PTK Mapel Aqidah Akhlak Mts
PTK Mapel Aqidah Akhlak Mts
A. Tujuan Pembelajaran
Peserta dapat :
1. Menjelaskan konsep dasar penelitian tindakan kelas
2. Menjelaskan prinsip penelitian tindakan kelas.
3. Menjelaskan karakteristik PTK.
4. Menjelaskan model PTK
5. Menjelaskan SistematikaProposal PTK
B. Peta Konsep
Konsep Dasar PTK
Model PTK
C. Uraian Materi
1. Konsep dasar PTK
Istilah penelitian tindakan kelas atau PTK merupakan bagian dari penelitian
tindakan. Penelitian tindakan merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang
memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendetaksi
dan memecahkan masalah. Dengan demikian, beberapa pengertian tentang Penelitian
Tindakan kelas (PTK) yang diungkap oleh para ahli adalah sebagai berikut:
a. Penelitian untuk mengujicobakan ide-ide ke dalam praktek dalam rangka
memperbaiki/mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi. (Kemmis,
1983)
b. Bentuk penelitian reflektif diri yang secara kolektif dilakukan oleh peneliti dalam
situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan sosial
serta pemahaman mengenai praktik dan situasi tempat dilakukannya. (Taggart, 1988)
c. Bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam
melakasanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan,
serta memperbaiki kondisi praktik pembelajaran yang dilakukan. (Proyek PGSM
Diknas, 1999)
d. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-
masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan (Wibawa, 2004:3).
e. Penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelaahan penelitian yang bersifat
reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih proporsional (Sukidin
dkk 2002:16).
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sering disebut classroom action research, saat
ini berkembang dengan pesat di negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia,
dan Kanada. Apabila dicermati kecenderungan baru ini mengemuka karena jenis
penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih
menjanjikan dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme
guru dalam mengelola proses pembelajaran mengajar di kelas.Konsep penelitian
tindakan bermula dari pandangan seorang ahli psikologi sosial yang bermana Kurt
Lewin (1946). Lewin menggunakan pendekatan penelitian tindakan setelah usainya
perang dunia ke dua dalam usaha menyelesaikan berbagai masalah sosial. Lewin pada
saat itu mengemukakan dua ide pokok penelitian tindakan yaitu; (1) keputusan bersama,
dan (2) komitment untuk meningkatkan dan memperbaiki prestasi kerja. Kedua ide
pokok tersebut sekarang menjadi karakteristik dasar penelitian tindakan yang
menegaskan perlunya usaha kolaboratif atau usaha secara bersama-sama dalam
meningkat mutu prestasi kerja.
Pada tahun 1953, ide Lewin dikembangkan oleh Stephen Corey di New York
sebagai pendekatan penelitian yang diselenggarakan oleh guru-guru sekolah. Pada Tahun
1976 Jhon Elliot menggunakan pendekatan ini untuk membantu guru mengembangkan
usaha inkuiri dalam pengajaran dan pembelajaran di dalam kelas yang kemudian dikenal
dengan penelitian tindakan kelas (PTK). Di Indonesia, PTK baru dikenal akhir dekade
80-an.
Secara bahasa penelitian atau research (bahasa Inggris) menurut The Advanced
Learner’s Dictionary of Current English (1961) berarti penyelidikan atau pencarian yang
seksama untuk memperoleh fakta baru dalam cabang ilmu pengetahuan. Menurut Fellin,
Tripodi dan Meyer (1969) penelitian adalah suatu cara sistematik untuk maksud
meningkatkan, memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan yang dapat disampaikan
(dikomunikasikan) dan diuji (diverifikasi) oleh peneliti lain.
Ciri-ciri riset adalah sebagai berikut, yaitu bahwa riset: (Abisujak, 1981) (1)
Dilakukan dengan cara-cara yang sistematik dan seksama; (2) Bertujuan meningkatkan,
memdofikasi dan mengembangkan pengetahuan (menambah perbendaharaan ilmu
pengetahuan); (3) Dilakukan melalui pencarian fakta yang nyata; (4) Dapat disampaikan
(dikomunikasikan) oleh peneliti lain; dan (5) Dapat diuji kebenarannya (diverifikasi) oleh
peneliti lain.
Menurut Ebbut dan Hopkin (1993), penelitian tindakan adalah kajian sistemik dari
upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan
melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka
mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Bagi Carr & Kemmis, 1986 dalam Burns
(1999) berpendapat bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif
diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk
meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan praktik sosial mereka serta
pemahaman mereka terhadap praktik-praktik mereka dan terhadap situasi tempat praktik-
praktik tersebut dilakukan.
Bila digabungkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas maka diperoleh
batasan penelitian tindakan kelas sebagai sebuah proses investigasi terkendali yang
berdaur ulang (bersiklus) dan bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan untuk
melakukan perbaikan-perbaiakan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau
situasi. Proses daur ulang (siklus) kegiatan dalam penelitian tindakan divisualisasikan
pada Gambar 1.
Gambar 1
Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas
Dari gambar 1 tersebut terlihat dengan jelas bahwa daur ulang (siklus) di atas memberi
gambaran bahwa prosedur dalam PTK memiliki kesamaan. Ada beberapa tahapan yang harus
diperhatikan dalam melakukan PTK, yaitu diawali dengan perencanaan tindakan (planing)¸
penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan
(observation dan evaluation), dan melakukan refleksi (reflection), dan seterusnya sampai
perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai.
2. Prinsip PTK
Secara umum prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tersebut adalah :
a. Tidak mengganggu komitmen guru sebagai pengajar;
b. Metode pengumpulan data tidak menuntut waktu yang berlebihan;
c. Metodologi yang digunakan harus reliable sehingga memungkinkan guru
mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara meyakinkan;
d. Masalah berawal dari kondisi nyata di kelas yang dihadapi guru;
e. Dalam penyelenggaraan penelitian, guru harus memperhatikan etika profesionalitas
guru;
f. Meskipun yang dilakukan adalah di kelas, tetapi harus dilihat dalam konteks sekolah
secara menyeluruh;
g. Tidak mengenal populasi dan sampel;
h. Tidak mengenal kelompok eksperimen dan control;
i. Tidak untuk digeneralisasikan.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006) prinsip-prinsip penelitian tindakan
kelas adalah :
a. Kegiatan nyata dalam situasi rutin
Penelitian yang dilakukan peneliti tidak boleh mengubah suasana rutin, penelitian
harus dalam situasi yang wajar, sehingga hasil penelitian dapat
dipertanggungjawabkan. Hal ini berkaitan erat dengan profesi guru yaitu
melaksanakan pembelajaran, sehingga tindakan yang cocok dilakukan oleh guru
adalah yang menyangkut pembelajaran.
b. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kerja
Kegiatan penelitian tindakan kelas dilakukan bukan karena keterpaksaan, akan tetapi
harus berdasarkan keinginan guru, guru menyadari adanya kekurangan pada dirinya
atau pada kinerja yang dilakukannya dan guru ingin melakukan perbaikan. Guru
harus berkeinginan untuk melakukan peningkatan diri untuk hal yanglebih baik dan
dilakukan secara terus menerus sampai tujuannya tercapai
c. SWOT Sebagai Dasar Berpijak
Penelitian tindakan dimulai dengan melakukan analisis SWOT, yang terdiri atas
unsur-unsur, yaitu :
- Strength : Kekuatan
- Weaknesses : Kelemahan
- Opportunity : Kesempatan
- Threat : Ancaman
Empat hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa yang
dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal-hal tersebut penelitian tindakan dapat
dilaksanakan hanya bila ada kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru dan juga
siswa. Kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri peneliti dan subjek tindakan
diidentifikasi secara cermat sebelum mengidentifikasi yang lain.
d. Upaya Empiris dan Sistemik
Dengan telah dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan
penelitian tindakan, berarti guru sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan
pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan
keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran
adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang kait
mengkait. Jika guru mengupayakan cara mengajar baru, harus juga memikirkan
tentang sarana pendukung yang berbeda, mengubah jadwal pelajarandan semua yang
terkait dengan hal-hal yang baru diusulkan tersebut.
e. Ikuti Prinsip SMART dalam Perencanaan
Ketika guru menyusun rencana tindakan, hendaknya mengingat hal -hal yang
terkandung dalam SMART yang merupakan singkatan dari Spesifik, Managable,
Aceptable, Realistic dan Time Bound. Adapun makna dari masing-masing kata
tersebut adalah:
- Spesifik : khusus, permasalahan tidak terlalu umum
- Managable : dapat dikelola, dilaksanakan. Penelitian tindakan kelas hendaknya
tidak sulit, baik dalam menentukan lokasi, mengumpulkan hasil,
mengoreksi, atau kesulitan dalam bentuk lain
- Acceptable : dapat diterima, dalam konteks ini dapat diterima oleh subjek yang
dikenai tindakan, artinya siswa tidak mengeluh gara-gara guru
memberikan tindakan-tindakan tertentu dan juga lingkungan tidak
terganggu.
- Realistic : operasional, tidak di luar jangkauan. Penelitian tindakan kelas tidak
menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi diri guru dan
siswa.
- Time-Bound : diikat oleh waktu, terencana, artinya tindakan-tindakan yang
dilakukan terhadap siswa sudah tertentu jangka waktunya. Batasan
waktu ini penting agar guru mengetahui betuk hasil yang diberikan
kepada siswanya.
Ketika guru menyusun rencana tindakan, harus mengingat hal-hal yang disebutkan
dalam SMART. Tindakan yang dipilih peneliti harus :
a. Khusus specific, masalah yang diteliti tidak terlalu luas, ambil satu aspek saja
sehingga langkah dan hasilnya dapat jelas dan spesifik.
b. Mudah dilakukan, tidak sulit atau berbelit, misalnya kesulitan dalam mencari lokasi
mengumpulkan hasil, mengoreksi dan lainnya.
c. Dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan, artinya siswa tidak mengeluh gara-
gara guru memberikan tindakan dan juga lingkungan tidak terganggu karenanya.
d. Tidak menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi dirinya dan subjek yang
dikenai tindakan.
Berdasar uraian-uraian yang telah dikemukakan sebelumnya di atas, maka dapat dicermati
karakteristik penelitian tindakan kelas, yang berbeda dari karakteristik penelitian formal, yaitu bahwa
PTK merupakan;
b. Collaborativ
Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh pendidik,
tetapi harus berkolaborasi dengan teman sejawatnya. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya
bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Nuansa kolaborasi ini
harus tertampilkan dalam keseluruhan proses mulai dari identifikasi masalah bersama, perencanaan,
pelaksanaan penelitian tindakan kelas, observasi dan evaluasi, dan refleksi, sampai dengan
penyusunan laporan akhir penelitian.
4. Model-Model PTK
Ada beberapa model PTK yang sering digunakan dalam dunia pendidikan antara lain: (1)
model Kurt Lewin; (2) Model Kemmis & McTaggart; (3) model Dave Ebbut; (4) model John
Elliot; dan (5) model Hopkins (Depdiknas, 1999:18). Sebagaimana akan diuraikan secara ringkas
berikut ini:
a. Model Kurt Lewin
Model Kurt Lewin merupakan model pertama dalam PTK yang diperkenalkan pada tahun
1946, dan merupakan acuan pokok atau dasar dari berbagai model PTK yang lain.
Menurut konsep Lewin bahwa siklus PTK terdiri dari empat langkah, yaitu (1)
perencanaan (planning); (2) aksi atau tindakan (acting); (3) observasi (observing); dan (4)
refleksi (reflecting).
Model Lewin dapat digambarkan sebagai berikut:
Acting
Planning observing
reflecting
Gambar 3.1 PTK Model Lewin
Reflect
Act &
Observe
Revised
Plan
Ide Awal
Perencanaan Umum
Langkah Tindakan
1,2,3
Implementasi Langkah
Tindakan
Monitoring
Implementasi dan
Efeknya
Perbaikan
Perencanaan Langkah
Tindakan 1,2,3
Implementasi dan
Monitoring
Implementasi dan
Efeknya
Perbaikan
Perencanaan Langkah
Implementasi dan
Langkah Berikutnya
Monitoring
Implementasi dan
Efeknya
d. Model Hopkins
Model Hopkins dikembangkan dari model-model sebelumnya yang sudah ada. Model
Hopkins jika digambarkan adalah sebagai berikut:
Perencanaan Tindakan,
Target, Tugas, Kriteria
Implementasi Evaluasi
Keberhasilan
Menopang Komitmen
Cek Kemajuan
Mengatasi Problem
Pengambilan Stok
Audit
Ambil Start
Rencana
Tindakan
REFLEKSI
Siklus 1
Observasi dan
Evaluasi Rencana Tindakan
Ulang
Pelaksanaan
Tindakan
REFLEKSI
Siklus 2
Observasi dan
Evaluasi
Observasi dan
Evaluasi
Pelaksanaan
Tindakan
2. Pelaksanaan / Tindakan
Tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat yang dapat berupa
suatu penerapan model pembelajaran tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki atau
menyempurnakan model yang sedang dijalankan. Tindakan tersebut dapat dilakukan oleh
mereka yang terlibat langsung dalam pelaksanaan suatu model pembelajaran yang
hasilnya juga akan diperguna-kan untuk penyempurnaan pelaksanaan tugas.
3. Pengamatan
Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendoku-mentasikan pengaruh-pengaruh
yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan dasar
dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat menceritakan
keadaan yang sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti
adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan
yang muncul.
4. Refleksi
Refleksi disini meliputi kegiatan: analisis, sintesis, penafsiran (penginterpretasian),
menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap
perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki
kinerja guru pada pertemuan selanjutnya. Dengan demikian, PTK tidak dapat
dilaksanakan dalam sekali pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk
melakukannya sebagai planning untuk siklus selanjutnya.
c. Permasalahan
Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu dijabarkan secara lebih
rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar-benar di angkat dari masalah keseharian di
kelas yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK. Sebaliknya permasalahan
yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang secara teknis metodologik di luar
jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi
masalah, yang dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal
sehingga gambaran permasalahan yang perlu ditangani itu nampak menjadi perumusan
masalah tersebut. Dalam bagian ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut. Dalam
bagian inipun, sosok PTK harus secara konsisten tertampilkan. Contoh rumusan masalah
PTK adalah: (1) Bagaimana meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran fiqih pokok
bahasan syarat sah dan syarat wajib shalat pada siswa kelas IV MI Ma’arif Sambiroto
Sidoarjo tahun 2009/2010 melalaui penerapan cara belajar aktif model pencocokan kartu
indeks? (2) Bagaimana peningkatkan prestasi belajar mata pelajaran fiqih pokok bahasan
syarat sah dan syarat wajib shalat pada siswa kelas IV MI Ma’arif Sambiroto Sidoarjo
tahun 2009/2010 melalaui penerapan cara belajar aktif model pencocokan kartu indeks?
i. Rencana Anggaran
Rencana anggaran meliputi kebutuhan dukungan finansial untuk tahap persiapan
pelaksanan penelitian, dan pelaporan.
6. Laporan PTK
Secara garis besar, rincian dari setiap Laporan Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:
1) Abstrak. Pada bagian ini dituliskan dengan ringkas hal-hal pokok
tentang (a) permasalahan khususnya rumusan masalah, (b) tujuan, (c) prosedur
pelaksanaan PTK, dan (d) hasil penelitian. Ditulis dalam satu halaman, satu spasi,
maksimal tiga alinea atau hal ini tergantung pada sumber data atau ketentuan dari
lembaga pemesan.
2) Pendahuluan. Memuat unsur latar belakang masalah, data awal
tentang permasalahan pentingnya masalah dipecahkan, identifikasi masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta definisi istilah, bila dianggap perlu.
3) Kajian Teori dan Hipotesis Tindakan. Menguraikan teori terkait
dan temuan penelitian yang relevan yang memberi arah kepelaksanaan PTK dan usaha
peneliti membangun argumen teoritik bahwa dengan tindakan tertentu dimungkinkan
dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran, bukan untuk
membuktikan teori. Dalam uraian bab ini diakhiri dengan pertanyaan penelitian dan
hipotesis tindakan.
4) Pelaksanaan Penelitian. Mengandung unsur: deskripsi lokasi,
waktu, mata pelajaran, karakteristik siswa di sekolah sebagai subyek penelitian.
Kejelasan tiap siklus: rancangan, pelaksanakaan, cara pemantauan, beserta jenis
instrumen, usaha validasi hipotesis dengan cara refleksi. Tindakan yang dilakukan
bersifat rasional dan feasible serta collaborative. Berikan gambaran kondisi lapangan
saat tindakan dilakukan, secara kuantitatif maupun kualitatif tentang semua aspek yang
dapat direkam pada waktu penelitian.Pada saat pelaksanaan penelitian, Instrumen
penelitian sebagai alat pengumpulan data memiliki peran yang sangat penting dalam
proses penelitian. Penarikan kesimpulan dari suatu penelitian ditentukan oleh data yang
terjaring melalui instrumen penelitian. Sedangkan bentuk instrumen penelitian sangat
ditentukan oleh teknik pengumpulan datanya. Oleh karena itu, pemilihan teknik
pengumpulan data harus dapat mencapai tujuan untuk menjawab rumusan masalah. Jadi
teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian mestilah bersesuaian.
Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: reduksi data, paparan data, dan
penyimpulan hasil analisis, (1) Reduksi Data, adalah proses penyederhanaan data yang
dilakukan melalui seleksi, pengelompokkan, dan pengorganisasian data mentah menjadi
sebuah informasi bermakna, (2) Paparan Data, merupakan suatu upaya menampilkan data
secara jelas dan mudah dipahami dalam bentuk paparan naratif, grafik, atau perwujudan
lainnya, (3) Penyimpulan, merupakan pengumpulan intisari dari sajian data yang telah
terorganisasikan dalam bentuk pernyataan atau kalimat yang singkat, padat dan
bermakna.
5) Hasil penelitian dan Pembahasan. Menyajikan uraian masing-
masing siklus dengan data lengkap mulai dari perencanaan, pelaksanaan pengamatan, dan
refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan. Baik data pra PTK , data
setelah siklus I maupun data-data siklus berikutnya. Sajian data dalam bab ini
mendeskripsikan secara jelas perubahan/perbaikan yang diperoleh dari hasil kegiatan
observasi, yang dapat dibuat dalam bentuk grafik/tabel dengan berikan berbagai
penjelasan dan analisis data. Bila hasil perbaikan yang diharapkan belum tercapai pada
siklus 1, maka diperlukan langkah lanjutan pada siklus 2. Satu siklus kegiatan merupakan
kesatuan dari kegiatan perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi. Banyaknya siklus tidak dapat
ditetapkan, dan karenanya perlu dibuatkan semacam kriteria keberhasilan. Kriteria
keberhasilan dapat ditetapkan, misalnya dengan menggunakan prinsip belajar tuntas.
Apabila tingkat perbaikan yang diharapkan tercapai minimal 75%, Atau jika merujuk
kepada permasalahan yang disbutkan di atas tentang peningkatan minat belajar PAI
melalui penerapan strategi Role Play pada siswa kelas VII MTs Surabaya, maka kegiatan
pembelajaran itu dapat dikatakan sudah memenuhi kriteria apabila penerapan strategi role
play sudah dianggap sempurna penerapannya dan pencapaian minat belajar meningkat
memenuhi standar minimal sesuai dengan rancangan PTK sebelumnya
6) Simpulan dan Saran.
Kemukakan simpulan yang diperoleh dari hasil analisis pada bab sebelumnya, dengan
memperhatikan perumusan masalah dan tujuan penelitiannya. Utarakan keterbatasan
penelitiannya, kemudian sampaikan saran. Ada dua macam saran: (a) saran untuk
penelitian lanjut, dan (b) saran untuk penerapan hasil penelitian.
D. Rangkuman
Penelitian Tindakan terdiri dari empat model yaitu Partisipatory Action Research (PAR),
Critical Action Research (CAR), Institusional Action Research (IAR) dan Classroom Action
Research (PTK). Secara umum tahapan dari penelitian tindakan ini hampir sama.Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) merupakan sebuah kajian reflektif dari kerisauan pendidik terhadap
persoalan pengajaran dan pembelajaran di kelas kemudian memiliki semangat untuk
memperbaiki proses pembelajarannya. Karakteristik PTK agak berbeda dengan penelitian
secara umum. PTK memiliki karakteristik antara lain;An inquiry on pratice from within,
Collaborativ, Reflective, Practice, Made Public, Every Day Pratical Problems, Teori menuju
aksi. PTK juga memiliki prinsip yang berbeda denganpenelitian penelitian secara umum dan
penelitian model ini termasuk jenis penelitian kualitiatif.
Secara garis besar prosedur penelitian tindakan mencakup empat tahap yaitu:
perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting).
Langkah-langkah pokok yang umumnya ditempuh dalam melakukan PTK adalah: 1)
penetapan fokus masalah penelitian, 2) perencanaan tindakan perbaikan, 3) pelaksanaan
tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi, 4) analisis dan refleksi, dan 5) perencanaan
tindak lanjut.