Anda di halaman 1dari 9

Kajian Ahad Pagi Bersama Prof. Dr. Sofyan Sauri, M.

Pd
Tema : Kajian Surat Al-Jumuah Ayat 8
“Kematian Membuka Segala yang Dirahasiakan Saat Hidup”

Ditulis oleh : Darmasta Maulana

Tema ini diambil berkaitan dengan kehidupan yang kita jalani dan ujung-
ujungnya pada pintu taubat kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala.

Q. S. Al Jumu’ah Ayat 8

ِ ‫ت الَّ ِذيْ تَفِرُّ ْو َن ِم ْنهُ فَاِنَّهٗ ُم ٰلقِ ْي ُك ْم ثُ َّم تُ? َ?ر? ُّد? ْ?و? َ?ن? اِ ٰلى َعالِ ِم ْال َغ ْي‬
‫ب‬ َ ‫قُلْ اِ َّن ْال َم ْو‬
‫َوال َّشهَا َد ِة فَيُنَبِّئُ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُ ْو َن‬
Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, maka
sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan
kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Asbabun Nuzul
Sebab ayat ini turun karena Allah menegaskan bahwa kematian itu akan
datang menjumpai dan Allah menerangkan bahwa orang-orang Yahudi sangat takut
menghadapi kematian dan berusaha menghindarinya. Oleh karena itu, Allah
memerintahkan Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam agar menyampaikan kepada
mereka bahwa kematian pasti datang menemui mereka.
Kemudian mereka dikembalikan kepada Allah Yang Maha Mengetahui yang
gaib dan yang kelihatan, baik di langit maupun di bumi. Maka Allah memberitahukan
kepada mereka segala apa yang telah mereka kerjakan, lalu dibalas sesuai dengan
amal perbuatannya.

Kandungan Ayat
1. Kematian akan datang menyemput dan tidak bisa dihindari.
2. Semua amalan akan mendapatkan balasan yang setimpal di akhirat kelak.
3. Allah yang maha mengetahui yang gaib dan nyata sebaik-baik tempat kita
kembali.
Penjelasan dari Tafsir Muyassar, Tafsir Jalalain dan Tafsir Ibnu Katsir
Pada hari kebangkitan, kita akan dikembalikan kepada Allah. Lalu, Allah akan
mengabarkan semua perbuatan dan memberi balasan setimpal atas semua pekerjaan
yang telah kita lakukan.
Allah Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata artinya mengetahui
pada yang rahasia dan terang-terangan.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun
kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. (QS. An-Nisa’ [4]: 78)

Nilai-Nilai Pendidikan
1. Memberikan pelajaran yang berharga bahwa hidup di dunia hanya satu kali
sehingga harus dimanfaatkan secara baik dalam kebaikan.
2. Menyadarkan kita agar berperilaku sesuai dengan ajaran Allah karena kematian
akan datang menjemput tanpa bisa dihindari.
3. Instropeksi diri atas segala kesalahan yang dilakukan agar mendapatkan ampunan
dan ridho Allah Subhanallahu Wa Ta’ala.
4. Memperbanyak mengingat kematian agar menjadi orang yang cerdas dan
senantiasa banyak berdoa kepada Allah agar kita husnul khatimah.
5. Berpikirlah sepanjang bertindak agar kita selamat dari kesesatan dan
penyimpangan karena sejatinya setiap perilaku akan mendapatkan balasan.

Perumpamaan Orang yang Lari dari Kematian


Di dalam kitab Mu’jam Imam Tabrani disebutkan melalui hadits Muaz
Muhammad ibnu Muhammad Al-Hudali, dari Yunus, dari Al-Hasan, dari Samurah
secara marfu’ yang dijelaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir:
Perumpamaan orang yang lari dari kematian sama dengan musang yang
dikejar oleh bumi karena suatu utang, maka musang itu melarikan diri dengan
cepatnya, hingga manakala ia kecapean dan nafasnya tersengal-sengal, lalu ia
masuk ke dalam liangnya.
Dan bumi pun berkata kepadanya, “Hai musang, mana utangku” lalu musang
itu keluar melarikan diri dengan cepatnya karena ditagih utang, dan ia terus-
menerus dalam keadaan demikian hingga pada akhirnya ia kehabisan nafas
dan mati.
Kisah Teladan Kematian Tidak bisa Dihindari
Dalam sebuah kisah diriwayatkan, suatu ketika Nabi Sulaiman Alaihis Salam
dikunjungi oleh Malaikat Maut. Tiba-tiba Malaikat Maut mengarahkan pandangannya
kepada seorang laki-laki, lalu tak lama ia pun pergi meninggalkan tempat itu.
Kemudian, laki-laki itu bertanya, “Wahai Nabi siapakah orang tadi?” Nabi
Sulaiman pu menjawab, “Orang itu adalah Malaikat Maut.”
Mengetahui hal itu, betapa terkejutnya dia, dan berkata, “”Sungguh, dia tadi
menatapku dengan tatapan yang sangat kuat dan tajam. Ya Nabi, aku meminta
kepadamu, perintahkanlah angin untuk membawaku pergi jauh dari tempat ini
menuju negeri Hindi.” Nabi pun mengabulkan permintaannya.
Beberapa hari kemudian, Malaikat Maut kembali berkunjung kepada Nabi
Sulaiman. Nabi bertanya kepadanya, “Hai Malaikat, apakah engkau pernah menatap
seorang laki-laki yang datang padaku dengan tatapan yang tajam?” Malaikat
menjawab, “Itu kulakukan karena takjub kepadanya. Aku diperintahkan mencabut
nyawanya sesaat saja setelah dia berada di negeri Hindi. Setelah waktu yang
ditentukan tiba, aku pergi ke negeri Hindi tempat dia berada. Lalu mencabut
nyawanya.”

Setiap Pekerjaan Mendapatkan Balasan.

?‫ي? ا?لَّ? ِذ? ي? َ?ن? أَ? َس? ا? ُء? و?ا? بِ? َم? ا‬ ِ ?‫ت? َو? َم? ا? فِ? ي? ا?أْل َ? ْ?ر‬
َ ?‫ض? لِ? يَ? ْ?ج? ِز‬ ِ ?‫َ?و? هَّلِل ِ? َم? ا? فِ? ي? ا?ل? َّس? َم? ا? َ?و? ا‬
?‫ي? ا?لَّ? ِذ? ي? َ?ن? أَ? ْ?ح? َس? نُ?و?ا? بِ? ا? ْل? ُح? ْس? نَ?ى‬?َ ?‫َع? ِم? لُ?و?ا? َو? يَ? ْ?ج? ِز‬
Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (Dengan
Demikian) Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat sesuai
dengan apa yang telah mereka kerjakan dan Dia akan memberi balasan kepada orang-
orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga). (an-Najm [53]: 31)

Jahat dibalas dengan jahat, yaitu neraka. Baik dibalas dengan baik, yaitu surga.

Kematian
Kematian adalah sebuah keniscayaan. Seperti ditegaskan dalam firmannya,
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati,” (Q.S. Ali Imran; 185). Orang beriman
akan selalu meyakini datangnya kematian. Senantiasa mengingatnya dan
membayangkan saat-saat itu tiba. Akalnya menyruruh untuk segera berbuat baik.
Memperbanyak zikir dan menebar manfaat.
Mengingat kematian bagaikan garam dalam makanan. Rasulullah Sholalllahu
Alaihi Wassalam bersabda, “Perbanyaklah mengingat-ingat sesuatu yang
melenyapkan semua kenikmatan, yaitu kematian,” (HR Tirmidzi).
Firman Allah, “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha Teliti terhadap apa
yang kamu kerjakan,” (Q.S. al-Hasyr:18).

Kisah Teladan
Alkisah ada seorang sahabat Nabi bernama Sya’ban Radhiyallahu anhu.
Ia adalah seorang sahabat yang memiliki kebiasaan unik darinya yaitusetiap
masuk masjid sebelum salat berjamaah ia selalu beri’tikaf di pojok depan masjid. Dia
mengambil posisi di pojok bukan karena supaya mudah bersandaran atau tidur,
namun karena tidak mau mengganggu orang lain dan tidak mau terganggu oleh orang
lain dalam beribadah.
Suatu pagi saat salat subuh berjamaah akan dimualai Rasululllah Sholallahu
Alaihi Wassalam mendapati bahwa Sya’ban Radhiyallahu Anhu tidak berada di
posisinya seperti biasa. Nabi pun bertanya kepada jamaah yang hadir apakah ada
yang melihat Sya’ban Radhiyallah Anhu.
Akhirnya Rasulullah Sholallahu Alaihi wassalam dan para sahabat
memutuskan mengunjungi rumah Sya’ban Radhiyallahu Anhu dan didapati istrinya.
Keluarlah seorang wanita sambil membalas salam Nabi. “Benarkah ini rumah
Sya’ban?” Nabi bertanya. “Benar ya Rasulullah, saya istrinya” jawab wanita tersebut.
“Bolehkah kami menemui Sya’ban, yang tadi pagi tidak hadir salat subuh di masjid?”
Dengan berlinangan air mata istri Sya’ban Radhiyallahu Anhu menjawab: “Beliau
telah meninggal tadi pagi..”
Rasulullah dan para sahabatnya mengucapkan: Innalillahi wainna ilaihi roji’un.
Masya Allah, satu-satunya penyebab dia tidak sholat subuh berjamaah karena ajal
sudah menjemputnya”.
Beberapa saat kemudian istri Sya’ban bertanya kepada Rasulullah Sholallahu Alaihi
Wassalam: “Ya Rasulullah, ada sesuatu yang jadi tanda tanya bagi kami semua, yaitu
menjelang kematiannya dia berteriak tiga kali dengan masing-masing teriakan disertai
satu kalimat. Kami semua tidak paham apa maksudnya”.
“Apa saja kalimat yang diucapkannya?” tanya Rasul. Di Masing-masing teriakan ia
berucap kalimat: “Aduh kenapa tidak lebihjauh..”, “Aduh kenapa tidak yang baru”
“Aduh kenapa tidak semua”.
Lalu Nabi menjelaskan dari perkataan yang keluar dari lisan Sya’ban sebelum
sakaratul maut. Nabi pun melantunkan ayat Al-Qur’an yang terdapat dalam surah
Qaaf ayat 22: “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka
Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu
pada hari itu amat tajam.”
Saat Sya’ban dalam keadaan sakaratul maut, perjalanan hidupnya ditayangkan ulang
oleh Allah Subhanallah wa ta’ala. Bukan cuma itu, semua ganjaran dari perbuatannya
diperlihatkan oleh Allah.
Dengan pandangan yang tajam itu Sya’ban melihat suatu adegan di mana
kesehariannya dia pergi pulang ke masjid untuk salat berjamaah lima waktu.
“Aduh kenapa tidak lebih jauh..?”
Timbul penyesalan dalam diri Sya’ban, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi
supaya pahala yang didapatkan lebih banyak dan surga yangdidapatkan lebih indah.
“Aduh kenapa tidak yang baru..?”
Timbul lagi penyesalan di benak sya’ban. Jika dengan baju butut saja bisa
mengantarkan mendapatkan pahala yang begitu besar, sudah tentu ia akan mendapat
yang lebih besar lagi seandainya ia memakaikan baju yang baru.
“Aduh kenapa tidak semua..?”
Sya’ban kembali menyesal. Seandainya dia memberikan semua roti itu kepada
pengemis tersebut tentulah dia akan mendapatsurga yang lebih indah.
Masya Allah, Sya’ban bukan menyesali perbuatannya, tapi menyesali mengapa ia
tidak optimal.

Penyesalan yang Tiada Berguna

?‫َ?و? لَ? ۡ?و? تَ? ٰ?ٓ?ر? ى? اِ? ِذ? ا?ۡ?ل? ُم? ۡ?ج? ِر? ُم? ۡ?و? َ?ن? نَ? ا? ِك? ُس? ۡ?و? ا? ُر? ُء? ۡ?و? ِ?س? ِه? ۡ?م? ِع?ۡ?ن? َد? َ?ر? بِّ? ِه?ۡ?م? َر? بَّ?نَ? ۤا‬
?‫ص? ا?لِ? ًح? ـا? اِ? نَّ?ا? ُم? ۡ?و? قِ? نُ? ۡ?و? َ?ن‬ ?َ ?‫اَ?ۡ?ب‬
?َ ?‫ص? ۡ?ر? نَ? ا? َ?و? َس? ِم? ۡ?ع? نَ? ا? فَ? ا? ۡ?ر? ِج? ۡ?ع? نَ?ا? نَ? ۡ?ع? َم? ۡ?ل‬

Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat orang-orang yang berdosa itu
menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya, (mereka berkata), "Wahai Rabb kami,
kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan
mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin." [Q.S.
as-Sajdah/32:12]
Betapa malunya mereka di hadapan Allah Azza wa Jalla, sampai mereka
menundukkan kepala. Betapa dalam penyesalan mereka saat itu, samapai mereka
memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar dikembalikan ke dunia untuk melakukan
amal shaleh. Mereka mengatakan:

?َ ?‫ص? ا?لِ? ًح? ـا? اِ? نَّ?ا? َ?ر? بَّ?نَ? ۤا? اَ?ۡ?ب‬
?‫ص? ۡ?ر? نَ? ا‬ ?َ ?‫ُم? ۡ?و? قِ? نُ? ۡ?و? َ?ن? َو? َس? ِم? ۡ?ع? نَ?ا? فَ? ا? ۡ?ر? ِج? ۡ?ع? نَ?ا? نَ? ۡ?ع? َم? ۡ?ل‬

Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke
dunia. Kami akan mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang yakin."
Imam Qatadah Rahimahullah mengatakan, “Demi Allah, mereka tidak berharap
dikembalikan ke dunia untuk menjumpai keluarga dan kaum kerabat, akan tetapi
mereka berharap dikembalikan ke dunia untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah
Azza wa Jalla.
Mereka juga menyesali perbuatan mereka dengan cara menyalahkan diri
mereka sendiri, seraya mengatakan ;

?ۡ ?َ‫َ?و? قَ? ا?لُ? ۡ?و? ا? لَ? ۡ?و? ُك? نَّ?ا? نَ? ۡ?س? َم? ُع? اَ? ۡ?و? نَ? ۡ?ع? قِ? ُل? َم? ا? ُك? نَّ?ا? فِ? ۡۤ?ى? ا‬
ِ ?‫ص? ٰ?ح‬
?‫ب? ا?ل? َّس? ِع? ۡ?ي‬
Andaikata kami dahulu mau mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya
kami tidaklah termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala [Q.S. al
Mulk/67: 10]
Pada saat itu, penyesalan mereka sudah tidak berguna lagi. Ibarat nasi yang telah
menjadi bubur. Andaikata penyesalan itu sebelum siksa berada didepan mereka (yaitu
pada waktu mereka hidup di dunia), maka penyesalan itu akan bermanfaat bagi
mereka. Mereka akan selamat dari siksa pada hari itu.

Lima Harapan yang Disesali Setelah Wafat


1. Tidak berdakwah
2. Tidak bersedekah
3. Tidak menegakkan sholat
4. Tidak mau mendengarkan nasihat
5. Memutuskan tali silaturahmi

Dalil Al-Quran
Mereka meminta agar dikembalikan ke dunia supaya bisa melakukan amal
saleh. Amal saleh, cakupannya sangat luas, mencakup ucapan dua kalimat syahadat,
mengerjakan shalat, membayar zakat, menunaikan haji dan lainnya termasuk
menegakkan salat, bersedekah, bersilaturahmi dan menyebarkan kebaikan.
Permintaan mereka itu sebagaimana Firman Allah Azza wa Jalla di atas (Q.S. as –
Sajdah/32: 12), dan ayat-ayat yang lainnya, seperti firman Allah Azza wa Jalla:

?‫ب? فَ? يَ??ـقُ? ۡ?و? ُل? ا?لَّ? ِذ?ۡ?ي? َ?ن? ظَ? لَ? ُم? ۡ?و? ا? َر? بَّ?نَ? ۤا? اَ? ِّخ? ۡ?ر? نَ? ۤا‬
?ُ ?‫س? يَ? ۡ?و? َم? يَ? ۡا? تِ?ۡ?ي? ِه? ُم? ا?ۡ?ل? َع? َذ? ا‬ ?َ ?‫َ?و? اَ?ۡ?ن? ِذ? ِر? ا?ل?نَّ?ا‬
ٓ
?‫ك? َ?و? نَ??ـتَّ?بِ? ِع? ا?ل? ُّر? ُس? َل‬ َ ?َ‫ب? نُّ? ِ?ج? ۡ?ب? َد? ۡ?ع? َو? ت‬ ٍ ?ۙ ?‫اِ?ٰ?ل? ى? اَ? َ?ج? ٍ?ل? قَ? ِر?ۡ?ي‬
Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) adzab
datang kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zhalim, "Ya Rabb kami,
kembalikanlah kami meskipun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan
mematuhi seruan-Mu dan akan mengikuti rasul-rasul”. [Q.S. Ibrahim/14: 44]

Macam-Macam Penyesalan
1. penyesalan di waktu ajal tiba
2. Penyesalan pada waktu siksa akan menimpa
Pertama, Penyesalan di waktu ajal tiba. Di antara contohnya adalah penyesalan orang-
orang fasik yang enggan melaksanakan kewajiban mengeluarkan sebagian harta
mereka untuk bersedekah, sebagaimana yang telah disebutkan dalam firman Allah
Azza wa Jalla:

ُ ْ‫ق َوأَ ُك ْن ِمنَ َوأَ ْنفِقُوا ِم ْن َما َر َز ْقنَا ُك ْم ِم ْن قَب ِْل أَ ْن يَأْتِ َي أَ َح َد ُك ُم ْال َمو‬
‫ت فَيَقُو َل َربِّ لَوْ اَل أَ َّخرْ تَنِي إِلَ ٰى‬ َّ َ ‫ب فَأ‬
َ ‫ص َّد‬ ٍ ‫أَ َج ٍل قَ ِري‬
َ‫الصَّالِ ِحين‬

Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum
datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabbku,
mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang
menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh" [Q.S.
al-Munafiqun/63 ;10]
Kedua, penyesalan pada waktu siksa akan menimpa (pada hari Kiamat). Seperti yang
telah disebutkan pada ayat yang kita bahas di atas dan pada ayat yang lainnya, Allah
Azza wa Jalla juga berfirman:
ٰ ‫مر ٍّد م ْن سب ْياٍۚل ْلع َذاب يقُ ْولُ ْو َن هَلْ ا ٰلى وتَرى‬
‫الظّلِ ِمي َْن لَ َّما َراَ ُوا‬ َ َ ِ َ َ َ ِ َ ِّ َ َ
Dan kamu akan melihat orang-orang zhalim ketika mereka melihat azab berkata,
“Adakah kiranya jalan untuk kembali ke dunia?” [Q.S. asy-Syura/42: 44]
Jadi penyesalan, taubat maupun keimanan di waktu kematian datang (sakaratul maut)
atau di waktu siksa akan menimpa pada hari kiamat, semuanya itu tidak bermanfaat
bagi seseorang dan tidak diterima oleh Allah Azza wa Jalla.

Permintaan Orang yang Telah Wafat


1. Mereka meminta agar dikembalikan ke dunia supaya bisa melakukan amal saleh
2. Mereka mengharapkan ada yang mau (bisa) memberi syafaat (pertolongan) bagi
mereka agar selamat dari siksa Allah.
Mereka mengharapkan ada yang mau (bisa) memberi syafaat (pertolongan) bagi
mereka agar selamat dari siksa Allah Azza wa Jalla, sebagaimana firman Allah Azza
wa Jalla:
ِّ ‫ت ُر ُس ُل َربِّنَا بِ ْال َح‬
‫ق فَهَلْ لَنَا‬ ?ْ ‫ين نَسُوهُ ِم ْن قَ ْب ُل قَ ْد َجا َء‬ َ ‫يَ ْو َم يَأْتِي تَأْ ِويلُهُ يَقُو ُل الَّ ِذ‬
‫نُ َر ُّد فَنَ ْع َم َل َغي َْر الَّ ِذي ُكنَّا نَ ْع َملُ ِم ْن ُشفَ َعا َء فَيَ ْشفَعُوا لَنَا أَ ْو‬
Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al Quran itu, berkatalah orang-orang
yang melupakannya sebelum itu: "Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Rabb kami
membawa yang haq, maka adakah bagi kami pemberi syafa´at yang akan memberi
syafa´at bagi kami [al-A’raf/7:53]

Doa Agar Dimudahkan Saat Pencabutan Nyawa dan Selamat dari Api Neraka

ِ ‫ار َو ْال َع ْف َو عِ ْن َد ْال ِح َسا‬


‫ب‬ ِ ‫اَل ٰلّ ُه َّم َهوِّ نْ َع َل ْي َنا فِى َس َك َرا‬
ِ ‫ت ْال َم ْو‬
ِ ‫ت َوال َّن َجا َة م َِن ال َّن‬
“Ya Allah, mudahkanlah kami saat pencabutan nyawa, selamat dari api neraka dan
mendapat kemaafan ketika amal diperhitungkan.”

Kesimpulan
1. Sebab ayat ini turun karena Allah menegaskan bahwa kematian itu akan datang
menjumpai.
2. Allah memberitahukan kepada mereka segala apa yang telah mereka kerjakan,
lalu dibalas sesuai dengan amal perbuatannya.
3. Meneladani kisah teladan
4. Fokus memperbaiki diri agar selamat di dunia dan akhirat
5. Berkumpul dengan orang-orang saleh
6. Banyak berdoa agar selamat di dunia dan akhirat
7. Jangan menyesal di hari kemudian.

Anda mungkin juga menyukai