Anda di halaman 1dari 10

POLA PENGGUNAAN OBAT BAHAN ALAM SEBAGAI TERAPI

KOMPLEMENTER PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS

Swandari Paramita*, Ronny Isnuwardana, Muhammad Khairul Nuryanto,


Ruth Djalung, Dewi Guntar Rachmawatiningtyas, Prilandy Jayastri
Labortorium Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
*Corresponding author emaill: swandariparamita@gmail.com

ABSTRACT
Hypertension is a major health problem throughout the world, including Indonesia. The use of traditional
medicine as part of the treatment of hypertension is increasing in the last decade. This is due to several
factors, especially traditional medicine is a cheaper alternative with fewer undesirable side effects. This
study tried to look at the pattern of use of natural medicine as a complementary therapy in hypertensive
patients at the health center. The study is a descriptive study conducted in Puskesmas Sempaja Samarinda in
the period September 2016, interviewing 62 hypertension patients with the use of natural medicine. The
results showed 70.9% of patients with hypertension in the health center also uses natural medicines. All
patients using herbal medicine which in theory is proven to lower blood pressure. However, there is no
natural medicines used include standardized herbal medicine or phytopharmacy. Only 15.2% of patients
using herbal medicine in accordance with the criteria BPOM regulation on herbal medicine. For
conclusions, this study shows the patients still need to be educated for the use of natural medicine in the
management of hypertension.

Keywords: pattern of drug use, natural medicine, hypertension

ABSTRAK
Hipertensi merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Penggunaan obat
tradisional sebagai bagian dari pengobatan hipertensi semakin meningkat dalam dekade terakhir. Hal ini
disebabkan adanya beberapa faktor, terutama harga obat tradisional yang dianggap lebih murah dengan efek
samping yang dianggap lebih sedikit. Penelitian ini mencoba melihat pola penggunaan obat bahan alam
sebagai terapi komplementer pada pasien hipertensi di Puskesmas. Penelitian merupakan studi deskriptif
yang dilakukan di Puskesmas Sempaja Kota Samarinda pada periode September 2016, dengan
mewawancarai 62 pasien hipertensi terkait penggunaan obat bahan alam. Hasil penelitian menunjukkan
70,9% pasien hipertensi di puskesmas juga menggunakan obat bahan alam. Seluruh pasien menggunakan
obat bahan alam yang secara teori memang terbukti menurunkan tekanan darah. Namun demikian tidak ada
obat bahan alam yang digunakan termasuk obat herbal terstandar atau fitofarmaka. Hanya 15,2% pasien yang
menggunakan obat bahan alam yang sesuai dengan peraturan BPOM tentang kriteria jamu. Kesimpulan
penelitian ini menunjukkan masih perlunya edukasi penggunaan obat bahan alam di masyarakat untuk
penatalaksanaan hipertensi.

Kata kunci: pola penggunaan obat, obat bahan alam, hipertensi

Submitted on: 4 April 2017 Accepted on: 17 July 2017

DOI: https://doi.org/10.25026/jsk.v1i7.56

PENDAHULUAN dibiarkan, penyakit ini dapat


Hipertensi adalah suatu keadaan mengganggu fungsi organ-organ lain,
ketika tekanan darah di pembuluh darah terutama organ-organ vital seperti jantung
meningkat secara kronis. Hal tersebut dan ginjal. Kriteria hipertensi yang
dapat terjadi karena jantung bekerja lebih digunakan merujuk pada kriteria
keras memompa darah untuk memenuhi diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil
kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika pengukuran tekanan darah sistolik ≥140

Jurnal Sains dan Kesehatan. 2017. Vol 1. No 7. 367


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Pola Penggunaan Obat Bahan Alam Sebagai Terapi Komplementer Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas

mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 (Delima et al, 2012). Penggunaan obat
mmHg (Kasper et al, 2015). tradisional sebagai bagian dari
Prevalensi hipertensi di Indonesia pengobatan hipertensi semakin
berdasarkan hasil pengukuran tekanan meningkat dalam dekade terakhir. Hal ini
darah sebesar 25,8%. Sebagian besar disebabkan adanya beberapa faktor,
(63,2%) kasus hipertensi di masyarakat terutama harga obat tradisional yang
tidak terdiagnosis. Prevalensi hipertensi dianggap lebih murah dengan efek
di Indonesia, tertinggi di Bangka samping yang dianggap lebih sedikit
Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan (Hussaana et al, 2016). Berdasarkan hal
Selatan (30,8%), Kalimantan Timur tersebut diatas, maka penelitian ini
(29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). bermaksud untuk mengetahui pola
Prevalensi hipertensi yang didapat penggunaan obat bahan alam sebagai
melalui jawaban pernah didiagnosis terapi komplementer pada pasien
tenaga kesehatan sebesar 9,4%, hipertensi di puskesmas.
sedangkan yang pernah didiagnosis
tenaga kesehatan atau sedang minum obat METODE PENELITIAN
hipertensi sendiri sebesar 9,5%. Jadi,
terdapat 0,1% penduduk yang minum Desain Penelitian
obat sendiri, meskipun tidak pernah Penelitian ini bersifat deskriptif
didiagnosis hipertensi oleh tenaga untuk mengetahui pola penggunaan obat
kesehatan (Kemenkes RI, 2013). bahan alam sebagai terapi komplementer
Data Riset Kesehatan Dasar pada pasien hipertensi. Penelitian
(Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan dilakukan di Puskesmas Sempaja Kota
bahwa 30,4% rumah tangga di Indonesia Samarinda sepanjang bulan September
memanfaatkan pelayanan kesehatan 2016.
tradisional, diantaranya 49% rumah
tangga memanfaatkan ramuan obat Subyek Penelitian
tradisional. Sementara itu, Riskesdas Sampel yang digunakan dalam
tahun 2010 menunjukkan 60% penduduk penelitian ini adalah penderita hipertensi
Indonesia diatas usia 15 tahun dan memenuhi kriteria sampel yang
menyatakan pernah minum jamu, dan ditetapkan oleh peneliti. Besar sampel
90% diantaranya menyatakan adanya ditentukan dengan menggunakan rumus
manfaat minum jamu (Aditama, 2014). besar sampel untuk data nominal. Dari
Di dunia internasional, penggunaan perhitungan didapatkan besar sampel
obat tradisional sudah sangat minimal adalah 45 orang. Pengambilan
berkembang, cenderung meningkat, dan sampel dilakukan tanpa acak
diperhitungkan sebagai komponen (nonprabability sampling) dengan teknik
penting dalam pelayanan kesehatan dasar pengambilan consecutive sampling, yaitu
sejak dikeluarkannya Deklarasi Alma-Ata pengambilan sampel pada subjek yang
tahun 1978 dan dibentuknya program datang secara berurutan yang memenuhi
pengobatan tradisional oleh WHO (World kriteria penelitian hingga jumlah sampel
Health Organization). Keseriusan minimal terpenuhi.
pemerintah mendukung pemanfaatan obat
tradisional terlihat dari berbagai peraturan Data dan Instrumen Penelitian
yang ada, terutama sejak dikeluarkannya Data dikumpulkan dengan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang menggunakan kuesioner, dimana
Saintifikasi Jamu pada tahun 2010 kuesioner yang digunakan adalah

Jurnal Sains dan Kesehatan. 2017. Vol 1. No 7. 368


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Pola Penggunaan Obat Bahan Alam Sebagai Terapi Komplementer Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas

kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. warna hijau diatas dasar warna putih
Instrumen penelitian yang dipakai dalam atau warna lain yang menyolok
penelitian ini adalah lembar kuesioner kontras, dan terdapat tulisan
dan kamera untuk mendokumentasikan “Fitofarmaka”.
sediaan obat bahan alam. d. Lain-lain: obat bahan alam yang tidak
termasuk dalam jamu, obat herbal
Variabel Penelitian terstandar, dan fitofarmaka.
Variabel pada penelitian ini
adalah sebagai berikut : Sediaan Obat Bahan Alam
1. Pasien hipertensi Sediaan obat bahan alam adalah
2. Jenis obat bahan alam bentuk obat bahan alam yang digunakan
3. Bentuk sediaan obat bahan alam pasien. Kriteria obyektif sediaan obat
bahan alam adalah:
Definisi Operasional a. Rajangan: sediaan berupa potongan
simplisia atau campuran simplisia
Pasien Hipertensi dengan sediaan galenik, yang sudah
Pasien hipertensi adalah pasien atau belum diseduh dengan air panas.
yang didiagnosis tekanan darah tinggi b. Pil: sediaan yang berbentuk bulat dan
oleh dokter di Puskesmas Sempaja Kota padat.
Samarinda. c. Tablet: sediaan padat, kompak,
dengan bentuk tabung pipih, silindris
Jenis Obat Bahan Alam atau bentuk lain.
Jenis obat bahan alam adalah jenis d. Kapsul: sediaan yang terbungkus
obat yang menggunakan bahan baku dari cangkang keras atau cangkang lunak.
alam. Kriteria obyektif jenis obat bahan e. Serbuk: sediaan berupa butiran
alam adalah: homogen yang halus.
a. Jamu: pada kemasan/wadah/ f. Larutan: sediaan berupa cairan yang
pembungkus/brosur terdapat logo mengandung satu atau lebih bahan
“Ranting Daun Terletak Dalam alam terlarut.
Lingkaran” yang dicetak dengan g. Lain-lain: sediaan yang tidak
warna hijau diatas dasar warna putih termasuk ke dalam bentuk rajangan,
atau warna lain yang menyolok pil, tablet, kapsul, serbuk, dan larutan.
kontras, dan terdapat tulisan “Jamu”.
b. Obat herbal terstandar: pada Pengolahan dan Penyajian Data
kemasan/wadah/pembungkus/brosur Data yang diperoleh ditabulasikan
terdapat logo “Jari-jari Daun menurut frekuensi distribusi dan
Sebanyak 3 Pasang Yang Terletak presentase, pengolahan data dilakukan
Dalam Lingkaran” yang dicetak dengan menggunakan Microsoft Excel
dengan warna hijau diatas dasar 2010. Data disajikan dalam bentuk narasi
warna putih atau warna lain yang dan tabel.
menyolok kontras, dan terdapat
tulisan “Obat Herbal Terstandar”. HASIL DAN PEMBAHASAN
c. Fitofarmaka: pada kemasan/wadah/ Hasil penelitian menunjukkan
pembungkus/brosur terdapat logo sebanyak 44 orang (71%) pasien
“Jari-jari Daun Yang Membentuk menggunakan obat bahan alam sebagai
Bintang Yang Terletak Dalam terapi komplementer hipertensi, seperti
Lingkaran” yang dicetak dengan yang ditunjukkan pada Tabel 1 dan 2.

Jurnal Sains dan Kesehatan. 2017. Vol 1. No 7. 369


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Pola Penggunaan Obat Bahan Alam Sebagai Terapi Komplementer Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas

Sementara itu 58,7% bentuk sediaan obat teori fitofarmaka tentang obat bahan alam
bahan alam yang paling banyak yang terbukti khasiatnya dalam
digunakan pasien adalah berbentuk menurunkan tekanan darah, seperti yang
rajangan, seperti yang ditunjukkan pada ditunjukkan pada Tabel 5. Namun
Tabel 3. demikian hanya 15,2% obat bahan alam
Obat bahan alam yang paling sering yang digunakan sesuai dengan peraturan
digunakan adalah rajangan daun sirsak BPOM tentang kemasan dan kriteria
(23,9%), seperti yang ditunjukkan pada jamu yang baik (BPOM, 2004; BPOM,
Tabel 4. Seluruh obat bahan alam yang 2005).
digunakan ternyata sudah sesuai dengan

Tabel 1. Distribusi penggunaan obat bahan alam yang digunakan sebagai terapi komplementer pada pasien
hipertensi di Puskesmas Sempaja periode September 2016
No Penggunaan Obat Bahan Alam N %
1 Tidak menggunakan 18 29,1%
2 Menggunakan 1 macam 42 67,7%
3 Menggunakan 2 macam 2 3,2%
Jumlah 62 100%

Tabel 2. Distribusi jenis obat bahan alam yang digunakan sebagai terapi komplementer pada pasien
hipertensi di Puskesmas Sempaja periode September 2016
No Jenis Obat Bahan Alam N %
1 Jamu 7 15,2%
2 Obat Herbal Terstandar 0 0%
3 Fitofarmaka 0 0%
4 Lain-Lain 39 84,8%
Jumlah 46 100%

Tabel 3. Distribusi sediaan obat bahan alam yang digunakan sebagai terapi komplementer pada pasien
hipertensi di Puskesmas Sempaja periode September 2016
No Bentuk Sediaan Obat Bahan Alam N %
1 Rajangan 27 58,7%
2 Larutan 12 26,1%
3 Kapsul 7 15,2%
4 Pil 0 0%
5 Tablet 0 0%
6 Serbuk 0 0%
7 Lain-lain 0 0%
Jumlah 46 100%

Jurnal Sains dan Kesehatan. 2017. Vol 1. No 7. 370


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Pola Penggunaan Obat Bahan Alam Sebagai Terapi Komplementer Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas

Tabel 4. Distribusi obat bahan alam yang digunakan sebagai terapi komplementer dan kesesuaian dengan
teori obat bahan alam serta peraturan BPOM pada pasien hipertensi di Puskesmas Sempaja periode
September 2016
Kesesuaian Teori Kesesuaian Peraturan
No Jenis Obat Bahan Alam N %
Obat Bahan Alam BPOM
1. Rajangan daun sirsak 11 23,9% Sesuai Tidak sesuai
2. Rajangan bunga rosella kering 6 13% Sesuai Tidak sesuai
3. Air perasan jus seledri 6 13% Sesuai Tidak sesuai
4. Sari klorofil daun alfalfa 6 13% Sesuai Tidak sesuai
5. Ekstrak kulit manggis 6 13% Sesuai Sesuai
6. Rajangan daun salam 5 10,9% Sesuai Tidak sesuai
7. Jus mentimun 3 6,6% Sesuai Tidak sesuai
8. Rajangan buah mengkudu 2 4,4% Sesuai Tidak sesuai
9. Minyak jintan hitam 1 2,2% Sesuai Sesuai
Jumlah 46 100%

Pola Penggunaan Obat Bahan Alam Tingginya persentase pasien


Hasil penelitian ini menunjukkan hipertensi yang menggunakan obat bahan
bahwa 70,9% pasien hipertensi alam sesuai dengan penelitian oleh
menggunakan obat bahan alam sebagai Delima et al (2012) yang menunjukkan
terapi komplementer. Hal ini sesuai bahwa hipertensi berada di peringkat
dengan penelitian oleh Pujiyanto (2008) pertama dari 10 diagnosis penyakit yang
yang juga menunjukkan bahwa seluruh diobati dengan jamu sebagai
pasien hipertensi dalam penelitiannya komplementer oleh dokter praktik jamu.
selain mengkonsumsi obat modern juga Sementara itu penelitian oleh Widowati
minum obat tradisional dari tumbuh- et al (2016) menunjukkan bahwa
tumbuhan. Penelitian oleh Diana et al hipertensi berada di posisi ketiga untuk
(2008) di Bogor menemukan bahwa penyakit yang paling sering diberikan
48,9% responden penelitian jamu oleh dokter praktik jamu.
mengonsumsi tanaman obat, dengan
tujuan untuk mengobati hipertensi berada Obat Bahan Alam Sebagai Terapi
di urutan keempat (11,4%). Sementara itu Komplementer Hipertensi
penelitian oleh Gusmira (2012) Hasil penelitian ini menemukan
menunjukkan bahwa penurunan tekanan adanya 9 tumbuhan obat yang digunakan
darah diastolik pada kelompok terapi sebagai terapi komplementer hipertensi.
kombinasi obat hipertensi konvensional Seluruh tumbuhan obat tersebut memang
bersama dengan obat bahan alam lebih memiliki dasar teori yang kuat untuk efek
baik dibandingkan kelompok terapi antihipertensi. Daun sirsak merupakan
konvensional. Penelitian oleh Nurhayati obat bahan alam yang paling sering
dan Widowati (2016) menemukan bahwa digunakan, disusul oleh rosella, seledri,
pasien yang menjalani terapi alfalfa, kulit manggis, daun salam,
farmakologis konvensional bersama mentimun, buah mengkudu dan jintan
dengan terapi herbal atau tradisional, hitam. Hasil penelitian ini sedikit berbeda
ternyata memiliki kualitas hidup yang dengan penelitian oleh Pujianto (2008)
lebih baik (29%), jika dibandingkan Tumbuhan obat yang diminum antara lain
dengan pasien yang hanya menjalani adalah sirih, mahkota dewa, salam,
terapi herbal atau tradisional. kecapi, mustajab, kumis kucing, keji
beling, ceplukan, belimbing dan

Jurnal Sains dan Kesehatan. 2017. Vol 1. No 7. 371


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Pola Penggunaan Obat Bahan Alam Sebagai Terapi Komplementer Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas

mentimun. Penelitian oleh Gusmira produknya ke arah fitofarmaka


(2012) menemukan bahwa mentimun (Widowati et al, 2014).
adalah obat bahan alam yang paling
sering digunakan untuk hipertensi, Sirsak (Annona muricata L.)
disusul oleh bawang putih dan rosella. Hasil penelitian ini menunjukkan
Sementara itu penelitian oleh Widowati bahwa pasien hipertensi menggunakan
et al (2014) menunjukkan bahwa dokter rajangan daun sirsak untuk menurunkan
yang melakukan praktik komplementer- tekanan darah. Hal ini sesuai dengan
alternatif, jamu yang terbanyak diberikan penelitian yang menunjukkan bahwa
untuk pasien hipertensi adalah seledri. ekstrak air daun sirsak dapat menurunkan
Urutan persentase terbanyak penggunaan secara signifikan tekanan darah tanpa
jamu untuk hipertensi adalah yang mempengaruhi denyut jantung (Patel dan
mengandung seledri, kumis kucing, Patel, 2016). Efek hipotensif dari ekstrak
pegagan, bawang putih, dan mengkudu. air daun sirsak melalui mekanisme perifer
Kerasionalan dari ramuan yang melibatkan antagonis ion kalsium
hipertensi adalah adanya komponen dengan blokade kanal ion kalsium
tanaman obat sebagai diuretik, anti (Nwokocha et al, 2012). Efek hipotensif
andregenik, simpatikolitik dan lancarnya daun sirsak disebabkan oleh kandungan
peredaran darah. Komisi Nasional alkaloid seperti coreximine, anomurine,
Saintifikasi Jamu telah menyusun FJA dan reticulin, serta beberapa komponen
(Formula Jamu Antihipertensi) yang minyak esensial seperti b-caryophyllene
mengandung komposisi yaitu herba (Coria-Tellez et al, 2016).
seledri (Apium graveolens L.), daun
kumis kucing (Orthosiphon aristatus Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
(Blume) Miq.), herba pegagan (Centella Hasil penelitian ini menunjukkan
asiatica (L.) Urb.), herba meniran bahwa pasien hipertensi menggunakan
(Phyllanthus niruri L.), rimpang temu rajangan bunga rosella kering untuk
lawak (Curcuma zanthorrhiza Roxb.) dan menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai
rimpang kunyit (Curcuma longa L.) dengan penelitian yang menunjukkan
(Hussaana et al, 2016). bahwa ekstrak air bunga rosella memiliki
Hasil penelitian ini menemukan efek antihipertensi (Mojiminiyi et al,
bahwa hanya 15,2% obat bahan alam 2007). Efek antihipertensi rosella melalui
yang digunakan sesuai dengan peraturan berbagai mekanisme, yaitu peningkatan
BPOM tentang kemasan dan kriteria produksi nitrit oksida, penghambatan
jamu yang baik. Seledri sendiri kanal ion kalsium dan pembukaan kanal
merupakan komponen utama produk ATP kalium (Al Disi et al, 2016). Rosella
fitofarmaka satu-satunya untuk juga memiliki efek diuretik, yang
hipertensi, yaitu Tensigard®. Produk ini mekanisme kerjanya serupa dengan obat
ternyata tidak banyak digunakan oleh penurun tekanan kelompok diuretik (Da-
dokter, walaupun merupakan suatu Costa-Rocha et al, 2014), dan efek
sediaan yang sudah resmi dapat penghambatan pada Angiotensin
digunakan dalam pelayanan kesehatan Converting Enzyme (ACE), yang
formal. Penggunaan fitofarmaka oleh mekanisme kerjanya serupa dengan obat
dokter kurang menggembirakan, penurun tekanan kelompok ACE
walaupun telah didukung evidence base inhibitor (Ojeda et al, 2010). Kandungan
uji klinik. Hal inilah yang menyebabkan anthocyanins yang terkandung dalam
industri masih enggan mengembangkan rosella berperan dalam efek

Jurnal Sains dan Kesehatan. 2017. Vol 1. No 7. 372


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Pola Penggunaan Obat Bahan Alam Sebagai Terapi Komplementer Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas

antihipertensi, selain juga terdapat peran Daun Salam (Syzygium polyanthum


dari polifenol dan hibiscus acid (Hopkins (Wight) Walp.)
et al, 2013). Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pasien hipertensi menggunakan
Seledri (Apium graveolens L.) rajangan daun salam untuk menurunkan
Hasil penelitian ini menunjukkan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan
bahwa pasien hipertensi menggunakan air penelitian di Kutai Kartanegara,
perasan jus seledri untuk menurunkan Kalimantan Timur, yang menunjukkan
tekanan darah. Hal ini sesuai dengan FJA bahwa masyarakat disana menggunakan
(Formula Jamu Antihipertensi) yang daun salam sebagai tumbuhan obat untuk
disusun oleh Komisi Nasional diare, kencing manis dan asam urat
Saintifikasi Jamu, mengandung (Widyawati dan Rizal, 2015). Mekanisme
komposisi diantaranya herba seledri. kerja daun salam sebagai antihipertensi
Tumbuhan ini mengandung flavonoid melalui pelibatan reseptor beta adrenergik
(apiin dan apigenin) serta kumarin dan kolinergik dengan produksi nitrit
(Hussaana et al, 2016). Efek oksida (Ismail et al, 2013), dan melalui
antihipertensi seledri melalui mekanisme penghambatan ACE (Puspitasari et al,
penghambatan kanal ion kalsium 2015).
(Tashakori-Sabzevara et al, 2016), dan
penghambatan pada ACE Mentimun (Cucumis sativus L.)
(Simaratanamongkol et al, 2014). Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pasien hipertensi menggunakan
Alfalfa (Medicago sativa L.) jus mentimun untuk menurunkan tekanan
Hasil penelitian ini menunjukkan darah. Hal ini sesuai dengan penelitian
bahwa pasien hipertensi menggunakan yang menunjukkan bahwa pemberian jus
sari klorofil dari daun alfalfa untuk mentimun dapat menurunkan secara
menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai signifikan tekanan darah diastolik antara
dengan penelitian yang menunjukkan kelompok perlakuan dibandingkan
bahwa alfalfa memiliki efek untuk dengan kelompok kontrol (Muniroh et al,
mengurangi tekanan darah pada tikus 2007).
percobaan yang dibuat hipertensi
(Martinez et al, 2016). Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Hasil penelitian ini menunjukkan
Manggis (Garcinia x mangostana L.) bahwa pasien hipertensi menggunakan
Hasil penelitian ini menunjukkan rajangan buah mengkudu untuk
bahwa pasien hipertensi menggunakan menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai
ekstrak kulit manggis untuk menurunkan dengan penelitian di Kutai Kartanegara,
tekanan darah. Hal ini sesuai dengan Kalimantan Timur, yang menunjukkan
penelitian tentang mekanisme kerja bahwa masyarakat disana menggunakan
manggis sebagai antihipertensi melalui buah mengkudu sebagai tumbuhan obat
antagonis ion kalsium (Hemshekhar et al, untuk menurunkan tekanan darah tinggi,
2011). Komponen fenolik dari manggis kolesterol, melancarkan peredaran darah
dapat mencegah terjadinya vasokonstriksi dan membersihkan kandung kemih
pembuluh darah melalui mekanisme (Widyawati dan Rizal, 2015). Pemberian
vasodilatasi langsung dan pembangkitan jus mengkudu menurunkan tekanan darah
nitrit oksida (Abdallah et al, 2016). tinggi secara signifikan, terutama pada
tekanan darah sistolik (Ali et al, 2016).

Jurnal Sains dan Kesehatan. 2017. Vol 1. No 7. 373


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Pola Penggunaan Obat Bahan Alam Sebagai Terapi Komplementer Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas

Ekstrak daun dan buah mengkudu dapat [2]. Aditama TY. (2014). Jamu dan Kesehatan.
menurunkan tekanan darah hewan coba Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
yang dibuat menjadi hipertensi (Wigati et Indonesia. Jakarta.
al, 2017). Mekanisme kerja jus [3]. Al Disi SS, Anwar MA, Eid AH. (2016).
mengkudu sebagai antihipertensi melalui Anti-hypertensive Herbs and their
penghambatan ACE (Singh, 2012). Mechanisms of Action: Part I. Frontier of
Pharmacology. 6:323. doi:
10.3389/fphar.2015.00323.
Jintan Hitam (Nigella sativa L.) [4]. Ali M, Kenganora M, Manjula SN. (2016).
Hasil penelitian ini menunjukkan Health Benefits of Morinda citrifolia (Noni):
bahwa pasien hipertensi menggunakan A Review Pharmacognosy Journal. 8(4):
minyak jintan hitam untuk menurunkan 321-334.
tekanan darah. Hal ini sesuai dengan [5]. Badan Pengawas Obat dan Makanan
[BPOM]. (2004). Peraturan Kepala Badan
penelitian bahwa pemberian minyak Pengawas Obat dan Makanan No.
jintan hitam selama 8 minggu dapat HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok
menurunkan tekanan darah (Huseini et al, Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan
2013). Mekanisme kerja ekstrak jintan Alam Indonesia.
hitam sebagai antihipertensi melalui [6]. Badan Pengawas Obat dan Makanan
[BPOM]. (2005). Keputusan Kepala Badan
mekanismenya sebagai diuretik Pengawas Obat dan Makanan No.
(Tembhurne et al, 2014), dan melalui HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan
penghambatan kanal ion kalsium (Al Disi Tatalaksana Pendaftaran Obat Tradisional,
et al, 2016). Obat Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka.
[7]. Coria-Tellez AV, Montalvo-Gonzalez E,
Yahia EM, Obledo-Vazquez EN. (2016).
KESIMPULAN Annona muricata: A comprehensive review
Sebagian besar pasien hipertensi on its traditional medicinal uses,
menggunakan obat bahan alam selain phytochemicals, pharmacological activities,
obat hipertensi konvensional. Seluruh mechanisms of action and toxicity. Arabian
pasien menggunakan obat bahan alam Journal of Chemistry.
http://dx.doi.org/10.1016/j.arabjc.2016.01.00
yang secara teori memang terbukti 4.
menurunkan tekanan darah. Namun [8]. Da-Costa-Rocha I, Bonnlaender B, Sievers
demikian hanya 15,2% pasien yang H, Pischel I, Heinrich M. (2014). Hibiscus
menggunakan obat bahan alam sesuai sabdariffa L. – A phytochemical and
dengan peraturan BPOM tentang kriteria pharmacological review. Food Chemistry.
165: 424-443.
jamu. Hasil penelitian ini menunjukkan [9]. Delima D, Widowati L, Astuti Y, Siswoyo
masih perlunya edukasi penggunaan obat H, Gitawati R, Purwadianto A. (2012).
bahan alam di masyarakat sebagai terapi Gambaran Praktik Penggunaan Jamu Oleh
komplementer untuk hipertensi. Dokter di Enam Provinsi di Indonesia.
Buletin Penelitian Kesehatan. 40(3): 109-
122.
DAFTAR PUSTAKA [10]. Diana R, Roosita K, Khomsan A. (2008).
Life Style, Supplement Consumption,
[1]. Abdallah HM, El-Bassossy HM, Mohamed Traditional Medicine (Jamu), Medical
GA, El-Halawany AM, Alshali KZ, Banjar Plants, and Health Status of Elderly at Bogor
ZM. (2016). Phenolics from Garcinia District. Jurnal Gizi dan Pangan. 3(2): 118-
mangostana alleviate exagerrated 123.
vasoconstriction in metabolic syndrome [11]. Gusmira S. (2012). Evaluasi penggunaan
through direct vasodilatation and nitric oxide antihipertensi konvensional dan kombinasi
generation. BMC Complementary and konvensional-bahan alam pada pasien
Alternative Medicine. 16: 359. hipertensi di puskesmas wilayah Depok.
Makara Kesehatan. 16(2): 77-83.

Jurnal Sains dan Kesehatan. 2017. Vol 1. No 7. 374


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Pola Penggunaan Obat Bahan Alam Sebagai Terapi Komplementer Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas

[12]. Hemshekhar M, Sunitha K, Santhosh MS, extract of the calyx of Hibiscus sabdariffa.
Devaraja S, Kemparaju K, Vishwanath BS, Fitoterapia. 78: 292-297.
Niranjana SR, Girish KS. (2011). An [21]. Muniroh L, Wirjatmadi B, Kuntoro K.
overview on genus Garcinia: phytochemical (2007). Pengaruh Pemberian Jus Buah
and therapeutical aspects. Phytochem Rev. Belimbing dan Mentimun terhadap
10: 325-351. Penurunan Tekanan Darah Sistolik dan
[13]. Hopkins AL, Lamm MG, Funk JL, Diastolik Penderita Hipertensi. The
Ritenbaugh C. (2013). Hibiscus sabdariffa Indonesian Journal of Public Health. 4(1):
L. in the treatment of hypertension and 25-34.
hyperlipidemia: A comprehensive review of [22]. Nurhayati N, Widowati L. (2016). Herbal
animal and human studies. Fitoterapia. 85: therapy and quality of life in hypertension
84-94. patients at health facilities providing
[14]. Huseini HF, Amini M, Mohtashami R, complementary therapy. Health Science
Ghamarchehre ME, Sadeqhi Z, Kianbakht S, Journal of Indonesia. 7: 32-36.
Huseini AF. (2013). Blood Pressure [23]. Nwokocha CR, Owu DU, Gordon A,
Lowering Effect of Nigella sativa L. Seed Thaxter K, McCalla G, Ozolua RI, Young L.
Oil in Healthy Volunteers: A Randomized, (2012). Possible mechanisms of action of the
Double-Blind, Placebo-controlled Clinical hypotensive effect of Annona muricata
Trial. Phytotherapy Research. 27: 1849- (soursop) in normotensive Sprague-Dawley
1853. rats. Pharmaceutical Biology. 50(11): 1436-
[15]. Hussaana A, Sarosa H, Indrayani UD, 1441.
Chodidjah C, Widiyanto B, Pertiwi D. [24]. Ojeda D, Jiménez-Ferrer E, Zamilpa A,
(2016). Formula Jamu Antihipertensi and Herrera-Arellano A, Tortoriello J, Alvarez
captopril are equally effective in patients L. (2010). Inhibition of angiotensin
with hypertension. Universa Medicina. convertin enzyme (ACE) activity by the
35(2): 81-88. anthocyanins delphinidin- and cyanidin-3-O-
[16]. Ismail A, Mohamed M, Sulaiman SA, sambubiosides from Hibiscus sabdariffa.
WanAhmad WAN. (2013). Autonomic Journal of Ethnopharmacology. 127: 7-10.
Nervous System Mediates the Hypotensive [25]. Patel S, Patel JK. (2016). A review on a
Effects of Aqueous and Residual Methanolic miracle fruits of Annona muricata. Journal
Extracts of Syzygium polyanthum (Wight) of Pharmacognosy and Phytochemistry.
Walp. var. polyanthum Leaves in 5(1): 137-148.
Anaesthetized Rats. Evidence-Based [26]. Pujiyanto P. (2008). Faktor Sosio Ekonomi
Complementary and Alternative Medicine. yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum
http://dx.doi.org/10.1155/2013/716532. Obat Antihipertensi. Jurnal Kesehatan
[17]. Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Fauci Masyarakat Nasional. 3(3): 139-144.
AS, Longo DL, Loscalzo J. (2015). [27]. Puspitasari RT, Hakim R, Damayanti DS.
Harrison’s Principles of Internal Medicine. (2015). Studi In Silico Dekokta Daun Salam
Nineteenth Edition. 1669-1680. McGraw (Syzygium polyanthum) Terhadap
Hill Education. New York. Angiotensin Converting Enzyme. Jurnal
[18]. Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kedokteran Komunitas. 3(1): 191-199.
Kesehatan Dasar Tahun 2013. Badan [28]. Simaratanamongkol A, Umehara K,
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Noguchi H, Panichayupakaranant P. (2014).
72-77. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. Identification of a new angiotensin-
[19]. Martinez R, Kapravelou G, Porres JM, converting enzyme (ACE) inhibitor from
Melesio AM, Heras L, Cantarero S, Gribble Thai edible plants. Food Chemistry. 165: 92-
FM, Parker H, Aranda P, Lopez-Jurado M. 97.
(2016). Medicago sativa L., a functional [29]. Singh DR. (2012). Morinda citrifolia L.
food to relieve hypertension and metabolic (Noni): A review of the scientific validation
disorders in a spontaneously hypertensive rat for its nutritional and therapeutic properties.
model. Journal of Functional Foods. 26: Journal of Diabetes and Endocrinology.
470-484. 3(6): 77-91.
[20]. Mojiminiyi FBO, Dikko M, Muhammad [30]. Tashakori-Sabzevara F, Razavib BM,
BY, Ojobor PD, Ajagbonna OP, Okolo RU, Imenshahidic M, Daneshmandia M, Fatehia
Igbokwe UV, Mojiminiyi UE, Fagbemi MA, H, Sarkarizi YE, Mohajeric SA. (2016).
Bello SO, Anga TJ. (2007). Evaluation of mechanism for
Antihypertensive effect of an aqueous

Jurnal Sains dan Kesehatan. 2017. Vol 1. No 7. 375


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Pola Penggunaan Obat Bahan Alam Sebagai Terapi Komplementer Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas

antihypertensive and vasorelaxant effects of [33]. Widyawati AT, Rizal M. (2015). Upaya
hexanic and hydroalcoholic extracts of pemberdayaan apotik hidup di perkotaan
celery seed in normotensive and melalui deskripsi dan manfaat tanaman obat.
hypertensive rats. Brazilian Journal of Prosiding Seminar Nasional Masyarakat
Pharmacognosy. 26: 619-626. Biodiversitas Indonesia. 1(8): 1890-1895.
[31]. Tembhurne SV, Feroz S, More BH, [34]. Wigati D, Anwar K, Sudarsono S, Nugroho
Sakarkar DM. (2014). A review on AE. (2017). Hypotensive Activity of
therapeutic potential of Nigella sativa Ethanolic Extracts of Morinda citrifolia L.
(kalonji) seeds. Journal of Medicinal Plants Leaves and Fruit in Dexamethasone-Induced
Research. 8(3): 167-177. Hypertensive Rat. Journal of Evidence-
[32]. Widowati L, Siswanto S, Delima D, Based Complementary & Alternative
Siswoyo H. (2014). Evaulasi Praktik Dokter Medicine. 22(1): 107-113.
yang Meresepkan Jamu Untuk Pasien
Penderita Penyakit Degenerative di 12
Propinsi. Media Litbangkes. 24(2): 95-102.

Jurnal Sains dan Kesehatan. 2017. Vol 1. No 7. 376


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082

Anda mungkin juga menyukai