. H 45 Tinggi Tidak ada Tidak ada

8 Tn. Da 65 Tinggi Tidak ada Tidak ada

9 Tn. S 30 Sedang Tidak ada Ada

10 Tn. Dv 45 Tinggi Tidak ada Tidak ada

11 Tn. M 85 Tinggi Tidak ada Tidak ada

12 Tn. AN 45 Tinggi Tidak ada Tidak ada

13 Tn. Y 45 Tinggi Tidak ada Tidak ada

14 Tn. S 30 Sedang Tidak ada Tidak ada

15 Tn. Sf 30 Sedang Ada Tidak ada

Keterangan:
Skor ≥ 45 : Tinggi
Skor 25 - 44 : Sedang
Skor 0 – 24 : Rendah

13
E. ALOS (Averange Long Of Stay)
Data dari tanggal 29 April – 01 Mei 2019 selama 3 hari (jumlah hari perawatan total)
dengan jumlah total pasien 127 pasien. Namun jumlah pasien keluar tidak diketahui.

ALOS = Jumlah hari perawatan pasien : jumlah pasien keluar

C. Analisa SWOT
Pengumpulan Data 5M Keperawatan
1. M1 (Man/Sumber Daya Manusia)

M1 (Manusia/ ketenagaan)

INTERNAL STRENGTH WEAKNESS

1. Struktur Organisasi dalam 1. Jumlah perawat yang


ruangan kenanga sudah bagus dibutuhkan kurang
dengan adanya Karu, dua dari jumlah
katim, dan beberapa perawat seharusnya yang
dan tenaga non perawat sesuai dengan tingkat
2. Tenaga perawat lebih kebutuhan pasien.
mayoritas diruangan kenanga 2. Beban kerja perawat
ketimbang tenaga kesehatan masih tinggi jika
lainnya yaitu ditandai dengan dihubungkan dengan
adanya 18 perawat dari 22 jumlah ketergantungan
total tenaga yang mengampu rawatan pasien.
di ruangan tersebut
3. Sudah terlaksananya Job
Description diruangan rawat
kenanga
4. Sudah terdapat beberapa
perawat yang pernah

14
mengikuti pelatihan BTCLS
dan pelatihan lainnya yang
dibutuhkan diruangan
kenanga
5. perawat ruangan akan
memeriksa kebenaran dan
kesesuaian obat yang di
sediakan oleh pihak farmasi

EKSTERNAL STRATEGI STRENGTH DAN STRATEGI WEAKNESS


THREAT DAN THREAT

THREAT Memberikan alternatif kepada Memanfaatkan tenaga


perawat untuk tetap optimal perawat yang ada
Jumlah perawat
dalam menjalankan kerja diruangan dan mengatur
yang belum sesuai
perawat diruang kenanga jadwal perawat agar tetap
dengan jumlah
optimal dalam memberikan
pasien yang dirawat
ASKEP terutama pada
sehingga
pasien dengan total care
memungkinkan
dan partial care
meningkatnya beban
kerja perawat dan
kurang optimalnya
pemberian ASKEP

OPPORTUNITIES STRATEGI STRENGTH DAN STRATEGI WEAKNESS


OPPORTUNITIES DAN OPPORTUNITIES

Mengatur jadwal Mengikuti aturan jadwal yang Mengikuti jadwal dinas


perawat dengan baik tersedia diruangan kenanga dengan baik sehingga
sehingga tenaga sehingga tidak terjadi beban kerja perawat tidak
yang ada dapat kekurangan tenaga dalam suatu semakin meningkat yang
Optimal dalam waktu dan pemberian ASKEP berefek pada kurang

15
memberikan tetap optimal optimalnya pemberian
ASKEP ASKEP
M2 (Material/ sarana dan prasarana)
INTERNAL STRENGTH WEAKNESS
1. Peralatan diruangan 1. Ruangan Kenanga
Kenanga khususnya tidak mempunyai
keperawatan sudah lembar penilaian
memadai dan sesuai kepuasan pasien
standar dan seluruh terhadap pelayanan
perawat di ruangan di ruangana
mampu menggunakan 2. Didalam ruangan
alat dengan baik. kenangan masih ada
2. Terdapat Fasilitas untuk alat yang belum
petugas kesehatan terdiri lengkap seperti
trolly emergency
atas 1 ruang perawat di
dan juga masih
penyakit dalam pria adanya alat yang
(PDP) dan 1 ruang rusak didalam
ruangan kenanga
perawat di penyakit
yaitu trolly tindakan
dalam wanita, 1 kamar berjumlah 1 buah
mandi perawat di PDP dan juga alat
tensimeter rysak 1
dan 1 kamar mandi di
buah.
PDW dan terdapat 1 3. Ruang Kenanga
ruang karu didalam memiliki properti
ruang perawat, 1 nurse untuk patient safety
berupa gantungan,
station di PDP dan 1 sudah ada
nurse station di PDW, gantungan resiko
spole hock 1 di PDP dan jatuh pada pintu
kamar dan beberapa
1 di PDW.
yang diletakkan di
3. Diruangan Kenanga tempat tidur pasien
terdapat 10 kamar,5 di tetapi tidak
PDP dan 5 kamar di ditemukan label
PDW Nurse station resiko jatuh di
terletak di daerah yang gelang pada patient
strategis safety.
4. Fasilitas bed di ruangan 4. Masih ditemukan
Kenanga ada 40 bed dan tempat tidur yang
16
semua bed terpakai. tidak terpasang
5. Ruang Kenanga pagar tempat tidur
memiliki jumlah lemari pada pasien total
dan meja sebanyak 80 care.
buah,setiap pasien
mendapatkan fasiitas
lemari dan meja yang
masih berfungsi dengan
baik
6. Ruangan kenanga sudah
memiiki pengolahan
sampah secara terpisah
seperti infeksi,tong
sampah non infeksi ,tong
sampah boto infus,dan
tong sampah kemoterapi
yang digunakan dengan
baik sesuai fungsinya.
7. Dan terdapat juga lemari
yang penting yaitu untuk
pasien.
8. Semua sarana yang ada
di ruangan Kenanga
sudah digunakan dengan
baik sesuai kebutuhan
seperti 11 trumpf
medical,40 bed
42 tianginfus,40 meja
pasien,40lemari pasien
4trolly tindakan,2lemar
APD,2 lemari alat,2
suction portable,2
nebulizer,2
timbangan,tabung
oksigen,lemari baju
pasien ,siringe
pumpinfuse
pump,FlowmeterComput
er administrasikotak
darah,Kursi roda,Lemari
pendingin,Kotak sampel
labor,Lampu baca
17
fotorontgen,HandrubTen
simeter,rakbuku status
pasien,rak dokumen
lemari
dokumen,laken,sarung
bantal
Selimut
9. Terdapat juga ruang
mahasiswa yang
memiliki 1 kamar yang
digunakan sebagai mana
mestinya
10. Adanya administrasi
yang menunjang
seperti:buku
observasi,buku
pembagian tugas, buku
laporan, buku inventaris
alat, buku ekspedisi dan
buku jenazah.

EKSTERNAL STRATEGI (SO) STRATEGI (WO)

OPPORTUNITIES 1. Memperlengkap 1.Mengganti alat yang


(O) peralatan medis yang rusak dengan alat yang
1. Adanya sudah ada di ruangan bagus agar apabila
kesempatan
maupun mengganti digunakan tidak cepat
untuk
mengganti/m peralatan medis yang rusak dan dapat digunakan
emperbaiki rusak dengan baik.
alat-alat
yang tidak 2.Adanya tambahan alat
layak dipakai yang rusak seperti
2. Adanya
tensimeter dan trolly
kesempatan
untuk tindakan
melengkapi
fasilitas yang 3.Adanya
kurang tamabahan alat
lengkap,terd medis yang belum
apt alat ada seperti trolly

18
medis yang emergency
belum ada
yaitu trolly
emergency.
Adanya tuntutan
untuk memberikan
atau menyediakan
aat yang sesuai
standar yang ada
agar dapat dipakai
dengan baik dan
agar tidak mudah
rusak Adanya
tuntutan yang tinggi
dari keluarga
ataupun pasien
dalam sarana dan
prasarana.
THREAT (T) STRATEGI (ST) STRATEGI (WT)

1. Terdapat alat 1. Memperlengkap 1.Adanya penambahan alat


medis yang peralatan medis dan medis seperti trolly
belum ada menjaga aat itu agar emergency
seperti trolly tidak cepat rusak.
2.Adanya penggantian alat
emergency
medis yang rusak.
2. Terdapat alat
medis yang 3.Menambahkan fasilitas

rusak seperti, kesehatan yang lebih

tensimeter lengkap. Termasuk alat

dan trolly medis yang belum tersedia.

tindakan.
Adanya tuntutan
yang tinggi dari
keluarga ataupun
pasien dalam sarana
19
dan prasarana.

M3 (METODE )
INTERNAL STRENGTH WEAKNESS

1. Beberapa perawat di 1. kapasitas pasien


Kenanga telah yang melebihi,
mengikuti pelatihan membuat ruangan
BTCLS untuk pelatihan khusus tida hanya
dasar sebagai perawat. pasien yang
2. Beberapa perawat terinfeksi, tetapi
lainnya telah mengikuti pasien yang tidak
pelatihan pemberian terinfeksi dirawat
Kemoterapi, perawatan diruangan tersebut.
luka, dll. 2. Perawat dalam
3. Untuk ruangan yang satu tim terdiri dari
berada di kenanga 1 ketua tim dan 2-3
dibedakan antara laki- perawat pelaksana
laki dan perempuan. dengan pasien 16-
4. Terdapat ruangan 20 orang sehingga
khusus infeksi. tidak efektf dalam
5. perawat meletakkan obat memberikan
pada masing-masing asuhan
tempat obat pasien yang keperawatan.
sudah ada dikamar
tindakan dengan sambil
mengecek obat yang
diberikan
6. pelatihan tidak hanya
untuk yang sudah PNS
saja, tetapi pegawai
kontrak juga memiliki
kesempatan

20
EKSTERNAL STRATEGI STRENGHT STRATEGI WEAKNESS
DAN THREAT DAN THREAT

THREAT 1. membuat jadwal rutin 1. Terlaksanakannya jadwal


1. ruang Kenanga ronde keperawatan rutin ronde keperawatan.
tidak mempunyai diruang kenanga
jadwal rutin ronde
keperawatan
seharusnya memiliki
jadwa rutin agar
tersusun.

OPPORTUNITIES STRATEGI STRENGTH STRATEGI WEAKNESS


DAN OPPORTUNITIES DAN OPPORTUNITIES
1. Adanya 1. Perawat yang dibutuhkan 1. perawat yang mencukupi
kesempatan dapat ditambahkan sehingga akan meringankan beban
untuk pada saat memberikan asuhan kerja perawat.
menambahkan keperawat lebih efektif.
perawat dalam
memberikan
asuhan
keperawatan

M4 (MONEY)
INTERNAL STRENGTH WEAKNESS

1. Pada ruangan kenanga Ruangan tidak mendapat


memiliki kas bulanan untuk sumber dana dari
iuran rutin bulanan perawat pemerintah
2. Tidak terdapat adanya
masalah keuangan internal di
ruangan Kenanga.

EKSTERNAL STRATEGI STRENGHT STRATEGI WEAKNESS

21
DAN THREAT DAN THREAT

THREAT Memaksimalkan penggunaan Melakukan perbaikan


dana yang ada dengan baik pendataan untuk dana dan
untuk pelayanan pasien. pendanaan fasilitas
kesehatan pasien.

OPPORTUNITIES STRATEGI STRENGTH STRATEGI WEAKNESS


DAN OPPORTUNITIES DAN OPPORTUNITIES
Dari segi peluang, Meningkatkan lagi iuran rutin Melakukan penambahan
sebagian pasien uang kas perawat, untuk dana operasional serta
menggunakan BPJS kegiatan sosial. fasilitas kesehatan bagi
kesehatan yang pasien.
mana ini sangat baik
untuk pasien-pasien
yang kurang
mampu.
M5 (Marketting)

INTERNAL STRENGTH WEAKNESS


- Ruang kenanga menggunakan - Berdasarkan hasil
6 sasaran keselamatan pasien observasi dari tanggal 29
sebagai panduan keamanan April 2019, didapatkan
dan keselamatan pasien. bahwa masih ada
- Hasil wawancara dengan beberapa perawat
kepala ruangan, ruangan pelaksana yang tidak
memiliki lembar penilaian mengoptimalkan dari
kepuasan pasien terhadap beberapa 6 sasaran
dokter, perawat, CS, scurity. keselamatan pasien.Hasil
- Hasil observasi ruang Kenanga observasi pada tanggal 30
memiliki properti untuk April 2019, ditemukan
patient safety berupa perawat pelaksana tidak
gantungan dan tidak menggunakan APD

22
ditemukan label resiko jatuh di lengkap dalam pemberian
ruangan. Dari hasil observasi, obat kemoterapi, hanya
sudah ada gantungan resiko memakai sarung tangan.
jatuh pada pintu kamar dan Hal ini tidak sesuai
beberapa yang diletakkan di dengan 6 sasaran
tempat tidur pasien. keselamatan pasien dan
tidak sesuai standar APD
dalam pemberian obat
kemoterapi.
- Ruangan Kenanga tidak
mempunyai lembar
penilaian kepuasan pasien
terhadap pelayanan di
ruangan.
- Hasil observasi ruang
Kenanga tidak ditemukan
label resiko jatuh di
gelang pada patient
safety. Masih ditemukan
tempat tidur yang tidak
terpasang pagar tempat
tidur pada pasien total
care.

ESKTERNAL STRATEGI STRENGTH STRATEGI WEAKNESS


DAN THREAT DAN THREAT
- Memanfaatkan 6 keselamatan - Melakukan peningkatan 6
THREAT
pasien sebaik mungkin agar keselamatan pasien,
- Pada ruangan
peningkatan kepuasan pasien memberikan lembar
kenanga jika
terjamin di ruangan kenanga penilaian kepuasan pasien
ruangan rawat
tersebut. terhadap pelayanan di
pasien PDP penuh
ruangan, serta berikan
makan akan di
label resiko jatuh di
23
pindahkan ke gelang pada patient safety
ruangan PDW di untuk peningkatan mutu
ruangan khusus. pelayanan rumah sakit.
-

OPPORTUNITIES STRATEGI STRENGTH DANSTRATEGI WEAKNESS


OPPORTUNITIES DAN OPPORTUNITIES
- Pada ruangan - Lakukan overan dengan cara - Lakukan peningkatan
kenanga tidak pengenalan nama perawat yang pemakaian APD dan 6
ditemuakan dinas pada saat itu kepada sasaran keselamatan
peluang pasien maupun keluarga. pasien dalam pemberian
pemasaran dan obat kemoterapi.
mutu.

A. Analisa Data, Prioritas, dan Alternatif Penyelesaian Masalah


1. Analisa data

M1 (Manusia/ ketenagaan)
NO DATA MASALAH
1. Hasil Wawancara : Rasio jumlah perawat
Satu tim terdiri dari 1 ketua tim dan 2-3 perawat belum sebanding
pelaksana dikarenakan keterbatasan tenaga perawat. dengan jumlah pasien
Satu tim terdiri dari 1 ketua tim dan 2 – 3 perawat
pelaksana dengan pasien sekitar 16- 20 orang/tim
sehingga tidak sesuai dengan teori yang meyatakan
bahwa beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk
1 perawat pelaksana. Perawat yang tersedia diruang
kenanga hanya 18 orang perawat bahkan 2-3 perawat
pelaksana mengampu 16-20 pasien, sedangkan jika
dihitung berdasarkan rumus Dounglas (1994)
didapatkan jumlah perawat yang harusnya bertugas
di ruangan kenanga berjumlah 25 orang perawat,
dari hal ini terjadilah peningkatan beban kerja

24
perawat diruang kenanga akibat kurangnya tenaga
perawat.

Hasil Kuesioner :
Dilihat dari hasil kuesioner pada poin keoptimalan
pemberian ASKEP masih terdapat 47% kurang
keoptimalan dalam pemberian ASKEP, jarang 4
orang (24%) dan tidak pernah 4 orang (23%) dari 17
responden
Hasil Dokumentasi :
Pasien yang dirawat di ruangan Kenanga penyakit
dalam dirawat dengan kebutuhan mayoritas parsial
care, tetapi terdapat beberapa dengan kebutuhan total
care. Pada tanggal 02 Mei 2019 terdapat 4 orang
pasien total care, 2 orang di PDP dan 2 orang di
PDW. Pasien parsial care 36 orang
M2 (Material/ sarana dan prasarana)
NO DATA MASALAH
2. DATA OBSERVASI : Kurang optimalnya
-Hasil observasi ruang Kenanga memiliki property penggunaan property
untuk patient safety berupa gantungan dan tidak untuk pasien safety di
ditemukan label resiko jatuh di ruangan.
ruangan Kenanga
-Ada gantungan resiko jatuh pada pintu kamar dan
beberapa yang diletakkan di tempat tidur pasien
-Tidak ditemukan label resiko jatuh di gelang pada
patient safety.

M3 (Methode)
NO DATA MASALAH
3. Hasil observasi : Kurang optimalnya
Pada saat overan masih terdapat kurangnya komunikasi perawat
pengenalan nama perawat yang dinas pada saat itu terhadap pasien

25
kepada pasien maupun keluarga. diruangan kenanga.

Hasil dokumentasi :
Hasil kuesionet yang didapatkan kepuasan pasien
terhadap perhatian dari tenaga kesehatan yaitu baik
sebanyak 25 orang (63%), dan buruk sebanyak 15
orang (37%) dari 40 responden.

M4 (Money)
NO DATA MASALAH
4. Hasil Wawancara : Kurangnya optimalnya
Ruangan Kenanga memiliki uang kas bulanan untuk dalam pencatatan
iuran rutin bulanan perawat misalkan bentuk sosial. penerimaan keuangan
Dari segi keuangan dalam pembayaran sebagian kas pada Ruangan
besar pasien menggunakan BPJS kesehatan ataupun Kenanga.
JAMKESDA adanya sebagian kecil biaya sendiri
(umum).

Hasil observasi :
1. Ruangan Kenanga memang telah memiliki uang
kas bulanan
2. Kurangnya dana pada Ruangan Kenanga

Hasil dokumentasi :
Dari diagram didapatkan perawat yang
mengharapkan insentif yaitu tidak pernah sebanyak
1 orang (6%), jarang sebanyak 4 orang (23%), sering
sebanyak 9 orang (53%), dan selalu 3 orang (18%)
dari 17 responden.

M5 (Marketting)
26
No.
DATA MASALAH

1. Hasil Observasi Belum optimalnya


- .Berdasarkan hasil observasi dari tanggal 29 pelaksanaan nurse
April 2019, didapatkan bahwa masih ada safety: penggunaan
beberapa perawat pelaksana yang tidak APD sesuai dengan
mengoptimalkan dari beberapa 6 sasaran Standar Prosedur
keselamatan pasien. Operasional (SOP) di
- Hasil observasi pada tanggal 30 April 2019, ruangan kenanga.
ditemukan perawat pelaksana tidak
menggunakan APD lengkap dalam
pemberian obat kemoterapi, hanya memakai
sarung tangan.

Hasil Dokumentasi:
- Berdasarkan data kuesioner didapatkan askep
berdasarkan SOP yang dilakukan perawat
pelaksana yaitu sering sebanyak 6 orang
(35%), dan selalu 11 orang (65%) dari 17
responden.

2. Prioritas Masalah
1. Berdasarkan hasil analisa data pada kasus diruangan kenanga untuk M1 (SDM)
didapatkan satu masalah keperawatan utama yaitu Rasio jumlah perawat belum sebanding
dengan rasio jumlah pasien (Nursalam, 2011).

2. Berdasarkan hasil analisa data pada kasus diruangan kenanga untuk M2 (Material)
didapatkan satu masalah keperawatan utama yaitu Kurang optimalnya penggunaan property
untuk pasien safety diruangan Kenanga.
3. Berdasarkan analisa data pada kasus ruangan kenanga untuk M3 (Methode) didapatkan
satu masalah keperawatan utama yaitu Kurang optimalnya komunikasi perawat terhadap
pasien diruangan kenanga.
4. Berdasarkan analisa data pada kasus ruangan kenanga untuk M4 (Money) didapatkan satu
27
masalah keperawatan utama yaitu kurang optimalnya dalam pencatatan penerimaan keuangan
kas pada ruangan kenanga.
5. Berdasarkan analisa data pada kasus ruangan kenanga untuk M4 (Money) didapatkan satu
masalah keperawatan utama yaitu Belum optimalnya pelaksanaan nurse safety: penggunaan
APD sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SOP) di ruangan kenanga.

3. Rencana Tindakan

No Masalah Tujuan Perencanaan/Tindakan Indikator Waktu


1. Jumlah Jangka 1. Mengoptimalkan a) Adanya list data 12 April
Perawat masih Pendek : mahasiswa perawat yang jumlah mahasiswa 2021
belum a) Memberi praktik yang magang
sebanding kan solusi b) Adanya
dengan kekurang perencanaan
jumlah pasien an tenaga pengaturan
perawat pembagian tugas
dengan antara perawat
adanya dengan melibatkan
mahasisw mahasiswa praktik
a praktik Shift pagi : 5 orang
Shift siang : 3 orang
Jangka Shift sore : 2 orang
Panjang:
a) Membant
u tenaga 2. Menjadwalkan cuti a) Adanya jadwal
perawat perawat cuti perawat 13 April
yang 2021
kurang di 3. Memberikan dukungan a) Adanya
ruangan sosial (Rekan kerja dan dukungan sosial 14 April
kenanga atasan) antar rekan kerja 2021
agar dan atas

28
seimbang
dengan 4. Menerapkan Pendekatan
jumlah Kepemimpinan pada a) Tersedianya
pasien karyawan dalam perencanaan 15 April
rawatan. membangun Budaya ruangan 2021
Organisasi kerja yang
positif
b) Tersedianya
lingkungan kerja
yang lebih baik

M2 (Material/Sarana dan Prasarana)


NO MASALAH/ TUJUAN PERENCANAAN/KEGIA INDIKATOR WAKTU
. DX TAN
2. Kurang Jangka 1.Memberikan pengarahan 1.Terlaksananya 14-April
optimalnya Pendek: kepada perawat yaitu pengarahan kepada 2021
penggunaan dengan cara pemeliharaan seluruh perawat yang
Diharapkan Keterang
property preventif alat APD dan ada diruangan
perawat an jam
untuk pasien material yang ada diruangan kenanga tentang cara
dapat kerja
safety di Kenanga. pemeliharaan
melakukan
ruangan preventif APD dan SIANG :
hal positif
Kenanga. material yang ada 13:00
terhadap
diruangan Kenanga. WIB
penggunaan
sarana dan
alat(material
1.Terlaksananya
) berupa
2.Perlu dilakukan assesmen metode TAIL yaitu 15-April
property
material menggunakan efektifitas 2021
pasien safety
metode TAIL(Tecnology penggunaan alat yang
kesehatan Keterang
Assesment Ierative Loop). dikaitkan penggunaan
yang ada an jam
alat diruangan,baik
diruangan kerja
itu
Kenanga.
pengadaan,pemelihar

29
Jangka aan ,dan juga PAGI
Panjang: pemakaiannya.agar
08:00
semua alat dan
Perawat WIB
prperty yang ada
dapat
diruangan terkendali
melakukan
dengan baik dengan
hal positif
dimonitoring secara
terhadap
terus menerus.
penggunaan
sarana dan 1.terlakananya SOP
alat(material yang telah dibuat 16-April
) berupa agae dapat 2021
property pengoptimalisasi
Keterang
pasien safety sarana rumah sakit
an jam
kesehatan dan alat kesehatan.
kerja:
yang ada
2.adanya keinginan
PAGI
diruangan
dari diri perawat dan
10:15
Kenanga
sadar akan tugas dan
WIB
sampai
SOP yang telah
kedepannya
ditetapkan agar bisa
dan berjalan
dijalankan dan
lancar
dipatuhi sebagaimana
hingga tidak
mestinya.
ada lagi
kejadian
yang tidak
diinginkan
terulang
kembali

M3 (METHODE)

30
3. Masalah/ DX Tujuan Perencanaan/ Kegiatan Indikator Waktu

Kurang Jangka 1. Memberikan 1. Adanya 15 april


optimalnya pendek : pelatihan kepada laporan 2021
komunikasi Diharapkan perawat bagaimana kegiatan Keterang
perawat perawat cara berkomunikasi pelatihan an jam
terhadap mampu yang baik dan benar 2. Terlaksananya kerja
pasien mempaktekk kepada pasien pelatihan Siang :
diruangan an langsung komunikasi 13.00
kenanga. komunikasi pada perawat
yang baik diruangan
kepada kenanga
pasien. 3. Komunikasi
yang
Jangka dilaksanakan
panjang : perawat sudah
Perawat sesuai dengan
mampu pelatihan yang
melakukan diberikan.
komunikasi
sampai 1. Adanya 16 april
2. Membuat program
kedepannya kegiatan 2021
komunikasi
menjadi laporan Keterang
terapeutik terencana
kegiatan program an jam
yang rutin. komunikasi kerja
terapeutik. pagi :
2. Terlaksananya 09.00
program
komunikasi
terapeutik
yang
direncanakan.

31
2. Kurang Jangka 1.Memberikan pengarahan 1.Terlaksananya 14-April
optimalnya Pendek: kepada perawat yaitu pengarahan kepada 2021
penggunaan dengan cara pemeliharaan seluruh perawat yang
Diharapkan Keterang
property preventif alat APD dan ada diruangan
perawat an jam
untuk pasien material yang ada diruangan kenanga tentang cara
dapat kerja
safety di Kenanga. pemeliharaan
melakukan
ruangan preventif APD dan SIANG :
hal positif
Kenanga. material yang ada 13:00
terhadap
diruangan Kenanga. WIB
penggunaan
sarana dan
alat(material
1.Terlaksananya
) berupa
2.Perlu dilakukan assesmen metode TAIL yaitu 15-April
property
material menggunakan efektifitas 2021
pasien safety
metode TAIL(Tecnology penggunaan alat yang
kesehatan Keterang
Assesment Ierative Loop). dikaitkan penggunaan
yang ada an jam
alat diruangan,baik
diruangan kerja
itu
Kenanga.
pengadaan,pemelihar PAGI
Jangka aan ,dan juga
08:00
Panjang: pemakaiannya.agar
WIB
semua alat dan
Perawat
prperty yang ada
dapat
diruangan terkendali
melakukan
dengan baik dengan
hal positif
dimonitoring secara
terhadap
terus menerus.
penggunaan
sarana dan 1.terlakananya SOP 16-April
alat(material yang telah dibuat 2021
) berupa agae dapat
Keterang

32
property pengoptimalisasi an jam
pasien safety sarana rumah sakit kerja:
kesehatan dan alat kesehatan.
PAGI
yang ada
2.adanya keinginan 10:15
diruangan
dari diri perawat dan WIB
Kenanga
sadar akan tugas dan
sampai
SOP yang telah
kedepannya
ditetapkan agar bisa
dan berjalan
dijalankan dan
lancar
dipatuhi sebagaimana
hingga tidak
mestinya.
ada lagi
kejadian
yang tidak
diinginkan
terulang
kembali

M4 (MONEY)

4. Masalah/ DX Tujuan Perencanaan/ Kegiatan Indikator Waktu

Kurang Jangka 1. Memberi pengarahan 1. Perawat mampu 16 april


optimalnya Pendek: terkait sistem akuntansi memahami 2021
dalam Diharapkan penerimaan kas penerapan sistem Keterang
pencatatan perawat akuntansi an jam
penerimaan dapat penerimaan kas kerja
keuangan kas melakukan Pagi :
pada ruangan pencatatan 09.00
kenanga. penerimaan
kas sesuai 2. Memberi pelatihan 2. Seluruh perawat 16 april
prosedur terhadap prosedur sudah mampu 2021

33
Jangka pencatatan penerimaan melakukan Keterang
Panjang : kas pencatatan an jam
Perawat penerimaan kas kerja
dapat sesuai prosedur Siang :
melakukan 13.00
sistem
penerimaan
kas baik
manual
maupun
komputerisa
si, mulai dari
pencatatan
sampai
peringkasan
transaksi
keuangan.

M5 (Marketting)

No. Masalah/DX Tujuan Perencanaan/ Indikator Waktu

Kegiatan

1. Belum Tujuan 1. Mengiventa-risasi 1. Ada jadwal Kamis 14


optimalnya Jangka ketersediaan APD seperti mengiventa-risasikan April
pelaksanaan Panjang: masker, sarung tangan, APD di ruangan 2021
nurse safety: apron (Baju Pelindung), Kenanga.
Masalah di Keterang
penggunaan penutup kepala dan lain-
ruang an jam
APD sesuai lainnya.
Kenanga kerja:
dengan
dapat di 14:30.
Standar
atasi dalam
2.Memberikan sosialisasi 2. a. Adanya proposal Kamis 14
Operasioanl
waktu 1
dalam pelaksanaan nurse sosialisasi nurse April

34
Prosedur bulan: safety: penggunaan APD safety: penggunaan 2021
(SOP) di sesuai dengan SOP di APD sesuai dengan
1. Keterang
ruangan ruangan Kenanga. SOP di ruangan
Diharapkan an jam
kenanga. Kenanga.
seluruh kerja:
perawat b. Terlaksananya 15:00.
patuhan kegiatan sosialisasi
dalam nurse safety:
pelaksanaan penggunaan APD
nurse safety: sesuai dengan SOP di
penggunaan ruangan Kenanga.
APD sesuai
c. Adanya dokumentasi
dengan SOP
sosialisasi yang
di ruangan
dilakukan.
Kenanga.
3. Melakukan simulasi 3. Perawat mampu Kamis 14
Tujuan
pemakaian APD oleh menggunakan APD April
Jangka
perawat dalam pelaksanaan lengkap dalam 2021
Pendek:
nurse safety: penggunaan melakukan tindakan.
Keterang
Setelah APD sesuai dengan SOP di
an jam
dilakukan ruangan Kenanga
kerja:
intervensi
15:30.
selama 7
hari, 4. Merencanakan penilaian 4. Perawat selalu Kamis 14
kepada perawat dalam menerapkan April
diharapkan:
pelaksanaan nurse safety: pelaksanaan nurse 2021
1. Perawat
penggunaan APD sesuai safety: penggunaan
Keterang
patuh dalam
dengan SOP di ruangan APD sesuai dengan
an jam
pelaksanaan
Kenanga. SOP di ruangan
kerja:
nurse
Kenanga.
16:00.
safety :
penggunaan
APD sesuai
dengan SOP

35
di ruangan
Kenanga.

4. A. Planning Of Action (POA) (M1 Manusia/ketenagaan)

No Masalah Tujuan Program/ Kriteria Sasaran Waktu Penanggung


Kegiatan Jawab
1. Jumlah Jangka 1. Mengoptimal a) Adanya list Kepala Senin 12 Rahmatul
Perawat pendek kan data jumlah Ruangan April Laili
masih b) Memberika mahasiswa mahasiswa (Karu) 2021
belum n solusi perawat yang yang
sebanding kekurangan praktik magang
dengan tenaga b) Adanya
jumlah perawat perencanan
pasien dengan pengaturan
adanya pembagian
mahasiswa tugas antara
praktik perawat
dengan
Jangka melibatkan
panjang mahasiswa
Membantu praktik
tenaga Shift pagi : 5
perawat yang Shift siang : 3
kurang di Shift sore : 2
ruangan
kenanga agar 2. Menjadwalka a) Adanya Kepala Selasa Rahmatul
seimbang n cuti jadwal cuti Ruangan 13 April Laili
dengan jumlah perawat perawat (Karu) 2021
pasien rawatan
Kepala Rabu 14 Rahmatul
a) Adanya
3. Memberikan Ruangan April Laili
36
dukungan dukungan (Karu) 2021
sosial (Rekan sosial antar
kerja dan rekan kerja
atasan) dan atas
Kepala Kamis Rahmatul
4. Menerapkan a) Tersedianya Ruangan 15 April Laili
Pendekatan perencanaa (Karu) 2021
Kepemimpin n ruangan
an pada
karyawan b) Tersedianya
dalam lingkungan
membangun kerja yang
Budaya lebih baik
Organisasi
kerja yang
positif

B. Planning Of Action (POA) (M2 Material/ sarana dan prasarana)

N Masalah Tujuan Program/Tindakan Kriteria Sasaran Wakt Penanggun


o u g jawab
1. Kurang Jangka 1.Memberikan 1.Terlaksanany Perawat 14 Irvansyah
optimalnya Pendek: pengarahan kepada a pengarahan pelaksan april
penggunaan perawat yaitu dengan kepada seluruh a 2021
Diharapkan
property cara pemeliharaan perawat yang
perawat
untuk pasien preventif alat APD ada diruangan
dapat
safety di dan material yang kenanga
melakukan
ruangan ada diruangan tentang cara
hal positif
Kenanga. Kenanga. pemeliharaan
terhadap
preventif APD
penggunaan
dan material
sarana dan
yang ada
37
alat(material) diruangan
berupa Kenanga.
property
pasien safety
kesehatan 1.Terlaksanany

yang ada a metode

diruangan TAIL yaitu

Kenanga. efektifitas
penggunaan Kepala 15-
Jangka 2.Perlu dilakukan
alat yang Ruangan April Irvansyah
Panjang: assesmen material
dikaitkan .2021
menggunakan
Perawat penggunaan
metode
dapat alat
TAIL(Tecnology
melakukan diruangan,baik
Assesment Ierative
hal positif itu
Loop).
terhadap pengadaan,pe
penggunaan meliharaan ,da
sarana dan n juga
alat(material) pemakaiannya.
berupa agar semua
property alat dan
pasien safety prperty yang
kesehatan ada diruangan
yang ada terkendali
diruangan dengan baik
Kenanga dengan
sampai dimonitoring
kedepannya secara terus
dan berjalan menerus.
lancar hingga
1.terlakananya
tidak ada lagi
SOP yang
kejadian
telah dibuat

38
yang tidak agae dapat
diinginkan pengoptimalisa 16-
terulang si sarana Kepala April
kembali 3. (SOP) tentang rumah sakit Ruangan -2021
Irvansyah
pemeliharaan dan dan alat dan
optimalisasi kesehatan. Perawat
pemanfaatan sarana pelaksan
2.adanya
rumah sakit dan alat a
keinginan dari
kesehatan.
diri perawat
dan sadar akan
tugas dan SOP
yang telah
ditetapkan
agar bisa
dijalankan dan
dipatuhi
sebagaimana
mestinya.

C. Planning Of Action (POA) (M3 METHODE)

N Masala Tujuan Program/Tinda Kriteria Sasar Waktu Penanggu


o h kan an ng jawab
1. Kurang Jangka 1. Membe 1. Adanya Peraw 15 april Hilmiatus
optimal pendek : rikan laporan at 2021 saidah
nya Diharapk pelatiha kegiatan pelaks Ketera
komuni an n pelatihan ana ngan
kasi perawat kepada 2. Terlaksan jam
perawa mampu perawat anya kerja
t mempakt bagaim pelatihan Siang :

39
terhada ekkan ana komunika 13.00
p langsung cara si pada
pasien komunika berkom perawat
diruang si yang unikasi diruangan
an baik yang kenanga
kenang kepada baik 3. Komunika
a. pasien. dan si yang
benar dilaksana
Jangka kepada kan
panjang : pasien perawat
Perawat sudah
mampu sesuai
melakuka dengan
n pelatihan
komunika yang
si sampai diberikan.
kedepann
ya 16 april
menjadi 1. Adanya Kepal 2021 Hilmiatus
kegiatan kegiatan a Ketera saidah
yang laporan ruang ngan
2. Membu
rutin. program an jam
at
komunika kerja
progra
si pagi :
m
terapeutik 09.00
komuni
.
kasi
2. Terlaksan
terapeut
anya
ik
program
terenca
komunika
na
si
terapeutik

40
yang
direncana
kan.

D. Plan Of Action (POA) (M4 MONEY)

No Masalah Tujuan Program/Tindak Kriteria Sasaran Waktu Penanggug


an jawab
Kurang Jangka 1. Memberi 1. Perawat Perawat 16 Lilis
optimalnya Pendek: pengarahan mampu pelaksana April Romaito
dalam Diharapkan terkait sistem memahami 2021 Hutajulu
pencatatan perawat dapat akuntansi penerapan
administrasi melakukan penerimaan sistem
keuangan pencatatan kas akuntansi
kas pada penerimaan penerimaan
ruangan kas sesuai kas
kenanga. prosedur
Jangka 2. Memberi 2. Seluruh Perawat 16 Lilis
Panjang : pelatihan perawat pelaksana April Romaito
Perawat dapat terhadap sudah 2021 Hutajulu
melakukan prosedur mampu
sistem pencatatan melakukan
penerimaan penerimaan pencatatan
kas baik kas penerimaan
manual kas sesuai
maupun prosedur
komputerisasi,
mulai dari
pencatatan
sampai
peringkasan
transaksi
keuangan.

41
E. Plan Of Action (POA) (M5 MARKETTING)

No. Masalah/ Tujuan Perencanaa/ Kriteria Sasa- Waktu Penanggu


ran ng jawab
DX Kegiatan

1. Belum Tujuan 1. Mengiven- 1. Terpenu- Karu Kamis 14 Herli


optimalnya Jangka tarisasi hinya mutu April 2021 Yulianti
pelaksanaan Panjang: ketersediaan pelayanan
Keteranga
nurse safety: APD seperti rumah
Masalah di n jam
penggunaan masker, sakit dan
ruang kerja:
APD sesuai sarung terlak-
Kenanga 14:30.
dengan tangan, apron sananya
dapat di
Standar (Baju prosedur
atasi dalam
Operasioanl Pelindung), nurse
waktu 1
Prosedur penutup safety:
bulan:
(SOP) di kepala dan penggunua
1.
ruangan lain-lainnya. n Alat
Diharapka
kenanga. Pelindung
n seluruh
Diri (APD)
perawat
sesuai
patuhan
dengan
dalam
Standar
pelaksanaa
Operasiona
n nurse
l Prosedur
safety:
(SOP)
penggunaa
rumah
n APD
sakit.
sesuai
2. Memberikan2. Terpenu- Karu Kamis 14 Herli
dengan
sosialisasi hinya mutu April 2021 Yulianti
SOP di
dalam pelayanan
ruangan Keteranga
pelaksanaan rumah
Kenanga. n jam

42
nurse safety: sakit dan kerja:
Tujuan
penggunaan terlak- 15:00.
Jangka
APD sesuai sananya
Pendek:
dengan SOP prosedur
Setelah
di ruangan nurse
dilakukan
Kenanga. safety:
intervensi
penggunua
selama 7
n Alat
hari,
Pelindung
diharapkan
Diri (APD)
:
sesuai
1. Perawat dengan
patuh Standar
dalam Operasiona
pelaksanaa l Prosedur
n nurse (SOP)
safety : rumah
penggunaa sakit.
n APD
3. Melakukan3. Terpenu- Perawat Kamis 14 Herli
sesuai
simulasi hinya mutu Pelak- April 2021 Yulianti
dengan
pemakaian pelayanan sana
Keteranga
SOP di
APD oleh rumah
n jam
ruangan
perawat sakit dan
kerja:
Kenanga.
dalam terlak-
15:30.
pelaksanaan sananya
nurse safety: prosedur
penggunaan nurse
APD sesuai safety:
dengan SOP penggunua
di ruangan n Alat
Kenanga Pelindung
Diri (APD)
43
sesuai
dengan
Standar
Operasiona
l Prosedur
(SOP)
rumah
sakit.

4.Merencanakan4. Terpenu- Karu Kamis 14 Herli


penilaian hinya mutu April 2021 Yulianti
kepada pelayanan
Keteranga
perawat rumah
n jam
dalam sakit dan
kerja:
pelaksanaan terlak-
16:00.
nurse safety: sananya
penggunaan prosedur
APD sesuai nurse
dengan SOP safety:
di ruangan penggunua
Kenanga. n Alat
Pelindung
Diri (APD)
sesuai
dengan
Standar
Operasiona
l Prosedur
(SOP)
rumah
sakit.

44
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang dilakukan oleh tenaga medis profesional yang
terorganisir baik dari sarana prasarana kedokteran yang permanen, pelayanan kedokteran,
asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang
diderita oleh pasien. Pelayanan keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan
keperawatan yang didasari oleh ilmu dan kiat keperawatan kepada individu, kelompok
atau masyarakat dalam keadaan sehat maupun sakit.
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan kegiatan melalui orang lain. Kegiatan
manajemen keperawatan mengacu pada konsep manajemen secara umum, dengan
menggunakan pendekatan fungsi-fungsi manajemen meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan (pengawasan dan Evaluasi). Manajemen
pelayanan keperawatan berfokus pada komponen 5 M (Man, Material, Method, Money,
Marketting).

45
DAFTAR PUSTAKA

Paju, W, Dwiantoro, L. (2018). Upaya meningkatkan komunikasi efektif perawat-pasien. Jurnal


keperawatan Vol. 10. No. 1
Nursalam. (2011). Manajemen keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Erita. (2019). Buku Materi Pembelajaran Manajemen Keperawatan. Jakarta : Universitas Kristen
Indonesia
Mastuti, A. Paju, Wanto. (2018). Upaya dalam mengurangi absenteeisme tenaga perawat pada
organisasi kerja. Jurnal Ners Lentera Vol.6 No.1

46
UPAYA DALAM MENGURANGI ABSENTEEISME TENAGA
PERAWAT PADA ORGANISASI KERJA
(Efforts To Reduce Nursing Absenteeism On Work Organization)
1
Amalia Mastuty, 2Wanto Paju
Magister Keperawatan Undip, Semarang, Jawa Tengah
1

Magister dan Dosen Poltekes Kemenkes Kupang Prodi


2

Keperawatan Waikabubak, NTT


E-
mail :paju.wanto@gmail.com.
Email :mastutyamalia@gmail.
com

ABSTRAK

Latar Belakang:Ketidakhadiran atau absenteeisme tenaga perawat


mengakibatkan hilangnya waktu kerja untuk menyelesaikan tugas sehingga
pekerjaan yang harusnya bisa diselesaikan dalam jangka waktu tertentu
menjadi terbengkalai. Hal ini secara tidak langsung akan menimbulkan
kerugian bagi tenaga perawat dan bagi Rumah Sakit baik dari segi materi
maupun terhadap system yang berlaku. Pada umumnya abseenteisme dan
waktu kerja yang hilang di Rumah Sakit di Amerika 12% tidak hadir, di
Indonesia berkisar antara 3%-10% diantaranya Puskemas di Papua 30,7%
tidak hadir,di Rumah Sakit Bekasi 93,20 % datang terlambat, di Rumah
Sakit Semarang 4,3% perawat tidak hadir. Tujuan:Untuk mengidentifikasi
indentifikasi intervensi efektif yang membantu manajemen dalam
mengurangi absenteeisme tenaga perawat dan meningkatkan produktivitas
kerja. Metode: Pencarian literatur mulai dari tahun 2009-2017 yang
menggunakan kata kunci reduce absenteeism / mengurangi absenteeisme
dan Nursi / Tenaga Perawat. Penelusuran dilakukan di situs Ebscohost,
Elsevier dan Google SholarHasil:Kajian dari ketiga belas literatur yang
digunakan dalam artikel ini ditemukan 9 upaya untuk mengurangi
absenteeisme tenaga perawat adalah diantaranya terangkum
dalam :pemberian dukungan sosial, melaksanakan
6 strategi pengorganisasian karyawan, pendekatan kepemimpinan serta
peningkatan motivasi ekstrinsik dalam organisasi kerja.
Kata Kunci :Mengurangi absenteeisme, tenaga perawat,
organisasi kerja
ABSTRACT

47
Background: The absence or absenteeism of the nurses results in the loss of
working time to complete the task so that the work that should be completed
within a certain period of time becomes abandoned. This will indirectly cause
harm to nurses and for hospitals both in terms of material and the applicable
system. In general, abseenteism and lost working hours in 12% of American
hospitals are absent, in Indonesia ranging from 3% -10% of them Puskemas in
Papua 30.7% are absent, in Bekasi Hospital 93.20% arriving late, at Semarang
Hospital 4.3% nurses were absent. Objectives: To identify the identification of
effective interventions that assist management in reducing absenteeism of nurses
and improving work productivity. Methods: Literature searches from 2009-2017
using keyword reducing absenteeism and Nurse. Search were done on the

48
Ebscohost, Elsevier and Google Sholar sites. From the search results obtained as
many as thirteen journals related to the theme. Results: a study of thirtee
literatures found that to reduce absenteeism of nurses is by providing social
support, implementing six staff organizing strategies, leadership approaches as
well as increasing extrinsic motivation in work organization.
Keywords:Reducing absenteeism, nurse, work organization

PENDAHULUAN namun bekerja tidak maksimal, umur, jenis


Ketidakhadiran kelamin, tempat tinggal karyawan
atau absenteeisme dapat mempengaruhi
adalah keadaan tidak hadir ketidakhadiran kerja. Ketidakpuasan
2,3.

untuk pekerjaan yang terhadap pekerjaannya juga


dijadwalkan. Karyawan tidak menjadi faktor ketidakhadiran, hal ini
hadir karena sejumlah diungkapkan dengan berbagai cara
alasan.Perbedaan sering dibuat diantaranya dengan meninggalkan
antara absenteeisme putih, abu- pekerjaannya, mengeluh, membangkang,
abu dan hitam.Dalam kasus mencuri milik organisasi, menghindari
absensi putih, sangat jelas sebagian tanggung jawab dari
bahwa karyawan
tersebut
sakit.Ketidakhadiran disebut
abu-abu jika penyakitnya
bersifat psikologis atau
psikosomatik seperti sakit
kepala dan
kelelahan.Ketidakhadiran
disebut hitam jika seseorang
yang tidak sakit melaporkan
dirinya sebagai orang sakit.Ini
juga dikenal sebagai absensi
illegal.1.
Ketidakhadiran perawat
disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya
pendidikan dan beban kerja,
moralitas, fleksibilitas jadwal kerja,
shift kerja, presenteeisme / hadir
49
pekerjaan mereka.2. Kemudian ada dalam ruangan perawatan,
beberapa faktor lain dari sistem reward dan sistem
disebabkan oleh dukungan promosi yang adadirasakan
supervisor rendah, tuntutan kurang adil 3 dan sanksi disiplin
fisik pada pekerjaan, kontrol bagi petugas kesehatan yang
rendah dari atasan.4. bekerja dengan tidak baik6.
Sejauh ini Dengan beberapa upaya yang
manajemen organisasi telah dilakukan tersebut diatas masih
kerja dalam hal ini didapatkan perolehan data empiris
Rumah Sakit telah yang menegaskan bahwa masalah
melaksanakan beberapa absenteeisme tenaga perawat masih
upaya guna menjadi fokus penelitian yang harus
meminimalkan kejadian ditanggapi segera ditemuka solusi
absenteeisme tenaga
perawat diantaranya
pengadaan absensi
kehadiran namun pihak
manajemen rumah sakit
kurang memperhatikan
prosedur pengisian
absensi dan
monitoringyang
dilaksanakan secara
profesional dan baik,
dengan adanya
pengawasan dan kontol
secara memusat,
melaksanakan supervisi
oleh kepala bidang
namun
belummenetapkan
k
ontinuitas pelaksanaan
supervisi berkala baik
secara langsung pada
perawat pelaksana yang
50
kemudian ditangani. Pada RSUP. Dr. telah ditemukan bahwa penyakit jiwa
Kariadi Semarang pada tahun 2012 dan stres dalam beberapa tahun
sebesar 4,3%, sedangkan pada tahun terakhir akibat penundaan kerja
2013 tingkat ketidakhadiran sehingga terjadi peningkatan jumlah
perawatkarena sakit menurun hari yang luar biasa. Hal ini harus
menjadi 1,8%, rekap absensi perawat diwaspadai secara dini4.
di Ruang Rawat Inap RSUD
Kabupaten Bekasi datang terlambat
bulan Agustus 2011, sebanyak
91,20%. Perawat, dan Rata-rata
METODE
ketidakhadiran petugas kesehatan Metode
puskesmas di 4 kabupaten di peneliti
Provinsi papua : 30.7% dikategorikan an menggunakan metode
dengan tingkat ketidakhadiran tinggi penelusuran jurnal dengan sistem
dan sebanyak 20% dari Perawat literature review dengan
beralih kerja dan 12% meninggalkan menggunakan kata kunci
pekerjaan (keperawatan) karena mengurangi absenteeism / reducing
luka-luka di tempat kerja di Virginia absenteeism, tenaga perawat / nurse,
Barat, Amerika.3,4,6. organisasi kerja / work organization.
Persentase ketidakhadiran Pencarian artikel dilakukan pada
yang tinggi merupakan tantangan website Ebscohost, Elsevier, dan
yang luar biasa di sektor kesehatan Google Scholar.Artikel yang
yang pada hakikatnya tenaga mempunyai kesamaan diambil salah
kesehatan dalam hal ini perawat satunya.Pencarian literatur dilakukan
seharusnya selalu hadir di unit pada artikel yang terpublikasi pada
dimana mereka ditugaskan agar tahun 2009-2017.
sistem berfungsi dengan baik dalam
menyediakan pelayanan kesehatan
dan mencapai tujuan pembangunan. HASIL DAN
Hal ini perlu mendapat perhatian
PEMBAHASAN
karena menimbulkan kerugian, baik
Sintesis dari
dari segi fisik, materi maupun
delapan
terhadap sistem yang berlaku di
jurnaldidapatkan bahwa
ada beberapa
intervensi yang

51
efektif untuk didapatkan bahwa intervensi
mengurangi absenteeismeuntuk
tenagamengurangi
perawat diantaranya
absenteeisme
: Dukungan Sosia
Dari hasil penelitian tenaga perawat dengan cara
oleh Ambarwati pemberian
perusahaan diantaranya berpengar dukungan sosial diberikan kepada
uh
terhadap rekan kerja dan atasan yang perawat sehingga dapat mengurangi
harus berurusan dengan volume atau menekan tingkat stress.
bisnis yang lebih besar, tetapi juga Dukungan sosial adalah bantuan
keuntungan perusahaan dengan yang diperoleh individu melalui
demikian, terjadi penurunan hubungan interpersonal dengan
kepuasan dan moral karyawan dan orang-orang di sekitar individu yang
produktivitas mereka, Selain itu, juga memiliki arti bagi individu tersebut

52
dalam menghadapi masalahnya. program insentif yang
Adapun sumber-sumber dirancang untuk meningkatkan
dukungan sosial dapat kehadiran staf dengan memberi
diperoleh dari : imbalan pada perawat yang bisa
Rekan kerjadapat jaga diluar jadwal piket akibat
berupa persahabatan, ketidakhadiran temannya,
menciptakan situasi tolong- penghargaan dari kehadiran
menolong, dan kerja sama yang yang
menyenangkan. Atasan dapat tidak
berupa mau mendengarkan terputusProgram
masalah yang dialami dengan Monitoring
penuh perhatian baik masalah Absensi. Pengorganisasian
pribadi maupun pekerjaan, pertama ini salah satunya
toleransi terhadap kesalahan dengan membuat kebijakan
yang dibuat dan memberikan tentang program kontrol absensi
kepercayaan pada pekerja yang dinilai memiliki dampak
bahwa dirinya mampu, terbesar dalam mengurangi
sehingga kondisi kerja yang ketidakhadiran.
menekan dapat terkurangi. Dalam program kontrol absensi
Pasangan hidup / Keluarga ini, pimpinan perawat
dapat berupa dukungan emosi dapat
yang berbentuk dorongan menggunakan pengahargaan
membesarkan hati, memberikan atau imbalan dan kekuatan
ungkapan penghargaan, koersif untuk mengurangi
dukungan material serta ketidakhadiran.
memberikan informasi yang Kekuatan pengahargaan atau
dapat memberikan sebuah imbalan didefinisikan sebagai
solusi atas masalah yang kemampuan seseorang untuk
menghargai perilaku orang lain.
Kekuatan koersif
dihadapi. Upaya ini didefinisikansebagai kemampuan
7.
cenderung
jarang dipilih untuk diaplikasikan berpengaruh dalam pengurangan tingkat
karena faktor dukungan sosial yang absentesi perawat.
dimiliki perawat sudah dianggap
cukup sehingga dirasakan kurang

53
6Strategi untuk menghukum
ketidakpatuhan para
Pengorganisasia
pengikut.Program kontrol
n Karyawan absensi positif adalah intervensi
Ketidakhadiran adalah fluktuasi yang menawarkan penghargaan
tenaga kerja yang merupakan atau motivasi positif untuk
parameter terpenting yang perlu kehadiran yang baik. Ini
dipantau. Berikut termasuk: pengakuan pribadi,
stategi membeli kembali cuti sakit
pengorganisasian karyawan oleh yang tidak terpakai, dan
manajer 8 : pembayaran bonus untuk
Kebijakan Tidak kehadiran teladan. Program
Hadir / Cuti Sakit lainnya adalah program kontrol
yaitu manajemen disipliner yang mencakup
membuat intervensi yang memberikan
kebijakan menggabungkan berbagai konsekuensi yang
tidak
menyenangkan terhadap
kehadiran yang buruk. Ini
termasuk: tindakan disipliner,
kesalahan kinerja bebas, dan
ulasan akhir tahun.

54
Kombinasi penghargaan dengan cukup dan durasi kerja
dan program lembur yang diperbolehkan untuk
kedisiplinan perawat harus ditentukan sesuai
berpotensi menimbulkan dengan manajemen sehubungan
dampak terbesar dalam dengan beban kerja dan perawatan
mengurangi kesehatan dari perawat itu sendiri. 6.
ketidakhadiran.Melibatkan Pengelolaan Sektor Kepegawaian
karyawan dalam membangun Yaitu pengelolaan institusi
dan memantau program ini perawatan kesehatan harus
akan membantu perawat menentukan jumlah petugas
menyesuaikan diri dengan keperawatan yang dibutuhkan untuk
kebijakan ini dan memikul mencegah kondisi kekurangan tenaga
tanggung jawab pribadi. kerja terjadi karena kekurangan
Tingkat absensi dapat diatasi memiliki pengaruh negatif terhadap
dengan menggunakan kinerja pekerja dan pada akhirnya
langkah- langkah
berikut: Manajer
harus menetapkan
besaran dan pola
ketidakhadiran. Mereka
harus memastikan
bahwa setiap orang
mengetahui hak dan tanggung
jawab mereka terkait cuti dan
konsekuensi melanggar
peraturan ini.Manajer
harus mengatasi masalah
secara keseluruhan dan
berurusan dengan individu
dalam setiap kasus di mana satu
orang berulang kali absen dari
pekerjaan. Pemantauan bulanan
yang berkelanjutan akan
membantu manajer
untuk mengetahui apakah
tingkat absensi ditangani
55
menyebabkan dipertahankan.Sistem
absenny informasi dapat digunakan
a atau untuk mengamati polaabsensi
penghentian pekerjaan. di petugas
layanan kesehatan dan
dapat dimanfaatkan dalam
Monitoring sistem
perancangan
yang efektif Yaitu
program manajemen
berupa
yang efektif.Catatan
sanksi
harus dievaluasi secara rutin
sistem
oleh otoritas pelaporan staf
pemantauan harus cukup
perawatan kesehatan dan
kuat untuk membatasi
berdasarkan evaluasi, insentif,
marjin
dan promosi dan penurunan
kebijaksanaan
pangkat dari nilai ini
kegiatan dan jadwal waktu staf perawat seperti halnya pengambilan
harus didasarkan.
petugas
perawatan
Kebijakan Pelayanan
kesehatan yang kurang
Kesehatan Yaitu tentang
informasi. Demikian
pengadaan staff
pula, pekerja terbaik
perawat, strategi promosi,
harus diberi
dan rekrutmen
penghargaan atas
pegawai baru
kinerjanya berdasarkan
harus digabungkan oleh
kinerja dan kehadiran
manajemen.
mereka.

Peningkatan Sistem
Informasi Yaitu berupa
database yang tepat
harus dipelihara di mana
catatan kehadiran staf,
informasi mereka dan
informasi yang
kurang
informasi

56
perhatian mereka dari masalah di rumah dan
Koordinasi manajerial mengusahakan pengadaan
Antar Tenaga fasilitas penitipan anak di
Kesehatan
Yaitu Kurangnya koordinasi di
antara staf perawat juga
mempengaruhi kualitas layanan
perawatan pasien yang diberikan
oleh institusi
perawatan
kesehatan.Peningkatan koordinasi
memudahkan dalam mengurangi
tekanan dan tekanan dalam kasus
beban kerja yang tinggi.9. Salah satu
wujud dorongan koordinasi antar
tenaga kesehatan dengan pengadaan
mitra kesehatan aktif.
Beberapa rumah sakit menggunakan
mitra kesehatan aktif. Karyawan
melaporkan sakit dengan memanggil
perawat dari apa yang disebut
sebagai mitra kesehatan aktif.
Perawat mendapat panggilan dari
sejawat. Idenya adalah untuk
meminta penelepon secara rinci
tentang penyakit mereka untuk
memberi tahu mereka langkah-
langkah apa yang harus mereka
lakukan seperti tinggal di tempat
tidur atau pergi ke dokter. Melihat
sebuah solusi untuk ketidakhadiran
sebagai menawarkan konseling terus
menerus terhadap sejawat di tempat
kerja.Itu bisa membantu perawat
mengurangi ketegangan mengalihkan

57
stategi pengorganisasian kepemimpinan
karyawan bernilai signifikan diantaranya gaya
terhadap absenteeisme namun kepemimpinan
diindonesia sendiri strategi ini transformasional. Beberapa
masih belum maksimal bisa juga memberi jawaban
dilakukan oleh manajemen. yang menunjukkan sisi yang
Pendekatan lebih transaksional juga. Yang
Kepemimpinan Adapun terakhir ini memiliki cara yang
saat manajer mengetahui lebih ketat untuk memimpin
ketidakhadiran abu- dengan menggunakan
abu maupun penghargaan dan
keterlambatan terjadi hukuman. Hal ini dilakukan
hendaknya dengan "budaya
ditangani segera. Perlu menakut-nakuti",
dilakukannya mediasi yang menurut mereka
untuk bisa mencegah
mencapai ketidakhadiran staff.
kondisi Para manajer yang mengambil
kelembagaan yang lebih pendekatan
baik dan meningkatkan transformasio
hubungan pribadi dan nal memiliki tingkat
profesional. Untuk pertimbangan yang tinggi bagi
pendekatakatan yang individu. Mereka lebih fokus
digunakan dengan pada kepercayaan, dukungan
beberapa pilihan dan menjadi pemain tim.
gaya Mereka tidak menyebutkan
lebih banyak
tempat kerja.10. Upaya ini kursus dan pendidikan bagi
dinilai
sangat aplikatif dalam mengurangi karyawan sebagai sarana untuk
absensi perawat karena sub variabel meningkatkan motivasi di antara
didalamnya sudah meliputi beberapa karyawan sampai pada tingkat yang
aspek pendukung yang berpengaruh ditentukan.Mereka lebih fokus untuk
dan di luar negeri juga pernah mendapatkan lingkungan kerja yang
dilakukan dengan hasil bahwa 6 lebih baik dengan mengambil

58
berbagai inisiatif seperti ada.
memberikan informasi yang Peningkatkan Motivasi Ekstrinsik
memadai. Para manajer motivasi ekstrinsik adalah pendorong
transformasional kerja yang bersumber dari luar diri
menunjukkan kualitas visioner pekerja sebagai individu,
dan kreatif yang membantu berupa suatu kondisi yang
mereka menginspirasi mengharuskan melaksanakan
karyawan untuk pekerjaan secara maksimal.
menindaklanjuti perubahan dan Jika organisasi tidak
untuk mencegah ketidakhadiran mencukupi faktor pendorong tersebut
penyakit dan meningkatkan maka ia akan mendapat kesulitan
pengetahuan tentang proses dalam menarik karyawan yang baik
perubahan. 12,13,7,14.Kekurangan dan perputaran dan kemangkiran akan
dari upaya ini yang sering meningkat. Berikut ini
terjadi adalah kurangnya beberapa bentuk motivasi ekstrinsik
kemampuan dan motivasi dari yang perlu ditingkatkan dalam
seorang manajer untuk
mengembangkan
pendekatan
kepemimpinan dengan
mengadopsi gaya
kepemimpinan yang ada untuk
disesuaikan pada masalah yang
terjadi dilapangan sehingga
manajer atau pimpinan
cenderung
menggunakan gaya
kepemimpinan situasional tidak
meningkatkan kemampuannya
dalam mengekplore keterbaruan
atas keilmuan dan
mengaplikasikannya.
Gaya kepemimpinan
yang digunakan akan
berhubungan dengan perilaku
disiplin tenaga perawat yang
59
organisasi terkait
absenteeism
e diantaranya :
Pemberian Insentif/
imbalan Berupa gaji dan
upah memang
merupakan salah satu
motivator yang kuat bagi
seseorang untuk berprestasi
karena dengan kenaikan insentif akan membuat seseorang terdorong untuk melaku
Pemantapan Kondisi Kerja
Lingkungan yang bersih dan
rapi akan membuat para
perawat nyaman dan
semangat dalam hadir untuk
bekerja tanpa ada
beban yang
disebabkan ruangan kerja
yang kotor. Sementara dengan
perlengkapan dan peralatan
yang memadai sudah tentu
akan memudahkan dalam meningkatkan kinerja melayani pasie
kerja sehingga perawat
memiliki semangat bekerja
dan meningkatkan kinerja
perawat.Untuk dapat
memunculkan motivasi
prestasi kerja yang tinggi
dalam suatu organisasi seorang Manajer harus memper
Pengadaan Promosi
Kerja
Promosi memberikan peran
penting bagi karyawan
bahkan menjadi idaman yang selalu dinantikan.Karena hal itu berarti ada kepercaya
mengenai kemampuan serta

60
kecakapan karyawan berproduktivitas tinggi namun
bersangkutan untuk menduduki biasanya fungsinya hanya
suatu jabatan yang tinggi. jangka pendek.
Seseoarang akan termotivasi
untuk hadir dan bekerja dengan
disipilin dan giat dan
berprestasi karena adanya
kesempatan yang diberikan oleh
pimpinan sehingga dia akan
lebih memacu diri bekerja
sebaik-baiknya dan meraih
prestasi yang gemilang. 8.Upaya
ini merupakan upaya yang
paling berpengaruh secara
langsung terhadap pengurangan
absensi perawat karena
manfaatnya dapat dirasakan
secara langsung dan
memotivasi kerja perawat
untuk

61
Skema Dalam Upaya Menguragi Absenteeisme Tenaga Perawat

Faktor Mempengaruhi Absenteeisme Tenaga Perawat


Absenteeime Perawat
 Absensi putih, sangat jelas
1. Umur bahwa karyawan tersebut sakit.
2. Jenis Kelamin  Ketidakhadiran disebut abu-
3. Tempat tinggal abu jika penyakitnya bersifat
4. Beban kerja psikologis atau psikosomatik
5. Moralitas seperti sakit kepala dan
6. Fleksibilitas terhadap kerja kelelahan
7. Shift kerja  Ketidakhadiran disebut hitam
8. Presenteeisme jika seseorang yang tidak sakit
9. Ketidakpuasan kerja melaporkan dirinya sebagai
10. Dukungan supervisor orang sakit. Ini juga dikenal
11. Tuntututan fisik pekerjaan sebagai absensi illegal
12. Supervisi rendah Wen Ya Wang. 2012

Upaya Mengurangi Absenteeisme


Perawat
1. Dukungan sosial oleh rekan,
atasan, dan pasangan hidup /
keluarga yang dapat
memberikan pengaruh yang
positif bagi tenaga perawat
2. 6 strategi pengorganisasian
karyawan oleh manajerial
dengan a) kebijakan tidak hadir
/ cuti sakit b) pengelolaan sektor
kepegawaian c) monitoring
sistem yang efektif d)
peningkatan sistem informasi e)
Kebijakan pelayanan kesehatan
f) mendorong koordinasi antar
tenaga kesehatan
3. Pendekatan kepemimpinan
4. Peningkatkan motivasi
ekstrinsik meliputi pemberian
insentif/imbalan,pemantapan
kondisi kerja, pengadaan
promosi kerja.

Keterangan :
=
Fenomena yang diteliti

62
KESIMPULAN APRESIASI
Ditemukan beberapa Terimakasih banyak saya haturkan kepada
intervensi efektif yang seluruh Dosen S2 Magister Keperawatan
dapat diterapkan oleh manajemen konsetrasi Manajemen Keperawatan dan
dalam kepada seluruh teman sahabat dan keluarga,
mengurangi semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk di
absenteeisme tenaga perawat pergunakan dalam pembelajaran keperawatan.
mengingat kerugian
yang ditimbulkannya
diantaranya : dukungan sosial oleh
rekan, atasan, dan pasangan hidup /
keluarga yang dapat memberikan DAFTAR PUSTAKA
[1] Wang. 2012. Nurse Absenteeism And
pengaruh yang positif bagi tenaga Staffing Strategies For Hospital Inpatient
perawat, 6 strategi pengorganisasian Units
karyawan oleh
manajerial dengan 1) kebijakan tidak
hadir / cuti sakit 2) pengelolaan
sektor kepegawaian 3) monitoring
sistem yang efektif 4) peningkatan
sistem informasi 5)
Kebijakan pelayanan
kesehatan 6) mendorong koordinasi
antar tenaga kesehatan, kemudian
dengan
melakukan pendekatan

kepemimpinandengan
mengaplikasikan gaya
kepemimpinan yang sesuai
serta peningkatkan
motivasi ekstrinsik
meliputi
pemberian
insentif/imbalan,pemantapan kondisi
kerja, pengadaan promosi kerja.

63
[2] Alfriyanti
dkk. 2012.
Faktor Yang [10] Madibana. 2010. Factors
Berhubungan Influencing
Dengan Absenteisme Absebteeism
Pada Tenaga Perawat Di Badan Rumah Sakit D
Amongst Professional Nurses In
[3] Asmaningrum. 2007. London
Hubungan Antara
Ketidakhadiran dan [11] Lee, doohee. 2011
Kepuasan Kerja .Transformational Leadership
Perawat Paviliun di
RSUD Jombang

[4] Davey et al. 2009.


Predictors of Nurse
Absenteeism in
Hospitals: Journal of
Nursing Management

[5] Kanwal et al. 2017.


Identify The Causes Of
Absenteeism In Nurses
Mayo Hospital Lahore
Pakistan

[6] USAID From American


People. 2016. Survey
Tenaga Kesehatan Di
Papua

[7] Ambarwati, Diah.


2014.Pengaruh beban
kerja terhadap stres
perawat igd dengan
dukungan sosial
sebagai variabel
moderating(studi pada
RSUP Dr. Kariadi
Semarang)

[8] Agus, M Haerul. 2013.


Hubungan Motivasi
Kerja Dengan Kinerja
Perawat Di RSUD
Sinjai.

[9] Pinnock, Cordelia. 2012.


Reducing Sickness And Absence:
The Effectiveness Of Managers
64
And Workplace Injury And
Absenteeism: Analysis Of A National
Nursing Assistant Survey

[12] Hakull et al. 2015. Leaders Approach


To Sickness Absence

[13] Kurcgant et al . 2015. Absenteeism of


Nursing Staff: Decisions and Actions
of Nurse Managers 2015 Paulina.
Journal of school of Nursin

Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri oleh Perawat di Ruang


Perawatan Rumah Sakit

Devi Nurmalia, dkk. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri... pp


45
Devi Nurmalia1,*, Sarah Ulliya1, Linawati Neny2, Agnes Agustina
Hartanty1
1 Departemen Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
2 Infection Prevention and Control Nurse (IPCN) Rumah Sakit Dokter Kariadi, Semarang, Indonesia

devinurmalia@fk.undip.ac.id

Abstract
Introduction: Health Care Associated Infection (HAIs) is a major problem faced throughout the world
and this incident continues to increase. The use of Personal Protective Equipment (PPE) of nurses is
inadequate. Previous studies have not yet described how the suitability of PPE use with the actions
taken by nurses. Therefore, in this study will be described how the use of PPE by nurses. The study
aimed to identify nurse compliance in using PPE.
Methods: This was a descriptive analytic and observation method for data collection. The sample in
this study was an action carried out by nurses, in this case the nurse was observed to suit the use of
PPE with Standard Operating Procedure (SPO) in the hospital. The sampling technique used was
accidental sampling towards 67 actions of PPE using observation sheet according to hospital SPO.
Data is processed univariately and presented in the form of frequency distribution.
Results: The result showed that, PPE most frequently used in general ward that is gloves, mask, and
also apron. The results showed that as many as 54,39% of actions taken by nurses were inappropriate
in the use of glove. The use of masks and apron among the nurses is almost entirely correct, only 1
mask error was found.
Conclusion: PPI through Infection Prevention Control Nurse (IPCN) should provide socialization
and information on the use of PPE in accordance with hospital standard operational procedure. IPCN
is expected to be an appropriate role model in the use of PPE, while the head nurse provides
motivation and spirit to the nurses to be more compliant in the procedure when using gloves.

Keywords: Apron, Gloves, Infection control, Mask, PPE

Abstrak
Pendahuluan: Risiko infeksi nosokomial (HAIs) merupakan masalah besar yang dihadapi di seluruh
dunia dan kejadian ini terus meningkat. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada perawat masih
dikategorikan kurang. Penelitian sebelumnya belum menggambarkan kesesuaian penggunaan APD
dengan tindakan yang dilakukan perawat. Penelitian ini bertujun untuk mengidentifikasi gambaran
pemakaian APD di ruang perawatan di rumah sakit.
Metode: Penelitian merupakan penelitian deskriptif dengan metode observasi untuk pengambilan data.
Sampel pada penelitian ini adalah tindakan yang dilakukan perawat, dalam hal ini perawat diamati
kesesuaian penggunaan APD dengan SOP yang ada di rumah sakit. Teknik sampling yang digunakan
adalah accidental sampling pada 67 tindakan penggunaan APD menggunakan lembar observasi sesuai
SOP. Data diolah secara univariat dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.

Devi Nurmalia, dkk. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri... pp


46
Hasil: APD yang paling sering digunakan yaitu sarung tangan, masker, dan juga apron. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 54,39% tindakan yang dilakukan perawat tidak sesuai dalam
penggunaan sarung tangan. Penggunaan masker dan apron di antara perawat sudah hampir seluruhnya
benar, hanya ditemukan satu kesalahan pemakaian masker.
Saran: PPI melalui Infection Prevention Control Nurse (IPCN) sebaiknya memberikan sosialisasi dan
informasi penggunaan APD sesuai SOP rumah sakit. IPCN diharapkan menjadi role model yang tepat
dalam penggunaan APD, sementara kepala ruang dapat memberikan motivasi dan semangat perawat
untuk lebih patuh dalam menggunakan sarung tangan yang sesuai prosedur.

Kata kunci: APD, Apron, Masker, Pengendalian infeksi, Sarung tangan

bervariasi antara 2-18% dari keseluruhan


PENDAHULUAN prosedur pembedahan (Jeyamohan,
Rumah sakit (RS) merupakan 2010). Kejadian infeksi nosokomial
sumber infeksi bagi petugas yang terjadi di RSUD Setjonegoro dari
kesehatan, pasien dan juga bulan Juli 2009 sampai Desernber 2011
pengunjung. Risiko infeksi di rumah yang terbanyak adalah plebitis, ILO, dan
sakit dikenal dengan istilah infeksi dekubitus (Nugraheni, Suhartono, &
nosokomial merupakan masalah Winarni, 2012).
kesehatan global. Infeksi terkait
pelayanan kesehatan atau Healthcare
Associated Infection (HAIs)
merupakan salah satu masalah global
termasuk di Indonesia. World Health
Organization (WHO) menunjukkan
bahwa prevalensi kejadian HAIs
pada pasien sebesar 7% di negara
maju dan 10% di negara berkembang
terjadi setiap tahunnya (WHO, 2016).
Centre for Disease Control and
Prevention (CDC) menyebutkan
bahwa infeksi ini terus meningkat di
berbagai negara (CDC, 2015).
Kejadian infeksi nosokomial di
sepuluh RS Indonesia tahun 2010
cukup tinggi yaitu 6-16% dengan
rata-rata 9,8%. Infeksi nosokomial
paling umum terjadi adalah infeksi
luka operasi (ILO). Hasil penelitian
terdahulu menunjukkan bahwa angka
kejadian ILO pada RS di Indonesia

Devi Nurmalia, dkk. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri... pp


47
rumah sakit (HAIs) yang sering
ditemukan diantaranya adalah
HAIs merupakan penyebab Ventilator Associate Pneumoni
signifikan penyakit dan kematian
yang memiliki konsekuensi
secara emosional, finansial dan
medis. Sekitar satu dari 25 pasien
rawat inap per tahunnya
memiliki infeksi terkait dengan
perawatan di rumah sakit yang
menyebabkan kematian dan
kerugiaan biaya perawatan
kesehatan di rumah sakit (CDC,
2015)
Sasaran keselamatan pasien
yang kelima adalah menurunkan
risiko HAI’s. Petugas kesehatan
merawat pasien bukan untuk
mendapatkan masalah,
pengunjung datang untuk
memberikan support kepada
pasien bukan untuk menjadi
pasien baru. Pasien pulang
dengan keadaan sembuh bukan
untuk mendapatkan infeksi
tambahan (Loveday, Lynam,
Singleton, & Wilson, 2014).
Salah satu upaya yang
dilakukan oleh rumah sakit untuk
mencegah dan menekan kejadian
infeksi adalah dengan
membentuk tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI).
Peraturan Menteri Kesehatan
nomor 27 tahun 2017 menyatakan
bahwa PPI berperan dalam
melakukan perencanaan,
pelaksanaan, pembinaan,
pendidikan, pelatihan, serta
monitoring dan evaluasi terkait
HAIs. Beberapa bentuk infeksi

Devi Nurmalia, dkk. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri... pp


48
(VAP), Infeksi Aliran Darah Pusat masih dikategorikan kurang. Siburan
(IADP),Infeksi Saluran Kemih (ISK), (2012) menunjukkan bahwa sikap
Infeksi Daerah Operasi (IDO), perawat dalam penggunaan APD masih
Infeksi Luka Infus (ILI) dan infeksi kurang, yaitu sebanyak 53,30% perawat
lainnya (Kementerian Kesehatan memiliki sikap negatif dan 46,7% yang
Republik Indonesia [Kemenkes RI], memiliki sikap positif. Ningsih (2014)
2017). menemukan bahwa perilaku penggunaan
Kewaspadaan standar adalah APD yang baik pada perawat hanya
kewaspadaan dalam pencegahan dan sebesar 47,6% dan sisanya 52,4%
pengendalian infeksi rutin dan harus menunjukkan penggunaan APD yang
diterapkan terhadap semua pasien di kurang baik.
semua fasilitas kesehatan.
Kewaspaaan standar ini dirancang
untuk mengurangi risiko terinfeksi
penyakit menular pada petugas
kesehatan baik dari sumber infeksi
yang diketahui ataupun yang tidak
diketahui (Kemenkes RI, 2017;
WHO, 2016).
Salah satu dari kewaspadaan
standard adalah penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD). Penggunaan
APD bertujuan untuk melindungi
diri sendiri yang dalam hal ini
merupakan petugas kesehatan dan
juga untuk melindungi pasien dari
invasi mikroba patogen. APD yang
sering dijumpai di RS antara lain
berupa sarung tangan, masker,
google (kacamata pelindung), face
shield (pelindung wajah), dan juga
jubah. APD ini digunakan sesuai
indikasinya dari tiap- tiap jenis APD
(Kemenkes RI, 2017). Setiap ruang
di rumah sakit sudah dilengkapi
dengan Standar Prosedur
Operasional (SOP) terkait
penggunaan APD.
Penggunaan APD pada perawat
Devi Nurmalia, dkk. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri... pp
49
Hasil audit tim PPI RS di sebanyak 57 tindakan untuk sarung
Semarang menunjukkan tangan, tujuh pemakaian masker, dan
kepatuhan petugas akan tiga untuk pemakaian apron. Teknik
penggunaan APD di ruang sampling yang digunakan adalah
perawatan sebesar 75%. Hasil accidental sampling, dimana semua
observasi di lapangan pada sampel diambil selama periode
waktu shift pagi ditemukan waktu 10 hari untuk proses
sebanyak dua orang perawat pengambilan data. Instrumen pada
tidak menggunakan prinsip steril penelitian ini menggunakan lembar
dan sarung tangan steril pada observasi penggunakan APD sesuai
penggantian balutan luka bersih, dengan standar prosedur operasional
tiga orang perawat menggunakan rumah sakit.
sarung tangan bersih pada saat
melakukan pemeriksaan tanda
vital, tiga orang perawat tidak
menggunakan masker dan apron
saat melakukan ganti balutan
luka bersih, dan seorang perawat
memakai sarung tangan bersih
sebanyak dua pasang sekaligus
setiap melakukan tindakan.

METODE
Penelitian ini merupakan
jenis penelitian kuantitatif
dengan pendekatan deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa, kejadian yang terjadi
saat sekarang (Notoadmojo,
2012). Proses pengambilan data
dengan menggunakan metode
observasi, yaitu dengan
mengamati perilaku perawat
sesuai dengan instrumen yang
digunakan peneliti. Sampel pada
penelitian adalah tindakan yang
dilakukan oleh perawat pada saat
menggunakan APD, yaitu
Devi Nurmalia, dkk. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri... pp
50
Tabel 2. Kesesuaian Penggunaan Masker
dan Apron
HASIL
Tindakan Sesuai Tidak Sesuai
Data yang telah
terkumpulselanjutnya
diolah secara univariat dan
disajikan dalam bentuk distribusi
frekuensi. Masker 7 (87,5%) 1 (12,5%)
Apron 3 (100%) 0
Tabel 1. Kesesuaian Penggunaan Sarung
Tangan Saat Melakukan Tindakan Berdasarkan pada tabel 2
Keperawatan didapatkan data bahwa sebagian
Tindakan Sesuai Tidak
besar perawat sudah sesuai dalam
Sesuai pemakaian masker dan apron sesuai
Ganti balut luka bersih 0 7 dengan indikasi yang ada.
Memasukkan Obat IV 1 13

Tabel 3. Indikasi Penggunaan Masker


Merawat luka 0 2
trakeostomi Tindakan Indikasi Total (%)
Suction melalui OPA 1 0 Masker Ganti balut 6 (75%)
Suction melalui ET dan 0 2
trakeostomi Sakit 1 (12,5%)
Melakukan Elektro 0 1 Merawat Pasien 1 (12,5%)
Kardio Grafi (EKG) airbone disease
Memasang kateter 2 1
Membantu memandikan 3 0 Tabel 3 didapatkan data bahwa
Melakukan pemeriksaan 0 5 sebagian besar perawat
tanda-tanda vital
Melakukan pemasangan 11 0 menggunakan masker untuk tindakan
infus ganti balut dan indikasi yang lain
Mengambil sampel darah 8 0 adalah pada saat merawat pasien
dengan airbone disease dan pada
saat perawat dalam kondisi sakit.
Total 26 31
(45,61 (54,39%)
%) (22,89%), sedangkan tindakan yang
sesuai dalam pemakaian sarung
Data penelitian menunjukkan tangan adalah tindakan pemasangan
bahwa sebanyak 54,39% pemakaian infus (19,29%)
sarung tangan tidak sesuai dengan
indikasi. Tindakan yang paling
banyak tidak sesuai dalam
pemakaian tindakan adalah
memasukkan obat melalui IV

Devi Nurmalia, dkk. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri... pp


51
PEMBAHASAN
Praktik kepatuhan perawat
ruang perawatan dalam
menggunakan sarung tangan sudah
cukup baik. Terdapat beberapa
perawat yang masih kurang tepat
dalam pemilihan penggunaan APD
sehingga masih berisiko membuat
pasien terpapar HAIs. Penggunaan
APD yang paling banyak
ditemukan kekeliruannya adalah
penggunaan sarung tangan.
Kesalahan perawat dalam
menggunakan sarung tangan antara
lain, menggunakan sarung tangan
bersih untuk tindakan keperawatan
yang membutuhkan sarung tangan
steril, dan juga menggunakan
sarung tangan untuk tindakan
yang tidak

Devi Nurmalia, dkk. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri... pp


52
2016).
Geller tentang safety triad dalam
membutuhkan sarung tangan karena Notoadmojo (2010) menyatakan bahwa
tidak berisiko untuk terkena darah membentuk budaya selamat terdapat tiga
dan cairan tubuh (WHO, 2015). komponen yang saling berhubungan
Tindakan tersebut misalnya adalah yaitu person, behavior dan environment.
membagikan obat oral, melakukan Komponen person merupakan orang
pemeriksaan tanda-tanda vital, dan yang terlibat langsung dalam hal ini
juga memberikan injeksi melalui perawat yang dapat dipengaruhi
selang infus (intravena). Apalagi beberapa faktor yaitu pengetahuan,
perawat hanya menggunakan satu kemampuan, ketrampilan, motivasi dan
pasang sarung tangan untuk banyak kepribadian
pasien tanpa melakukan cuci tangan
atau disinfeksi setelahnya. Urban
(2016) menjelaskan bahwa hal
tersebut jika berlangsung terus
menerus dapat menyebabkan
kontaminasi silang.
Rumah sakit mempunyai buku
SOP tersendiri yang berisikan
antara lain adalah standar alat dan
langkah-langkah tindakan tindakan
keperawatan. Dari hasil observasi,
didapatkan lima orang perawat
melakukan ganti balut luka bersih
menggunakan sarung tangan bersih
dan empat orang perawat
menggunakan sarung tangan lebih
dari sepasang saat melakukan ganti
balut. Dua orang perawatjuga masih
menggunakan sarung tangan bersih
untuk tindakan suction,
endotracheal tube (ET), dan
trakeostomi, dan seorang perawat
menggunakan sarung tangan bersih
untuk pemasangan kateter urin. Hal
tersebut tidak sesuai dengan SOP
rumah sakit yang mencantumkan
standar alat berupa sarung tangan
steril untuk tindakan-tindakan
tersebut.(Kemenkes RI, 2017; WHO,
Devi Nurmalia, dkk. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri... pp
53
operasi pasien. Walaupun sudah
terdapat SOP danregulasi yang jelas,
tenaga kerja. Komponen nyatanya memang masih banyak
behavior sangat dipengaruhi perawat yang mengabaikan teknik
oleh pengetahuan dan sikap aseptik pada tindakan yang
seseorang. Komponen harusnya bersifat aseptik. Padilha et
environment merupakan faktor al. (2016) menyebutkan sebanyak
lingkungan seperti sarana dan 22% perawat masih tidak
prasarana yang membantu menggunakan sarung tangan steril
dalam berperilaku. untuk tindakan aseptik, sehingga
Faktor ketidaksesuaian berpotensi meningkatkan angka
dalam penggunaan APD dapat surgical site infection (SSI).
dipengaruhi oleh faktor Padilha et al. (2016)
environment seperti mengungkapkan bahwa 84%
ketersediaan APD. Kekurangan perawat di Brazil mengerti dengan
APD seperti sarungtangan steril benar jenis sarung tangan apa yang
yang seharusnya digunakan harus digunakan, kapan harus
untuk melakukan tindakan menggunakannya, bagaimana
bersifat aseptik seperti suction
melalui ET dan ganti balutan
luka operasi seperti luka
laparatomi dan kraniotomi
menjadi kendala utama dalam
menggunakan APD yang tepat
untuk tindakan tersebut.
Perawat seharusnya dapat
mempersiapkan ketersediaan
APD tersebut saat perawat
mengetahui kondisi pasien di
hari perawatan sebelumnya,
dan meresepkan APD tersebut
ke bagian farmasi rumah sakit.
Hal tersebut dapat
mengantisipasi kekurangan
jumlah APD yang tepat seperti
sarung tangan steril saat akan
melakukan tindakan.
Kepatuhan perawat
menggunakan APD yang tepat
harus ditingkatkan untuk
mencegah infeksi pada daerah
Devi Nurmalia, dkk. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri... pp
54
memakainya, dan bagaimana penyakit pasien. Rasa jijik berhubungan
melepasnya.Namun pada praktiknya, dengan rasa enggan untuk bersentuhan
pengetahuan tersebut tidak dengan darah, luka, kotoran pasien
diaplikasikan sepenuhnya dalam ataupun mencium aroma yang tidak
praktik keseharian perawat saat sedap yang mungkin berasal dari tubuh
melakukan asuhan keperawatan pasien. Hal lain yang mempengaruhi
kepada pasien. Sebanyak 28% penggunaan sarung tangan oleh tenaga
responden tidak tepat menggunakan kesehatan adalah tekanan dari teman
sarung tangan yang tepat sejawat ataupun peraturan yang berlaku,
dikarenakan kebiasaan, 22% dan juga norma sosial (Loveday, Lynam,
mengatakan dengan alasan kualitas Singleton,
sarung tangan yang buruk, 20%
karena kurangnya kepedulian akan
sikap aseptik, dan 13% karena
terburu-buru saat bekerja dan tidak
sempat untuk menggunakan jenis
sarung tangan yang tepat. Tahap
perencanaan menjadi penting,
karena dalam tahap perencanaan
perawat akan tahu alat apa saja yang
dibutuhkan oleh pasien untuk
tindakan intervensi keperawatan.
Motivasi dan faktor emosional
perawat sangat berkaitan dengan
kepatuhan seorang perawat dalam
menggunakan APD yang tepat saat
melakukan tindakan. Kekeliruan
penggunaan sarung tangan tidak
lepas dari motivasi perawat dalam
melakukan hal yang tepat, serta
emosi yang saat itu sedang
dirasakan perawat. Loveday, Lynam,
Singleton, dan Wilson (2014)
menyatakan hal yang
mempengaruhi penggunaan sarung
tangan antara lain adalah rasa takut
dan jijik. Rasa takut berhubungan
dangan ketakutan perawat akan
terkena cairan tubuh atau tertular
Devi Nurmalia, dkk. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri... pp
55
& Wilson, 2014). mengapa masker mempunyai bagian
Penyalahgunaan yang keras fleksibel yang berada di
berarti tidak ditemukan dalam bagian yang menemel dengan
penggunaan APD lainnya yaitu hidung dan dapat disesuaikan oleh
masker dan apron. Perawat penggunanya. Dalam teknik
sudah menggunakan masker pelepasan, pengguna masker bedah
kurang lebih dengan alasan yang juga dihimbau agar tidak
tepat, seperti perawat sedang menyentuh bagian depan dari
sakit sehingga menghindari masker dimana bagian tersebut
penularan dari perawat ke dianggap bagian yang infeksius.
pasien, atau perawat sedang Penggunaan yang tidak tepat dapat
melakukan tindakan ganti balut menyebabkan pengguna berisiko
luka bersih ataupun kotor, menghirup aerosol yang bersifat
dimana dalam SOP tindakan infeksius (CDC, 2015).
keperawatan memang Penggunaan apron di ruangan
tercantumkan bahwa perawat juga sudah sebagaimana mestinya.
dapat menggunakan masker. Perawat
Perawat juga menggunakan
masker saat berinteraksi dengan
pasien yang diduga menderita
penyakit airborne disease
seperti suspect tuberculosis dan
juga pasien yang sedang batuk
atau flu. Hanya ditemukan
seorang perawat yang memakai
masker lalu menurunkannya
sebatas leher dengan tujuan agar
dapat berkomunikasi dengan
lebih jelas. Hal itu membuat
masker menjadi kehilangan
fungsinya karena tidak menutupi
hidung ataupun mulut.
Masker bedah sebagai
APD harus memenuhi kriteria
sebagai berikut: kedap air agar
dapat mencegah cairan masuk
ke mulut atau hidung, dan harus
menempel sempurna dan erat di
sekitar mulut dan hidung.
Masker juga harus fleksibel
dalam pemakaiannya, inilah
Devi Nurmalia, dkk. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri... pp
56
menggunakan apron untuk infeksi baik dari perawat ke pasien
melindungi tubuh dari percikan maupun sebaliknya. Sebelum dilakukan
darah, cairan tubuh pasien, ataupun sosialisasi, perilaku perawat tentang
kotoran. Apron sudah tepat APD mempunyai skor tujuh, dan setelah
digunakan saat memandikan pasien, enam hari diberi sosialisasi tentang SOP
mengganti kantong kolostomi dan penggunaan APD perilaku perawat akan
juga mengganti balutan kotor. penggunaan APD mempunyai skor
Apron yang digunakan di ruangan sembilan. Hal ini membuktikan bahwa
merupakan apron plastik sekali perawat walaupun diyakini telah
pakai sehingga setelah apron terpapar edukasi yang benar mengenai
digunakan langsung dibuang ke APD dan penggunaannya, masih
tempat sampah infeksius. Hal membutuhkan sosialisasi secara rutin
tersebut pun sudah dilakukan oleh dan mendalam agar tetap menjaga
perawat dengan tepat. perilaku dan kepatuhan
Ortega et al. (2015)
menyebutkan apron sebagai APD
harus digunakan dengan benar.
Penggunaan yang tepat adalah
apron harus bersifat tahan air,
digunakan menutupi dada hingga di
bawah lutut, terikat dengan baik.
Penggunaan apron
sangat
direkomendasikan sebagai langkah
antisipasi dalam menangani pasien
dengan diare dan muntah. Hal ini
dilakukan karena pasien dengan
diare dan muntah seringkali
mengeluarkan cairan tubuh dengan
tiba-tiba.
Sosialisasi perlu ditingkatkan
sehubungan dengan adanya
masalah terkait penggunaan APD.
Sosialisasi SOP penggunaan APD
yang tepat bagi perawat terbukti
dapat meningkatkan kesadaran
perawat akan penggunaan APD
yang tepat, sehingga dapat
meminimalisir angka kejadian
Devi Nurmalia, dkk. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri... pp
57
terkait penggunaan APD di indikasi dan SPO ruangan.
rumah sakit (Sari, 2016). Penelitian selanjutnya disarankan
Ketersediaan APD seperti untuk meneliti faktor-faktor yang
sarung tangan bersih, masker, berhubungan dengan kepatuhan
dan apron di dalam ruangan perawat dalam penggunaan APD.
sudah cukup baik, hanya saja
untuk APD jenis-jenis tertentu
seperti sarung tangan steril,
memang disediakan sesuai
dengan keperluan tiap-tiap
pasien. Perawat ruangan
terkadang lupa untuk
meresepkan sarung tangan steril
yang dibutuhkan oleh pasien
saat tindakan keperawatan
tertentu. Hal ini membutuhkan
koordinasi yang baik antara
kepala ruang, perawat
penanggung jawab pasien
(PPJP), dan IPCLN untuk
memotivasi perawat pelaksana
agar lebih cermat memahami
kebutuhan tindakan
keperawatan yang dibutuhkan
oleh pasien. Hal ini untuk
mencegah terjadinya
kekurangan APD yang sesuai
untuk pasien, dan dalam tentu
juga untuk menghindari
kontaminasi silang pada pasien.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan uraian
diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa sebagian besar perawat
dalam melakukan tindakan
keperawatan masih tidak sesuai
dalam penggunaan sarung
tangan. Pemakaian masker dan
apron sudah sesuai dengan
Devi Nurmalia, dkk. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri... pp
58
ruang rawat inap Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Bandung. (Tugas Akhir
DAFTAR PUSTAKA D3). Diperoleh dari
Centre for Disease Control and Prevention. http://repository.upi.edu/15871/
(2015). Personal protective Notoadmojo, S. (2012). Metodologi penelitian
equipment. Diperoleh dari kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.
https://www.cdc.gov/niosh/topics/e
mres/ppe.html

Jeyamohan, D. (2010). Angka


prevalensi infeksi nosokomial
pada pasien luka operasi
pasca bedah di Bagian Bedah
di Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik, Medan dari
Bulan April sampai September
2010. Universitas Sumatera
Utara. Diperoleh
dar
i
http://repository.usu.ac.id/hand
le/123456789/21521
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. (2017). Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 27
tentang Pedoman Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Loveday, H. P., Lynam, S.,
Singleton, J., & Wilson, J.
(2014). Clinical glove use:
Healthcare workers’ actions
and perceptions. Journal of
Hospital Infection, 86(2), 110-
116. doi:
10.1016/j.jhin.2013.11.003
Ningsih, S. S. R. (2014). Gambaran
perilaku perawat dalam
penggunaan alat pelindung diri di

Devi Nurmalia, dkk. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri... pp


59
Notoadmojo, S. (2010). Ilmu perilaku kerja perawat IGD RSUD Pasar
kesehatan. Jakarta: Rineka Rebo Jakarta. (Skripsi). Diperoleh
Cipta. dari
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20
Nugraheni, R., Suhartono, Winarni, R. 310394-S43080-
(2012). Infeksi nosokomial di Gambaran%20penggunaan.pdf
RSUD Setjonegoro Kabupaten
Wonosobo. Media Kesehatan Urban, J. (2016). Press release:
Masyarakat Indonesia, 11(1), contaminated gloves increase risk
94- of cross-transmission of healthcare
100.
Ortega. R., Bhadelia, N., Obanor,
O., Cyr, K., Yu, P.,
McMahon,
M.,...Gotzmann, D. (2015).
Putting on and removing
personal protection
equipment. The New
England Journal of
Medicine,16(372). doi:
10.1056/NEJMvcm1412105.
Padilha, J. M. F., Sá, S. P. C., de
Souza, S.
R., Brum, A. K., Lima, M. V.
R. L.,
& Guimarães, T. F. (2016).
Glove use in nursing practice
and its implications: A
methodological study. Online
Brazilian Journal of Nursing,
15(4).
Sari, R. Y. (2016). Pengaruh
Sosialisasi SOP PAD dengan
perilaku perawat dalam
penggunaan APD di RSUD
H. Soewondo. (Skripsi).
Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan STIKES
Telogorejo, Semarang.
Siburian, A. 2012. Gambaran
penggunaan alat pelindung diri
(APD) terhadap keselamatan
Devi Nurmalia, dkk. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri... pp
60
associated pathogens.
Diperolehdari
https://www.asm.org/index.
php/ne wsroom/item/5559-
contaminated- gloves-
increase-risks-of-cross-
transmission-of-
healthcare- associated-
pathogens.
World Health Organization.
(2015). Gloves use
information leaflet.
Diperoleh dari
https://www.who.int/gpsc/
5may/Gl
ove_Use_Information_Lea
flet.pdf
World Health Organization. (2016).
Guidelines on core components
of infection prevention and
control programmes at the
national and acute health care
facility level.Geneva.

Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret ISSN : 2085-1049 (Cetak)


2018 ISSN : 2549-8118 (Online)
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Kendal

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF PERAWAT -


PASIEN
Wanto Paju1, Luky Dwiantoro1
2
Program Studi Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
Email: paju.wanto@gmail.com

28
ABSTRAK
Perawat dalam tindakan keperawatan harus mampu berkomunikasi, komunikasi
yang efektif menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pasien. Penelitian
menunjukkanbahwa komunikasi terapeutik perawat tidak dilaksanakan.,tidak
dilaksanakan komunikasi terapeutik dan tidak puas pada tahap orientasi.,
komunikasi terapeutik perawat tidak dilaksanakan padatahap terminasi
Peneelitian bertujuan untuk mengidentifikasi upaya yang dapat meningkatkan
keterampilan komunikasi efektif perawat pasien. Pendekatan sistematika review
menelusuri jurnal EBSCO E.Journal; Elsevier Science Direct; CINAHL
Complete; google Scholar; ruang lingkup manajemen kepemimpinan
keperawatan; definisi operasional adalah usaha yang dilakukan oleh perawat
dalam memperbaiki pola strategi keterampilan komunikasi menjadi lebih baik
kepada pasien; penelitian ini dilakukan di klinik /di rumah sakit, populasi
penelitian adalah semua perawat klinik/ rumah sakit, sampel penelitian adalah
setiap perawat yang belum memiliki pola strategi, keterampilan komunikasi.,
bahan dan alat utama penelitian kuesioner, lembar observasi. Komunikasi efektif
perawat pasien dengan (1) pelatihan meningkatkan kepercayaan diri perawat
dalam memberikan pelayanan intensif kepada pasien. (2) panduan keterampilan
komunikasi peka budaya setiap pasien meningkatkanketerampilan komunikasi
perawat dan kepuasan pasien.,(3) program komunikasi terapeutik lanjutan
perawat anak,meningkatkan interaksi aman , sehat, menumbuhkan kepercayaan,
memperbaiki pemulihan(4) mini workshop meningkatkan kemampuan
komunikasi. Komunikasi efektif perawat– pasienmelalui upaya
pelatihan.,panduan keterampilan peka budaya.,program komunikasi terapeutik
terencana.,mini workshop.
Kata kunci : Komunikasi efektif, perawat - pasien.

EFFORTS TO IMPROVE EFFECTIVE COMMUNICATION NURSE – PATIENT

ABSTRACT
Nurses in nursing actions should be able to communicate, effective communication creates a sense of
security and comfort for the patient. Research shows that therapeutic nurse communication is not
implemented, no therapeutic communication is conducted and dissatisfied at the orientation stage,
nurse therapeutic communication is not carried out at termination stage Purpose: To identify efforts
that can improve the effective communication skill of the patient nurse. A systematic review approach
to browse the journal EBSCO E.Journal, Elsevier Science Direct., CINAHL Complete., Google
search., Scope of nursing leadership management, variable operational definition is effort
undertaken by nurses in improving communication strategy skill patterns more both of the nurses of
clinics / hospitals, the research samples are any nurses who do not have a strategy pattern,
communication skills, materials and main tool of questionnaire research, observation sheet. Effective
communication of patient nurses with (1) training improves nurse confidence in providing intensive
services to patients. (2) guidance of culture sensitive communication skills each patient improves
nurse communication skill and patient satisfaction, (3) advanced nursery communication therapeutic
program, improves safe, healthy interaction, cultivates trust, improves recovery (4) mini workshop
enhances communication skill. Effective communication of nurse-patient through training effort,
culture-sensitive skill guide, planned therapeutic communication program, mini workshop.

Keywords: Effective communication, nurse - patient.

PENDAHULUAN Komunikasi adalah suatu transaksi,


prosessimbolik yang menghendaki
29
orang - orang mengatur lingkungannya dengan.,
membangun hubungan antarsesama
manusia., melalui pertukaran
informasi., untuk menguatkan sikap

30
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal

dan tingkah laku orang lain., serta berkomunikasi akan mudah menjalin
berusaha mengubah sikap dan hubungan dengan pasien maupun
tingkah laku itu( Book dalam keluarga (Liljeroos, et al 2011 ).
Cangara, 2014 ).Komunikasi
efektifdi gambarkan sebagai standar Masalah komunikasi sekitar 60 %
praktik keperawatan profesional. disebabkan oleh kesalahan tenaga
Salah satu hal yang dilakukan kesehatan (The Joint Comission
perawat dalam menjaga kerjasama Ascociation, 2012). komunikasi
yang baik dengan klien dalam interpersonal perawat kurang baik
membantu memenuhi kebutuhan yaitu 8 responden 80%, dan tingkat
kesehatan klien, maupun dengan kepuasan pasien lebih dari 50%
tenaga kesehatan lain dalam rangka responden mengatakan tingkat
membantu mengatasi masalah klien kepuasan pasien cukup puas yaitu
adalah dengan berkomunikasi. sebanyak 6 responden 60% (Imam,et
Dengan berkomunikasi perawat al , 2012) menunjukan komunikasi
dapat mendengarkan perasaan klien terapeutik perawat cukup dan tingkat
dan menjelaskan prosedur tindakan stres pasien mayoritas sedang 62,7% ,
keperawatan (Mundakir, 2013). (Prihatiningsih, 2012), keterampilan
komunikasi terapeutik kurang baik
Komunikasi terapeutik dapat dan pasien merasa kurang puas
membantu klien memperjelas beban sebanyak 16 orang 76,2%. (Rorie, et
perasaan pikiran, dapat mengurangi al, 2014).
kecemasan klien. Pelatihan
komunikasi terhadap perawat Indikator komunikasi terapeutik
menjadi point utama meningkatkan perawat tidak dilaksanakan berkisar
ketrampilan komunikasi yang efektif 45.4%, kemudian komunikasi
melalui komunikasi terapeutik yang terapeutik perawat tidak
direncanakan secara sadar dan
dipusatkan serta bertujuan untuk
kesembuhan pasien.Komunikasi
efektif bermanfaat dan berperan
dalam kesembuhan klien,
berhubungan dalam kolaborasi yang
dilakukan perawat dengan tenaga
kesehatan lainnya, dan juga
berpengaruh pada kepuasan klien
dan keluarga. Komunikasi
memegang peranan yang cukup
penting dalam hubungannya dengan
upaya peningkatan kualitas layanan
bagi perawat.(Suryani,2014).Perawat
yang memiliki kemampuan dan
keterampilan baik dalam hal
31
dilaksanakan pada tahap terminasi yaitu perawat dan pasien.
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret
42.6 %, juga komunikasi terapeutik Penelusuran telahTinggi
Sekolah dilakukan dengan
Ilmu Kesehatan
2018 Kendal
pada tahap orientasi tidak menggunakan EBSCO Shot 359
dilaksanakan serta pasien tidak puas jurnal, yakni terdiri 3 Jurnal yang
sebesar 61.9%.(Ibnu, 2009). dalam Full teks Pdf, pencarian Science
pelayanan kesehatan terjadi Direct 9.864 dan menemukan 2
kesalahan (error) 70-80 % yang Jurnal yang Full teks pdf,
disebabkan oleh buruknya googlesearch, artikel yang
komunikasi dan pemahaman dalam ditemukan dari masing masing
tim, kerjasama tim yang baik dapat pencarian berdasarkanpublication
membantu mengurangi masalah date 2012 -2017 dengan kata kunci :
patient safety (WHO effective communication, efforts to
dalamAnggorowati et al, 2017 ). improve, patient nurse.

Beberapa faktor yang perlu Artikel atau jurnal yang sesuai


diperhatikan untuk mengupayakan dengan kriteria inklusi kemudian
proses komunikasi yang efektif, dilakukan critical appraisal skills
yaitu antara lain: Sensitifitas kepada programme (CSAP) Ekstraksi data
penerima komunikasi, kesadaran penelitian dilakukan dengan
dan pengertian terhadap makna membaca hasil dari penelitian
simbolis, penentuan waktu yang kemudian diambil intisarinya yang
tepat dan umpan balik , komunikasi meliputi judul penelitian, nama
tatap muka. (Anggorowati, et al, peneliti dan tahun penelitian, jurnal
2017 )Komunikasi merupakan unsur penerbit, tujuan penelitian dan
yang penting dalam metode penelitiannya serta hasil
perubahan.sistem komunikasi yang akhir dari penelitian. Semua bagain
jelas , singkat, dan tersebut
berkesinambungan( Nursalam, 2015).

METODE
Sistematik review dengan jenis
design penelitian yang direview
terdiri dari beberapa jurnal
penelitian dengan study qualitative,
case study, descriptive study dengan
pendekatan qualitative yang
didasarkan pada pembuktian yang
mendasar melalui evidance baseline
data. Kriteria inklusi yaitu semua
jenis penelitian yang akan direview
yaitu upaya meningkatkan
komunikasi efektif perawat pasien.
Pencarianliteratur melalui
penelusuran beberapa artikel yang
telah di publish dengan populasi
32
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal

dimasukan dalam sebuah tabel agar tersebut akan membuat dampak pada
mempermudah dalam membaca hasil praktek keperawatan sangat baik.
ekstraksi.
Penelitian yang dilakukan
olehPehrson et al,
( 2016 ) bahwa 248 perawat dari pusat
HASIL kanker Amerika Serikat berpartisipasi
Berdasarkan analisis artikel dalam sebuah modul CST untuk
didapatkan beberapa upaya menanggapi secara empatik terhadap
meningkatkan komunikasi efektif pasien. Perawat menyelesaikan
pada perawat pasien yakni: penilaian pasien standar (SPA) pra-
a. Pelatihan dan pasca pelatihan. Hasil
Penelitian Sue Duke et al, ( 2014 ) menunjukkan bahwa Perawat merasa
yakni dengan evaluasisecara puas dengan modul tersebut,
konsisten menunjukkan bahwa melaporkan kesepakatan tersebut atau
dampak positif pelatihan dari 434 / kesepakatan kuat untuk 5 dari 6 item
512 peserta (85%) sangat setuju yang menilai kepuasan 96,7% -98,0%
bahwa pelatihan komunikasi tersebut dari waktu. Self-efficacy perawat
telah meningkatkan kepercayaan diri dalam merespon secara empatik
perawat untuk mendekati orang- meningkat secara signifikan sebelum
orang yang menderita, dari 435/511 pasca pelatihan. Selain itu, perawat
peserta (85%) sangat setuju bahwa menunjukkan peningkatan
mereka bersedia berbicara dengan keterampilan empati pada pasca-SPA.
orang-orang yang menderita dan Akhirnya, 88,2% perawat melaporkan
mengatasi masalah emosional pasien, merasa percaya diri dalam
dari 444/501 peserta (87%) sangat menggunakan keterampilan yang
setuju bahwa pelatihan tersebut akan mereka pelajari pasca pelatihan dan
memberi dampak pada praktik melaporkan peningkatan 42-63%
keperawatan. dalam penggunaan
Kuesioner evaluasi menunjukkan
bahwa pelatih telah memberikan
standar keselamatan yang sangat
baik dalam sesi pelatihan perawat
yakni menilai sangat baik (96%).
Jumlah peserta (85%) sangat setuju
bahwa pelatihan telah meningkatkan
kepercayaan diri perawat untuk
memberikan pelayanan yang intensif
pada pasien , perawat sangat setuju
bersedia untuk berbicara dengan
orang-orang yang menderita dan
mengatasi masalah emosional ,
perawat sebagai peserta pelatihan
(87%) sangat setuju bahwa pelatihan
33
keterampilan empatik tertentu.Hasil mempertimbangkan sesi persiapan
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret
menunjukkan bahwa perawat perawat sebelum bertemu
Sekolah Tinggi dengan
Ilmu Kesehatan
2018 Kendal
merasa puas dengan modul tersebut, klien, yang seharusnya sudah
melaporkan kesepakatan tersebut menyadari nilai budaya Asia
atau kesepakatan kuat untuk 5 dari 6 Tenggara, misalnya peraturan sejenis
item yang menilai kepuasan 96,7% - gender untuk membuat klien lebih
98,0% dari waktu. Self-efficacy nyaman, mengetahui niat keluarga
perawat dalam merespon secara klien dalam keputusan klinis,
empatik meningkat secara membuat, mengetahui hak otonomi
signifikan sebelum pasca pelatihan. klien, dan mengetahui kapan dan di
Selain itu, perawat menunjukkan mana mencari bantuan dari perawat
peningkatan keterampilan empati lain atau profesional kesehatan; (2)
pada pasca- SPA. Akhirnya, 88,2% fase "Menyapa", mengingat,
perawat melaporkan merasa percaya membangun kepercayaan, termasuk
diri dalam menggunakan menghargai konteks budaya Asia
keterampilan yang mereka pelajari Tenggara dimana klien mungkin
pascapelatihan dan melaporkan ragu untuk mengatakan keprihatinan
peningkatan 42-63% dalam mereka dan kebanyakan
penggunaan keterampilan empatik menggunakan kata-kata non- verbal
tertentu.Modul CST untuk perawat yang lebih halus, ekspresi, dan
dalam merespons secara empatik kesadaran bahwa salam harus
terhadap pasien menunjukkan mewakili hubungan "keluarga" lebih
kelayakan, akseptabilitas, dan banyak daripada hanya
peningkatan self-efficacy serta menyebutkan nama; (3) fase
penyerapan keterampilan. Modul
CST ini memberikan intervensi
yang mudah ditargetkan untuk
meningkatkan komunikasi perawat-
pasien dan perawatan yang berpusat
pada pasien.
b. Panduan keterampilan komunikasi yang
peka terhadap budaya.
Pada penelitian Mora et al( 2015 )
yakni memiliki jumlah sampel
perawat laki-laki dan perempuan
yang sama di kedua kelompok, yang
secara tidak disengaja
menyeimbangkan kedua kelompok.
Pada kelompok intervensi telah
disimpulkan bahwa perawat
memiliki keterampilan komunikasi
yang lebih baik, dengan nilai p 0,00
dan alpha 0,05 (5%). Hasilnya
didasarkan pada setiap fase seperti
yang ditunjukkan oleh pedoman
komunikasi Gadjah Mada: (1)
Perawat "Siap"fase, dengan
34
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal

"Mengundang", mempertimbangkan pribadi dan kepercayaan diri


eksplorasi terhadap perasaan klien meningkat setelah mendapatkan
dan keluhan fisik, namun masih pelatihan keterampilan komunikasi.
menyadari konteks budaya Asia Nilai yang lebih tinggi diperoleh
Tenggara bahwa jawaban "ya" pada kelompok intervensi yang
mungkin tidak mewakili kesepakatan mendapat pelatihan keterampilan
sejati klien dan oleh karena itu usaha komunikasi yang sensitif secara
eksplorasi yang signifikan harus budaya dibandingkan dengan
dilakukan dan diambil; dan (4)tahap kelompok kontrol.
"Diskusikan", dengan c. Program komunikasi terapeutik terencana
mempertimbangkan menyelesaikan Hasil penelitian Younis, et all , ( 2015 )
pekerjaan tanpa mengabaikan menunjukkan korelasi signifikan statistik
harapan klien, terus mempromosikan positif antara skor pengetahuan total dan skor
latihan total kemampuan komunikasi
komunikasi dua arah dan setiap terapeutik perawat pada setiap waktu
usaha melakukan dialog dalam pengukuran (pra: r = 0,52, p <.00; post r =
konteks pengobatan alternatif 0,53, p < .001). Juga, peningkatan signifikan
statistik yang signifikan dalam pengetahuan,
komplementer (CAM) sebagai praktik dan keterampilan perawat pediatrik
kebiasaan umum di masyarakat Asia mengenai komunikasi terapeutik ditemukan p
Tenggara. Penggunaan CAM tidak <.001. Penelitian Younis, et all,
boleh disembunyikan di atas obat ( 2015 ) disimpulkan bahwa perawat
modern namun harus digunakan anak-anak memiliki peningkatan
selaras dengan rekomendasi medis pengetahuan dan keterampilan
dokter. Selanjutnya, perawat harus yang signifikan mengenai
menyadari adanya pengaruh
keluarga klien dalam pengambilan
keputusan klinis yang seharusnya
tidak selalu menang atas otonomi
klien.

Hasil dari simulasi menunjukkan 5


pita merah (sangat tidak puas), 4 pita
kuning (tidak puas),
3 pita hijau (puas), dan 3 pita biru
(sangat puas) pada responden
kelompok yang tidak terlatih,
sedangkan pada kelompok intervensi
kami hanya ditemukan 7 hijau dan 8
pita biru, yang berarti hanya
penelitian ini dilakukan pada studi
sebelumnya mengenai keterampilan
komunikasi perawat-klien, yang
meningkatkan keterampilan
komunikasi perawat dan kepuasan
35
komunikasi terapeutik dengan kecemasan, kekwatiran terhadap
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret
pasien anak yang dirawat di rumah permasalahan yang
Sekolah dihadapi
Tinggi Ilmu Kesehatanoleh
2018 Kendal
sakit setelah menggunakan program pasien. Pelatihan ini diberikan untuk
komunikasi terapeutik terencana. meningkatkan keterampilan
Mampu menerapkan program komunikasi dasar di akhir perawatan
komunikasi terapeutik lanjutan dan kemajuan hidup perencanaan
untuk perawat anak-anak untuk perawatatan pasien. Kualitas
meningkatkan interaksi yang aman pelatihan dievaluasi secara konsisten
dan sehat, menumbuhkan dan sangat positif bagi perawat
kepercayaan dan memperbaiki dalam rangka meningkatkan
pemulihan anak-anak yang dirawat keterampilan komunikasi perawat
di rumah sakit akan memberikan kepada pasien dalam komunikasi
dampak terapeutik bagi pasien yang terapeutik yang mampu memberikan
dilayaninya. pengaruh yang baik terhadap
psikologi pasien untuk proses
d. Mini workshop kesembuhannya.
Penelitian oleh Anita Permatasari, Penelitian yang dilakukan oleh
Pehrson et al,
2016 yakni mengadakan pelatihan
( 2016 ) menunjukkan keberhasilan
komunikasi terapeutik pada perawat
berkaitan dengan penerapan program
baru dengan mini workshop dimana
pelatihan keterampilan komunikasi
kemampuan komunikasi terapeutik
untuk perawat di sebuah pusat
perawat setelah treatment dinilai
kanker besar, yang dibuktikan
meningkat karena hasil
melalui evaluasi program yang
menunjukkan bahwa perawat yang
menguntungkan, keuntungan
melakukan komunikasi terapeutik
signifikan dalam
dengan baik yaitu sebanyak 4
responden (80%), sedangkan
perawat dengan komunikasi
terapeutik kurang baik sebanyak 1
responden (20%).

PEMBAHASAN
a. Pelatihan
Model pelatihan komunikasi SAGE
dan THYME , sangat efektif karena
memberikan pembinaan, dan
pelatihan kepada perawat yang
menghargai pasien serta fokus pada
penyelesaian masalah pasien itu
sendiri. Menggunakan pelatihan
model komunikasi SAGE &
THYME telah memungkinkan
perawat memiliki rasa percaya diri
yang baik menghadapi setiap pasien
yang mengalami deprasi,
36
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal

self-efficacy terkait komunikasi psikologis, dan kualitas hidup.


dengan pasien dalam berbagai Komunikasi yang tidak efektif dapat
konteks, dan peningkatan signifikan berdampak negatif pada perawat
dalam beberapa keterampilan empati, dengan meningkatkan tingkat stres,
seperti juga dalam mengklarifikasi kurangnya kepuasan kerja, dan
keteramp kelelahan emosional . Memberikan
pelatihan keterampilan komunikasi
ilan. Penelitian ini menunjukkan dapat dianggap sebagai sumber daya
bahwa; didukung, mayoritas besar rumah sakit untuk berinvestasi dalam
peserta perawat mendukung (> 80%) meningkatkan semangat perawat
memberikan evaluasi yang baik dalam melakukan tugas dan tanggung
untuk setiap modul keperawatan,
jawabnya.
perawat melaporkan peningkatan
self-efficacy secara efektif dalam b. Panduan keterampilan komunikasi yang
penggunaan keterampilan (baik peka terhadap budaya.
secara keseluruhan maupun untuk Penelitian oleh Mora, et al, (2015),
masing-masing dari ketiga modul) bahwa pelatihan dengan
dari pra sampai pasca pelatihan; dan menggunakan panduan keterampilan
perbaikan signifikan diamati komunikasi yang peka terhadap
terutama pada keterampilan budaya dapat meningkatkan
komunikasi empatik dalam SPA komunikasi keterampilan perawat
sebelum pelatihan. Perluasan alami dan dapat meningkatkan kepuasan
dari penelitian ini adalah untuk klien. Perawat yang dilatih
melakukan pelatihan keterampilan menggunakan pedoman keterampilan
komunikasi untuk perawat onkologi komunikasi perawat Gadjah Mada
rawat jalan dan membandingkan lebih baik dan menunjukkan
penggunaan keterampilan. komunikasi yang lebih
Keuntungan terbesar diamati pada
empati keterampilan, yang sangat
signifikan untuk keperawatan
onkologi bahwa pelatihan
keterampilan komunikasi untuk
perawat onkologi (dan juga untuk
penyedia layanan kesehatan lainnya)
adalah cara yang efektif untuk
memperbaiki komunikasi antara
perawat dan pasien/ keluarga.
Penelitian sebelumnya dengan jelas
menunjukkan bahwa komunikasi
yang efektif memiliki banyak
manfaat termasuk memperbaiki
tingkat pemulihan pasien,
pengendalian nyeri, kepatuhan
terhadap rejimen pengobatan, fungsi
37
sensitif dengan klien dibandingkan komunikasi yang terlatih (bagaimana
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret
dengan kelompok yang tidak seharusnyaSekolah
mereka
Tinggiidealnya selama
Ilmu Kesehatan
2018 Kendal
terlatih. seperti yang dinilai oleh setiap tahap pedoman); dan bungkus
pengamat dan klien simulasi dalam up sesi (1 jam). Setelah intervensi,
pemeriksaan klinis terstruktur ada rentang waktu untuk retensi
objektif (OSCE).Pelatihan dengan pembelajaran dalam 4 hari,
menggunakan panduan memberikan kesempatan bagi
keterampilan komunikasi yang peka ingatan jangka pendek untuk masuk
terhadap budaya dapat ke ingatan jangka panjang .
meningkatkan kemampuan Penentuan rentang waktu antara
komunikasi perawat dan dapat pelatihan dan waktu penilaian tidak
meningkatkan kepuasan klien. akan mempengaruhi kemampuan
Rencana pelatihan keterampilan perawat yang tidak terlatih karena
komunikasi perawat dengan dasar pembelajaran komunikasi
menggunakan pedoman Gadjah adalah pelatihan yang menyentuh
Mada perawat-klien: (1) Pelatihan respons emosional perawat pada
dimulai dengan pengenalan dan kelompok intervensi yang dilatih
pembentukan tim berkomitmen oleh kehadiran dari pasien simulasi.
untuk belajar (30 menit). (2): Hal ini akan memberi dampak pada
Pelatihan dilanjutkan dengan drama memori jangka panjang yang dapat
/ permainan peran yakni dengan distimulasi dengan evaluasi yang
waktu 1 jam 30 menit. Sesi 1: sesuai, yang tidak diperoleh pada
Primary care clinic: Salah satu kelompok kontrol .
peserta berperan sebagai: a perawat
simulasi, dokter dan pasien, Sesi 2:
Rumah pasien, Sesi 3 : Klinik
perawatan primer , (3) Umpan balik
dan refleksi dan sesi: (30 menit)
Peserta kemudian diminta untuk
merenungkan drama ini menjadi
sosial budaya konteks sensitif
keterampilan komunikasi antara
penyedia layanan kesehatan dan
klien dan kemudian mencoba yang
disarankan keterampilan
komunikasi yang lebih baik menjadi
role-play dalam pasangan. (4)
Informasi pendukung tentang
perawat-klien Gadjah Mada
Pedoman ketrampilan komunikasi
diberikan secara interaktif kuliah
(30 menit). (5) Peserta diminta
melakukan role play lainnya, untuk
meresponnya klien simulasi yang
sama dengan masalah yang sama di
atas; berdasarkan pedoman
38
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal

Dalam tujuan ideal dan pemeriksaan dalam kelompok intervensi tidak


klinis terstruktur (OSCE), stase yang dapat melakukan intervensi kepada
disarankan adalah 6 sampai 12 stase , perawat pada kelompok kontrol
dan kita memilih 7 stase untuk hanya dengan melakukan diskusi
OSCE dalam penelitian ini, peneliti informal (jika ada) sebelum waktu
menetapkan tujuh stase dengan penilaian. Ada perbedaan bermakna
mempertimbangkan jumlah antara kelompok intervensi dan
pengamat yang terlibat dan kelompok kontrol pada setiap sesi
tersedianya klien simulasi yang komunikasi. Kekuatan penelitian ini
terlatih serta mempertimbangkan bergantung pada rencana dan
jumlah responden yang terlibat, pedoman keterampilan komunikasi
Pengamat yang memberikan yang sensitif terhadap budaya.
penilaian tujuh instruktur klinis, Rencana tindakan keperawatan
yang tidak sadar akan apakah memberikan ilustrasi yang memadai
perawat tertentu yang dinilai terlatih mengenai masalah budaya yang
atau tidak terlatih. Para pengamat terkait dengan masalah kesehatan,
telah melakukan OSCE lebih dari 3 disesuaikan dengan waktu umpan
tahun di institusi tersebut dimana balik dan sesi refleksi yang cukup.
penelitian ini berlangsung, jadi Pedoman tersebut secara sensitif
mereka mengetahui metode OSCE. menyentuh bagian budaya dari
Sebelum OSCE, penulis pada konteks, terutama mengenai
penelitian ini melakukan briefing kemungkinan masalah kesehatan
selama 2 jam untuk pengamat dalam yang tidak terpecahkan terkait
mempersiapkan mereka dengan dengan masalah umum dari gaya
daftar periksa (yang diadaptasi dari komunikasi non-personel, yang
pedoman keterampilan komunikasi secara jelas disajikan selama
perawat Gadjah Mada). Peneliti juga permainan peran. Berdasarkan sesi
menyiapkan simulasi pasien untuk umpan balik yang memadai,
setiap skenario di tujuh stase yang
bisa merangsang "komunikasi
budaya - sensitif keterampilan
"terjadi. Pasien simulasi diberi pita
berbeda warna, yang mewakili
tingkat kepuasan mereka terhadap
perawat di setiap stase yakni : 1 =
merah (sangat tidak puas), 2 =
kuning (tidak puas), 3 = hijau (puas),
dan 4 = biru (sangat puas). Setiap
perawat , baik dari kelompok
intervensi maupun kelompokkontrol,
diikuti seluruh stase di OSCE,
dipertukarkan dengan semua
pengamat. Singkatnya, perawat
39
mencakup nama rumah sakit, departemen,usia,
perawat mungkin mencerminkan kualifikasi, tempat tinggal (pedesaan atau
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
kebutuhan
2018
akan keterampilan perkotaan), Kendal
pengalaman bertahun-tahun
komunikasi yang sensitif secara (kurang dari atau lebih dari 3 tahun) dan
budaya dari petugas kesehatan pernah kursus/pelatihan sebelumnya tentang
kemampuan komunikasi terapeutik., bagian 2:
(perawat). Setiap pelatihan kuesioner pengetahuan komunikasi terapeutik:
keterampilan komunikasi seperti terdiri dari delapan (8) pertanyaan yang
yang dilakukan dalam penelitian ini, diberikan kepada perawat untuk menilai
pengetahuan mereka mengenai kemampuan
yang menonjolkan kemampuan komunikasi terapeutik., skor jawaban yakni (1)
komunikasi budaya, mungkin jawaban yang benar dan (2) tidak benar
memiliki dampak penting terhadap menjawab. Alat dua: Daftar periksa kinerja
asuhan keperawatan untuk ras, etnis, terstruktur berskala likert: untuk menilai
peningkatan praktik perawat mengenai
dan minoritas tertentu, karena komunikasi terapeutik melalui observasi. Ini
komunikasi adalah sarana dimana
budaya ditransmisikan dan
dipelihara. Perawat yang dilatih
menggunakan pedoman
keterampilan komunikasi perawat
Gadjah Mada lebih baik dan
menunjukkan komunikasi yang
lebih peka terhadap budaya dengan
klien dibandingkan dengan
kelompok yang tidak terlatih,
seperti yang dinilai oleh pengamat
dan klien simulasi dalam
pemeriksaan klinis terstruktur
secara objektif (OSCE). Hal ini
dapat direkomendasikan
penggunaan pedoman keterampilan
komunikasi perawat-Gadjah Mada
untuk menjadi bagian dari
mempersiapkan perawat untuk
bekerja dalam merawat pasien Asia
Tenggara dengan
mempertimbangkan implikasinya
untukkepuasan klien.

c. Program komunikasi terapeutik terencana


Penelitian Younis et al (2015) yakni bahwa,
perawat anak-anak memiliki peningkatan
yangsignifikan dalam pengetahuan
danketerampilan mereka
mengenai komunikasiterapeutik dengan anak-
anak mereka yangdirawat di rumah sakit
setelah menggunakanprogram komunikasi
terapeutik yangdirencanakan.
Dengan menggunakan., Alatsatu: Kuesioner
terstruktur komunikasi terapeutik:
terdiri dari dua bagian: bagian 1:kuesioner
terstruktur sosio-demografis:
40
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal

terdiri dari 42 item yang terbagi pelatihan keterampilan komunikasi


menjadi 3 headline utama. Kualitas yang dirancang dengan baik dapat
perawat tentang keterampilan bermanfaat dan efektif dalam
komunikasi terapeutik terdiri dari meningkatkan keterampilan
21 item, keterampilan komunikasi komunikasi perawat anak,
terapeutik perawat saat masuk anak- memperkuat praktikkomunikasi dasar,
anak ke rumah sakit terdiri dari 4 membantu perolehan keterampilan
item, dan keterampilan komunikasi komunikasi baru, dan memastikan
terapeutik perawat saat memberikan yang terbaik bahwa dengan adanya
asuhan keperawatan terdiri dari peningkatan komunikasi perawat
17 item. Sistem penilaian didasarkan dapat menjamin kepuasan pasien.
d. Mini workshop
pada daftar periksa kinerja skala
Penelitian oleh Anita, ( 2016 )yakni
Likert 5 poin sebagai berikut; (5)
dengan mini workshop yang
Selalu, (4) kebanyakan, (3) kadang-
dikoordinir oleh Kepala
kadang, (2) jarang (1) tidak pernah.
Ruanganmemberikan arahan tentang
Peneliti merekomendasikan untuk
bagaimana komunikasi terapeutik,
terus menerapkan program
apa yang harus dilakukan dari fase
komunikasi terapeutik lanjutan
pra interaksi sampai dengan fase
kepada perawat anak-anak dalam
terminasi kepada perawat yang
rangka meningkatkan interaksi yang
ditunjuk. Setelah diberi pengarahan
aman dan sehat, menumbuhkan
(treatment), peneliti dan partisipan
kepercayaan dan memperbaiki
mengimplementasikan rencana
pemulihan anak-anak mereka yang
tindakan dengan harapan adanya
dirawat di rumah sakit.Dari
peningkatan. Peneliti kembali menilai
pengujian berulang dibandingkan
kemampuan komunikasi perawat
(Test-re-test reliability)., peneliti
tersebut, lalu dinilai dengan ya dan
menyarankan bahwa pelatihan dalam
komunikasi mengarah pada
perolehan keterampilan perawat
sehingga memberi dampak kepada
pasien yang lebih baik. Ada
penelitian lain yang menyatakan
tentang pengembangan dan evaluasi
program pelatihan keterampilan
komunikasi untuk perawat kanker
dinyatakan bahwa program pelatihan
keterampilan komunikasi yang
dikembangkan efektif dalam
meningkatkan keterampilan
komunikasi perawat dalam
perawatan., Sejalan dengan
penelitian sebelumnya, hasil saat ini
menjelaskan bahwa, program
41
tidak. Setelah Kehadiran dan interaksi yang
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret
perawat selesai dilakukan Sekolah
perawat hendaknya
Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal
mengimplementasikan, peneliti membawa kenyamanan dan
mengadakan wawancara tentang kerinduan bagi klien Perawat
kendala atau kesulitan yang memerlukan keterampilan khusus
dihadapi ketika melakukan yang mencakup keterampilan
komunikasi terapeutik. Kebanyakan intelektual, teknikal yang tercermin
dari perawat mengalami kesulitan dalam perilaku berkomunikasi secara
dalam fase orientasi, yaitu ketika terapeutik dengan orang lain.
memperkenalkan diri. Peneliti Perawat yang memiliki keterampilan
mencoba menggali lagi kesulitan berkomunikasi secara terapeutik
yang dihadapi. Ternyata dua dari tidak akan hanya mudah menjalin
lima perawat sulit mempertahankan hubungan rasa percaya dengan klien,
komunikasi saat sedang melakukan tetapi juga mencegah terjadinya
prosedur tindakan. Disini peneliti masalah legal, memberikan
berusaha membantu menyelesaikan kepuasan profesional dalam
kesulitan yang dihadapi hal ini pelayanan keperawatan, dan
menunjukan bahwa mutu pelayanan meningkatkan citra profesi serta citra
keperawatan di rumah sakit telah Rumah Sakit . Pelatihan komunikasi
cukup mampu memberikan interpersonal adalah satu set program
kepuasan pada pasien. Ini berarti dan implementasi tentang
bahwa kinerja yang ditampilkan komunikasi interpersonal dengan
oleh perawat di rumah sakit telah fokus utama pada proses
lebih tinggi dari harapan pasien. pembelajaran dan bertujuan untuk
Kepuasan pasien akan pelayanan memperbaiki dan mengembangkan
yang diberikan oleh pihak penyedia sikap, perilaku, ketrampilan, dan
jasa (Rumah Sakit) akan pengetahuan khususnya tentang
meningkatkan kepercayaan komunikasi interpersonal
pasien (masyarakat)
terhadap fasilitas tersebut akan
menjadi pilihan untuk mendapatkan
pelayanan yang baik. Komunikasi
merupakan upaya individu dalam
menjaga dan mempertahankan
individu untuk tetap berinteraksi
dengan orang lain dan komponen
penting dalam praktik keperawatan.
Komunikasi merupakan alat yang
efektif untuk mempengaruhi tingkah
laku manusia, sehingga komunikasi
dikembangkan dan dipelihara secara
terus menerus.Perawat sebagai
tenaga kesehatan yang paling lama
dan sering berinteraksi dengan klien
dan perawat diharapkan dapat
menjadi pemulih secara psikologis.
42
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal

bagi perawat. Komunikasi komunikasi yang efektif melalui


interpersonal merupakan inti dari upaya profesional secara formal yang
praktik keperawatan, komunikasi memberi pengaruh pada kepuasan
interpersonal mempunyai peranan pasien yang dirawatnya. Efektifitas
yang cukup besar untuk mengubah komunikasi perawat pasien melalui
sikap. Komunikasi memegang evidence based literature review
peranan yang cukup penting dalam mendapatkan bahwa untuk memiliki
hubungannya dengan upaya ketrampilan komunikasi yang efektif
peningkatan kualitas layanan bagi melalui upaya pelatihan komunikasi,
perawat Dengan demikian membuat panduan keterampilan
komunikasi merupakan bagian yang komunikasi yang peka terhadap
fundamental dalam keperawatan dan budaya, Program komunikasi
mengembangkan hubungan positif terapeutik terencana, mini workshop.
antara perawat dan pasien, bahkan
Saran
pada dasarnya sebagai hal utama
Diharapkan agar pengambil
dalam kualitas layanan keperawatan,
kebijakan pada tatanan pemerintah,
ketrampilan komunikasi
pimpinan lembaga rumah sakit,
interpersonal, komunikasi non verbal,
lembaga pendidikan keperawatan
profesionalisme dan ketrampilan
untuk mengembangkan dan
konseling merupakan kompetensi
melaksanakan, meningkatkan strategi
yang harus diterapkan oleh perawat
komunikasi melalui upaya
ketika berhubungan dengan
pelatihan,membuat
pasien.Mini workshop mampu
panduan keterampilan
memberikan pengarahan pada
komunikasi yang peka terhadap
perawat untuk memahami tugas
budaya, Program komunikasi
tanggung jawabnya dalam
terapeutik terencana, mini workshop.
memberikan layanan yang terbaik
Diharapkan dari
pada pasien melalui komunikasi
yang efektif yang akan memberi
dampak /pengaruh terhadap proses
pemulihan yang bermuara pada
kepuasan pasien melalui pelayanan
profesional perawat.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Kualitas komunikasi perawat yang
profesional memiliki korelasi positif
yang signifikan dengan kepuasan
pasien. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa perawat membutuhkan
pola,strategi dan ketrampilan
43
Nursing Education and Practice Vol.1,
hasil penelitian ini dapat No. 1.
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
memberikan
2018
kontribusi referensi Kendal
bagi penelitian selanjutnya
mengenai upaya meningkatkan
komunikasi efektif perawat - pasien
pada tatanan layanan manajemen
kepemimpinan dalam keperawatan
di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Anggorowati, Noor, A. R. (2017). Komunikasi
Efektif Dalam Praktek Kolaborasi
Interprofesi Sebagai
UpayaMeningkatkan
Kualitas Pelayanan Journal of Health
Studies, Vol. 1, No.1, Maret 2017: 65-71.
Semarang: Universitas Diponegoro.

Anita,P. (2016) Penerapan Komunikasi


Terapeutik Perawat
Dalam Meningkatkan
Kepuasan pasien di Ruang Rawat Inap
RSU Kardinah. Prosiding
Interdisciplinary Postgraduate Student
Conference 3rd. Yogyakarta: Program
Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta

Cangara,H. (2014). Pengantar Ilmu


Komunikasi. Ed. 2, Jakarta: P.T Raja
grafindo.

Ibnu,D. (2009). Hubungan Pelaksanaan


Komunikasi Terapeutik Dengan
Kepuasan Klien Dalam Mendapatkan
Pelayanan Keperawatan di Instalasi
Gawat Darurat RSUD Dr Soedarso
Pontianak Kalimantan Barat”.
http//keperawatan.undip.ac.id.

Imam, H. Selvia, D R. (2012) Ketrampilan


Komunikasi Interpersonal Perawat
Berpengaruh Peningkatan Kepuasan
Pasien. Volume 5. No. 2, Jurnal Stikes
RS. Baptis: Kediri .

JCI.(2012). The Center for Transforming


Healthcare Releases the Hand -off
Communications Targeted Solutions
Tool

Liljeroos, M., Snellman, I. M., &


Ekstedt, M.
H. (2011). A Qualitative Study on The
Role of Patient-Nurse Communication
in Acute Cardiac Care. Journal of
44
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal

45
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal
Mora, C.,Rodianson. T., Patricia. R., Yayi S.P., Christantie. E. (2016). Comparison of Communication
Skills Between Trained and Untrained Students using a Culturally Sensitive Nurse–Client
Communication Guideline in Nurse Education Today.36 (2016) 236–241 2015 Elsevier Ltd. All
rights reserved: Indonesia

Mundakir. (2013). Komunikasi KeperawatanAplikasi dalam Pelayanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Cet.1
Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika

Pehrson,Cassandra; Banerjee,S C.; Manna,R; Shen,M J; Hammonds, S; Coyle,N; Krueger, C A.;


Maloney, Erin; ZaiderT&Bylund, C L. (2016) RespondingEmpathically to Patients:
Development,Implementation, and Evaluation of aCommunication Skills Training Module for
Oncology Nurses. Core Nursing.Ireland: Health Promotion/ Education

Prihatiningsih. (2012). Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat Cemas Pasien di Ruang
Melati RSUDKebumen. Gombong: StikesMuhammadiyah.

Rorie,P A.C., Linnie, P.Rivelino, S H. (2014) Hubungan Komunikasi Terapeutik Perwat Dengan
Kepuasan Pasien Diruang Rawat Inap Irina A RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado. Manado:
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.

Sue, D., Susi, L., Kay, T. Lucy, S. (2014)


Health Science: Does it do what it says on the tin? Using a Licensed Communication Skills
Training Package to Increase Capability and Capacity In End Of Life Care. University Of
Southampton Trust,Oakhapen Hospice
: Royal Berkshire NHS Foundation.
Suryani,(2014). Komunikasi Terapeutik : Teori & Praktik, Ed. 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal
WHO(2010)Framework for Action on Interprofesional Education & Collaborative Practice. Geneva :
World Health Organization

Younis, J R., Sohair, M M. Fawzia, F K. (2015). Effect of Theplaned Therapeutic


Communication Programon Therapeutic Communication Skills of Pediatric Nurses. Affiliation:Faculty of
nursing, Menoufiya University, Menoufiya, Egypt Faculty ofNursing, Benha University, Benha,Egypt Journal
of Nursing Education & Practice (J. Nurs educ Pract ), Aug2015;
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal

Anda mungkin juga menyukai