Anda di halaman 1dari 18

RODA GIGI

A. TEORI DASAR RODA GIGI


Roda gigi mempunyai fungsi antara lain:
- Mentransmisikan daya atau gerakan putar dari satu poros ke poros yang lain.
Tidak terdapat slip sehingga rasio kecepatan dari sistem dapat dipertahankan.
Efisiensinya mendekati 98% sehingga roda gigi banyak dipakai untuk membuat
transmisi motor penggerak ke poros yang digerakan.
- Roda gigi berfungsi sebagai transmisi gerak putar dan daya dari komponen
mesin satu ke lainnya.
- Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang
tepat. Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya
dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang saling berkaitan.
Roda gigi sering digunakan karena dapat meneruskan putaran dan daya yang
lebih bervariasi dan lebih kompak dari pada menggunakan alat transmisi yang
lainnya, selain itu roda gigi juga memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan
dengan alat transmisi lainnya, yaitu:
- Sistem transmisinya lebih ringkas, putarannya lebih tinggi dan dayanya besar.
- Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana.
- Kemampuan menerima beban lebih tinggi.
- Efisiensi pemindahan dayanya tinggi karena faktor terjadinya slip sangat kecil.
- Kecepatan transmisi rodagigi dapat ditentukan sehingga dapat digunakan
dengan pengukuran yang kecil dan daya yang besar.
Roda gigi harus mempunyai perbandingan kecepatan sudut tetap antara dua
poros. Disamping itu terdapat pula roda gigi yang perbandingan kecepatan
sudutnya dapat bervariasi, ada pula roda gigi dengan putaran yang terputus-
putus. Didalam teori, roda gigi pada umumnya dianggap sebagai benda kaku yang
hampir tidak mengalami perubahan bentuk dalam jangka waktu lama.

1. KLASIFIKASI RODA GIGI


Roda gigi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Menurut letak poros
b. Menurut arah putaran
c. Menurut bentuk jalur gigi
a. Menurut letak poros
Menurut letak poros, maka roda gigi diklasifikasikan sebagai berikut:

Letak Poros Roda Gigi Keterangan


Roda gigi lurus,
Klasifikasi atas dasar
Roda gigi Roda gigi miring, bentuk alur gigi
dengan Roda gigi miring ganda,
poros sejajar Roda gigi luar Arah putaran berlawanan
Arah putaran sama
Roda gigi dalam dan pinion,
Gerakan lurus dan
Batang gigi dan pinion, berputar
Roda gigi kerucut lurus,
Roda gigi kerucut spiral,
Klasifikasi atas dasar
Roda gigi - Roda gigi kerucut zerol
bentuk jalur gigi
dengan - Roda gigi kerucut miring
poros - Roda gigi kerucut miring
berpotongan ganda
Roda gigi permukaan dengan Roda gigi dengan poros
berpotongan berbentuk
poros berpotongan,
istimewa
Roda gigi miring silang, Kontak titik
Batang gigi miring silang Gerak lurus dan berputar
Roda gigi cacing silindris,
Roda gigi Roda gigi cacing selubung
dengan ganda (globoid),
poros silang Roda gigi cacing samping
Roda gigi hiperboloid
Roda gigi hipoid,
Roda gigi permukaan silang

b. Menurut arah putaran


Menurut arah putarannya, roda gigi dapat dibedakan atas :
- Roda gigi luar; arah putarannya berlawanan.
- Roda gigi dalam dan pinion; arah putarannya sama.
c. Menurut bentuk jalur gigi
a) Roda gigi lurus (spur gears).
Roda gigi dengan poros sejajar adalah roda gigi dimana giginya berjajar pada
dua bidang silinder (disebut ”bidang jarak bagi”), kedua bidang silinder tersebut
bersinggungan dan yang satu menggelinding pada yang lain dengan sumbu
tetap sejajar. Roda gigi lurus digunakan untuk poros yang sejajar atau paralel.
Dibandingkan dengan jenis roda gigi yang lain roda gigi lurus ini paling mudah
dalam proses pengerjaannya (machining) sehingga harganya lebih murah.
Roda gigi lurus ini cocok digunakan pada sistim transmisi yang gaya
kelilingnya besar, karena tidak menimbulkan gaya aksial.
Ciri-ciri roda gigi lurus adalah:
- Daya yang ditransmisikan < 25.000 Hp
- Putaran yang ditransmisikan < 100.000 rpm
- Kecepatan keliling < 200 m/s
- Rasio kecepatan yang digunakan adalah:
• Untuk 1 tingkat → i < 8
• Untuk 2 tingkat → i < 45
• Untuk 3 tingkat → i < 200
i = Perbandingan kecepatan antara penggerak dengan yang
digerakkan.
- Efisiensi keseluruhan untuk masing-masing tingkat 96% - 99%
tergantung desain dan ukuran.
Jenis-jenis roda gigi lurus antara lain:

(1) Roda gigi lurus (external gearing); umumnya pasangan roda gigi lurus
seperti gambar (a), digunakan untuk menaikkan atau menurunkan putaran
dalam arah yang berlawanan.
(2) Roda gigi dalam (internal gearing); roda gigi ini dipakai jika diperlukan alat
transmisi dengan ukuran kecil dengan perbandingan reduksi besar, karena
pinion terletak didalam roda gigi.
(3) Roda gigi rack dan pinion (rack and pinion gears); merupakan roda gigi
dari sebuah poros yang bersinggungan baik eksternal ataupun internal
dengan roda gigi dalam garis lurus, pasangan antara batang gigi dan pinion
dipergunakan untuk merubah gerakan putar menjadi lurus atau sebaliknya.
(4) Roda gigi permukaan; rodagigi lurus permukaan (gambar c) memiliki dua
sumbu saling berpotongan dengan sudut sebesar 90°.

(a) (b) (c) (d)

Gambar-1 Roda gigi lurus (spur gears)

b) Roda gigi miring (Helical gears)


Roda gigi miring kriterianya hampir sama dengan roda gigi lurus, tetapi dalam
pengoperasiannya roda gigi miring lebih lembut dan tingkat kebisingannya
rendah dengan perkontakan antara gigi lebih dari 1. Roda gigi miring
mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pada silinder jarak bagi, jumlah
pasangan gigi yang saling membuat kontak serentak (disebut ”perbandingan
kontak”) adalah lebih besar dari roda gigi lurus, sehingga pemindahan momen
atau putaran melalui putaran gigi-gigi tersebut dapat berlangsung dengan
halus, sehingga sifat ini sangat baik untuk mentransmisikan putaran tinggi dan
beban besar. Namun roda gigi miring memerlukan bantalan aksial dan kontak
roda gigi yang lebih kokoh, karena jalur gigi yang berbentuk ulir tersebut
menimbulkan gaya reaksi yang sejajar dengan poros.
Ciri-ciri roda gigi miring adalah:
- Arah gigi membentuk sudut terhadap sumbu poros.
- Distribusi beban sepanjang garis kontak tidak uniform.
- Kemampuan pembebanan lebih besar dari pada rodagigi lurus.
- Gaya aksial lebih besar sehingga memerlukan bantalan aksial dan roda
gigi yang kokoh.
Jenis-jenis roda gigi miring antara lain;
(1) Roda gigi miring biasa (a),
(2) Roda gigi miring ganda (b); gaya aksial yang timbul pada gigi yang
mempunyai alur berbentuk V tersebut akan saling meniadakan,
perbandingan reduksi, kecepatan keliling dan daya yang diteruskan dapat
diperbesar, tetapi pembuatannya sulit, dan
(3) Roda gigi miring silang (c).

1)

(a) (b) (c)

Gambar-2 Roda gigi miring

c) Roda gigi kerucut (bevel gears)


Roda gigi ini digunakan untuk mentransmisikan dua buah poros yang saling
berpotongan, dimana bidang jarak bagi merupakan bidang kerucut yang
puncaknya terletak pada titik potong sumbu poros, sudut poros kedua roda gigi
kerucut ini biasanya dibuat 90o.
Jenis-jenis roda gigi kerucut antara lain;
(1) Roda gigi kerucut lurus; dengan bentuk profil gigi lurus adalah yang paling
mudah dibuat dan paling sering dipakai, tetapi roda gigi ini sangat berisik
karena perbandingan kontaknya kecil, juga konstruksinya tidak
memungkinkan pemasangan bantalan pada kedua ujung poros-porosnya.
(2) Roda gigi kerucut spiral; karena mempunyai perbandingan kontak yang
lebih besar maka dapat meneruskan putaran tinggi dan beban besar.
(3) Roda gigi kerucut miring
(4) Roda gigi hipoid; seperti yang digunakan pada roda gigi diferensial pada
mobil, mempunyai jalur gigi berbentuk spiral pada bidang kerucut yang
sumbunya bersilang, dan pemindahan gaya pada permukaan gigi
berlangsung secara meluncur dan menggelinding.seperti dipakai pada.
(a) (b) (c) (d)

Gambar-3 Roda gigi kerucut lurus

d) Roda gigi cacing (worm gears)


Ciri-ciri roda gigi cacing adalah:
- Kedua sumbu saling bersilang dengan jarak sebesar a, biasanya sudut
yang dibentuk kedua sumbu sebesar 90°.
- Kerjanya halus dan hampir tanpa bunyi.
- Umumnya arah transmisi tidak dapat dibalik untuk menaikkan putaran
dari roda cacing ke cacing (mengunci sendiri).
- Perbandingan reduksi bisa dibuat sampai 1 : 150.
- Kapasitas beban yang besar dimungkinkan karena kontak beberapa gigi
(biasanya 2 sampai 4).
- Roda gigi cacing efisiensinya sangat rendah, terutama jika sudut
kisarnya kecil.
Batasan pemakaian roda gigi cacing adalah:
- Kecepatan roda gigi cacing maksimum 40.000 rpm.
- Kecepatan keliling roda gigi cacing maksimum 69 m/s
- Torsi roda gigi maksimum 70.000 kgm.
- Gaya keliling roda gigi maksimum 80.000 kgf
- Diameter roda gigi maksimum 2 m.
- Daya maksimum 1400 HP.
Peningkatan pemakaian roda gigi cacing umumnya, dibatasi pada nilai i antara
1 sampai dengan 5, karena dengan ini bisa digunakan untuk mentransmisikan
daya yang besar dengan efisiensi yang tinggi dan selanjutnya hubungan seri
dengan salah satu tingkat roda gigi lurus sebelum atau sesudahnya untuk
memperoleh reduksi yang lebih besar dengan efisiensi yang lebih baik.
Pemakaian roda gigi cacing meliputi: gigi reduksi untuk semua tipe transmisi
sampai daya 1400 HP, diantaranya pada lift, motor derek, untuk mesin tekstil,
rangkaian kemudi kapal, mesin bor vertikal, mesin freis dan juga untuk
berbagai sistem kemudi kendaraan.

Gambar-4 Roda gigi cacing

Adapun bentuk profil dari roda gigi cacing ditunjukkan pada gambar-5.

N-worm E-worm K-worm H-worm


(a) (b) (c) (d)

Gambar-5 Profil roda gigi cacing

(a) N-worm atau A-worm; gigi cacing yang punya profil trapozoidal dalam
bagian normal dan bagian aksial, diproduksi dengan menggunakan mesin
bubut dengan pahat yang berbentuk trapesium, serta tanpa proses
penggerindaan.
(b) E-worm; gigi cacing yang menunjukkan involut pada gigi miring dengan β
antara 87° sampai dengan 45o.
(c) K-worm; gigi cacing yang dipakai untuk perkakas pahat mempunyai bentuk
trapezoidal, menunjukkan dua kerucut.
(d) H-worm; gigi cacing yang dipakai untuk perkakas pahat yang berbentuk
cembung.
Tipe-tipe roda gigi cacing antara lain:
(1) Roda gigi cacing silindris (a); mempunyai cacing berbentuk silinder dan lebih
umum dipergunakan.
(2) Roda gigi cacing globoid atau cacing selubung (b); dipergunakan untuk beban
besar, karena mempunyai perbandingan kontak yang lebih besar.

(a) (b)

Gambar-6 Roda gigi cacing

2. NOMENKLATUR RODA GIGI DAN UKURANNYA

Gambar-7 Bagian-bagian roda gigi


a. Circular pitch (Lingkaran jarak bagi), adalah lingkaran imajiner yang oleh
aksi putar akan memberikan gerak yang sama pada roda gigi, lingkaran
pitch circle disebut juga dengan pitch diameter. Ukuran roda gigi biasanya
dispesifikasikan oleh pitch circle diameter (PCD).
Jika diameter lingkaran jarak bagi dinyatakan dengan d (mm) dan jumlah
gigi adalah z, maka jarak bagi lingkaran t (mm) adalah:
πd
t=
z
b. Pitch point, adalah titik kontak (titik singgung) antara lingkaran pitch dari
sepasang roda gigi yang berkontak yang juga merupakan titik potong
antara garis kerja dan garis pusat.
c. Pitch surface, adalah permukaan rolling terjadinya kontak.
d. Addendum (tinggi kepala), adalah jarak radial gigi dari pitch circle ke bagian
atas gigi. Sedangkan Addendum circle (lingkaran kepala gigi), yaitu
lingkaran yang membatasi gigi.
e. Dedendum (tinggi kaki), adalah jarak radial gigi pitch circle ke bagian
bawah gigi. Dedendum circle (lingkaran kaki gigi), yaitu lingkaran yang
membatasi kaki gigi.
f. Module (modul), adalah perbandingan dari pitch circle diameter terhadap
jumlah gigi, disimbolkan dengan m, yaitu;
d
m=
z
Modul diperlukan karena lingkaran jarak bagi selalu mengandung faktor π,
pemakaiannya sebagai ukuran gigi dirasakan kurang praktis. Dengan cara
ini modul ditentukan sebagai bilangan bulat atau bilangan pecahan 0,5 dan
0,25 yang lebih praktis, sehingga;
t = π×m
g. Clearance Circle, adalah Jarak radial dari puncak gigi ke gigi bagian
bawah. Atau lingkaran yang bersinggungan dengan lingkaran addendum
dari gigi yang berpasangan.
h. Total depth (kedalaman total), adalah jumlah addendum dan dedendum.
i. Tooth thickness (tebal gigi), adalah lebar gigi diukur sepanjang pitch circle.
j. Top land (puncak kepala), adalah permukaan atas roda gigi.
k. Flank (sisi kaki), adalah permukaan gigi dibawah permukaan pitch.
l. Pressure angle (sudut kontak), adalah sudut yang dibentuk oleh dua buah
gigi pada pitch point atau sudut yang dibentuk dari garis normal dengan
kemiringan dari sisi kepala gigi.
m. Diametral pitch, adalah rasio jumlah gigi terhadap diameter pitch circle,
dalam hal ini diameter lingkaran jarak bagi diukur dalam inch, maka jarak
bagi diametral DP adalah jumlah gigi per inch diameter tersebut. Jika
diameter lingkaran jarak bagi dinyatakan sebagai d” (inch), maka:
z  1
DP =   (Jika DP kecil maka giginya besar).
d "  in 
25,4
m=
DP
n. Pinion, adalah roda gigi yang lebih kecil dalam suatu pasangan roda gigi.
o. Working Depth, jumlah jari-jari lingkaran kepala dari sepasang rodagigi
yang berkontak dikurangi dengan jarak poros.
p. Operating pitch circle, adalah lingkaran-lingkaran singgung dari sepasang
roda gigi yang berkontak dan jarak porosnya menyimpang dari jarak poros
yang secara teoritis benar.
q. Width of space, adalah tebal ruang antara roda gigi diukur sepanjang
lingkaran pitch.
r. Tooth space (lebar ruang), yaitu ukuran ruang antara dua gigi sepanjang
lingkaran pitch.
s. Backlash, adalah selisih antara tebal gigi dengan lebar ruang.

3. PERBANDINGAN PUTARAN DAN PERBANDINGAN RODA GIGI


Jika putaran roda gigi yang berpasangan dinyatakan dengan n 1 (rpm) pada
poros penggerak dan n 2 (rpm) pada poros yang digerakkan, diameter
lingkaran jarak bagi d1 dan d2 (mm) serta jumlah gigi z1 dan z2, maka
perbandingan putaran u adalah:

n 2 d1 m . z1 z1 1
u= = = = =
n1 d 2 m . z 2 z 2 i

z2
Maka; =i
z1
Harga i adalah perbandingan antara jumlah gigi pada roda gigi dan pinion,
disebut perbandingan transmisi atau perbandingan roda gigi. Harga
perbandingan ini umumnya sebesar 4 sampai 5 pada roda gigi lurus standar,
dan dapat diperbesar sampai 7 dengan perubahan kepala. Pada roda gigi
miring dan miring ganda, perbandingannya dapat mencapai 10.

Jarak sumbu poros minimum (mm) dan diameter lingkaran jarak bagi d 1 dan
d 2 (mm) dapat dinyatakan sebagai berikut :

( d1 + d 2 ) m ( z 1 + z 2 )
a= =
2 2

2a 2 a.i
d1 = dan d2 =
1+ i 1+ i

Roda lurus standart, dibentuk pada posisi dimana lingkaran jarak bagi yang
berdiameter z.m menggelinding tanpa slip pada garis datum batang gigi dasar.
Roda-roda gigi yang dihasilkan karena mempunyai sudut tekanan dan modul
yang sama maka dapat saling bekerja sama tanpa tergantung pada jumlah
giginya, disebut dengan roda gigi yang dapat saling dipertukarkan. Ukuran
proporsional roda gigi lurus standart yang didasarkan atas modul diantaranya:

- Diameter luar (diameter kepala) dk

dk = (z + 2) × m

- Tinggi gigi atau kedalaman pemotongan H

H = 2.m + c k

Dimana ck adalah kelonggaran puncak, → ck = 0,25 x m

- Diameter kaki (diameter feet) df

d f = (z − 2 ) × m − 2c k
B. RODA GIGI LURUS
Dalam perancangannya roda gigi berputar bersamaan dengan roda gigi lurus
lainnya dengan nilai perbandingan putaran yang ditentukan. Roda gigi ini dapat
mengalami kerusakan berupa gigi patah, aus atau berlubang-lubang (bopeng)
permukaannya, dan tergores permukaannya karena pecahnya selaput minyak
pelumas. Kekuatan gigi terhadap lenturan dan tekanan permukaan merupakan
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perhitungan kekuatan gigi.

Gambar-8 Gaya pada roda gigi


a) Kekuatan terhadap lenturan
Karena perbandingan kontak adalah 1,0 atau lebih maka beban penuh tidak
selalu dikenakan pada satu gigi tetapi demi keamanan perhitungan dilakukan
atas dasar anggapan bahwa beban penuh dikenakan pada titik perpotongan A
antara garis tekanan dan garis hubung pusat roda gigi, pada puncak gigi
gambar-8. Jika tekanan normal pada permukaan gigi dinyatakan dengan Fn,
maka gaya Fkt (tegak lurus OA) dalam arah keliling atau tangensial pada titik A
adalah:
1) Gaya tangensial (Ft) yang bekerja dalam arah putaran roda gigi:
Ft = Fn . Cos α
Dimana : Ft = Gaya tangensial
Fn = Tekanan normal (gaya normal) pada permukaan gigi
α = Sudut tekanan kerja
2) Jika diameter jarak bagi adalah db1 (mm), maka kecepatan keliling v (m/s)
pada lingkaran jarak bagi roda gigi yang mempunyai putaran n1 (rpm),
adalah:
π × db1 × n1
v=
60 × 1000

3) Hubungan antara daya yang ditransmisikan P (kW) , gaya tangensial Ft (kg)


dan kecepatan keliling v (m/s) , adalah:
Ft × v
P=
102
Jika P menyatakan daya rata-rata maka perlu ditaksir besarnya daya pada
beban puncak dan waktu start. Dalam perencanaan dapat dipergunakan
pemakaian faktor koreksi ƒc pada daya rata-rata unttuk keamanan,
meskipun dapat juga dilakukan pada beban dengan menggunakan faktor
tumbukan dan faktor beban. Namun jika daya yang ditransmisikan
merupakan daya nominal dari sebuah motor listrik, dapat dipilih ƒc = 1.
Pd = ƒc x P
Ft × v
Pd =
102
102 × Pd
Ft =
v

Fr
Fn
α
Ft

Gambar-9 Gaya yang bekerja pada profil gigi


4) Beban gaya tangensial Ft pada puncak gigi:
Jika b adalah lebar sisi, BC = h (tebal gigi), dan AE = l (tinggi total gigi),
maka tegangan lentur σb (kg/mm2) pada titik B dan C (dimana ukuran
penampangnya adalah b x h), dengan beban gaya tangensial Ft maka
besarnya tegangan bangkok (lentur) adalah:

Ft × l
σb =
b × h2 6
h2
Ft = σ b × b ×
6L
Besarnya h2/6l ditentukan dari ukuran dan bentuk gigi, besaran ini
mempunyai dimensi panjang, jika dinyatakan dengan perkalian antara Y
dan modul m maka:
h (6l ) = m × Y
h2
Y=
6l × m
Ft = σ b × b × m × Y

Persamaan ini disebut persamaan lewis yang diperkenalkan sejak tahun


1893, dan Y adalah faktor bentuk gigi. Pada tabel 1 diberikan harga-harga
faktor bentuk gigi untuk profil roda gigi standar dengan sudut kontak 20º.
Karena ada pengaruh dari kecepatan keliling roda gigi, dimana semakin
tinggi kecepatannya maka semakin besar pula variasi beban atau
tumbukan yang terjadi. Untuk itu diperlukan faktor keamanan yang disebut
dengan faktor dinamis (Fv), yang tergantung pada kecepatan keliling dan
ketelitian, sehingga persamaannya menjadi:
Ft = σ b × b × m × Y × FV

5) Beban lentur yang diijinkan persatuan lebar sisi F1b (kg/mm) dapat dihitung
dari besarnya modul (m), faktor bentuk gigi (Y) dari roda gigi estándar
dengan sudut tekanan 20º dan faktor dinamis (Fv), yaitu:
F1b = σ a × m × Y × Fv
dimana; σa = tegangan lentur roda gigi yang diijinkan (kg/mm2)
Dengan demikian lebar sisi gigi b dapat diperoleh:
Ft
b=
F1b
Seperti pada perhitungan lenturan, beban permukaan yang diizinkan
persatuan lebar F1H (kg/mm) dapat diperoleh dari KH, d1, z1, z2, Fv dengan
persamaan:
2z 2
F1H = FV × K H × d o1 ×
z1 + z 2
Dimana; KH = faktor tegangan kontak
d1 = diameter lingkaran jarak
6) Faktor tegangan kontak yang diizinkan pada roda gigi adalah:
K = 2 . FV . KH

7) Seperti pada perhitungan lenturan, beban permukaan yang diizinkan


persatuan lebar F1H (kg/mm) dapat diperoleh dengan persamaan:
2z 2
F1H = FV × K H × d ×
z1 + z 2

Tabel 1, Faktor Bentuk Gigi Y

Jumlah gigi z Y Jumlah gigi z Y


10 0,201 25 0,339
11 0,226 27 0,349
12 0,245 30 0,358
13 0,261 34 0,371
14 0,276 38 0,383
15 0,289 43 0,396
16 0,295 50 0,408
17 0,302 60 0,421
18 0,308 75 0,434
19 0,314 100 0,446
20 0,320 150 0,459
21 0,327 300 0,471
23 0,333 Batang gigi 0,484

(Sularso, Elemen Mesin, hal: 240)


Tabel 2, Faktor Dinamis Fv
3
Kecepatan rendah v = 0,5 ~ 10 m/s FV =
3+v
6
Kecepatan sedang v = 10 ~ 20 m/s FV =
6+v
5,5
Kecepatan tinggi v = 20 ~ 50 m/s FV = 1
5,5 + v 2

(Sularso, Elemen Mesin, hal: 240)


Tabel 3, Tegangan lentur yang diijinkan σa pada bahan roda gigi

Tegangan
Kekuatan
Lambang Kekerasan lentur yang
Kelompok bahan tarik σB
bahan (Brinell) HB diijinkan σa
(kg/mm2)
(kg/mm2)

FC 15 15 140 ~ 160 7
FC 20 20 160 ~ 180 9
Besi cor
FC 25 25 180 ~ 240 11
FC 30 30 190 ~ 240 13

SC 42 42 140 12
Baja cor SC 46 46 160 19
SC 49 49 190 20

S 25 C 45 123 ~ 183 21
Baja karbon untuk
S 35 C 52 149 ~ 207 26
konstruksi mesin
S 45 C 58 167 ~ 229 30

400 (dicelup
S 15 CK 50 dingin dalam 30
Baja paduan dengan minyak)
pengerasan kulit
600 (dicelup
SNC 21 80 35 ~ 40
dingin dalam
SNC 22 100 40 ~ 55
air)
SNC 1 75 212 ~ 255 35 ~ 40
Baja khrom nikel SNC 2 85 248 ~ 302 40 ~ 60
SNC 3 95 269 ~ 321 40 ~ 60

Perunggu 18 85 5
Logam delta 35 ~ 60 – 10 ~ 20
Perunggu fosfor (coran) 19 ~ 30 80 ~ 100 5~7
Perunggu nikel (coran) 64 ~ 90 180 ~ 260 20 ~ 30
Damar phenol, dll. 3~5

(Sularso, Elemen Mesin, hal: 241)


Tabel 4, Faktor tegangan kontak pada bahan roda gigi

Bahan roda gigi (kekerasan HB) kH Bahan roda gigi (kekerasan HB) kH
(kg/mm2) (kg/mm2)
Pinion gear Roda gigi besar Pinion gear Roda gigi besar
Baja (150) Baja (150) 0,027 Baja (400) Baja (400) 0,311
Baja (200) Baja (150) 0,039 Baja (500) Baja (400) 0,329
Baja (250) Baja (150) 0,053 Baja (600) Baja (400) 0,348
Baja (200) Baja (200) 0,053 Baja (500) Baja (500) 0,389
Baja (250) Baja (200) 0,069 Baja (600) Baja (600) 0,569
Baja (300) Baja (200) 0,086 Baja (150) Besi cor 0,039
Baja (250) Baja (250) 0,086 Baja (200) Besi cor 0,079
Baja (300) Baja (250) 0,107 Baja (250) Besi cor 0,130
Baja (350) Baja (250) 0,130 Baja (300) Besi cor 0,139
Baja (300) Baja (300) 0,130 Baja (150) Perunggu fosfor 0,041
Baja (350) Baja (300) 0,154 Baja (200) Perunggu fosfor 0,082
Baja (400) Baja (300) 0,168 Baja (250) Perunggu fosfor 0,135
Baja (350) Baja (350) 0,182 Besi cor Besi cor 0,188
Baja (400) Baja (350) 0,210 Besi cor nikel Besi cor nikel 0,186
Baja (500) Baja (350) 0,226 Besi cor nikel Perunggu fosfor 0,155

(Sularso, Elemen Mesin, hal: 241)

Dalam perencanaan roda gigi lurus, misalkan daya yang akan ditransmisikan,
putaran poros, perbandingan reduksi, dan jarak sumbu poros diketahui, setelah
dilakukan koreksi pada daya yang ditransmisikan maka diameter lingkaran jarak
bagi dapat ditaksir. Selanjutnya modul dapat dipilih untuk sementara dari diagram
pemilihan modul pada gambar-10, diagram ini diperoleh dari lenturan gigi dengan
lebar sisi 10 kali modul pada bahan baja karbon.
Dua macam perhitungan dalam perencanaan roda gigi, yaitu pehitungan
lenturan dan tekanan permukaan. Jika beban yang diijinkan persatuan lebar sisi
telah diperoleh, maka lebar sisi yang diperlukan dihitung atas dasar beban
persatuan lebar yang terkecil. Dari harga ini, lebar sisi sementara dapat dipilih,
kemudian periksalah perbandingan antara lebar dengan modul (b/m), umumnya
nilai perbandingan untuk roda gigi lurus 6 ~ 10, atau umumnya harus kurang dari
10, sekalipun roda gigi besar b dapat sampai 16m, atau perbandingan d/b
minimum 1,5
Gambar-10 Diagram pemilihan modul roda gigi lurus (lenturan)

Anda mungkin juga menyukai