Anda di halaman 1dari 20

PTK UNTUK MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK

A. Tujuan Pembelajaran
Peserta dapat :
1. Menjelaskan konsep dasar penelitian tindakan kelas
2. Menjelaskan prinsip penelitian tindakan kelas.
3. Menjelaskan karakteristik PTK.
4. Menjelaskan model PTK
5. Menjelaskan SistematikaProposal PTK

B. Peta Konsep
Konsep Dasar PTK

Prinsip dan Manfaat PTK

PTK Karakteristik PTK

Model PTK

Sistematika Proposal dan Hasil PTK hHasilny


l

C. Uraian Materi
1. Konsep dasar PTK
Istilah penelitian tindakan kelas atau PTK merupakan bagian dari penelitian
tindakan. Penelitian tindakan merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang
memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendetaksi
dan memecahkan masalah. Dengan demikian, beberapa pengertian tentang Penelitian
Tindakan kelas (PTK) yang diungkap oleh para ahli adalah sebagai berikut:
a. Penelitian untuk mengujicobakan ide-ide ke dalam praktek dalam rangka
memperbaiki/mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi. (Kemmis,
1983)
b. Bentuk penelitian reflektif diri yang secara kolektif dilakukan oleh peneliti dalam
situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan sosial
serta pemahaman mengenai praktik dan situasi tempat dilakukannya. (Taggart, 1988)
c. Bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam
melakasanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan,
serta memperbaiki kondisi praktik pembelajaran yang dilakukan. (Proyek PGSM
Diknas, 1999)
d. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-
masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan (Wibawa, 2004:3).
e. Penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelaahan penelitian yang bersifat
reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih proporsional (Sukidin
dkk 2002:16).

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sering disebut classroom action research, saat
ini berkembang dengan pesat di negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia,
dan Kanada. Apabila dicermati kecenderungan baru ini mengemuka karena jenis
penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih
menjanjikan dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme
guru dalam mengelola proses pembelajaran mengajar di kelas.Konsep penelitian
tindakan bermula dari pandangan seorang ahli psikologi sosial yang bermana Kurt
Lewin (1946). Lewin menggunakan pendekatan penelitian tindakan setelah usainya
perang dunia ke dua dalam usaha menyelesaikan berbagai masalah sosial. Lewin pada
saat itu mengemukakan dua ide pokok penelitian tindakan yaitu; (1) keputusan bersama,
dan (2) komitment untuk meningkatkan dan memperbaiki prestasi kerja. Kedua ide
pokok tersebut sekarang menjadi karakteristik dasar penelitian tindakan yang
menegaskan perlunya usaha kolaboratif atau usaha secara bersama-sama dalam
meningkat mutu prestasi kerja.
Pada tahun 1953, ide Lewin dikembangkan oleh Stephen Corey di New York
sebagai pendekatan penelitian yang diselenggarakan oleh guru-guru sekolah. Pada Tahun
1976 Jhon Elliot menggunakan pendekatan ini untuk membantu guru mengembangkan
usaha inkuiri dalam pengajaran dan pembelajaran di dalam kelas yang kemudian dikenal
dengan penelitian tindakan kelas (PTK). Di Indonesia, PTK baru dikenal akhir dekade
80-an.
Secara bahasa penelitian atau research (bahasa Inggris) menurut The Advanced
Learner’s Dictionary of Current English (1961) berarti penyelidikan atau pencarian yang
seksama untuk memperoleh fakta baru dalam cabang ilmu pengetahuan. Menurut Fellin,
Tripodi dan Meyer (1969) penelitian adalah suatu cara sistematik untuk maksud
meningkatkan, memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan yang dapat disampaikan
(dikomunikasikan) dan diuji (diverifikasi) oleh peneliti lain.
Ciri-ciri riset adalah sebagai berikut, yaitu bahwa riset: (Abisujak, 1981) (1)
Dilakukan dengan cara-cara yang sistematik dan seksama; (2) Bertujuan meningkatkan,
memdofikasi dan mengembangkan pengetahuan (menambah perbendaharaan ilmu
pengetahuan); (3) Dilakukan melalui pencarian fakta yang nyata; (4) Dapat disampaikan
(dikomunikasikan) oleh peneliti lain; dan (5) Dapat diuji kebenarannya (diverifikasi) oleh
peneliti lain.
Menurut Ebbut dan Hopkin (1993), penelitian tindakan adalah kajian sistemik dari
upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan
melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka
mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Bagi Carr & Kemmis, 1986 dalam Burns
(1999) berpendapat bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif
diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk
meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan praktik sosial mereka serta
pemahaman mereka terhadap praktik-praktik mereka dan terhadap situasi tempat praktik-
praktik tersebut dilakukan.
Bila digabungkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas maka diperoleh
batasan penelitian tindakan kelas sebagai sebuah proses investigasi terkendali yang
berdaur ulang (bersiklus) dan bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan untuk
melakukan perbaikan-perbaiakan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau
situasi. Proses daur ulang (siklus) kegiatan dalam penelitian tindakan divisualisasikan
pada Gambar 1.
Gambar 1
Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas

Dari gambar 1 tersebut terlihat dengan jelas bahwa daur ulang (siklus) di atas memberi
gambaran bahwa prosedur dalam PTK memiliki kesamaan. Ada beberapa tahapan yang harus
diperhatikan dalam melakukan PTK, yaitu diawali dengan perencanaan tindakan (planing)¸
penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan
(observation dan evaluation), dan melakukan refleksi (reflection), dan seterusnya sampai
perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai.
2. Prinsip PTK
Secara umum prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tersebut adalah :
a. Tidak mengganggu komitmen guru sebagai pengajar;
b. Metode pengumpulan data tidak menuntut waktu yang berlebihan;
c. Metodologi yang digunakan harus reliable sehingga memungkinkan guru
mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara meyakinkan;
d. Masalah berawal dari kondisi nyata di kelas yang dihadapi guru;
e. Dalam penyelenggaraan penelitian, guru harus memperhatikan etika profesionalitas
guru;
f. Meskipun yang dilakukan adalah di kelas, tetapi harus dilihat dalam konteks sekolah
secara menyeluruh;
g. Tidak mengenal populasi dan sampel;
h. Tidak mengenal kelompok eksperimen dan control;
i. Tidak untuk digeneralisasikan.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006) prinsip-prinsip penelitian tindakan
kelas adalah :
a. Kegiatan nyata dalam situasi rutin
Penelitian yang dilakukan peneliti tidak boleh mengubah suasana rutin, penelitian
harus dalam situasi yang wajar, sehingga hasil penelitian dapat
dipertanggungjawabkan. Hal ini berkaitan erat dengan profesi guru yaitu
melaksanakan pembelajaran, sehingga tindakan yang cocok dilakukan oleh guru
adalah yang menyangkut pembelajaran.
b. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kerja
Kegiatan penelitian tindakan kelas dilakukan bukan karena keterpaksaan, akan tetapi
harus berdasarkan keinginan guru, guru menyadari adanya kekurangan pada dirinya
atau pada kinerja yang dilakukannya dan guru ingin melakukan perbaikan. Guru
harus berkeinginan untuk melakukan peningkatan diri untuk hal yanglebih baik dan
dilakukan secara terus menerus sampai tujuannya tercapai
c. SWOT Sebagai Dasar Berpijak
Penelitian tindakan dimulai dengan melakukan analisis SWOT, yang terdiri atas
unsur-unsur, yaitu :
- Strength : Kekuatan
- Weaknesses : Kelemahan
- Opportunity : Kesempatan
- Threat : Ancaman
Empat hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa yang
dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal-hal tersebut penelitian tindakan dapat
dilaksanakan hanya bila ada kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru dan juga
siswa. Kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri peneliti dan subjek tindakan
diidentifikasi secara cermat sebelum mengidentifikasi yang lain.
d. Upaya Empiris dan Sistemik
Dengan telah dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan
penelitian tindakan, berarti guru sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan
pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan
keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran
adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang kait
mengkait. Jika guru mengupayakan cara mengajar baru, harus juga memikirkan
tentang sarana pendukung yang berbeda, mengubah jadwal pelajarandan semua yang
terkait dengan hal-hal yang baru diusulkan tersebut.
e. Ikuti Prinsip SMART dalam Perencanaan
Ketika guru menyusun rencana tindakan, hendaknya mengingat hal -hal yang
terkandung dalam SMART yang merupakan singkatan dari Spesifik, Managable,
Aceptable, Realistic dan Time Bound. Adapun makna dari masing-masing kata
tersebut adalah:
- Spesifik : khusus, permasalahan tidak terlalu umum
- Managable : dapat dikelola, dilaksanakan. Penelitian tindakan kelas hendaknya
tidak sulit, baik dalam menentukan lokasi, mengumpulkan hasil,
mengoreksi, atau kesulitan dalam bentuk lain
- Acceptable : dapat diterima, dalam konteks ini dapat diterima oleh subjek yang
dikenai tindakan, artinya siswa tidak mengeluh gara-gara guru
memberikan tindakan-tindakan tertentu dan juga lingkungan tidak
terganggu.
- Realistic : operasional, tidak di luar jangkauan. Penelitian tindakan kelas tidak
menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi diri guru dan
siswa.
- Time-Bound : diikat oleh waktu, terencana, artinya tindakan-tindakan yang
dilakukan terhadap siswa sudah tertentu jangka waktunya. Batasan
waktu ini penting agar guru mengetahui betuk hasil yang diberikan
kepada siswanya.
Ketika guru menyusun rencana tindakan, harus mengingat hal-hal yang disebutkan
dalam SMART. Tindakan yang dipilih peneliti harus :
a. Khusus specific, masalah yang diteliti tidak terlalu luas, ambil satu aspek saja
sehingga langkah dan hasilnya dapat jelas dan spesifik.
b. Mudah dilakukan, tidak sulit atau berbelit, misalnya kesulitan dalam mencari lokasi
mengumpulkan hasil, mengoreksi dan lainnya.
c. Dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan, artinya siswa tidak mengeluh gara-
gara guru memberikan tindakan dan juga lingkungan tidak terganggu karenanya.
d. Tidak menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi dirinya dan subjek yang
dikenai tindakan.

Adapun manfaat PTK adalah tumbuhnya budaya meneliti yang merupakan


dampak dari pelaksanaan tindakan secara berkesinambungan memberi manfaat pada
munculnya inovasi pendidikan, karena para guru semakin diberdayakan untuk
mengambil berbagai prakarsa professional secara mandiri. Sikap mandiri tersebut akan
memicu lahirnya “percaya diri” untuk mencoba hal-hal yang baru yang diduga dapat
menuju perbaikan sistem pembelajaran.
3. Karakteristik PTK

Berdasar uraian-uraian yang telah dikemukakan sebelumnya di atas, maka dapat dicermati
karakteristik penelitian tindakan kelas, yang berbeda dari karakteristik penelitian formal, yaitu bahwa
PTK merupakan;

a. An inquiry on pratice from within


Karakteristik pertama dari penelitian tindakan kelas bahwa kegiatan tersebut dimulai oleh
permasalahan praktis yang dialami oleh pendidik dalam melaksanakan tugas sehari-harinya sebagai
pengelola program pembelajaran di dalam kelas atau sebagai jajaran staf pengajar di sekolah. Dengan
kata lain penelitian tindakan kelas bersifat practice driven dan action driven, dalam arti bahwa
penelitian tindakan kelas bertujuan memperbaiki praktis secara langsung ‘disini’, ‘sekarang’ sehingga
seringkali istilah penelitian tindakan kelas dipertukarkan dengan istilah penelitian praktis.
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas menitik beratkan pada
permasalahan yang spesifik dan kontekstual, hal ini membawa konsekuensi penelitian tindakan kelas
tidak terlalu menghiraukan kerepresentativan sampel seperti pada penelitian formal karena memang
tujuan penelitian tindakan kelas bukan untuk menemukan, mengembangkan atau merevisi sebuah
teori yang dapat digeneralisasikan secara luas. Akan tetapi penelitian tindakan kelas dimaksudkan
untuk memperbaiki (improvement) permasalahan praktis dalam pembelajaran ‘disini’ dan ‘sekarang’.
Penelitian tindakan kelas juga berbeda dengan penelitian formal dalam hal metodologi.
Metodologi penelitian tindakan kelas tidak kaku seperti penelitian formal, dalam arti tidak terlalu
memperhatikan kontrol terhadap perlakuan. Namun demikian sebagai kajian yang taat kaidah
pengumpulan data tetap dilakukan dengan menekankan objektivitas. Pengungkapan kebenenaran
dilakukan secara cermat dan objektif sehingga memungkinkan terselenggaranya peninjauan ulang
oleh teman sejawat.
Dengan kata lain, Penelitian tindakan kelas dimaksudkan bukan untuk mengemukakan
pembenaran diri (self justification), melainkan untuk mengemukakan kebenaran, meskipun
jangkauanya lebih terbatas (tidak dapat digeneralisasikan kepada populasi). Oleh karena itu,
penelitian tindakan kelas bepijak pada dua landasan yaitu involvement, keterlibatan langsung pendidik
dalam pelaksanaan penelitian dan improvement, komitmen pendidik untuk melakukan perbaikan,
termasuk perbaikan dalam cara berpikir dan kinerjanya sendiri, kerena itu penelitian tindakan kelas
dapat menjadi self reflective inquiry bagi pendidik, dalam situasi nyata di dalam kelas.

b. Collaborativ
Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh pendidik,
tetapi harus berkolaborasi dengan teman sejawatnya. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya
bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Nuansa kolaborasi ini
harus tertampilkan dalam keseluruhan proses mulai dari identifikasi masalah bersama, perencanaan,
pelaksanaan penelitian tindakan kelas, observasi dan evaluasi, dan refleksi, sampai dengan
penyusunan laporan akhir penelitian.

c. Reflective, Practice, Made Public


Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan untuk
perbaikan (improvement) praktis. Berbeda dengan penelitian formal yang lebih mengutamakan
pendekatan eksperimental, penelitian tindakan kelas lebih menekankan kepada proses ‘perenungan
kembali (refleksi) terhadap proses dan hasil penelitian secara berkelanjutan untuk mendapatkan
penjelasan dan justifikasi tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurang efektifan, dan
sebagaianya dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat digunakan memperbaiki proses tindakan
pada siklus-siklus selanjutnya.

d. Every Day Pratical Problems


Penelitian tindakan kelas lebih memfokuskan permasalahan nyata di dalam kelas yang dihadapi
pendidik sehari-hari, bukan berangkat dari permasalahan yang bersifat teoritis (teoritical problems).
Oleh sebab itu penentuan masalah dalam penelitian tindakan kelas harus berawal dari permasalahan
yang nyata di dalam kelas yang ditandai dengan kerisauan pendidik, yang kemudian didiagnosis agar
masalah dari permasalahan tersebut sebelum bisa menentukan langkah-langakah tindakan yang paling
tepat.

e. Teori menuju aksi,


Penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk mengadopsi teori kedalam tindakan yang
nyata untuk merubah situasi yang sulit kedalam permasalahan praktis yang bisa dipecahkan.

Sementara Indrawati (2001) mengungkapkan sepuluh karateristik PTK. Kesepuluh


karakteristik itu adalah seperti betikut ini.
1. Masalah yang diangkat untuk dipecahkan melalui PTK harus berasal dari persoalan
praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru. Permasalahan penelitian hendaknya
bersifa kontekstual dan spesifik.
2. Tujuan utama PTK adalah untuk meningkatkan atau memperbaiki praktik-praktik
pembelajaran secara langsung ketimbang menghasilkan pengetahuan baru
3. PTK berlingkup makro, dilakukan dalam lingkup kecil, bisa satu kelas atau beberpa kelas
di satu sekolah sehingga tidak terlalu menghiraukan kerepresentatifan sampel. Istilah
sampel dan populasi tidak diperlukan dalam PTK, karena hasilnya bukan untuk
digeneralisasi.
4. Hasil atau temuan PTK adalah pemahaman yang mendalam (komprehensif) mengenai
kehidupan/fenomena pembelajaran di kelas.
5. PTK bersifat praktis dan langsung, relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja atau
dunia pendidikan.
6. Pada PTK, peneliti (guru) tetap melaksanakan tugas mengajarnya sehari-hari di kelas,
dan guru sebagai peneliti dapat melakukan perubahan-perubahan atau pemecahan
masalah untuk memperbaiki atau meningkatkan pembelajaran.
7. PTK adalah jenis penelitian terapan yang melibatkan peneliti secara aktif dan langsung,
mulai dari pembuatan rancangan penelitian, rencana tindakan, hingga pada penerapannya
dengan modifikasi  intervensi yang sesuai dengan perkembangan kelas.
8. PTK bersifat fleksibel dan adaptif, membolehkan perubahan-perubahan selama dalam
masa penelitian, tidak menghiraukan kontrol demi kepentingan pelaksanaan yang lebih
terfokus pada penelitian (on the spot experimentation) dan inovasi.
9. PTK dapat dilaksanakan secara koloboratif, yaitu kerjasama di antara guru dan teman
sejawat, atau kepala sekolah dan pakar pendidikan, untuk berbagi kepakaran dan
pemahaman terhadap  fenomena yang diteliti. PTK juga dapat dilakukan secara
individual (oleh hanya seorang peneliti), dan atau dalam bentuk tim peneliti.
10. PTK dilaksanakan dengan langkah-langkah berupa siklus yang sistematis, dengan urutan:
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.

4. Model-Model PTK
Ada beberapa model PTK yang sering digunakan dalam dunia pendidikan antara lain: (1)
model Kurt Lewin; (2) Model Kemmis & McTaggart; (3) model Dave Ebbut; (4) model John
Elliot; dan (5) model Hopkins (Depdiknas, 1999:18). Sebagaimana akan diuraikan secara ringkas
berikut ini:
a. Model Kurt Lewin
Model Kurt Lewin merupakan model pertama dalam PTK yang diperkenalkan pada tahun
1946, dan merupakan acuan pokok atau dasar dari berbagai model PTK yang lain.
Menurut konsep Lewin bahwa siklus PTK terdiri dari empat langkah, yaitu (1)
perencanaan (planning); (2) aksi atau tindakan (acting); (3) observasi (observing); dan (4)
refleksi (reflecting).
Model Lewin dapat digambarkan sebagai berikut:

Acting

Planning observing

reflecting
Gambar 3.1 PTK Model Lewin

b. Model Kemmis & Mc Taggart;


Model ini dikenal dengan penemunya yaitu Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart.
Model Kemmis dan Mc Taggart merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin, sehingga
kelihatan masih sangat dekat dengan model Lewin. Kemmis dan Mc Taggart menjadikan satu
kesatuan komponen acting (tindakan) dan observing (pengamatan).
Model Kemmis dan Mc Taggart terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan,
tindakan, pengamatan, dan refleksi yang keempatnya merupakan satu siklus (Depdiknas,
1992:21) yang digambarkan sebagai berikut:
PLAN

Reflect

Act &
Observe

Revised
Plan

c. Model John Elliot


Reflect
Model John Elliot dikembangkan dari model Kurt Lewin, tetapi nampak lebih detail dan
rinci. Pada model John Elliot dalam satu tindakan (acting) terdiri dari beberapa step atau langkah
tindakan, yaitu langkah tindakan 1, langkah tindakan 2 dan langkah tindakan 3 (Depdiknas,
1999:22). Model ini jika digambarkan sebagai berikut:
Act & Observe

Ide Awal

Temuan dan Analisis

Perencanaan Umum
Langkah Tindakan
1,2,3
Implementasi Langkah
Tindakan
Monitoring
Implementasi dan
Efeknya

Penjelasan Kegagalan Revisi Perencanaan


Tentang Umum
Implementasi

Perbaikan
Perencanaan Langkah
Tindakan 1,2,3
Implementasi dan
Monitoring
Implementasi dan
Efeknya

Penjelasan Kegagalan Revisi Ide Umum

Perbaikan
Perencanaan Langkah

Implementasi dan
Langkah Berikutnya
Monitoring
Implementasi dan
Efeknya

Adaptasi Depdiknas (1999) dalam Tukiran dkk (2012:25)


Gambar 3.4 PTK Model John Elliot

d. Model Hopkins
Model Hopkins dikembangkan dari model-model sebelumnya yang sudah ada. Model
Hopkins jika digambarkan adalah sebagai berikut:

Perencanaan Tindakan,
Target, Tugas, Kriteria
Implementasi Evaluasi
Keberhasilan

Menopang Komitmen

Cek Kemajuan

Mengatasi Problem

Perencanaan Konstruk Cek Hasil

Pengambilan Stok
Audit

Ambil Start

Adaptasi Depdiknas (1999) dalam Tukiran dkk (2012:26)


Gambar 3.5 PTK Model Hopkins

f. Model Gabungan Sanford dan Kemmis.


Model gabungan Sanford dan Kemmis ini dikembangkan oleh Direktorat Ketenagaan Ditjen
Dikti Depdikna. Sehingga diperoleh batasan penelitian tindakan adalah sebagai sebuah proses
investigasi terkendali yang siklis dan bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan untuk
melakukan perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi.

Proses siklus kegiatan PTK ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Rencana
Tindakan
REFLEKSI
Siklus 1

Observasi dan
Evaluasi Rencana Tindakan
Ulang

Pelaksanaan
Tindakan

REFLEKSI
Siklus 2

Observasi dan
Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Tindakan


Tindakan Ulang
REFLEKSI
Siklus 3

Observasi dan
Evaluasi

Pelaksanaan
Tindakan

Adaptasi Depdiknas (1999) dalam Tukiran dkk (2012:28)


Gambar 3.6 PTK Model Gabungan Sanford dan Kemmis
Berdasarkan model-model PTK di atas, secara garis besar terdapat empat tahapan yang
lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.
1. Perencanaan
Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan
sesuatu. Diharapkan rencana tersebut berpandangan ke depan, serta fleksibel untuk
menerima efek-efek yang tak terduga dan dengan rencana tersebut secara dini kita dapat
mengatasi masalah. Dengan perencanaan yang baik, seorang praktisi akan lebih mudah
untuk mengatasi kesulitas dan mendorong para praktisi tersebut untuk bertindak dengan
lebih efektif. Sebagai bagian dari perencanaan, partisipan harus bekerja sama dalam
diskusi untuk membangun suatu kesamaan bahasa dalam menganalisis dan memperbaiki
pengertian maupun tindakan mereka dalam situasi tertentu.

2. Pelaksanaan / Tindakan
Tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat yang dapat berupa
suatu penerapan model pembelajaran tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki atau
menyempurnakan model yang sedang dijalankan. Tindakan tersebut dapat dilakukan oleh
mereka yang terlibat langsung dalam pelaksanaan suatu model pembelajaran yang
hasilnya juga akan diperguna-kan untuk penyempurnaan pelaksanaan tugas.

3. Pengamatan
Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendoku-mentasikan pengaruh-pengaruh
yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan dasar
dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat menceritakan
keadaan yang sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti
adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan
yang muncul.

4. Refleksi
Refleksi disini meliputi kegiatan: analisis, sintesis, penafsiran (penginterpretasian),
menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap
perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki
kinerja guru pada pertemuan selanjutnya. Dengan demikian, PTK tidak dapat
dilaksanakan dalam sekali pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk
melakukannya sebagai planning untuk siklus selanjutnya.

5. Sistematika Proposal PTK


Sistematika proposal PTK paling tidak terdiri dari hal-hal sebagai berikut:
 Judul
 Latar Belakang Masalah
 Permasalahan
 Cara Pemecahan Masalah
 Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian
 Kerangka Teoretik Dan Hipotesis Tindakan
 Rencana Penelitian:
 Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian
 Variabel yang diselidiki
 Rencana Tindakan
 Data dan cara pengumpulannya
 Indikator Kinerja
 Tim peneliti dan tugasnya
 Jadwal Penelitian
 Rencana Anggaran
 Lampiran
a. Judul
Judul PTK hendaknya dinyatakan dengan akurat dan padat permasalahan serta bentuk
tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Judul PTK memuat
unsur-unsur sebagai berikut: (1) Masalah, artinya judul menggambarkan masalah atau
dengan kata lain masalah tergambar dalam judul. (2) Tindakan, dalam judul PTK harus
dimunculkan solusi tindakan dari permasalahan yang diangkat. (3) Setting penelitian, judul
penelitian juga perlu memuat setting mata pelajaran dan pokok bahasan atau kompetensi
dasar yang hendak diberi solusi, waktu dan tempat (kelas, sekolah) yang dijadikan penelitian.
Contoh judul PTK adalah sebagai berikut: Penerapan Cara Belajar Aktif Model Pencocokan
Kartu Indeks untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Fiqih Pokok Bahasan
Syarat Sah dan Syarat Wajib Shalat pada Siswa Kelas IV MI Ma’arif Sambiroto Sidoarjo
Tahun 2009/2010.

b. Latar Belakang Masalah


Dalam latar belakang permasalahan ini hendaknya diuraikan urgensi penanganan
permasalahan yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus ditunjukkkan fakta-fakta yang
mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka.
Dukungan berupa hasil penelitian-penelitian terdahulu, apabila ada juga akan lebih
mengokohkan argumentasi mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan
ditangani melalui PTK yang diusulkan itu. Karakteristik khas PTK yang berbeda dari
penelitian formal hendaknya tercermin dalam uraian di bagian ini.

c. Permasalahan
Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu dijabarkan secara lebih
rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar-benar di angkat dari masalah keseharian di
kelas yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK. Sebaliknya permasalahan
yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang secara teknis metodologik di luar
jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi
masalah, yang dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal
sehingga gambaran permasalahan yang perlu ditangani itu nampak menjadi perumusan
masalah tersebut. Dalam bagian ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut. Dalam
bagian inipun, sosok PTK harus secara konsisten tertampilkan. Contoh rumusan masalah
PTK adalah: (1) Bagaimana meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran fiqih pokok
bahasan syarat sah dan syarat wajib shalat pada siswa kelas IV MI Ma’arif Sambiroto
Sidoarjo tahun 2009/2010 melalaui penerapan cara belajar aktif model pencocokan kartu
indeks? (2) Bagaimana peningkatkan prestasi belajar mata pelajaran fiqih pokok bahasan
syarat sah dan syarat wajib shalat pada siswa kelas IV MI Ma’arif Sambiroto Sidoarjo
tahun 2009/2010 melalaui penerapan cara belajar aktif model pencocokan kartu indeks?

d. Cara Pemecahan Masalah


Dalam bagian ini dikemukakan cara yang diajukan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi. Alternatif pemecahan yang diajukan hendaknya mempunyai landasan konseptual
yang mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah. Di samping itu, juga harus
terbayangkan kemungkinan kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka
pembenahan dan/atau peningkatan implementasi program pembelajaran dan/atau berbagai
program sekolah lainnya. Juga harus dicermati artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari
kemanfaatan penelitian formal.

e. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian


Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas. Paparkan sasaran antara dan akhir
tindakan. Perumusan tujuan harus konsisten dengan hakekat permasalahan yang
dikemukakan dalam bagian – bagian sebelumnya. Dengan sendirinya, artikulasi tujuan PTK
berbeda dari tujuan formal. Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang
bertujuan meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi
PBM yang baru, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan sebagainya.
Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM baru bukan merupakan rumusan tujuan
PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverfikasi secara obyektif. Syukur
apabila juga dapat dikuantifikasikan.
Disamping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian.
Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan-keuntungan yang
dijanjikan, khususnya bagi siswa sebagai pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil PTK,
di samping bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan-rekan guru lainnya serta bagi para dosen
LPTK sebagai pendidik guru. Berbeda dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi
pengembangan ilmu. Teknologi dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks PTK,
meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.
f. Kerangka Teoretik Dan Hipotesis Tindakan
Pada bagian ini diuraikan landasan substantif dalam arti teoritik dan/atau metodologik
yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternatif, yang akan diimplementasikan.
Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti pelaku
PTK sendiri yang relevan maupun pelaku-pelaku PTK lain di samping terhadap teori-teori
yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan. Argumentasi logik dan teoretik diperlukan
guna menyusun kerangka konseptual agar hipotesis tindakan dapat dirumuskan. Namun
begitu terdapat pendapat yang memandang kerangka teori ini bukan sebagai suatu keharusan,
artinya bersifat tentatif saja atau bila dipandang perlu.
g. Rencana Penelitian
1. Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian
Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa
dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi siswa pria dan wanita.
Latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan, tingkat
kemampuan dan lain sebagainya. Aspek substantif permasalahan seperti Matematika
kelas II SMP atau bahasa Inggris kelas III SMA, juga dikemukakan pada bagian ini.
2. Variabel yang diselidiki
Pada bagian ini ditentukan variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik incar
untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1)
variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur
evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya; (2) variabel proses penyelenggaran
KBM seperti interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya guru, gaya mengajar
guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan
sebagainya, dan (3) variabel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa
mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap terhadap
pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.
3. Rencana Tindakan
Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan pembelajaran,
seperti :
1) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang
diprakarsai seperti penetapan entry behavior. Pelancaran tes diagnostic untuk
menspesifikasi masalah. Pembuatan skenario pembelajaran, pengadaan alat-alat
dalam rangka implementasi PTK, dan lain-lain yang terkait dengan pelaksanaan
tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Di samping itu juga
diuraikan alternatif – alternatif solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan
masalah. Format kemitraan antara guru dengan dosen LPTK juga dikemukakan
pada bagian ini.
2) Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan di gelar. Skenario kerja
tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.
3) Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran
data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang
dirancang.
4) Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil
pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan
yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi
tindakan daur berikutnya.
4. Data dan cara pengumpulannya
Pada bagian ini ditunjukkan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang
berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang digelar, yang
akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan
tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif,
kuantitatif, atau kombinasi keduanya.
Di samping itu teknik pengumpilan data yang diperlukan juga harus diuraikan
dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan jurnal harian, observasi
aktivitas di kelas (termasuk berbagai kemungkinan format dan alat bantu rekam yang
akan digunakan), penggambaran interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran
hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen dan sebagainya. Selanjutnya dalam
prosedur pengumpulan data PTK ini tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK,
Para guru juga harus aktif sebagai pengumpul data, bukan semata-mata sebagai sumber
data.
Akhirnya semua teknologi pengumpulan data yang digunakan harus mendapat
penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab meskipun
mungkin saja memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik. Penggunaan
teknologi perekaman data yang canggih dapat saja terganjal keras pada tahap tayang
ulang dalam rangka analisis dan interpretasi data.
5. Indikator Kinerja
Pada bagian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara
eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK yang
bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa, misalnya perlu ditetapkan kriteria
keberhasilan dalam bentuk pengurangan (jumlah jenis dan atau tingkat kegawatan)
miskonsepsi yang tampak dan patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan
perbaikan yang dimaksud.
6. Tim peneliti dan tugasnya
Pada bagian ini hendaknya dicantumkan nama–nama anggota tim peneliti dan uraian
tugas peran setiap anggota tim peneliti serta jam kerja yang dialokasikan setiap minggu
untuk kegiatan penelitian.
h. Jadwal Penelitian
Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan urutan kegiatan
dari awal sampai akhir.

i. Rencana Anggaran
Rencana anggaran meliputi kebutuhan dukungan finansial untuk tahap persiapan
pelaksanan penelitian, dan pelaporan.

j. Lampiran dan Lain – Lain


Bagian lampiran dapat berisi curriculum vitae ketua dan para anggota tim inti.
Curriculum vitae tersebut memuat identitas ketua anggota tim peneliti, riwayat pendidikan,
pelatihan di bidang penelitian yang telah pernah diikuti, baik sebagai penatar/pelatih maupun
sebagai peserta, dan pengalaman dalam penelitian termasuk di PTK. Hal-hal lain yang dapat
memperjelas karakteristik kancah PTK yang diusulkan dapat disertakan dalam usulan
penelitian.

6. Laporan PTK

Secara garis besar, rincian dari setiap Laporan Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:
1) Abstrak. Pada bagian ini dituliskan dengan ringkas hal-hal pokok
tentang (a) permasalahan khususnya rumusan masalah, (b) tujuan, (c) prosedur
pelaksanaan PTK, dan (d) hasil penelitian. Ditulis dalam satu halaman, satu spasi,
maksimal tiga alinea atau hal ini tergantung pada sumber data atau ketentuan dari
lembaga pemesan.
2) Pendahuluan. Memuat unsur latar belakang masalah, data awal
tentang permasalahan pentingnya masalah dipecahkan, identifikasi masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta definisi istilah, bila dianggap perlu.
3) Kajian Teori dan Hipotesis Tindakan. Menguraikan teori terkait
dan temuan penelitian yang relevan yang memberi arah kepelaksanaan PTK dan usaha
peneliti membangun argumen teoritik bahwa dengan tindakan tertentu dimungkinkan
dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran, bukan untuk
membuktikan teori. Dalam uraian bab ini diakhiri dengan pertanyaan penelitian dan
hipotesis tindakan.
4) Pelaksanaan Penelitian. Mengandung unsur: deskripsi lokasi,
waktu, mata pelajaran, karakteristik siswa di sekolah sebagai subyek penelitian.
Kejelasan tiap siklus: rancangan, pelaksanakaan, cara pemantauan, beserta jenis
instrumen, usaha validasi hipotesis dengan cara refleksi. Tindakan yang dilakukan
bersifat rasional dan feasible serta collaborative. Berikan gambaran kondisi lapangan
saat tindakan dilakukan, secara kuantitatif maupun kualitatif tentang semua aspek yang
dapat direkam pada waktu penelitian.Pada saat pelaksanaan penelitian, Instrumen
penelitian sebagai alat pengumpulan data memiliki peran yang sangat penting dalam
proses penelitian. Penarikan kesimpulan dari suatu penelitian ditentukan oleh data yang
terjaring melalui instrumen penelitian. Sedangkan bentuk instrumen penelitian sangat
ditentukan oleh teknik pengumpulan datanya. Oleh karena itu, pemilihan teknik
pengumpulan data harus dapat mencapai tujuan untuk menjawab rumusan masalah. Jadi
teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian mestilah bersesuaian.

Bentuk Instrumen Penelitian


Tujuan Teknik Instrumen Penelitian
Pengumpulan Data
Mengukur Tes  Tes pilihan ganda
pengetahuan/  Tes Essay
keterampilan  Kuis
 Lembar Kerja Siswa
 Lembar Tugas Siswa

Mengetahui  Angkat/kuesioner  Lembar angket/kuesioner


pendapat  Wawancara  Pedoman Wawancara
Menilai peforma  Observasi  Lembar observasi/ pengamatan
kinerja  Catatan lapangan

Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: reduksi data, paparan data, dan
penyimpulan hasil analisis, (1) Reduksi Data, adalah proses penyederhanaan data yang
dilakukan melalui seleksi, pengelompokkan, dan pengorganisasian data mentah menjadi
sebuah informasi bermakna, (2) Paparan Data, merupakan suatu upaya menampilkan data
secara jelas dan mudah dipahami dalam bentuk paparan naratif, grafik, atau perwujudan
lainnya, (3) Penyimpulan, merupakan pengumpulan intisari dari sajian data yang telah
terorganisasikan dalam bentuk pernyataan atau kalimat yang singkat, padat dan
bermakna.
5) Hasil penelitian dan Pembahasan. Menyajikan uraian masing-
masing siklus dengan data lengkap mulai dari perencanaan, pelaksanaan pengamatan, dan
refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan. Baik data pra PTK , data
setelah siklus I maupun data-data siklus berikutnya. Sajian data dalam bab ini
mendeskripsikan secara jelas perubahan/perbaikan yang diperoleh dari hasil kegiatan
observasi, yang dapat dibuat dalam bentuk grafik/tabel dengan berikan berbagai
penjelasan dan analisis data. Bila hasil perbaikan yang diharapkan belum tercapai pada
siklus 1, maka diperlukan langkah lanjutan pada siklus 2. Satu siklus kegiatan merupakan
kesatuan dari kegiatan perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi. Banyaknya siklus tidak dapat
ditetapkan, dan karenanya perlu dibuatkan semacam kriteria keberhasilan. Kriteria
keberhasilan dapat ditetapkan, misalnya dengan menggunakan prinsip belajar tuntas.
Apabila tingkat perbaikan yang diharapkan tercapai minimal 75%, Atau jika merujuk
kepada permasalahan yang disbutkan di atas tentang peningkatan minat belajar PAI
melalui penerapan strategi Role Play pada siswa kelas VII MTs Surabaya, maka kegiatan
pembelajaran itu dapat dikatakan sudah memenuhi kriteria apabila penerapan strategi role
play sudah dianggap sempurna penerapannya dan pencapaian minat belajar meningkat
memenuhi standar minimal sesuai dengan rancangan PTK sebelumnya
6) Simpulan dan Saran.
Kemukakan simpulan yang diperoleh dari hasil analisis pada bab sebelumnya, dengan
memperhatikan perumusan masalah dan tujuan penelitiannya. Utarakan keterbatasan
penelitiannya, kemudian sampaikan saran. Ada dua macam saran: (a) saran untuk
penelitian lanjut, dan (b) saran untuk penerapan hasil penelitian.

D. Rangkuman
Penelitian Tindakan terdiri dari empat model yaitu Partisipatory Action Research (PAR),
Critical Action Research (CAR), Institusional Action Research (IAR) dan Classroom Action
Research (PTK). Secara umum tahapan dari penelitian tindakan ini hampir sama.Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) merupakan sebuah kajian reflektif dari kerisauan pendidik terhadap
persoalan pengajaran dan pembelajaran di kelas kemudian memiliki semangat untuk
memperbaiki proses pembelajarannya. Karakteristik PTK agak berbeda dengan penelitian
secara umum. PTK memiliki karakteristik antara lain;An inquiry on pratice from within,
Collaborativ, Reflective, Practice, Made Public, Every Day Pratical Problems, Teori menuju
aksi. PTK juga memiliki prinsip yang berbeda denganpenelitian penelitian secara umum dan
penelitian model ini termasuk jenis penelitian kualitiatif.
Secara garis besar prosedur penelitian tindakan mencakup empat tahap yaitu:
perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting).
Langkah-langkah pokok yang umumnya ditempuh dalam melakukan PTK adalah: 1)
penetapan fokus masalah penelitian, 2) perencanaan tindakan perbaikan, 3) pelaksanaan
tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi, 4) analisis dan refleksi, dan 5) perencanaan
tindak lanjut.

Anda mungkin juga menyukai