Parasitologi 3 ENTOMOLOGI 1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 100

ENTOMOLOGI KESEHATAN

(EKTOPARASIT/Arthropoda Pengganggu)

Bed bugs, Flea, Lice, tick and


mite
Bed Bug (Kutu Busuk, Kepinding)
Klasifikasi

 Filum : Arthropoda
 Kelas : Insecta
 Ordo : Hemiptera
 Famili : Cimicidae
 Genus : Cimex
Amerika, Eropa
Terdiri dari 74 spesies, 22 genus
dan Daerah
dan 6 subfamili
Subtropik

Content Dua spesies penting ; Daerah Tropis


1. Cimex lectularius termasuk
Title 2. Cimex hemipterus Indonesia

Cimex selain mengisap darah


manusia juga mengisap darah
hewan lain seperti ungags dan
kelelawar
Perbedaan spesies
Cimex hemipterus
Cimex
Cimex lectularius
Moderately excavated Deeply excavated
Habitat
Rumah, Hotel, Rumah sakit, Homeless
Apartemen, Asrama shelters

Jok Bis, Kapal


Nursing homes Bioskop
Laut

Sofa, tempat Celah/retakan


Furniture
tidur dinding
Morfologi Telur
 Telur
 Warna Putih atau kream dengan panjang 1
mm
 Sticky, menempel pada permukaan dan
memilki operculum
 Diletakkan berkelompok, ~200 per female
 Betina menghasilkan 200-500 butir selama
hidup

 Nimfa
 5 instar
 Berukuran kecil 1mm
 Transparan
 1x mengisap darah per instar
Morfologi Dewasa

 Tubuh berbentuk oval, pipih dorsoventral


 Ukuran tubuh 4-6 mm
 Warna cokelat kekuningan sampai cokelat gelap
 Tubuh terdiri dari kepala, toraks, abdomen
 Kepala pendek dan lebar, memiliki sepsasang antenna
yang ,dengan sepasang mata yang menonjol di lateral
 Alat mulut yang khas sebagai Probosis terdapat di
bagian ventral kepala, bila menghisap darah probosis
akan terjulur dan dapat bergerak turun naik dan
terlipat ke belakang bila tidak digunakan
 Sayap tidak berkembang
Cimex betina dan jantan
 Abdomen terdiri dari 8 ruas
 Cimex jantan memiliki ujung
abdomen yang lebih tajam
(pointed) dibandingkan betina.
 Pada bagian ventral ruas
abdomen keempat Cimex
betina terdapat celah yang
disebut organ Barlese (ribaga)
yang merupakan tempat masuk
dan berkumpulnya sperma
(mesospermalege)
Organ Reproduksi
Siklus Hidup
Perilaku

 Bentuk tubuh yang pipih menyebabkan Cimex mampu merayap dan masuk ke dalam
celah yang sangat sempit
 Setelah mengisap darah Cimex akan bersembunyi di celah-celah selama beberapa dari
kemudian bertelur
 Nimfa dan dewasa Cimex pada siang hari bersembunyi di celah-celah/retakan yang gelap
dan kering seperti lantai, kasur/tempat tidur, Sofa, atap, furniture, kusi dll.
 Cimex jantan dan betna serta nimfa semuanya menghisap darah
 Aktif mengisap darah pada malam hari
 Cimex hidup berkelompok dalam jumlah besar
 Dapat menyerang hewan dan manusia, tusukan bagian mulut Cimex menyakitkan dan
menimbulkan kegatalan dan terkadang membengkak serta iritasi
 Mengeluarkan bau busuk yang khas sehingga bau menjadi
tanda keberadaan Cimex dan akan defekasi terjadi pada
saat menghisap darah
 Noda ekskreta terlihat berupa titik-titik coklat kehitaman
pada seprei, dinding ataupun wallpaper.
 Kutu busuk sangat rentan terhadap kelembaban yang
tinggi dan suhu di ats 44-45 oC
 Temperatur mempengaruhi lama hidup Cimex
At 37° C, females live an average of 32 days while males
live an average of 29 days
At 10° C, females live an average of 425 days while males
live an average of 401 days
Faktor Cimex sangat berpotensi sebagai
vektor penyakit

1) Spesies hematofagus obligat


2) Mengisap darah beberapa kali selama masa hidup (Pradewasa-Dewasa)
3) Di hotel-hotel atau tempat penginapan lain mereka dapat mengisap darah
orang yang berbeda sehingga dapat menularkan penyakit dari seseorang ke
orang lain
4) Dalam Kondisi laboratorium mereka dapat diinfeksi dengan berbagai jenis
patogen (Salmonella, Shigella, E.coli, Clostridium, Staphilococcus dan lainnya)
5) Dalam percobaan laboratorium, terbukti Cimex dapat menjadi vektor
beberapa penyakit (chaga’s disease, hepatitis, oriental sore)
Kepentingan :
 Gigitan Cimex dapat menimbulkan reaksi alergi,
urtikaria
 Defisiensi zat besi pada anak-anak (India), akibat gigitan
yang berulang dan infestasi berat
 Kontaminasi feses pada luka
 Defisiensi zat besi pada anak-anak di India
 Vektor biologis dan mekanis virus hepatitis B di (Fecal
contamination)
 Vektor penyakit Tularemia oleh patogen Pasteurella
tularensis
Flea (Pinjal)
Klasifikasi

 Filum: Arhtropoda
 Kelas: Insekta
 Ordo: Siphonaptera
• Terdapat 2500 jenis pinjal diseluruh dunia dari
239 genera

• Famili yang terpenting sebagai ektoparasit


adalah family Pulicidae

Pulex iritans Tunga


(Pinjal manusia) (Pinjal Chigoe)

Ctenocephalides felis Xenopsylla cheopis


(Pinjal Kucing) (Pinjal tikus)

Echidnophaga Ctenocephalides canis


(Pinjal ayam) (Pinjal anjing)
Morfologi Telur – Larva - Pupa

 Telur berbentuk oval berwarna putih kekuningan


dan berukuran sangat kecil
 Larva terdiri atas 13 ruas dan tidak memiliki kaki.
LARVA bermulut mandibulata (segala bahan
organik terutama debris inang & feses kering
pinjal dewasa)
 Pupa terdapat dalam suatu jalinan benang yang
dihasilkan oleh kelenjar ludah dan membentuk
kokon
Morfologi Dewasa
 Tubuh dewasa pipih bilateral tidak memiliki
sayap dengan ukuran 1-4 mm
 Warna kuning terang hingga cokelat tua
 Memiliki 3 pasang tungkai yang panjang dan
berkembang biak untuk lari dan melompat
 Tubuh dan tungai tertutup oleh rambut kasar
dan halus
 Kepala kecil berbentuk segitiga dengan
sepasang mata dan 3 ruas antenna yang
berada pada lekuk antenna belakang mata
dan alat mulut mengarah ke bawah
 Pada beberapa jenis, di dasar tepi kapsul
kepala terdapat sederet duri besar yang
disebut sisir gena (genal ctenidium)
 Alat reproduksi jantan adalah penis
aedeagus, betina memiliki spermateka.
“sensilium”
=
“pygidium”

“ctenidium” = “comb”, e.g. “genal


comb” = “genal ctenidium”
Male and Female of Fleas

 Pinjal jantan memiliki alat genital berbentuk setengah lingkaran seperti siput yang
tampak tembus pandang pada pertengahan abdomen serrta sepasang antena yang lebih
panjang dari antena miliki pinjal betina.
 Sedangkan pinjal betina memiliki kantong sperma (spermateka) yang berbentuk koma.
Spermateka berfungsi untuk menampung sperma di saat perkawinan.
SIKLUS HIDUP
PERILAKU
 Metamorfosis sempurna (holometabola), dimulai dengan Telur,
Larva (2-3 instar), Pupa (dalam kokon), dan Dewasa.
 DEWASA bersifat fototrofik negatif dan tinggal di rambut inang,
tidak semua host spesific,
 jantan dan betina menghisap darah sebagai parasit eksklusif.
 Pinjal memiliki tubuh tangguh yang mampu menahan tekanan
yang besar, sehingga pinjal dapat beradaptasidalm bertahan
hidup ketika inang mencoba untuk menghilangkannya dengan
cara menggaruk.
 Kemampuan melompat meningkatkan potensi sebagai parasit,
karena otot kaki mengandung resilin.
 Tahan banting dari ketinggian 100x tinggi tubuhnya
Rahasia lompatan Pinjal
menjadikan pinjal sebagai salah satu jumper terbaik dari semua
hewan yang diketahui

 Lompatan pinjal sangat cepat


dan kuat sehingga melebihi
kemampuan otot
 Pinjal menyimpan energi otot
karena pada otot kaki
terdapat protein resilin yang
bersifat elastis
 Resilin sangat cepet dirilis
oleh otot (seperti manusia
yang menggunakan busur
dan panah)

Resilin

Source: animals.howstuffworks.com
Apa artinya 200x panjang tubuh ?

=
160 CM

Lompatan kutu anjing = 200 x panjang tubuh


= 200 x 160 cm
= 32000 cm
= 320 m
Apa artinya 100x tinggi tubuh ?

=
160 CM

Lompatan kutu anjing = 100 x tinggi tubuhnya


= 100 x 160 cm
= 16000 cm
= 160 m
Peran :
 Gangguan fisik/psikis karena gigitan pinjal
dewasa menimbulkan (kegatalan, alergi,
dermsatitis, alopesia, gelisah/stress)
 Vektor mekanik berbagai penyakit (bakteri dan
virus yang terkontaminasi dengan tinja)
 Iritasi -saliva pinjal
 Menghisap darah (anemia, penurunan
produksi, dan sebagainya)
 Vektor beberapa penyakit seperti
Pes/Sampar/Plague (Pasteurella pestis) oleh X.
cheopis dan P. irritans.
 Inang antara cacing pita anjing Diphyllidium caninum oleh C. canis
dan C. felis,
 cacing pita tikus Hymenolepis diminuta & H. nana oleh P. irritans,
 N. fasciatus, X. cheopis dan Leptopsylla segnis  cacing parasit
insidental manusia (terutama anak-anak).
 Vektor beberapa penyakit seperti Pes/Sampar/Plague (Pasteurella
pestis) oleh X. cheopis dan P. irritans.
Vektor beberapa penyakit seperti Pes/Sampar/Plague-black
death (Pasteurella pestis) oleh X. cheopis dan P. irritans.
 Kerusakan kulit manusia akibat infestasi
Tunga penetrans (chigoe, chigger, burrowing
flea).
KUTU PENGISAP DAN PENGGIGIT SEBAGAI
VEKTOR PENYAKIT
KLASIFIKASI

 Filum: Arhtropoda
 Kelas: Insecta
 Ordo: Phthiraptera
 Subordo:
1. Kutu Penggigit/Mallophaga (Kelompok Amblycera dan Ischnocera)-Kutu pada
anjing, mamalia, ayam, kangguru, marmut, burung
2. Kutu Peralihan/Rhynchopthrina (Kelompok kutu pada gajah)-
Haematomomyzus elephantis
3. Kutu Pengisap/Anoplura (terdiri dari 7 family: Kutu yang penting pada
manusia adalah dari family Pthridae dan Pediculidae
Parasit Obligat (seluruh Terdapat 3000 jenis kutu di
hidupnya berada dan dunia
tergantung oleh tubuh inang

Description of
the contents

Jenis-jenis kutu dapat 3 jenis kutu yang menyerang


menginekfeksi manusia manusia : Pediculus
dapat menularkan patogen humanus capitis, P.
sehingga potensial sbg humanus corporis dan
vektor Phthirus pubis
Prosessus tibia or “Tibial thumb”
Pediculus humanus capitis
(head louse=kutu kepala)
Morfologi Telur dan Nimfa
 Telur (nits) berbentuk oval,
dilengkapi dengan operculum
berwarna putih, direkatkan
dengan zat semacam semen
sehingga menempel erat pada
rambut
 Betina bertelur hingga 150 butir
(nits) dan akan menetas menjadi
nimfa setelah 3-10 hari
 Nimfa berwarna keputih-putihan
dan mengalami 3 kali moulting
Morfologi Dewasa

 Berukuran antara 1-3 mm


 Ukuran betina lebih besar daripada
jantan, berwarna putih hingga
kecokelatan
 Kutu menginfestasi bagian kepala
terutama di bagian belakang
telinga dan bagian belakang
kepala yang berbatasan dengan
leher
 Bentuk dewasa hidup dengan
mengisap darah manusia
Siklus Hidup

 Siklus hidup telur sampai menjadi


dewasa berkisar 3 minggu dan
lama hidup dapat mencapai 30-40
hari
 Metamorfosis tidak sempurna: Telur
(nits), Nimfa (3 instar), dan Dewasa.
 Jantan dan betina menghisap darah,
semua stadium, setiap waktu.
Pediculus humanus corporis
(body louse=kutu tubuh)
Morfologi Telur dan Nimfa
 Kutu betina meletakan telur hingga 50-
150 butir selama hidupnya
 Masa inkubasi telur 5-7 hari tergantung
pada suhu
 Telur diletakkan pada kelim atau
lipatan pakaian atau pada rambut
tubuh
Perilaku

 Dahulu dikenal dengan nama


 Sifat kosmopolit dan sangat mudah tersebar melalui pakaian,
handuk, seprai, bantal, atau kontak langsung dengan orang
 Kutu biasa bersembunyi di sela-sela pakaian seperti pada jahitan,
celana dalam dll
 Bentuk dewasa hidup dengan mengisap darah manusia
Pthirus pubis
(pubic louse=kutu kemaluan)
Morfologi Telur dan Nimfa
 Betina meletakan 2-3 telur
berwarna putih pada rambut yang
agak kasar dan jumlah telur yang
diletakkan antara 15-50 butir
 Telur menetas setelah 6-8 hari
 Nimfa instar pertama makan
selama 5-6 hari sebelum moulting
 Nimfa instar kedua berlangsung 9-
10 hari
 Nimfa instar ketiga 13-17 hari
Morfologi Dewasa

 mirip kepiting karena tumgkai


tengah dan belakang berukuran
besar dan kuat dengan kuku depan
yang besar
 ukuran 1,5 -2,0 mm berwarna putih
abu-abu, berbentuk oval
 Memilikki abdomen yang lebih kecil
daripada kutu jenis lainnya
 Kutu menginfestasi bagian
pinggang,rambut kemaluan, ketiak
atau seringkali bagian-bagian tubuh
berambut seperti kumis, jenggot dan
alis
Siklus Hidup

 Siklus hidup dari telur


hingga dewasa kurang
lebih 30 hari
 Baik nimfa atau dewasa
tidak banyak bergerak
tetapi mengisap darah
manusia
 Kutu pubis ini biasanya
tidak ditemukan dianak-
anak sebelum mencapai
pubertas.
Ftiriasis (Pediculosis Pubis)
 Gangguan pada daerah pubis
 Diagnosis dengan menemukan dewasa, larva nimfa atau telur
Peranan
 Gangguan fisik/psikis karena gigitan menimbulkan (kegatalan,
alergi, alopesia, gelisah/stress)
 Vektor penyakit seperti Tifus Endemik (Rickettsia prowazeki oleh P.
humanus),
 Inang antara cacing pita anjing Dipylidium caninum oleh
Trichodectes canis.
Jenis Penyakit yang ditularkan Kutu
1. Pediculosis
 Infestasi kutu pada manusia
 Kebanyakan orang Indonesia terutama yang
hidup di pedesaan sangat mudah terinfestasi
kutu kepala
 Banyak ditemukan di permukiman kumuh di
negara berekembang namun jarang
ditemukan di negara-negara maju
 Gelaja gatal, perasaan adanya gerakan pada
rambut kepala, irritabilitas dan luka
 Diagnosis dengan menemukan dewasa, larva
nimfa atau telur
2. Louse-Borne Epidemic Typhus
(Tifus endemic, Tifus klasik dan Tifus eropa)

 Beberapa spesies Rickettsia menyebabkan


penyakit pada manusia
 Tifus epidemik disebabkan Rickettsia prowazkeii
ditularkan melalui vektor
 Manusia terinfeksi oleh penyakit ini melalui
kotoran kutu dan tubuh kutu yang telah
hancur, karena Rickettsia keluar melalui
kotoran kutu
3. Demam Parit (Trench Fever)

 Demam 5 hari yang disebabkan infeksi Bacillus gram negative,


Bartonella Quintana
 Penyakit ini epidemic di eropa ketika PD kedua

4. Demam Kambuh epidemic


(Epidemic Relapsing Fever)
 Disebabkan oleh Spirochete Borellia recurrentis
 Banyak terjadi di daerah padat penduduk (Afrika, China dan Peru)
terutama saat PD kedua
Caplak Dan Tungau Sebagai
Vektor Penyakit
Bagan Klasifikasi Arachnida
Klas Arachnida

Scorpionida Uropygi Amblypygida Araneida Solpugida Phalangida


(Kalajengking) (Kalajengking (Kalajengking (Laba- (Kalajengking (Laba-laba perut
bercambuk) bercambuk tak laba) angin) bulat)
berekor)

Palpigradida Schizomida Acarina Ricinuleida Pseudoscorpionida


(Kalajengking (Kalajengking (Kalajengking palsu)
bercambuk bercambuk berekor
(Tungau &
kecil)) pendek) caplak)

Acariformes Parasitiformes Opilioacariforme


s

Prostigmata Astigmata Oribatida Tetrastigmata Mesostigmata Ixodida


Famili Cheyletidae
Cheyletiella parasitivorax
Famili Dermanyssidae Famili Macronyssidae
C. yasguri Dermanyssus gallinae Ornithonyssus bacoti
Liponyssoides sanguineus O. bursa
Famili Demodicidae O. sylviarum
Demodex folliiculorum
Famili Halarachnidae
Pneumonyssus simicola Ophionyssus natricis
D. brevis
Famili Laelapidae
Famili Pymotidae
Eulaelaps stabularis
Pyemotes tritici
Androlaelaps casalis
P. Vebtricosus
A. fahrenholzi
Famili Tetranychidae Haemogamasus pontiger
Bryobia praetiosa Hirstionyssus isabelllinus
Famili Trombiculidae Laelaps echidninus
Eutrombicula alfreddugesi L. Muris
L. nuttalli
Leptorombidium deliensis
CAPLAK

Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Subkelas : Acari
Ordo : Parasitiformes
Subordo : Metastigmata
Famili : 1. Ixodidae (caplak keras)
2. Argasidae (caplak lunak)
 Famili Ixodidae (hard tick) dan Famili Argasidae (soft tick) terdiri dari
sekitar 700 spesies
 Caplak keras dan lunak menyebabkan penyakit pada inangnya
melalui pengisapan darah (exsanguinations), infeksi sekunder, dan
melalui vektor penyakit
 Semua spesies caplak memiliki 4 tingkat perkembangbiakan, yaitu:
telur-larva-nimfa-dewasa (dengan satu siklus hidup berkisar antara 6
minggu sampai 3 tahun
 Memiliki 4 pasang tungkai dan pada bentuk larva hanya memiliki 3
pasang tungkai
 Jantan mati setelah kawin
 Betina mati setelah bertelur
 Sangat tahan terhadap perubahan fisik
Misalnya terendam air, kekeringan atau tidak
Ada makanan dalam waktu berbulan-bulan
Ada 8 factor yang membuat caplak berpotensi dalam meyebarkan
penyakit pada manusia dan hewan:

1. Pengisapan darah tetap (persisten blood sucker) dan melekat dengan kuat
pada inang dan tidak mudah terlepas
2. Lambat mengisap darah (slow feeding) sehingga dapat menyebarkan
penyakit secara luas dan waktu yang cukup untuk menyebrkan penyakit
3. Memiliki sebaran inang yang luas (wide host range) beberapa spesies
dapat mengisap darah dari beberapa sumber inang
4. Bertahan hidup lama (longevity) terutama jenis Argasidae
5. Beberapa menularkan penyakit melalui telur (Transovarial Transmission)
6. Relatif bebas dari musuh alami
7. Memiliki kutikula yang keras (highly sclerotized)
8. Memiliki daya reproduksi yang tinggi (highl reproductive potential)
 Genus yang banyak ditemukan di dunia adalah Boophilus,
Dermacentor, Haemaphysalis, Rhipicephalus, Amblyomma dan
Ixodes
 Famili Ixodidae tergolong dalam Mestastigmata (memiliki
Morfologi Dewasa Ixodae
(caplak keras)
 Tubuh caplak keras bulat telur dan memiliki integument yang liat
dengan bagian dorsal caplak ini memiliki skutum atau perisai yang
menutupi seluruh bidang dorsal tubuh pada caplak jantan
sedangkan pada batina skutum hanya meutupi spertiga bagian
anterior tubuh (karena tubuh betina dapt berkembang lebih besar
daripada yang jantan setelah mengisap darah
Bagian kepala memiliki alat-alat
mulut bersama basis capituli yang
Caplak jantan dan betina pada banyak spesies membentuk
apa yang disebut capitalum (bentuk
(dorsal) kepala)
Caplak jantan dan betina
(ventral)
 Ada 3 alat mulut yang jelas yaitu palpus, chelicerae dan
hypostoma

 Berupa barisan gigi untuk


meperkokoh pertautan
 Merobek kulit
caplak dengan tubuh inang
inang

 Alat sensori
membantu
proses makan
caplak
Ada 3 jenis siklus hidup caplak

Caplak berumah satu (Boophilus microplus)

Caplak berumah dua (Rhipicephalus evertsi)

Caplak berumah tiga ( Dermacentor andersoni)


Caplak berumah satu

 Semua stadium (larva, nimfa dan dewasa) tinggal dalam satu


inang yang sama, begitu pula saat moulting dan perkawinan
 Stelah kenyang mengisap darah barulah caplak menjatuhkan diri
di tanah untuk bertelur
Caplak berumah dua

 Larva dan nimfa tinggal dalam satu


inang sedangkan dewasa tinggal dalam
inang yang lain
 Untuk melengkapi siklus hidupnya caplak
ini memerlukan 2 inang
Caplak berumah tiga
 Stasium larva, nimfa dan dewasa
memiliki inang yang berbeda
 Larva pada inang pertama setelah
mengisap darah akan jatuh dan
berganti kulit menjadi nimfa dan segera
mencari inang kedua. Kemudian nimfa
yang kenyang darah akan menjatuhkan
dirinya dan berkembang biak menjadi
dewasa. Caplak dewasa makan dan
kawin pada inang ketiga
 Untuk melengkapi siklus hidupnya caplak
ini memerlukan 3 inang
Character Argasidae (Soft Ticks) Ixodidae (Hard Ticks)

Scutum  Absent
 Present(Males-covers
entire dorsal surface , females-covers part of
dorsal surface)
Mouthpart
 Visible when viewed from the dorsal
s  Hidden when viewed from the dorsal
surface
surface

Feeding  Larvae, nymphs, and adults feed once,


 Larvae feed slowly, over several
requiring several days to repletion
days; nymphs and adults feed quickly,
several times
Life stages
 Egg, larva, two or more nymphs,  Egg, larva, nymph, adult
adult
infestation
 May be infect only the birds
 May be infect human& other animals

Species
 Ixodes, Rhipicephalus bursa, R.
 Argas americanus, A. persicus, appendiculate, R. sanguineus, Hyalomma
Ornithodoros moubata, Otobius anatolicum, Hyaloma dromadarii,
megneni Amblyomma maculatum, A. americanum,
Boophilus annulatus, Dermacenter
Caplak betina bertelur
Tick borne disease
A . Rickettsial infection : causative agent of

1. trench fever .

2. Rocky mountain spotted fever caused by Rickettsia rickettsia transmitted by ixodid tick.

3. Query fever transmitted by tick of small mammals.

B . Tick borne bacterial infections: ixodid and argasid ticks serve as vectors of several
pathogenic bacteria

1.Relapsing fever (recurrent fever) caused by Borrelia duttoni.

2.Tularemia : it is an infectious bacterial gram negative disease caused by Francisella


tularensis.
C. Tick borne viral infections :

Encephalitis and haemorrhagic fever

D. Tick borne parasitic(protozoa) infections:

1. Babesiosis (Texas cattle fever)

2. Theileriosis (east coast fever)

3. Anaplasmosis

E. Generally ticks causes :

1. Local inflammatory and traumatic damage at the site of attachment.

2. Systemic damage may result in tick paralysis due to toxic substance secreted by salivary
glands of ticks.
spotted rash of late-stage Rocky Mountain
spotted fever
erythema chronicum migrans
(bull’s eye rash) Lyme disease
ACARIFORMES (TUNGAU)
Klasifikasi

 Kingdom: Animalia
 Phylum: Arthropoda
 Class: Arachnida
 Subclass: Acari
 Order: Trombidiformes
 Family: Demodicidae
Nicolet, 1855
 Genus: Demodex
Owen, 1843
Sarcoptes scabiei (Skabies)
Scabies Description

Penyakit menular pada kulit


Disebabkan oleh tungau (Sarcoptes
scabiei subsp. hominis)
Penyebaran di seluruh dunia
Manusia sebagai reservoir
dan produknya pada tubuh kerap
dikenal juga dengan istilah budukan,
gudik, dan gatal agogo.
Scabies Transmission

Direct, prolonged, skin–to-skin contact


Sexual contact
Household contact
Indirect transfer from clothing, towels and
bedding, only if contaminated immediately
before contact
Communicable
while infested and untreated
during incubation period
Etiologi

 Sarcoptes scabiei varietas hominis


 Berbentuk oval/lonjong dan gepeng,
berwarna putih kotor, punggungnya
cembung dan bagian dadanya rata,
dan tidak punya mata
 Betina lebih besar dari jantan
 Stadium dewasa memiliki 4 pasang
kaki, 2 pasang kaki di bagian depan
dan 2 pasang kaki di bagian belakang.
Siklus Hidup

Telur  40-50 buah, berada


 Hidup di lapisan terluar di dalam terowongan,
epidermis menetas dalam waktu 3-5
hari
 Kopulasi di permukaan kulit
atau dalam terowongan
 Membentuk terowongan dan Larva  3 pasang kaki,
bertelur di dalamnya berubah dalam 2-3 hari

 Telur dapat mencapai 40-50


buah
 Seluruh siklus hidup 8-12 hari Nimfa  sudah menjadi
jantan dan betina, 4 pasang
kaki  Dewasa
Infestasi
Skabies
Tungau masuk ke
dalam kulit untuk
makan dan bertelur
Gejala Klinis
 Pruritus nokturna (gatal pada malam hari karena
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih
lembab dan panas, yaitu pada malam hari.
 Terdapat terowongan atau yang dikenal juga
sebagai kanalikulus.
 Predileksi: sela jari tangan, pergelangan tangan
bagian volar, lipat ketiak bagian depan, bokong,
genitelia eksterna, dan perut bagian bawah.
 Berat ringannya kerusakan kulit yang dialami tergantung pada:
 Lamanya infeksi
 Higiene perorangan
 Riwayat pengobatan sebelumnya
 Pada tahap yang kronik, skabies dapat mengakibatkan penebalan
kulit (likenifikasi) dan berwarna lebih gelap (hiperpigmentasi).2
Patogenesis

 Gatal
 Disebabkan sensitisasi terhadap ekskret dan sekret tungau skabies
 Kelainan kulit yang muncul mirip dermatitis dengan efloresensi papul,
vesikel, dan urtika. Selain itu, karena garukan muncul erosi, ekskoriasi,
krusta, dan infeksi sekunder5.
Penegakan Diagnosis

 Diagnosis ditegakkan apabila terdapat 2 dari 4 tanda kardinal;


 Pruritus nokturna
 Penyakit ini menyerang secara berkelompok.
 Terdapat terowongan atau yang dikenal juga sebagai kanalikulus.
 Predileksi: sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar,
lipat ketiak bagian depan, bokong, genitelia eksterna, dan
perut bagian bawah.
 Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik tetapi
paling sulit pula.
 Larva Trombiculidae (Chigger mite) dapat menyerang
berbagai jenis vertebrata
 Bentuk larva hampir bulat, dewasa berukuran sekitar 1
mm
 Dermatitis yang disebabkan oleh tungau chigger
disebut trombidiosis
Vektor penyakit Tifus Semak
(Schrub Typhus)

 Trombicula delicense, Trombicula akamushi, Trombicula


scutellaris
 Penyakit ini disebebkan oleh Rickettsia tsutsugamushi
(parasite intraseluler)
 Patogen ini hidup dalam tubuh tungau
 Hanya stadium larva yang dalpat menularkan penyakit ini
Dermatophagoides (Tungau Debu)
 Jenis tungau ini berasosiasi dengan debu di
rumah-rumah tempat tinggal
 Salah satu jenis tungai ini adalah
Dermatophagoides yang dapat
menyebabkan alergi dan dermatitis pada
manusia
 Hal terpenting dari tungau debu rumah adalah bagian-bagian
kecil dari tungau dapat menyebabkan reaksi alergi dan asma
bila terhirup oleh manusia seperti dermatitis atopic, asma
bronkial
 Spesies yang penting adalah;
1) Tungau debu rumah Amerika (Dermatophagoides farina)
2) Tungau debu rumah Eropa (Dermatophagoides pteronyssinus)
 Betina dewasa meletakan telur per hari selama 30 hari ( D. farinae) dan 80
telur selang 45 hari ( D. pteronyssinus)
 Siklus hidup dari telur sampai dewasa adalah 30 hari
 Tungau dewasa hidup dengan memakan sisa-sisa kulit manusia.
 1 gram kulit manusia dapat menghidupi ribuan tungau debu
dalambeberapa bulan
 Habitat ideal tungau ini adalah karpet tebal, gorden, tempat tidur dan
bantal
Diagnosis

 Tes kulit menggunakan ekstrak tungau debu

Anda mungkin juga menyukai