PEMBIMBING
OLEH:
IRVANSAH
RAHMATUL LAILI
LILIS ROMAITO
HILMIATUSSAIDAH
HERLI YULIANTI
1.2 Tujuan.......................................................................................................................
3. Visi Ruangan.........................................................................................................
5. Motto Ruangan......................................................................................................
6. Ketenagaan............................................................................................................
1. Man.......................................................................................................................
2. Material.................................................................................................................
3. Metode ..................................................................................................................
4. Money ...................................................................................................................
5. Marketing ..............................................................................................................
E. Analisa Data
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
A. Latar belakang
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang dilakukan oleh tenaga medis profesional yang
terorganisir baik dari sarana prasarana kedokteran yang permanen, pelayanan kedokteran,
asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang
diderita oleh pasien. Pelayanan keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan yang
didasari oleh ilmu dan kiat keperawatan kepada individu, kelompok atau masyarakat dalam
keadaan sehat maupun sakit (Kemenkes, 2017).
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan kegiatan melalui orang lain. Kegiatan
manajemen keperawatan mengacu pada konsep manajemen secara umum, dengan
menggunakan pendekatan fungsi-fungsi manajemen meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan (pengawasan dan Evaluasi). Manajemen
pelayanan keperawatan berfokus pada komponen 5 M (Man, Material, Method, Money,
Marketting). Dalam setiap kegiatan manajemen selalu diawali dari Perencanaan dan diakhiri
dengan Pengontrolan yang merupakan suatu siklus yang berulang(Mugianty, 2016).
Peran manajer keperawatan tidak terlepas dari proses manajemen yang dilakukan, termasuk
menerapkan perhatian kepada sumber daya material maupun sumber daya manusia
keperawatan. Peran manajer yang diterapkan secara nyata mampu membawa transformasi
bagi staf keperawatan lainnya untuk menerapkan standar mutu keperawatan. Standar
ditetapkan untuk mengukur performa asuhan dan pelayanan keperawatan yang bersifat
obyektif, dapat diukur, dan dapat dicapai (Nurdiana, Hariyati & Anisha, 2017).
Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien secara sistematis dan terorganisir. Manajemen asuhan
keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan kegiatan keperawatan
dengan menggunakan metoda proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien atau
menyelesaikan masalah klien. Tiga komponen penting dalam manajemen asuhan
keperawatan yaitu manajemen sumber daya manusia (perawat) dengan menggunakan sistem
pengorganisasian pekerjaan perawat (asuhan keperawatan) dan sistem klasifikasi kebutuhan
klien dalam metoda pemberian asuhan keperawatan yaitu proses keperawatan (Mugianty,
2016).
Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru memberikan pelayanan paripurna yang memenuhi
standar internasional. Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru memiliki sistem manajemen
yang profesional termasuk manajemen keperawatan yang terdapat pada setiap ruangan di
Rumah Sakit. Rumah Sakit Arifin Achmad memiliki banyak ruangan rawat inap. Salah satu
ruangan rawat inap yang ada di Rumah Sakit Arifin Achmad yaitu ruangan kenanga.
Ruangan kenanga adalah ruangan perawatan intensif pada dewasa yang memiliki masalah
penyakit dalam. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di ruang Kenanga RSUD
ArifinAchmad Pekanbaru, ruangan kenanga ini dibagi 2 ruangan, pertama ruangan PDP
(untuk pria) dan kedua ruangan PDW (untuk wanita), ruangan ini memiliki 1 orang karu, 2
orang katim, dan 19 orang perawat pelaksanan. Dimana ruangan ini memiliki total bed
sebanyak 40bed. Praktik Lapangan Keperawatan Manajemen PSIK Hang Tuah Pekanbaru
di mulai dari tanggal 13 April sampai 17 April 2020 di ruangan Kenanga. Pengkajian dimulai
dari tanggal 13 April 2020, sehingga didapatkan beberapa masalah-masalah manajemen
keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Kepala Ruangan
Ns. Afnilda Shyafei, S.Kep
Ketua Tim:
1. Ns. Juniana, S.Kep
2. Ns. Dewi Oktaviah, S.Kep
Anggota: Anggota:
1. Ns. Mutia Sari, S.Kep
2. Ns. Reysilnriani, S.Kep 1. Ns. Desi Fitriyanti, S.Kep
3. Hamidah, Amk 2. Sri Wardani, Amk
4. Ozi Risfiani, Amk 3. Rina, Amk
5. Yenrika, Amk 4. Dewi Zulfianti, Amk
6. Nailil Aini, Amk 5. Rika Anggraini, Amk
7. Wardian Sari, Amk 6. Hengki Erizona, Amk
8. Ns. Juli Arisma, S.Kep 7. Ernawati, Amk
9. Yuliati Esa Putri, Amd. Keb 8. Dilla Ardhayani, Amd. Keb
10. Maya Shintia, Amd. Keb 9. Megawati, AMd. Keb
Berdasarkan susunan skema dari struktur organisasi yang ada di ruang kenanga RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau terdapat 22 orang tenaga perawat dan tenaga Non perawat yang melaksanakan tugas
berdasarkan peran yang sudah disepakati diruangan tersebut.
3. Visi RSUD
Menjadi Rumah Sakit Pendidikan Mandiri dengan Pelayanan Paripurna yang Memenuhi Standar
Internasional
4. Misi RSUD
2. Rumah sakit menjalankan fungsi Pendidikan dan Penelitian yang mandiri didukung oleh SDM,
sarana dan prasarana yang lengkap, dimana RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau merupakan
rumah sakit kelas B pendidikan utama Kedokteran dan kesehatan lainnya serta sebagai tempat
penelitian dibidang kesehatan.
3. Rumah sakit yang mampu menjalankan fungsinya dengan prinsip-prinsip Tri Darma Perguruan
Tinggi yaitu Pelayanan Pendidikan dan Penelitian
5. Motto RSUD
6. Ketenagaan
a. Dokter
Dari kasus diruangan kenanga tidak terdapat dokter yang menetap diruangan tersebut dilihat dari
daftar tabel
b. Perawat
Perawat yang bekerja diruangan kenanga berjumlah 18 orang perawat dimana 8 orang dengan
pendidikan S1 Ners dan 10 orang D3 Keperawatan.
a.Kamar Pasien
Ruang Kenanga RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau merupakan ruang perawatan merupakan
ruangan inap khusus penyakit dalam. Ruang Kenanga ini memiliki 1 orang karu, 2 orang katim dan
19 orang perawat pelaksanaan dan ruangan ini memiliki total bed sebanyak 40 bed. Ruangan
Kenanga merupakan ruang perawatan intensif untuk dewasa dnegan masalah penyakit dalam.
Ruangan Kenanga terbagi 2 tempat yaitu perempuan dan laki-lakiDisetiap ruangan dilengkapi
dengan kamar mandi sebanyak 2 buah, lemari sebanyak 40 buah, lemari APD 2 buah, TV 1 buah
b.Ruang Tindakan
Ruangan depo farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah
sakit yang berorientasi pada pelayanan pasien khususnya penyediaan obat dan alat kesehatan, hal
ini dilakukan untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
BOR merupakan presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini
memberikan gambaran terkait tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur pada rumah sakit.
Nilai ideal parameter BOR adalah 60-85 % (Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011).
Selama 3 hari gambaran pemakaian TT: hr 1 40, hr 2 38, hr 3 42. Total bed sebanyak 40 bed semua bed
terpakai. Data dari tanggal 29 April – 01 Mei 2019 selama 3 hari (jumlah hari perawatan total) dengan
jumlah total pasien 127 pasien. Tentukan BOR ruangan?
40x3
Jika dilihat dari batas ideal yang dinyatakan oleh Depkes yaitu 60-85%, sedangkan di ruangan
kenanga yaitu 105,8%, hal ini menunnjukan bahwa ruangan kenanga melebihi dari batas ideal yang
telah ditetapkan oleh Depkes.
d. Perawat pelaksana telah melakukan prinsip 7 benar dalam pemberian obat pada pasien
Berdasarkan kasus ruangan kenanga disebutkan bahwa perawat sudah menerapkan prinsip
benar dalam memberikan obat
e. Jumlah keluarga pasien yang menunggu didalam ruangan Pada kamar pasien
f. Obat-obatan pasien
g. Alat-alat kesehatan
C. Hasil Pengumpulan Data/Pengkajian
1. Hasil Wawancara Mendalam dengan Kepala Ruangan
1) Perencanaan/Planning
2) Pengorganisasian/Organizing
3) Ketenagaan/Staffing
4) Pengarahan/Directing
5) Pengendalian/Controlling
2. Data 5M Manajemen Keperawatan di Ruangan
1) M1 (Manusia/Ketenagaan)
a. Struktur organisasi
Berdasarkan susunan skema dari struktur organisasi yang ada di ruang kenanga RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau terdapat 22 orang tenaga perawat dan tenaga Non perawat yang melaksanakan tugas
berdasarkan peran yang sudah disepakati diruangan tersebut
Dikasus disebutkan bahwa mayoritas adalah partial care sebanyak 36 pasien dan total care 4 pasien, berikut
perhitungannya :
Shift Pagi Siang Sore
Jumlah 12 8 5
Keseluruhan
c. Beban kerja
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada ruangan kenanga menggunakan metode asuhan
keperawatan TIM, dimana terdapat 1 Karu sebagai manajer keperawatan dan memiliki dua bagian,
yaitu 2 orang katim, dimana masing-masing katim mempunyai 2-3 orang perawat pelaksana.
Sedangkan bad pasien sebanyak 40 terisi penuh. Jika dihubungkan dengan beban kerja perawat
berdasarkan tabel jumlah ketergantungan rawatan pasien diruangan kenanga dan berdasarkan
perhitungan rumus tenaga perawat yang masih kurang mengakibatkan tinggi nya beban kerja perawat
ditandai dengan jumlah tenaga perawat hanya 18 orang sedangkan pasiennya sebanyak 40 orang.
d. Pembagian tugas
Ruangan kenanga dianggap sudah sesuai dengan Job Description ditandai pada masing-masing tenaga
keperawatan dimana satu bagian memiliki 1 katim dan memiliki 2-3 orang perawat pelaksana yang
mengampu pasien diruangan tersebut. Ketika dibutuhkan pelatihan pun untuk ruangan tersebut Karu
akan menunjuk perawat yang belum mengikuti pelatihan dan memberi kesempatan pada perawat yang
belum mengikuti pelatihan jika suatu waktu dibutuhkan adanya pelatihan serta pemilihan tidak hanya
bagi tenaga yang PNS tetapi juga kepada pegawai kontrak untuk memiliki kesempatan mengikuti
pelatihan. Sehingga pembagian tugas diruangan kenanga sudah sesuai dengan Job Description dan
tidak terdapat pemilihan perawat secara subyektif oleh Karu.
e. Sertifikasi
Ditinjau dari sisi kualifikasi tenaga perawat diruang kenanga sudah mengikuti pelatihan sesuai dengan
kompetensi ruangan ditandai dengan beberapa perawat yang telah mengikuti pelatihan BTCLS yang
merupakan pelatihan dasar seorang perawat. Terdapat juga beberapa perawat yang telah mengikuti
pelatihan lainnya seperti pelatihan pemberian Kemoterapi, perawatan luka, dll.
2.) Berikut tabel skor ketergantungan pasien pada 2 Mei 2019 adalah sebagai berikut :
Tingkat Ketergantungan Pasien
No Hari/Tanggal Total Care Partial Care Minimal
Care
1 2 Mei 2019 4 36 -
Pada ruangan kenanga di RSUD Arifin Achmad merupakan ruangan penyakit dalam pria dan wanita
yang dirawat dengan mayoritas kebutuhannya adalah parsial care. Dimana 36 pasien harus
mendapatkan 4 jam perawatan dalam 24 jam sedangkan 4 total care memiliki ketergantungan 6 jam
dalam 24 jam (Mugianti, 2016). Sehingga dalam sehari dibutuhkan kurang lebih 168 jam untuk rawatan
pasien sedangkan dilihat dari perhitungan tenaga perawat, diruangan kenanga belum seimbang antara
jumlah perawat dan jumlah pasien.
Kamar 3. Kamar 3.
Ruang Ruang
tindakan Ruang
L PDP Ruang
I Ruang Ners Perawat
F Observasi stasi
T on
Kamar 3.
Kamar 3.
Kamar 3.
Kamar 3.
Kamar 3.
Ruang
RPK Wc
Fasilitas untuk petugas kesehatan terdiri atas 1 ruang perawat di penyakit dalam pria (PDP) dan 1
ruang perawat di penyakit dalam wanita, 1 kamar mandi perawat di PDP dan 1 kamar mandi di PDW.
Terdapat 1 ruang karu didalam ruang perawat, 1 nurse station di PDP dan 1 nurse station di PDW,
spole hock 1 di PDP dan 1 di PD
c. Peralatan dan fasilitasi
1) Ruang kepala ruangan
Terletak dibelakang nurse station, didalam nya terdapat meja, dan beberapa tempat
duduk,
2) Ruang perawat
Terletak berdampingan dengan ruangan kepala ruangan.
3) Nurse Station
Terletak di depan ruang kepala ruangan. Dengan posisi meja perawat di bagian
tengah, dengan kondisi cukup luas untuk mobilisasi perawat terutama dipagi hari,
dengan kondisi rapi, cukup terstruktur mengenai penempatan status dan asuhan
keperawatan pasien, dan perawat dapat dengan mudah mengontrol paisen. 4)
Kamar mandi
4) Ruang tindakan
Posisi ruang tindakan berhadapan dengan nurse station berfungsi dengan baik,
pada ruang tindakan terdapat trolly pengobatan yang masih berfungsi dengan baik.
Tempat pembuangan sampah medis maupun non medis. Teerdapat lemari tempat
penyimpanan peralatan streril, dan beberapa lemari tempat penyimpanan obat
pasien.
5) Spoolhoek
Ruang kenanga memiliki tempat pembuangan kotoran maupun bekas pelayanan khusus
setelah perawatan pasien seperti cairan
6) Ruang pertemuan dokter
Posisi ruangan berada di tengah-tengah antara ruang PDP dan PDW.
7) Ruang RPK
Posisi ruang RPK berada di sudut kanan ruangan pada ruang PDW dan di sudut kiri
pada ruang PDP.
8) Ruang mahasiswa
Posisi ruang berada dekat dengan Nurse station dan berdampingan dengan ruang
perawat serta ruang dokter.
9) Ruang dokter
Berada di sebelah ruang mahasiswa.
10) Kamar pasien
Terdapat 5 kamar pasien di PDP dan PDW
-Fasilitas untuk pasien diruangan
1).Tempat tidur
Tempat tidur berjumlah 40
2).Lemari kecil pada masing masing kamar pasien terdapat lemari kecil disebelah tempat tidur
pasien.
3).Kamar mandi
Kamar mandi berjumlah 8 yanng terdiri dari 1 kamar mandi per kamar dan juga ada 4 kamar
mandi diluar kamar pasien
b. Perencanaan pulang
Pasien yang dirawat di ruangan Kenanga dibolehkan pulang atas izin dokter penanggung
jawab dan telah menyelesaikan administrasi sesuai peraturan Rumah sakit.
c. Overan
overan dilakukan gabung semua tenaga pelayanan kesehatan ruang Kenanga, fokus
penyampaian overan gabung yaitu jumlah pasien yang ada di ruangan PDP dan PDW
serta permasalahan yang terdapat diruangan selama pelayanan asuhan pada shift
sebelumnya. Setelah selesai operan gabung, dilakukannya operan masing-masing
timdengan menyampaikan masalah medis, evaluasi keperawatan dan rencana tindakan
medis dan keperawatan pada tiap-tiap pasien
d. Ronde keperawatan
pada ruangan kenanga tidak memiliki jadwal rutin ronde keperawatan. Dikarenakan
kurangnya tenaga perawat sehingga tidak dilakukan.
e. Sentralisasi obat
Obat yang diberikan dari farmasi dipisahkan antar pasien yang diantar oleh petugas
farmasi yang bertanggung jawab di ruangan Kenanga, kemudian selanjutnya perawat
meletakkan obat pada masing-masing tempat obat pasien yang sudah ada dikamar
tindakan dengan sambil mengecek obat yang diberikan.
f. Dokumentasi keperawatan
model dokumentasi keperawatan pasien selalu dilakukan oleh perawat yang diisi dengan
shift dinas.
5). M4 (Money/Keuangan)
Money atau uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat tukar menukar yang memiliki nilai guna yang tinggi. Besar kecilnya hasil
kegiatan dapat diukur dari jumlah uang. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang
yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan
10
harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai. Pengelolaan uang yang baik akan
berpengaruh terhadap sukses tidaknya sebuah manajemen yang dilakukan.
Berdasarkan hasil wawancara dalam kasus, ruangan Kenanga memiliki uang kas
bulanan untuk iuran rutin bulanan perawat, misalkan untuk bantuan sosial seperti bantuan
pasien yang kekurangan pada pembiayaannya dan pasien-pasien yang membutuhkan,
tidak terdapat adanya masalah keuangan internal. Ruangan Kenanga tidak memiliki dana
bantuan operasional khusus untuk pasien, kemudian dari segi pembayaran sebagian besar
pasien menggunakan BPJS kesehatan ataupun JAMKESDA adanya sebagian kecil biaya
sendiri (umum).
40x3
D. Patient Safety
Hasil observasi ruang Kenanga memiliki properti untuk patient safety berupa
gantungan dan tidak ditemukan label resiko jatuh di ruangan. Dari hasil observasi,
12
sudah ada gantungan resiko jatuh pada pintu kamar dan beberapa yang diletakkan di
tempat tidur pasien. Namun tidak ditemukan label resiko jatuh di gelang pada patient
safety. Masih ditemukan tempat tidur yang tidak terpasang pagar tempat tidur pada
pasien total care. Hasil observasi ruang Kenanga PDP berdasarkan tingkat resiko
jatuh didapatkan:
Keterangan:
Skor ≥ 45 : Tinggi
Skor 25 - 44 : Sedang
Skor 0 – 24 : Rendah
13
E. ALOS (Averange Long Of Stay)
Data dari tanggal 29 April – 01 Mei 2019 selama 3 hari (jumlah hari perawatan total)
dengan jumlah total pasien 127 pasien. Namun jumlah pasien keluar tidak diketahui.
C. Analisa SWOT
Pengumpulan Data 5M Keperawatan
1. M1 (Man/Sumber Daya Manusia)
M1 (Manusia/ ketenagaan)
14
mengikuti pelatihan BTCLS
dan pelatihan lainnya yang
dibutuhkan diruangan
kenanga
5. perawat ruangan akan
memeriksa kebenaran dan
kesesuaian obat yang di
sediakan oleh pihak farmasi
15
memberikan tetap optimal optimalnya pemberian
ASKEP ASKEP
M2 (Material/ sarana dan prasarana)
INTERNAL STRENGTH WEAKNESS
1. Peralatan diruangan 1. Ruangan Kenanga
Kenanga khususnya tidak mempunyai
keperawatan sudah lembar penilaian
memadai dan sesuai kepuasan pasien
standar dan seluruh terhadap pelayanan
perawat di ruangan di ruangana
mampu menggunakan 2. Didalam ruangan
alat dengan baik. kenangan masih ada
2. Terdapat Fasilitas untuk alat yang belum
petugas kesehatan terdiri lengkap seperti
trolly emergency
atas 1 ruang perawat di
dan juga masih
penyakit dalam pria adanya alat yang
(PDP) dan 1 ruang rusak didalam
ruangan kenanga
perawat di penyakit
yaitu trolly tindakan
dalam wanita, 1 kamar berjumlah 1 buah
mandi perawat di PDP dan juga alat
tensimeter rysak 1
dan 1 kamar mandi di
buah.
PDW dan terdapat 1 3. Ruang Kenanga
ruang karu didalam memiliki properti
ruang perawat, 1 nurse untuk patient safety
berupa gantungan,
station di PDP dan 1 sudah ada
nurse station di PDW, gantungan resiko
spole hock 1 di PDP dan jatuh pada pintu
kamar dan beberapa
1 di PDW.
yang diletakkan di
3. Diruangan Kenanga tempat tidur pasien
terdapat 10 kamar,5 di tetapi tidak
PDP dan 5 kamar di ditemukan label
PDW Nurse station resiko jatuh di
terletak di daerah yang gelang pada patient
strategis safety.
4. Fasilitas bed di ruangan 4. Masih ditemukan
Kenanga ada 40 bed dan tempat tidur yang
16
semua bed terpakai. tidak terpasang
5. Ruang Kenanga pagar tempat tidur
memiliki jumlah lemari pada pasien total
dan meja sebanyak 80 care.
buah,setiap pasien
mendapatkan fasiitas
lemari dan meja yang
masih berfungsi dengan
baik
6. Ruangan kenanga sudah
memiiki pengolahan
sampah secara terpisah
seperti infeksi,tong
sampah non infeksi ,tong
sampah boto infus,dan
tong sampah kemoterapi
yang digunakan dengan
baik sesuai fungsinya.
7. Dan terdapat juga lemari
yang penting yaitu untuk
pasien.
8. Semua sarana yang ada
di ruangan Kenanga
sudah digunakan dengan
baik sesuai kebutuhan
seperti 11 trumpf
medical,40 bed
42 tianginfus,40 meja
pasien,40lemari pasien
4trolly tindakan,2lemar
APD,2 lemari alat,2
suction portable,2
nebulizer,2
timbangan,tabung
oksigen,lemari baju
pasien ,siringe
pumpinfuse
pump,FlowmeterComput
er administrasikotak
darah,Kursi roda,Lemari
pendingin,Kotak sampel
labor,Lampu baca
17
fotorontgen,HandrubTen
simeter,rakbuku status
pasien,rak dokumen
lemari
dokumen,laken,sarung
bantal
Selimut
9. Terdapat juga ruang
mahasiswa yang
memiliki 1 kamar yang
digunakan sebagai mana
mestinya
10. Adanya administrasi
yang menunjang
seperti:buku
observasi,buku
pembagian tugas, buku
laporan, buku inventaris
alat, buku ekspedisi dan
buku jenazah.
18
medis yang emergency
belum ada
yaitu trolly
emergency.
Adanya tuntutan
untuk memberikan
atau menyediakan
aat yang sesuai
standar yang ada
agar dapat dipakai
dengan baik dan
agar tidak mudah
rusak Adanya
tuntutan yang tinggi
dari keluarga
ataupun pasien
dalam sarana dan
prasarana.
THREAT (T) STRATEGI (ST) STRATEGI (WT)
tindakan.
Adanya tuntutan
yang tinggi dari
keluarga ataupun
pasien dalam sarana
19
dan prasarana.
M3 (METODE )
INTERNAL STRENGTH WEAKNESS
20
EKSTERNAL STRATEGI STRENGHT STRATEGI WEAKNESS
DAN THREAT DAN THREAT
M4 (MONEY)
INTERNAL STRENGTH WEAKNESS
21
DAN THREAT DAN THREAT
22
ditemukan label resiko jatuh di lengkap dalam pemberian
ruangan. Dari hasil observasi, obat kemoterapi, hanya
sudah ada gantungan resiko memakai sarung tangan.
jatuh pada pintu kamar dan Hal ini tidak sesuai
beberapa yang diletakkan di dengan 6 sasaran
tempat tidur pasien. keselamatan pasien dan
tidak sesuai standar APD
dalam pemberian obat
kemoterapi.
- Ruangan Kenanga tidak
mempunyai lembar
penilaian kepuasan pasien
terhadap pelayanan di
ruangan.
- Hasil observasi ruang
Kenanga tidak ditemukan
label resiko jatuh di
gelang pada patient
safety. Masih ditemukan
tempat tidur yang tidak
terpasang pagar tempat
tidur pada pasien total
care.
M1 (Manusia/ ketenagaan)
NO DATA MASALAH
1. Hasil Wawancara : Rasio jumlah perawat
Satu tim terdiri dari 1 ketua tim dan 2-3 perawat belum sebanding
pelaksana dikarenakan keterbatasan tenaga perawat. dengan jumlah pasien
Satu tim terdiri dari 1 ketua tim dan 2 – 3 perawat
pelaksana dengan pasien sekitar 16- 20 orang/tim
sehingga tidak sesuai dengan teori yang meyatakan
bahwa beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk
1 perawat pelaksana. Perawat yang tersedia diruang
kenanga hanya 18 orang perawat bahkan 2-3 perawat
pelaksana mengampu 16-20 pasien, sedangkan jika
dihitung berdasarkan rumus Dounglas (1994)
didapatkan jumlah perawat yang harusnya bertugas
di ruangan kenanga berjumlah 25 orang perawat,
dari hal ini terjadilah peningkatan beban kerja
24
perawat diruang kenanga akibat kurangnya tenaga
perawat.
Hasil Kuesioner :
Dilihat dari hasil kuesioner pada poin keoptimalan
pemberian ASKEP masih terdapat 47% kurang
keoptimalan dalam pemberian ASKEP, jarang 4
orang (24%) dan tidak pernah 4 orang (23%) dari 17
responden
Hasil Dokumentasi :
Pasien yang dirawat di ruangan Kenanga penyakit
dalam dirawat dengan kebutuhan mayoritas parsial
care, tetapi terdapat beberapa dengan kebutuhan total
care. Pada tanggal 02 Mei 2019 terdapat 4 orang
pasien total care, 2 orang di PDP dan 2 orang di
PDW. Pasien parsial care 36 orang
M2 (Material/ sarana dan prasarana)
NO DATA MASALAH
2. DATA OBSERVASI : Kurang optimalnya
-Hasil observasi ruang Kenanga memiliki property penggunaan property
untuk patient safety berupa gantungan dan tidak untuk pasien safety di
ditemukan label resiko jatuh di ruangan.
ruangan Kenanga
-Ada gantungan resiko jatuh pada pintu kamar dan
beberapa yang diletakkan di tempat tidur pasien
-Tidak ditemukan label resiko jatuh di gelang pada
patient safety.
M3 (Methode)
NO DATA MASALAH
3. Hasil observasi : Kurang optimalnya
Pada saat overan masih terdapat kurangnya komunikasi perawat
pengenalan nama perawat yang dinas pada saat itu terhadap pasien
25
kepada pasien maupun keluarga. diruangan kenanga.
Hasil dokumentasi :
Hasil kuesionet yang didapatkan kepuasan pasien
terhadap perhatian dari tenaga kesehatan yaitu baik
sebanyak 25 orang (63%), dan buruk sebanyak 15
orang (37%) dari 40 responden.
M4 (Money)
NO DATA MASALAH
4. Hasil Wawancara : Kurangnya optimalnya
Ruangan Kenanga memiliki uang kas bulanan untuk dalam pencatatan
iuran rutin bulanan perawat misalkan bentuk sosial. penerimaan keuangan
Dari segi keuangan dalam pembayaran sebagian kas pada Ruangan
besar pasien menggunakan BPJS kesehatan ataupun Kenanga.
JAMKESDA adanya sebagian kecil biaya sendiri
(umum).
Hasil observasi :
1. Ruangan Kenanga memang telah memiliki uang
kas bulanan
2. Kurangnya dana pada Ruangan Kenanga
Hasil dokumentasi :
Dari diagram didapatkan perawat yang
mengharapkan insentif yaitu tidak pernah sebanyak
1 orang (6%), jarang sebanyak 4 orang (23%), sering
sebanyak 9 orang (53%), dan selalu 3 orang (18%)
dari 17 responden.
M5 (Marketting)
26
No.
DATA MASALAH
Hasil Dokumentasi:
- Berdasarkan data kuesioner didapatkan askep
berdasarkan SOP yang dilakukan perawat
pelaksana yaitu sering sebanyak 6 orang
(35%), dan selalu 11 orang (65%) dari 17
responden.
2. Prioritas Masalah
1. Berdasarkan hasil analisa data pada kasus diruangan kenanga untuk M1 (SDM)
didapatkan satu masalah keperawatan utama yaitu Rasio jumlah perawat belum sebanding
dengan rasio jumlah pasien (Nursalam, 2011).
2. Berdasarkan hasil analisa data pada kasus diruangan kenanga untuk M2 (Material)
didapatkan satu masalah keperawatan utama yaitu Kurang optimalnya penggunaan property
untuk pasien safety diruangan Kenanga.
3. Berdasarkan analisa data pada kasus ruangan kenanga untuk M3 (Methode) didapatkan
satu masalah keperawatan utama yaitu Kurang optimalnya komunikasi perawat terhadap
pasien diruangan kenanga.
4. Berdasarkan analisa data pada kasus ruangan kenanga untuk M4 (Money) didapatkan satu
27
masalah keperawatan utama yaitu kurang optimalnya dalam pencatatan penerimaan keuangan
kas pada ruangan kenanga.
5. Berdasarkan analisa data pada kasus ruangan kenanga untuk M4 (Money) didapatkan satu
masalah keperawatan utama yaitu Belum optimalnya pelaksanaan nurse safety: penggunaan
APD sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SOP) di ruangan kenanga.
3. Rencana Tindakan
28
seimbang
dengan 4. Menerapkan Pendekatan
jumlah Kepemimpinan pada a) Tersedianya
pasien karyawan dalam perencanaan 15 April
rawatan. membangun Budaya ruangan 2021
Organisasi kerja yang
positif
b) Tersedianya
lingkungan kerja
yang lebih baik
29
Jangka aan ,dan juga PAGI
Panjang: pemakaiannya.agar
08:00
semua alat dan
Perawat WIB
prperty yang ada
dapat
diruangan terkendali
melakukan
dengan baik dengan
hal positif
dimonitoring secara
terhadap
terus menerus.
penggunaan
sarana dan 1.terlakananya SOP
alat(material yang telah dibuat 16-April
) berupa agae dapat 2021
property pengoptimalisasi
Keterang
pasien safety sarana rumah sakit
an jam
kesehatan dan alat kesehatan.
kerja:
yang ada
2.adanya keinginan
PAGI
diruangan
dari diri perawat dan
10:15
Kenanga
sadar akan tugas dan
WIB
sampai
SOP yang telah
kedepannya
ditetapkan agar bisa
dan berjalan
dijalankan dan
lancar
dipatuhi sebagaimana
hingga tidak
mestinya.
ada lagi
kejadian
yang tidak
diinginkan
terulang
kembali
M3 (METHODE)
30
3. Masalah/ DX Tujuan Perencanaan/ Kegiatan Indikator Waktu
31
2. Kurang Jangka 1.Memberikan pengarahan 1.Terlaksananya 14-April
optimalnya Pendek: kepada perawat yaitu pengarahan kepada 2021
penggunaan dengan cara pemeliharaan seluruh perawat yang
Diharapkan Keterang
property preventif alat APD dan ada diruangan
perawat an jam
untuk pasien material yang ada diruangan kenanga tentang cara
dapat kerja
safety di Kenanga. pemeliharaan
melakukan
ruangan preventif APD dan SIANG :
hal positif
Kenanga. material yang ada 13:00
terhadap
diruangan Kenanga. WIB
penggunaan
sarana dan
alat(material
1.Terlaksananya
) berupa
2.Perlu dilakukan assesmen metode TAIL yaitu 15-April
property
material menggunakan efektifitas 2021
pasien safety
metode TAIL(Tecnology penggunaan alat yang
kesehatan Keterang
Assesment Ierative Loop). dikaitkan penggunaan
yang ada an jam
alat diruangan,baik
diruangan kerja
itu
Kenanga.
pengadaan,pemelihar PAGI
Jangka aan ,dan juga
08:00
Panjang: pemakaiannya.agar
WIB
semua alat dan
Perawat
prperty yang ada
dapat
diruangan terkendali
melakukan
dengan baik dengan
hal positif
dimonitoring secara
terhadap
terus menerus.
penggunaan
sarana dan 1.terlakananya SOP 16-April
alat(material yang telah dibuat 2021
) berupa agae dapat
Keterang
32
property pengoptimalisasi an jam
pasien safety sarana rumah sakit kerja:
kesehatan dan alat kesehatan.
PAGI
yang ada
2.adanya keinginan 10:15
diruangan
dari diri perawat dan WIB
Kenanga
sadar akan tugas dan
sampai
SOP yang telah
kedepannya
ditetapkan agar bisa
dan berjalan
dijalankan dan
lancar
dipatuhi sebagaimana
hingga tidak
mestinya.
ada lagi
kejadian
yang tidak
diinginkan
terulang
kembali
M4 (MONEY)
33
Jangka pencatatan penerimaan melakukan Keterang
Panjang : kas pencatatan an jam
Perawat penerimaan kas kerja
dapat sesuai prosedur Siang :
melakukan 13.00
sistem
penerimaan
kas baik
manual
maupun
komputerisa
si, mulai dari
pencatatan
sampai
peringkasan
transaksi
keuangan.
M5 (Marketting)
Kegiatan
34
Prosedur bulan: safety: penggunaan APD safety: penggunaan 2021
(SOP) di sesuai dengan SOP di APD sesuai dengan
1. Keterang
ruangan ruangan Kenanga. SOP di ruangan
Diharapkan an jam
kenanga. Kenanga.
seluruh kerja:
perawat b. Terlaksananya 15:00.
patuhan kegiatan sosialisasi
dalam nurse safety:
pelaksanaan penggunaan APD
nurse safety: sesuai dengan SOP di
penggunaan ruangan Kenanga.
APD sesuai
c. Adanya dokumentasi
dengan SOP
sosialisasi yang
di ruangan
dilakukan.
Kenanga.
3. Melakukan simulasi 3. Perawat mampu Kamis 14
Tujuan
pemakaian APD oleh menggunakan APD April
Jangka
perawat dalam pelaksanaan lengkap dalam 2021
Pendek:
nurse safety: penggunaan melakukan tindakan.
Keterang
Setelah APD sesuai dengan SOP di
an jam
dilakukan ruangan Kenanga
kerja:
intervensi
15:30.
selama 7
hari, 4. Merencanakan penilaian 4. Perawat selalu Kamis 14
kepada perawat dalam menerapkan April
diharapkan:
pelaksanaan nurse safety: pelaksanaan nurse 2021
1. Perawat
penggunaan APD sesuai safety: penggunaan
Keterang
patuh dalam
dengan SOP di ruangan APD sesuai dengan
an jam
pelaksanaan
Kenanga. SOP di ruangan
kerja:
nurse
Kenanga.
16:00.
safety :
penggunaan
APD sesuai
dengan SOP
35
di ruangan
Kenanga.
Kenanga. efektifitas
penggunaan Kepala 15-
Jangka 2.Perlu dilakukan
alat yang Ruangan April Irvansyah
Panjang: assesmen material
dikaitkan .2021
menggunakan
Perawat penggunaan
metode
dapat alat
TAIL(Tecnology
melakukan diruangan,baik
Assesment Ierative
hal positif itu
Loop).
terhadap pengadaan,pe
penggunaan meliharaan ,da
sarana dan n juga
alat(material) pemakaiannya.
berupa agar semua
property alat dan
pasien safety prperty yang
kesehatan ada diruangan
yang ada terkendali
diruangan dengan baik
Kenanga dengan
sampai dimonitoring
kedepannya secara terus
dan berjalan menerus.
lancar hingga
1.terlakananya
tidak ada lagi
SOP yang
kejadian
telah dibuat
38
yang tidak agae dapat
diinginkan pengoptimalisa 16-
terulang si sarana Kepala April
kembali 3. (SOP) tentang rumah sakit Ruangan -2021
Irvansyah
pemeliharaan dan dan alat dan
optimalisasi kesehatan. Perawat
pemanfaatan sarana pelaksan
2.adanya
rumah sakit dan alat a
keinginan dari
kesehatan.
diri perawat
dan sadar akan
tugas dan SOP
yang telah
ditetapkan
agar bisa
dijalankan dan
dipatuhi
sebagaimana
mestinya.
39
terhada ekkan ana komunika 13.00
p langsung cara si pada
pasien komunika berkom perawat
diruang si yang unikasi diruangan
an baik yang kenanga
kenang kepada baik 3. Komunika
a. pasien. dan si yang
benar dilaksana
Jangka kepada kan
panjang : pasien perawat
Perawat sudah
mampu sesuai
melakuka dengan
n pelatihan
komunika yang
si sampai diberikan.
kedepann
ya 16 april
menjadi 1. Adanya Kepal 2021 Hilmiatus
kegiatan kegiatan a Ketera saidah
yang laporan ruang ngan
2. Membu
rutin. program an jam
at
komunika kerja
progra
si pagi :
m
terapeutik 09.00
komuni
.
kasi
2. Terlaksan
terapeut
anya
ik
program
terenca
komunika
na
si
terapeutik
40
yang
direncana
kan.
41
E. Plan Of Action (POA) (M5 MARKETTING)
42
nurse safety: sakit dan kerja:
Tujuan
penggunaan terlak- 15:00.
Jangka
APD sesuai sananya
Pendek:
dengan SOP prosedur
Setelah
di ruangan nurse
dilakukan
Kenanga. safety:
intervensi
penggunua
selama 7
n Alat
hari,
Pelindung
diharapkan
Diri (APD)
:
sesuai
1. Perawat dengan
patuh Standar
dalam Operasiona
pelaksanaa l Prosedur
n nurse (SOP)
safety : rumah
penggunaa sakit.
n APD
3. Melakukan3. Terpenu- Perawat Kamis 14 Herli
sesuai
simulasi hinya mutu Pelak- April 2021 Yulianti
dengan
pemakaian pelayanan sana
Keteranga
SOP di
APD oleh rumah
n jam
ruangan
perawat sakit dan
kerja:
Kenanga.
dalam terlak-
15:30.
pelaksanaan sananya
nurse safety: prosedur
penggunaan nurse
APD sesuai safety:
dengan SOP penggunua
di ruangan n Alat
Kenanga Pelindung
Diri (APD)
43
sesuai
dengan
Standar
Operasiona
l Prosedur
(SOP)
rumah
sakit.
44
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang dilakukan oleh tenaga medis profesional yang
terorganisir baik dari sarana prasarana kedokteran yang permanen, pelayanan kedokteran,
asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang
diderita oleh pasien. Pelayanan keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan
keperawatan yang didasari oleh ilmu dan kiat keperawatan kepada individu, kelompok
atau masyarakat dalam keadaan sehat maupun sakit.
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan kegiatan melalui orang lain. Kegiatan
manajemen keperawatan mengacu pada konsep manajemen secara umum, dengan
menggunakan pendekatan fungsi-fungsi manajemen meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan (pengawasan dan Evaluasi). Manajemen
pelayanan keperawatan berfokus pada komponen 5 M (Man, Material, Method, Money,
Marketting).
45
DAFTAR PUSTAKA
46
UPAYA DALAM MENGURANGI ABSENTEEISME TENAGA
PERAWAT PADA ORGANISASI KERJA
(Efforts To Reduce Nursing Absenteeism On Work Organization)
1
Amalia Mastuty, 2Wanto Paju
Magister Keperawatan Undip, Semarang, Jawa Tengah
1
ABSTRAK
47
Background: The absence or absenteeism of the nurses results in the loss of
working time to complete the task so that the work that should be completed
within a certain period of time becomes abandoned. This will indirectly cause
harm to nurses and for hospitals both in terms of material and the applicable
system. In general, abseenteism and lost working hours in 12% of American
hospitals are absent, in Indonesia ranging from 3% -10% of them Puskemas in
Papua 30.7% are absent, in Bekasi Hospital 93.20% arriving late, at Semarang
Hospital 4.3% nurses were absent. Objectives: To identify the identification of
effective interventions that assist management in reducing absenteeism of nurses
and improving work productivity. Methods: Literature searches from 2009-2017
using keyword reducing absenteeism and Nurse. Search were done on the
48
Ebscohost, Elsevier and Google Sholar sites. From the search results obtained as
many as thirteen journals related to the theme. Results: a study of thirtee
literatures found that to reduce absenteeism of nurses is by providing social
support, implementing six staff organizing strategies, leadership approaches as
well as increasing extrinsic motivation in work organization.
Keywords:Reducing absenteeism, nurse, work organization
51
efektif untuk didapatkan bahwa intervensi
mengurangi absenteeismeuntuk
tenagamengurangi
perawat diantaranya
absenteeisme
: Dukungan Sosia
Dari hasil penelitian tenaga perawat dengan cara
oleh Ambarwati pemberian
perusahaan diantaranya berpengar dukungan sosial diberikan kepada
uh
terhadap rekan kerja dan atasan yang perawat sehingga dapat mengurangi
harus berurusan dengan volume atau menekan tingkat stress.
bisnis yang lebih besar, tetapi juga Dukungan sosial adalah bantuan
keuntungan perusahaan dengan yang diperoleh individu melalui
demikian, terjadi penurunan hubungan interpersonal dengan
kepuasan dan moral karyawan dan orang-orang di sekitar individu yang
produktivitas mereka, Selain itu, juga memiliki arti bagi individu tersebut
52
dalam menghadapi masalahnya. program insentif yang
Adapun sumber-sumber dirancang untuk meningkatkan
dukungan sosial dapat kehadiran staf dengan memberi
diperoleh dari : imbalan pada perawat yang bisa
Rekan kerjadapat jaga diluar jadwal piket akibat
berupa persahabatan, ketidakhadiran temannya,
menciptakan situasi tolong- penghargaan dari kehadiran
menolong, dan kerja sama yang yang
menyenangkan. Atasan dapat tidak
berupa mau mendengarkan terputusProgram
masalah yang dialami dengan Monitoring
penuh perhatian baik masalah Absensi. Pengorganisasian
pribadi maupun pekerjaan, pertama ini salah satunya
toleransi terhadap kesalahan dengan membuat kebijakan
yang dibuat dan memberikan tentang program kontrol absensi
kepercayaan pada pekerja yang dinilai memiliki dampak
bahwa dirinya mampu, terbesar dalam mengurangi
sehingga kondisi kerja yang ketidakhadiran.
menekan dapat terkurangi. Dalam program kontrol absensi
Pasangan hidup / Keluarga ini, pimpinan perawat
dapat berupa dukungan emosi dapat
yang berbentuk dorongan menggunakan pengahargaan
membesarkan hati, memberikan atau imbalan dan kekuatan
ungkapan penghargaan, koersif untuk mengurangi
dukungan material serta ketidakhadiran.
memberikan informasi yang Kekuatan pengahargaan atau
dapat memberikan sebuah imbalan didefinisikan sebagai
solusi atas masalah yang kemampuan seseorang untuk
menghargai perilaku orang lain.
Kekuatan koersif
dihadapi. Upaya ini didefinisikansebagai kemampuan
7.
cenderung
jarang dipilih untuk diaplikasikan berpengaruh dalam pengurangan tingkat
karena faktor dukungan sosial yang absentesi perawat.
dimiliki perawat sudah dianggap
cukup sehingga dirasakan kurang
53
6Strategi untuk menghukum
ketidakpatuhan para
Pengorganisasia
pengikut.Program kontrol
n Karyawan absensi positif adalah intervensi
Ketidakhadiran adalah fluktuasi yang menawarkan penghargaan
tenaga kerja yang merupakan atau motivasi positif untuk
parameter terpenting yang perlu kehadiran yang baik. Ini
dipantau. Berikut termasuk: pengakuan pribadi,
stategi membeli kembali cuti sakit
pengorganisasian karyawan oleh yang tidak terpakai, dan
manajer 8 : pembayaran bonus untuk
Kebijakan Tidak kehadiran teladan. Program
Hadir / Cuti Sakit lainnya adalah program kontrol
yaitu manajemen disipliner yang mencakup
membuat intervensi yang memberikan
kebijakan menggabungkan berbagai konsekuensi yang
tidak
menyenangkan terhadap
kehadiran yang buruk. Ini
termasuk: tindakan disipliner,
kesalahan kinerja bebas, dan
ulasan akhir tahun.
54
Kombinasi penghargaan dengan cukup dan durasi kerja
dan program lembur yang diperbolehkan untuk
kedisiplinan perawat harus ditentukan sesuai
berpotensi menimbulkan dengan manajemen sehubungan
dampak terbesar dalam dengan beban kerja dan perawatan
mengurangi kesehatan dari perawat itu sendiri. 6.
ketidakhadiran.Melibatkan Pengelolaan Sektor Kepegawaian
karyawan dalam membangun Yaitu pengelolaan institusi
dan memantau program ini perawatan kesehatan harus
akan membantu perawat menentukan jumlah petugas
menyesuaikan diri dengan keperawatan yang dibutuhkan untuk
kebijakan ini dan memikul mencegah kondisi kekurangan tenaga
tanggung jawab pribadi. kerja terjadi karena kekurangan
Tingkat absensi dapat diatasi memiliki pengaruh negatif terhadap
dengan menggunakan kinerja pekerja dan pada akhirnya
langkah- langkah
berikut: Manajer
harus menetapkan
besaran dan pola
ketidakhadiran. Mereka
harus memastikan
bahwa setiap orang
mengetahui hak dan tanggung
jawab mereka terkait cuti dan
konsekuensi melanggar
peraturan ini.Manajer
harus mengatasi masalah
secara keseluruhan dan
berurusan dengan individu
dalam setiap kasus di mana satu
orang berulang kali absen dari
pekerjaan. Pemantauan bulanan
yang berkelanjutan akan
membantu manajer
untuk mengetahui apakah
tingkat absensi ditangani
55
menyebabkan dipertahankan.Sistem
absenny informasi dapat digunakan
a atau untuk mengamati polaabsensi
penghentian pekerjaan. di petugas
layanan kesehatan dan
dapat dimanfaatkan dalam
Monitoring sistem
perancangan
yang efektif Yaitu
program manajemen
berupa
yang efektif.Catatan
sanksi
harus dievaluasi secara rutin
sistem
oleh otoritas pelaporan staf
pemantauan harus cukup
perawatan kesehatan dan
kuat untuk membatasi
berdasarkan evaluasi, insentif,
marjin
dan promosi dan penurunan
kebijaksanaan
pangkat dari nilai ini
kegiatan dan jadwal waktu staf perawat seperti halnya pengambilan
harus didasarkan.
petugas
perawatan
Kebijakan Pelayanan
kesehatan yang kurang
Kesehatan Yaitu tentang
informasi. Demikian
pengadaan staff
pula, pekerja terbaik
perawat, strategi promosi,
harus diberi
dan rekrutmen
penghargaan atas
pegawai baru
kinerjanya berdasarkan
harus digabungkan oleh
kinerja dan kehadiran
manajemen.
mereka.
Peningkatan Sistem
Informasi Yaitu berupa
database yang tepat
harus dipelihara di mana
catatan kehadiran staf,
informasi mereka dan
informasi yang
kurang
informasi
56
perhatian mereka dari masalah di rumah dan
Koordinasi manajerial mengusahakan pengadaan
Antar Tenaga fasilitas penitipan anak di
Kesehatan
Yaitu Kurangnya koordinasi di
antara staf perawat juga
mempengaruhi kualitas layanan
perawatan pasien yang diberikan
oleh institusi
perawatan
kesehatan.Peningkatan koordinasi
memudahkan dalam mengurangi
tekanan dan tekanan dalam kasus
beban kerja yang tinggi.9. Salah satu
wujud dorongan koordinasi antar
tenaga kesehatan dengan pengadaan
mitra kesehatan aktif.
Beberapa rumah sakit menggunakan
mitra kesehatan aktif. Karyawan
melaporkan sakit dengan memanggil
perawat dari apa yang disebut
sebagai mitra kesehatan aktif.
Perawat mendapat panggilan dari
sejawat. Idenya adalah untuk
meminta penelepon secara rinci
tentang penyakit mereka untuk
memberi tahu mereka langkah-
langkah apa yang harus mereka
lakukan seperti tinggal di tempat
tidur atau pergi ke dokter. Melihat
sebuah solusi untuk ketidakhadiran
sebagai menawarkan konseling terus
menerus terhadap sejawat di tempat
kerja.Itu bisa membantu perawat
mengurangi ketegangan mengalihkan
57
stategi pengorganisasian kepemimpinan
karyawan bernilai signifikan diantaranya gaya
terhadap absenteeisme namun kepemimpinan
diindonesia sendiri strategi ini transformasional. Beberapa
masih belum maksimal bisa juga memberi jawaban
dilakukan oleh manajemen. yang menunjukkan sisi yang
Pendekatan lebih transaksional juga. Yang
Kepemimpinan Adapun terakhir ini memiliki cara yang
saat manajer mengetahui lebih ketat untuk memimpin
ketidakhadiran abu- dengan menggunakan
abu maupun penghargaan dan
keterlambatan terjadi hukuman. Hal ini dilakukan
hendaknya dengan "budaya
ditangani segera. Perlu menakut-nakuti",
dilakukannya mediasi yang menurut mereka
untuk bisa mencegah
mencapai ketidakhadiran staff.
kondisi Para manajer yang mengambil
kelembagaan yang lebih pendekatan
baik dan meningkatkan transformasio
hubungan pribadi dan nal memiliki tingkat
profesional. Untuk pertimbangan yang tinggi bagi
pendekatakatan yang individu. Mereka lebih fokus
digunakan dengan pada kepercayaan, dukungan
beberapa pilihan dan menjadi pemain tim.
gaya Mereka tidak menyebutkan
lebih banyak
tempat kerja.10. Upaya ini kursus dan pendidikan bagi
dinilai
sangat aplikatif dalam mengurangi karyawan sebagai sarana untuk
absensi perawat karena sub variabel meningkatkan motivasi di antara
didalamnya sudah meliputi beberapa karyawan sampai pada tingkat yang
aspek pendukung yang berpengaruh ditentukan.Mereka lebih fokus untuk
dan di luar negeri juga pernah mendapatkan lingkungan kerja yang
dilakukan dengan hasil bahwa 6 lebih baik dengan mengambil
58
berbagai inisiatif seperti ada.
memberikan informasi yang Peningkatkan Motivasi Ekstrinsik
memadai. Para manajer motivasi ekstrinsik adalah pendorong
transformasional kerja yang bersumber dari luar diri
menunjukkan kualitas visioner pekerja sebagai individu,
dan kreatif yang membantu berupa suatu kondisi yang
mereka menginspirasi mengharuskan melaksanakan
karyawan untuk pekerjaan secara maksimal.
menindaklanjuti perubahan dan Jika organisasi tidak
untuk mencegah ketidakhadiran mencukupi faktor pendorong tersebut
penyakit dan meningkatkan maka ia akan mendapat kesulitan
pengetahuan tentang proses dalam menarik karyawan yang baik
perubahan. 12,13,7,14.Kekurangan dan perputaran dan kemangkiran akan
dari upaya ini yang sering meningkat. Berikut ini
terjadi adalah kurangnya beberapa bentuk motivasi ekstrinsik
kemampuan dan motivasi dari yang perlu ditingkatkan dalam
seorang manajer untuk
mengembangkan
pendekatan
kepemimpinan dengan
mengadopsi gaya
kepemimpinan yang ada untuk
disesuaikan pada masalah yang
terjadi dilapangan sehingga
manajer atau pimpinan
cenderung
menggunakan gaya
kepemimpinan situasional tidak
meningkatkan kemampuannya
dalam mengekplore keterbaruan
atas keilmuan dan
mengaplikasikannya.
Gaya kepemimpinan
yang digunakan akan
berhubungan dengan perilaku
disiplin tenaga perawat yang
59
organisasi terkait
absenteeism
e diantaranya :
Pemberian Insentif/
imbalan Berupa gaji dan
upah memang
merupakan salah satu
motivator yang kuat bagi
seseorang untuk berprestasi
karena dengan kenaikan insentif akan membuat seseorang terdorong untuk melaku
Pemantapan Kondisi Kerja
Lingkungan yang bersih dan
rapi akan membuat para
perawat nyaman dan
semangat dalam hadir untuk
bekerja tanpa ada
beban yang
disebabkan ruangan kerja
yang kotor. Sementara dengan
perlengkapan dan peralatan
yang memadai sudah tentu
akan memudahkan dalam meningkatkan kinerja melayani pasie
kerja sehingga perawat
memiliki semangat bekerja
dan meningkatkan kinerja
perawat.Untuk dapat
memunculkan motivasi
prestasi kerja yang tinggi
dalam suatu organisasi seorang Manajer harus memper
Pengadaan Promosi
Kerja
Promosi memberikan peran
penting bagi karyawan
bahkan menjadi idaman yang selalu dinantikan.Karena hal itu berarti ada kepercaya
mengenai kemampuan serta
60
kecakapan karyawan berproduktivitas tinggi namun
bersangkutan untuk menduduki biasanya fungsinya hanya
suatu jabatan yang tinggi. jangka pendek.
Seseoarang akan termotivasi
untuk hadir dan bekerja dengan
disipilin dan giat dan
berprestasi karena adanya
kesempatan yang diberikan oleh
pimpinan sehingga dia akan
lebih memacu diri bekerja
sebaik-baiknya dan meraih
prestasi yang gemilang. 8.Upaya
ini merupakan upaya yang
paling berpengaruh secara
langsung terhadap pengurangan
absensi perawat karena
manfaatnya dapat dirasakan
secara langsung dan
memotivasi kerja perawat
untuk
61
Skema Dalam Upaya Menguragi Absenteeisme Tenaga Perawat
Keterangan :
=
Fenomena yang diteliti
62
KESIMPULAN APRESIASI
Ditemukan beberapa Terimakasih banyak saya haturkan kepada
intervensi efektif yang seluruh Dosen S2 Magister Keperawatan
dapat diterapkan oleh manajemen konsetrasi Manajemen Keperawatan dan
dalam kepada seluruh teman sahabat dan keluarga,
mengurangi semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk di
absenteeisme tenaga perawat pergunakan dalam pembelajaran keperawatan.
mengingat kerugian
yang ditimbulkannya
diantaranya : dukungan sosial oleh
rekan, atasan, dan pasangan hidup /
keluarga yang dapat memberikan DAFTAR PUSTAKA
[1] Wang. 2012. Nurse Absenteeism And
pengaruh yang positif bagi tenaga Staffing Strategies For Hospital Inpatient
perawat, 6 strategi pengorganisasian Units
karyawan oleh
manajerial dengan 1) kebijakan tidak
hadir / cuti sakit 2) pengelolaan
sektor kepegawaian 3) monitoring
sistem yang efektif 4) peningkatan
sistem informasi 5)
Kebijakan pelayanan
kesehatan 6) mendorong koordinasi
antar tenaga kesehatan, kemudian
dengan
melakukan pendekatan
kepemimpinandengan
mengaplikasikan gaya
kepemimpinan yang sesuai
serta peningkatkan
motivasi ekstrinsik
meliputi
pemberian
insentif/imbalan,pemantapan kondisi
kerja, pengadaan promosi kerja.
63
[2] Alfriyanti
dkk. 2012.
Faktor Yang [10] Madibana. 2010. Factors
Berhubungan Influencing
Dengan Absenteisme Absebteeism
Pada Tenaga Perawat Di Badan Rumah Sakit D
Amongst Professional Nurses In
[3] Asmaningrum. 2007. London
Hubungan Antara
Ketidakhadiran dan [11] Lee, doohee. 2011
Kepuasan Kerja .Transformational Leadership
Perawat Paviliun di
RSUD Jombang
devinurmalia@fk.undip.ac.id
Abstract
Introduction: Health Care Associated Infection (HAIs) is a major problem faced throughout the world
and this incident continues to increase. The use of Personal Protective Equipment (PPE) of nurses is
inadequate. Previous studies have not yet described how the suitability of PPE use with the actions
taken by nurses. Therefore, in this study will be described how the use of PPE by nurses. The study
aimed to identify nurse compliance in using PPE.
Methods: This was a descriptive analytic and observation method for data collection. The sample in
this study was an action carried out by nurses, in this case the nurse was observed to suit the use of
PPE with Standard Operating Procedure (SPO) in the hospital. The sampling technique used was
accidental sampling towards 67 actions of PPE using observation sheet according to hospital SPO.
Data is processed univariately and presented in the form of frequency distribution.
Results: The result showed that, PPE most frequently used in general ward that is gloves, mask, and
also apron. The results showed that as many as 54,39% of actions taken by nurses were inappropriate
in the use of glove. The use of masks and apron among the nurses is almost entirely correct, only 1
mask error was found.
Conclusion: PPI through Infection Prevention Control Nurse (IPCN) should provide socialization
and information on the use of PPE in accordance with hospital standard operational procedure. IPCN
is expected to be an appropriate role model in the use of PPE, while the head nurse provides
motivation and spirit to the nurses to be more compliant in the procedure when using gloves.
Abstrak
Pendahuluan: Risiko infeksi nosokomial (HAIs) merupakan masalah besar yang dihadapi di seluruh
dunia dan kejadian ini terus meningkat. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada perawat masih
dikategorikan kurang. Penelitian sebelumnya belum menggambarkan kesesuaian penggunaan APD
dengan tindakan yang dilakukan perawat. Penelitian ini bertujun untuk mengidentifikasi gambaran
pemakaian APD di ruang perawatan di rumah sakit.
Metode: Penelitian merupakan penelitian deskriptif dengan metode observasi untuk pengambilan data.
Sampel pada penelitian ini adalah tindakan yang dilakukan perawat, dalam hal ini perawat diamati
kesesuaian penggunaan APD dengan SOP yang ada di rumah sakit. Teknik sampling yang digunakan
adalah accidental sampling pada 67 tindakan penggunaan APD menggunakan lembar observasi sesuai
SOP. Data diolah secara univariat dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.
METODE
Penelitian ini merupakan
jenis penelitian kuantitatif
dengan pendekatan deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa, kejadian yang terjadi
saat sekarang (Notoadmojo,
2012). Proses pengambilan data
dengan menggunakan metode
observasi, yaitu dengan
mengamati perilaku perawat
sesuai dengan instrumen yang
digunakan peneliti. Sampel pada
penelitian adalah tindakan yang
dilakukan oleh perawat pada saat
menggunakan APD, yaitu
Devi Nurmalia, dkk. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri... pp
50
Tabel 2. Kesesuaian Penggunaan Masker
dan Apron
HASIL
Tindakan Sesuai Tidak Sesuai
Data yang telah
terkumpulselanjutnya
diolah secara univariat dan
disajikan dalam bentuk distribusi
frekuensi. Masker 7 (87,5%) 1 (12,5%)
Apron 3 (100%) 0
Tabel 1. Kesesuaian Penggunaan Sarung
Tangan Saat Melakukan Tindakan Berdasarkan pada tabel 2
Keperawatan didapatkan data bahwa sebagian
Tindakan Sesuai Tidak
besar perawat sudah sesuai dalam
Sesuai pemakaian masker dan apron sesuai
Ganti balut luka bersih 0 7 dengan indikasi yang ada.
Memasukkan Obat IV 1 13
28
ABSTRAK
Perawat dalam tindakan keperawatan harus mampu berkomunikasi, komunikasi
yang efektif menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pasien. Penelitian
menunjukkanbahwa komunikasi terapeutik perawat tidak dilaksanakan.,tidak
dilaksanakan komunikasi terapeutik dan tidak puas pada tahap orientasi.,
komunikasi terapeutik perawat tidak dilaksanakan padatahap terminasi
Peneelitian bertujuan untuk mengidentifikasi upaya yang dapat meningkatkan
keterampilan komunikasi efektif perawat pasien. Pendekatan sistematika review
menelusuri jurnal EBSCO E.Journal; Elsevier Science Direct; CINAHL
Complete; google Scholar; ruang lingkup manajemen kepemimpinan
keperawatan; definisi operasional adalah usaha yang dilakukan oleh perawat
dalam memperbaiki pola strategi keterampilan komunikasi menjadi lebih baik
kepada pasien; penelitian ini dilakukan di klinik /di rumah sakit, populasi
penelitian adalah semua perawat klinik/ rumah sakit, sampel penelitian adalah
setiap perawat yang belum memiliki pola strategi, keterampilan komunikasi.,
bahan dan alat utama penelitian kuesioner, lembar observasi. Komunikasi efektif
perawat pasien dengan (1) pelatihan meningkatkan kepercayaan diri perawat
dalam memberikan pelayanan intensif kepada pasien. (2) panduan keterampilan
komunikasi peka budaya setiap pasien meningkatkanketerampilan komunikasi
perawat dan kepuasan pasien.,(3) program komunikasi terapeutik lanjutan
perawat anak,meningkatkan interaksi aman , sehat, menumbuhkan kepercayaan,
memperbaiki pemulihan(4) mini workshop meningkatkan kemampuan
komunikasi. Komunikasi efektif perawat– pasienmelalui upaya
pelatihan.,panduan keterampilan peka budaya.,program komunikasi terapeutik
terencana.,mini workshop.
Kata kunci : Komunikasi efektif, perawat - pasien.
ABSTRACT
Nurses in nursing actions should be able to communicate, effective communication creates a sense of
security and comfort for the patient. Research shows that therapeutic nurse communication is not
implemented, no therapeutic communication is conducted and dissatisfied at the orientation stage,
nurse therapeutic communication is not carried out at termination stage Purpose: To identify efforts
that can improve the effective communication skill of the patient nurse. A systematic review approach
to browse the journal EBSCO E.Journal, Elsevier Science Direct., CINAHL Complete., Google
search., Scope of nursing leadership management, variable operational definition is effort
undertaken by nurses in improving communication strategy skill patterns more both of the nurses of
clinics / hospitals, the research samples are any nurses who do not have a strategy pattern,
communication skills, materials and main tool of questionnaire research, observation sheet. Effective
communication of patient nurses with (1) training improves nurse confidence in providing intensive
services to patients. (2) guidance of culture sensitive communication skills each patient improves
nurse communication skill and patient satisfaction, (3) advanced nursery communication therapeutic
program, improves safe, healthy interaction, cultivates trust, improves recovery (4) mini workshop
enhances communication skill. Effective communication of nurse-patient through training effort,
culture-sensitive skill guide, planned therapeutic communication program, mini workshop.
30
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal
dan tingkah laku orang lain., serta berkomunikasi akan mudah menjalin
berusaha mengubah sikap dan hubungan dengan pasien maupun
tingkah laku itu( Book dalam keluarga (Liljeroos, et al 2011 ).
Cangara, 2014 ).Komunikasi
efektifdi gambarkan sebagai standar Masalah komunikasi sekitar 60 %
praktik keperawatan profesional. disebabkan oleh kesalahan tenaga
Salah satu hal yang dilakukan kesehatan (The Joint Comission
perawat dalam menjaga kerjasama Ascociation, 2012). komunikasi
yang baik dengan klien dalam interpersonal perawat kurang baik
membantu memenuhi kebutuhan yaitu 8 responden 80%, dan tingkat
kesehatan klien, maupun dengan kepuasan pasien lebih dari 50%
tenaga kesehatan lain dalam rangka responden mengatakan tingkat
membantu mengatasi masalah klien kepuasan pasien cukup puas yaitu
adalah dengan berkomunikasi. sebanyak 6 responden 60% (Imam,et
Dengan berkomunikasi perawat al , 2012) menunjukan komunikasi
dapat mendengarkan perasaan klien terapeutik perawat cukup dan tingkat
dan menjelaskan prosedur tindakan stres pasien mayoritas sedang 62,7% ,
keperawatan (Mundakir, 2013). (Prihatiningsih, 2012), keterampilan
komunikasi terapeutik kurang baik
Komunikasi terapeutik dapat dan pasien merasa kurang puas
membantu klien memperjelas beban sebanyak 16 orang 76,2%. (Rorie, et
perasaan pikiran, dapat mengurangi al, 2014).
kecemasan klien. Pelatihan
komunikasi terhadap perawat Indikator komunikasi terapeutik
menjadi point utama meningkatkan perawat tidak dilaksanakan berkisar
ketrampilan komunikasi yang efektif 45.4%, kemudian komunikasi
melalui komunikasi terapeutik yang terapeutik perawat tidak
direncanakan secara sadar dan
dipusatkan serta bertujuan untuk
kesembuhan pasien.Komunikasi
efektif bermanfaat dan berperan
dalam kesembuhan klien,
berhubungan dalam kolaborasi yang
dilakukan perawat dengan tenaga
kesehatan lainnya, dan juga
berpengaruh pada kepuasan klien
dan keluarga. Komunikasi
memegang peranan yang cukup
penting dalam hubungannya dengan
upaya peningkatan kualitas layanan
bagi perawat.(Suryani,2014).Perawat
yang memiliki kemampuan dan
keterampilan baik dalam hal
31
dilaksanakan pada tahap terminasi yaitu perawat dan pasien.
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret
42.6 %, juga komunikasi terapeutik Penelusuran telahTinggi
Sekolah dilakukan dengan
Ilmu Kesehatan
2018 Kendal
pada tahap orientasi tidak menggunakan EBSCO Shot 359
dilaksanakan serta pasien tidak puas jurnal, yakni terdiri 3 Jurnal yang
sebesar 61.9%.(Ibnu, 2009). dalam Full teks Pdf, pencarian Science
pelayanan kesehatan terjadi Direct 9.864 dan menemukan 2
kesalahan (error) 70-80 % yang Jurnal yang Full teks pdf,
disebabkan oleh buruknya googlesearch, artikel yang
komunikasi dan pemahaman dalam ditemukan dari masing masing
tim, kerjasama tim yang baik dapat pencarian berdasarkanpublication
membantu mengurangi masalah date 2012 -2017 dengan kata kunci :
patient safety (WHO effective communication, efforts to
dalamAnggorowati et al, 2017 ). improve, patient nurse.
METODE
Sistematik review dengan jenis
design penelitian yang direview
terdiri dari beberapa jurnal
penelitian dengan study qualitative,
case study, descriptive study dengan
pendekatan qualitative yang
didasarkan pada pembuktian yang
mendasar melalui evidance baseline
data. Kriteria inklusi yaitu semua
jenis penelitian yang akan direview
yaitu upaya meningkatkan
komunikasi efektif perawat pasien.
Pencarianliteratur melalui
penelusuran beberapa artikel yang
telah di publish dengan populasi
32
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal
dimasukan dalam sebuah tabel agar tersebut akan membuat dampak pada
mempermudah dalam membaca hasil praktek keperawatan sangat baik.
ekstraksi.
Penelitian yang dilakukan
olehPehrson et al,
( 2016 ) bahwa 248 perawat dari pusat
HASIL kanker Amerika Serikat berpartisipasi
Berdasarkan analisis artikel dalam sebuah modul CST untuk
didapatkan beberapa upaya menanggapi secara empatik terhadap
meningkatkan komunikasi efektif pasien. Perawat menyelesaikan
pada perawat pasien yakni: penilaian pasien standar (SPA) pra-
a. Pelatihan dan pasca pelatihan. Hasil
Penelitian Sue Duke et al, ( 2014 ) menunjukkan bahwa Perawat merasa
yakni dengan evaluasisecara puas dengan modul tersebut,
konsisten menunjukkan bahwa melaporkan kesepakatan tersebut atau
dampak positif pelatihan dari 434 / kesepakatan kuat untuk 5 dari 6 item
512 peserta (85%) sangat setuju yang menilai kepuasan 96,7% -98,0%
bahwa pelatihan komunikasi tersebut dari waktu. Self-efficacy perawat
telah meningkatkan kepercayaan diri dalam merespon secara empatik
perawat untuk mendekati orang- meningkat secara signifikan sebelum
orang yang menderita, dari 435/511 pasca pelatihan. Selain itu, perawat
peserta (85%) sangat setuju bahwa menunjukkan peningkatan
mereka bersedia berbicara dengan keterampilan empati pada pasca-SPA.
orang-orang yang menderita dan Akhirnya, 88,2% perawat melaporkan
mengatasi masalah emosional pasien, merasa percaya diri dalam
dari 444/501 peserta (87%) sangat menggunakan keterampilan yang
setuju bahwa pelatihan tersebut akan mereka pelajari pasca pelatihan dan
memberi dampak pada praktik melaporkan peningkatan 42-63%
keperawatan. dalam penggunaan
Kuesioner evaluasi menunjukkan
bahwa pelatih telah memberikan
standar keselamatan yang sangat
baik dalam sesi pelatihan perawat
yakni menilai sangat baik (96%).
Jumlah peserta (85%) sangat setuju
bahwa pelatihan telah meningkatkan
kepercayaan diri perawat untuk
memberikan pelayanan yang intensif
pada pasien , perawat sangat setuju
bersedia untuk berbicara dengan
orang-orang yang menderita dan
mengatasi masalah emosional ,
perawat sebagai peserta pelatihan
(87%) sangat setuju bahwa pelatihan
33
keterampilan empatik tertentu.Hasil mempertimbangkan sesi persiapan
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret
menunjukkan bahwa perawat perawat sebelum bertemu
Sekolah Tinggi dengan
Ilmu Kesehatan
2018 Kendal
merasa puas dengan modul tersebut, klien, yang seharusnya sudah
melaporkan kesepakatan tersebut menyadari nilai budaya Asia
atau kesepakatan kuat untuk 5 dari 6 Tenggara, misalnya peraturan sejenis
item yang menilai kepuasan 96,7% - gender untuk membuat klien lebih
98,0% dari waktu. Self-efficacy nyaman, mengetahui niat keluarga
perawat dalam merespon secara klien dalam keputusan klinis,
empatik meningkat secara membuat, mengetahui hak otonomi
signifikan sebelum pasca pelatihan. klien, dan mengetahui kapan dan di
Selain itu, perawat menunjukkan mana mencari bantuan dari perawat
peningkatan keterampilan empati lain atau profesional kesehatan; (2)
pada pasca- SPA. Akhirnya, 88,2% fase "Menyapa", mengingat,
perawat melaporkan merasa percaya membangun kepercayaan, termasuk
diri dalam menggunakan menghargai konteks budaya Asia
keterampilan yang mereka pelajari Tenggara dimana klien mungkin
pascapelatihan dan melaporkan ragu untuk mengatakan keprihatinan
peningkatan 42-63% dalam mereka dan kebanyakan
penggunaan keterampilan empatik menggunakan kata-kata non- verbal
tertentu.Modul CST untuk perawat yang lebih halus, ekspresi, dan
dalam merespons secara empatik kesadaran bahwa salam harus
terhadap pasien menunjukkan mewakili hubungan "keluarga" lebih
kelayakan, akseptabilitas, dan banyak daripada hanya
peningkatan self-efficacy serta menyebutkan nama; (3) fase
penyerapan keterampilan. Modul
CST ini memberikan intervensi
yang mudah ditargetkan untuk
meningkatkan komunikasi perawat-
pasien dan perawatan yang berpusat
pada pasien.
b. Panduan keterampilan komunikasi yang
peka terhadap budaya.
Pada penelitian Mora et al( 2015 )
yakni memiliki jumlah sampel
perawat laki-laki dan perempuan
yang sama di kedua kelompok, yang
secara tidak disengaja
menyeimbangkan kedua kelompok.
Pada kelompok intervensi telah
disimpulkan bahwa perawat
memiliki keterampilan komunikasi
yang lebih baik, dengan nilai p 0,00
dan alpha 0,05 (5%). Hasilnya
didasarkan pada setiap fase seperti
yang ditunjukkan oleh pedoman
komunikasi Gadjah Mada: (1)
Perawat "Siap"fase, dengan
34
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal
PEMBAHASAN
a. Pelatihan
Model pelatihan komunikasi SAGE
dan THYME , sangat efektif karena
memberikan pembinaan, dan
pelatihan kepada perawat yang
menghargai pasien serta fokus pada
penyelesaian masalah pasien itu
sendiri. Menggunakan pelatihan
model komunikasi SAGE &
THYME telah memungkinkan
perawat memiliki rasa percaya diri
yang baik menghadapi setiap pasien
yang mengalami deprasi,
36
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal
DAFTAR PUSTAKA
Anggorowati, Noor, A. R. (2017). Komunikasi
Efektif Dalam Praktek Kolaborasi
Interprofesi Sebagai
UpayaMeningkatkan
Kualitas Pelayanan Journal of Health
Studies, Vol. 1, No.1, Maret 2017: 65-71.
Semarang: Universitas Diponegoro.
45
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2018 Kendal
Mora, C.,Rodianson. T., Patricia. R., Yayi S.P., Christantie. E. (2016). Comparison of Communication
Skills Between Trained and Untrained Students using a Culturally Sensitive Nurse–Client
Communication Guideline in Nurse Education Today.36 (2016) 236–241 2015 Elsevier Ltd. All
rights reserved: Indonesia
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Cet.1
Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika
Prihatiningsih. (2012). Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat Cemas Pasien di Ruang
Melati RSUDKebumen. Gombong: StikesMuhammadiyah.
Rorie,P A.C., Linnie, P.Rivelino, S H. (2014) Hubungan Komunikasi Terapeutik Perwat Dengan
Kepuasan Pasien Diruang Rawat Inap Irina A RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado. Manado:
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.