MAKALAH
oleh
Kelompok 2
MAKALAH
Disusun guna melengkapi tugas Mata Kuliah Keperawatan Bedah dengan Dosen
Pembimbing Ns. Jon Hafan Sutawardana, M.Kep., Sp.Kep.MB
oleh
Riris Nur Rizqiya 162310101054
Vania Putri Widiagma 162310101055
Berta Katrina Ramadhantya 162310101058
Nurul Amilia Oktivana 162310101063
Wildiah Nursyafiqoh Putri 162310101096
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Kelompok : 2
Kelas/Angkatan : B-2016
Makalah ini dikerjakan dan disusun dengan pemikiran sendiri, bukan hasil
jiplakan atau reproduksi ulang makalah yang telah ada.
Ketua Kelompok
NIM 162310101058
Mengetahui
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah sesuai waktu
yang telah direncanakan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Dalam penulisan laporan ini tentunya ada pihak yang telah memberikan
bantuan baik moral maupun material. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terimaksih kepada:
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
penulis mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif demi penyempurnaan
selanjutnya.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan
pembacanya.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
2.1 Kasus........................................................................................... 26
2.2 Pengkajian Keperawatan.......................................................... 26
2.3 Analisa Data .............................................................................. 33
2.4 Diagnosa Keperawatan............................................................. 38
2.5 Intervensi Keperawatan ........................................................... 39
2.6 Implementasi Keperawatan ..................................................... 48
2.7 Evaluasi Keperawatan ............................................................. 53
v
BAB 1. LAPORAN PENDAHULUAN
1
4. T4 berarti tumor telah berkembang menjadi jaringan tubuh luar
laring. Ini mungkin telah menyebar ke tiroid, pipa udara
(trakea) atau pipa makanan (esofagus)
Gambar 1
1.1.2 Epidemiologi
Insiden tumor ganas laring di beberapa tempat di dunia ini berbeda-
beda. Di Amerika Serikat pada tahun 1973-1976 dilaporkan 8,5% kasus
karsinoma laring per 100.000 penduduk laki-laki dan 1,3% kasus
karsinoma laring per 100.000 penduduk perempuan. Pada akhir-akhir
ini tercatat insiden tumor ganas laring pada wanita meningkat. Ini
dihubungkan dengan meningkatnya jumlah wanita yang merokok.
Di RSUP H. Adam Malik Medan, Februari 1995- Juni 2003
dijumpai 97 kasus karsinoma laring dengan perbandingan laki-laki dan
perempuan 8:1. Usia penderita berkisar antara 30 sampai 79 tahun. Dari
Februari 1995- Februari 2000, 28 orang diantaranya telah dilakukan
operasi laringektomi total.
1.1.3 Etiologi
Penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui. Dikatakan oleh
para ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok
orang-orang dengan resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Merokok
merupakan faktor resiko utama pada karsinoma laring dimana pada
rokok terdapat 43 bahan karsinogen antara lain polisiklik hirokarbon,
nitrosamin, radioaktif polonium-210.
Alkohol (etanol) jika dikombinasikan dengan penggunaan rokok
maka akan berpotensi untuk memberikan efek karsinogenik yang akan
memudahkan penetrasi zak karsinogenik dalam jaringan tubuh. Etanol
2
juga mengganggu sintesis retinoid, derivat vitamin A yang mana zat ini
memberikan efek protektif dari perkembangan sel kanker.
Virus yang juga dikaitkan dengan kejadian karsinoma laring yaitu
HPV (Human Papilloma Virus) dan Eibstein Barr Virus. HPV
dikategorikan menjadi resiko tinggi (tipe 16,18), medium (tipe 31,33),
resiko rendah (tipe 6,11).
Faktor resiko lainnyaadalah paparan debu kayu, sinar radio aktif,
polusi udara, radiasi leher dan asbestosis.
1.1.4 Klasifikasi
Berdasarkan Union International Centre le Cancer (UICC) 1982,
klasifikasi dan stadium tumor ganas laring terbagi atas:
a. Supraglotis (30-35%)
b. Glotis (60-65%)
c. Subglotis (1%)
Yang termasuk supraglotis adalah: permukaan posterior epiglotis
yang terletak di sekitar os hioid, lipatan ariepiglotik, aritenoid, epiglotis
yang terletak dibawah os hioid, pita suara palsu, ventrikel.
Yang termasuk glottis adalah: pita suara asli, komisura anterior dan
komisura posterior. Yang termasuk subglotis adalah : dinding subglotis.
Klasifikasi dan stadium tumor berdasarkan UICC:
a. Tumor Primer (T)
Supraglotis
1. Tis : Karsinoma insitu
2. T0 : Tidak jelas adanya tumor primer l
3. T1 : Tumor terdapat pada satu sisi suara/pita suara
palsu (gerakan masih baik).
T1a :Tumor terbatas pada permukaan laring
epiglotis, plika ariepiglotika, ventrikel atau
pita suara palsu satu sisi.
T1b :Tumor telah mengenai epiglotis dan meluas
ke rongga ventrikel atau pita suara palsu
3
4. T2 : Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daaerah
supra glotis dan glotis masih bisa bergerak (tidak
terfiksir).
5. T3 : Tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau
meluas ke daerah krikoid bagian belakang, dinding
medial dari sinus piriformis, dan arah ke rongga pre
epiglotis.
6. T4 : Tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi
orofaring jaringan lunak pada leher atau sudah
merusak tulang rawan tiroid.
Glotis
Subglotis
4
T1a: Tumor terbatas pada satu sisi
T1b: Tumor telah mengenai kedua sisi
4. T2 : Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih
dapat bergerak atau sudah terfiksir.
5. T3 : Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah
terfiksir.
6. T4 : Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan
atau perluasan keluar laring atau kedua-duanya.
b. Penjalaran ke Kelenjar Limfa (N)
1. Nx : Kelenjar limfa tidak teraba
2. N0 : Secara klinis kelenjar tidak teraba
3. N1 : Secara klinis teraba satu kelenjar limfa dengan
ukuran diameter 3cm homolateral.
4. N2 : Teraba kelenjar limfa tunggal, ipsilateral, ukuran
diameter 3-6 cm.
N2a : Satu kelenjar limfa ipsilateral, diameter lebih dari
3cm tapi tidak lebih dari 6cm
N2b : Multipel kelenjar limfa ipsilateral, diameter tidak
lebih dari 6cm
N2c : Metastasisbilateral atau kontralateral, diameter
tidak lebih dari 6cm
5. N3 : Metastasis kelenjar limfa lebih dari 6 cm
c. Metastasis Jauh (M)
1. Mx : Tidak terdapat/terdeteksi
2. M0 : Tidak ada metastasis jauh.
3. M1 : Terdapat metastasis jauh.
d. Stadium
Stadium 1 T1 N0 N0
Stadium 2 T2 N0 N0
5
Stasium 3 T3 N0 M0
T1/T2/T3 N1 M0
Stasium 4 T4 N0/N1 M0
T1/T2/T3/T4 N2/N3
T1/T2/T3/T4 N1/N2/N3 M1
1.1.5 Patofisiologi
Paparan karsinogenik berulang-ulang akan menyebabkan struktur
DNA selnormal akan terganggu sehingga terjadi diferensiasi dan
proliferasi abnormal. Adanya mutasi serta perubahan pada fungsi dan
karakteristik sel berakibat pada buruknya sistem perbaikan sel dan
terjadilah apoptosis serta kematian sel. Pro-onkogen akan terus
meningkat sementara tumor supressor gene menurun, keadaan ini
mengakibatkan proliferasi terus-menerus dari sel anaplastik yang akan
mengambil suply oksigen, darah dan nutrien dari sel normal sehingga
penderita akan mengalami penurunan berat badan. Selain itu akan
terjadi penurunan serta serta destruksi komponen darah, penurunan
trombosit menyebabkan gangguan perdarahan, penurunan jumlah
eritrosit menyebabkan anemia dan penurunan leukosit menyebabkan
gangguan status imunologi pasien. Proliferasi sel kanker yang terus
berlanjut hingga membentuk suatu masa mengakibatkan kompresi pada
pembuluh darah sekitar dan saraf sehingga terjadilah odinofagi, disfagi,
dan nyeri pada kartilago tiroid. Massa tersebut juga mengakibatkan
hambatan pada jalan nafas. Iritasi pada nervus laringeus menyebabkan
suara menjadi serak. Jika mutasi yang terjadi sangat progresif, kanker
dapat bermetastasis ke jaringan sekitar dan kelenjar getah bening.
1.1.6 Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda yang sering dijumpai adalah:
1. Suara Serak
Gejala utama karsinoma laring. Merupakan gejala paling
dini tumor pita suara. Hal ini disebabkan karena ganguan fungsi
fonasi laring. Kualitas nada sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya
6
celah glotik, besar pita suara, ketajaman tepi pita suara, kecepatan
getaran, dan ketegangan pita suara. Pada tumor ganas laring, pita
suara gagal berfungsi secara baik disebabkan ketidakteraturan pita
suara, oklusi atau penyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot
vokalis, sendi dan ligamen krikoaritenoid, dan kadang-kadang
menyerang saraf. Serak menyebabkan kualitas suara menjadi kasar,
menganggu, sumbang, dan nadanya lebih rendah dari biasanya.
Kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas, atau
paralisis komplit.
Hubungan antara suara serak dengan tumor laring
tergantung dari letak tumornya. Apabila tumbuh di pita suara asli,
maka serak merupakan gejala dini dan menetap. Pada tumor
subglotik dan supraglotik, serak dapat merupakan gejala akhir atau
tidak muncul sama sekali.
2. Sesak Nafas dan Stridor
Terjadi karena adanya sumbatan jalan nafas oleh massa
tumor, penumpukan kotoran atau sekret, maupun fiksasi pita suara.
Adanya stridor dan dispnea adalah tanda prognosis kurang baik.
3. Rasa Nyeri di Tenggorok
Keluhan bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang
tajam.
4. Disfagia dan Odinofagia
Merupakan ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik,
hipofaring, hipofaring, dan sinus piriformis. Keluhan ini
merupakan keluhan yang paling sering pada tumor ganas
postkrikoid. Adanya odinofagi menandakan adanya tumor ganas
lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.
5. Batuk dan Hemoptisis
Batuk jarang pada tumor ganas glotik, biasanya timbul
dengan tertekannya hipofaring disertai sekret yang mengalir ke
dalam laring. Sedangkan haemoptisis sering pada tumor ganas
glotik dan supraglotik.
7
6. Nyeri alih telinga ipsilateral, halitosis, penurunan berat badan serta
pembesaran kelenjar getah bening di pertimbangkan sebagai
perluasan tumor ke luar laring atau metastasis jauh.
7. Nyeri tekan daerah laring
Gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi
tumor yang menyerang kartilago tiroid dan perikondrium
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan
laboratorium darah, juga pemeriksaan radiologik. Foto toraks
diperlukan untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses
spesifik dan metastasis di paru. Foto jaringan lunak (soft tissue) leher
dari lateral kadang-kadang dapat menilai besarnya dan letak tumor, bila
tumornya cukup besar. Apabila memungkinkan, CT scan laring dapat
memperlihatkan keadaan tumor da laring lebih seksama, misalnya
penjalaran tumor pada tulang raawan tiroid dan daerah pre-epiglotis
serta metastase kelenjar getah bening leher.
Diagnosa pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi-anatomik
dari bahan biopsi laring, dan biosi jarum-halus pada pembesaran
kelenjar limfa dileher. Dari hasil patologi anatomik yang terbanyak
adalah karsinoma sel skuamosa.
1.1.8 Penatalaksanaan Medis
Secara umum ada 3 jenis penanggulangan karsinoma laring yaitu
pembedahan, radiasi dan sitostatika, ataupun kombinasi, tergantung
pada stadium penyakit dan keadaan umum pasien.
a. Pembedahan
Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari:
1. Laringektomi
a) Laringektomi Parsial
Laringektomi parsial diindikasikan untuk karsinoma
laring stadium I yang tidak memungkinkan dilakukan
radiasi, dan tumor stadium II.
b) Laringektomi Total
8
Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur
laring mulai dari batas atas (epiglotis dan os hioid)
sampai batas bawah cincin trakea.
2. Diseksi Leher Radikal
Tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini (T1-
T2) karena kemungkinan metastase ke kelenjar limfe leher
sangat rendah. Sedangkan tumor supraglotis, subglotis dan
tumor glotis stadium lanjut sering kali mengadakan
metastase ke kelenjar limfe leher sehingga perlu dilakukan
tindakan diseksi leher. Pembedahan ini tidak disarankan
bila telah terdapat metastase jauh.
b. Radioterapi
Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dan
supraglotis T1 dan T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhan
90%). Keuntungan dengan cairan ini adalah laring tidak cedera
sehingga suara masih dapat dipertahankan. Dosis yang dianjurkan
adalah 200 rad perhari sampai dosis total 6000-7000 rad.
c. Kemoterapi
Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi
adjuvant ataupun paliatif. Obat yang diberikan adalah cisplatinum
80-120 mg/m2 dan 5 FU 800-1000 mg/m2.
d. Rehabilitasi Suara
Laringektomi total yang dikerjakan untuk mengobati
karsinoma laring menyebabkan cacat pada penderita. Dengan
dilakukannya pengangkatan laring beserta pita-suara yang ada
dalamnya, maka penderita akan menjadi afonia dan bernafas
melalui stoma permanent di leher.
Untuk itu diperlukan rehabilitasi terhadap pasien, baik yang
bersifat umum, yakni agar pasien dapat memasyarakatkan dan
mandiri kembali, maupun rehabilitasi khusus yakni rehabilitasi
suara (voice rehabilitation), agar penderita dapat berbicara
(bersuara), sehingga berkomunikasi verbal. Rehabilitasi suara
9
dapat dilakukan dengan pertolongan alat bantu suara, yakni
semacam vibrator yang ditempelkan di daerah submandibula,
ataupun dengan suara yang dihasilkan dari esophagus (eso-
phageal speech) melalui proses belajar. Banyak faktor yang
mempengaruhi suksesnya proses rehabilitasi suara ini, tetapi
dapat disimpulkan menjadi 2 faktor utama, ialah faktor fisik dan
faktor psiko-sosial.
Suatu hal yang sangat mmebantu adalah pembentukan
wadah perkumpulan guna menghimpun pasien-pasien tuna-laring
guna menyokong aspek psikis dalam lingkup yang luas dari
pasien, baik sebelum maupun sesudah operasi.
1.1.9 Pathway
FAKTOR PREDISPOSISI
(ALKOHOL, ROKOK, RADIASI)
POLIFERASI
10 SEL LARING
OBSTRUSI SUARA
LUMEN PARAU MENGIRITA
OESOPHAGUS NYERI SI SEL
DIPERSEPSI LARING
KAN
AFONIA
DISFAGIA
PROGRESIF INFEKSI
GANGGUAN
GANGGUAN RASA
KOMUNIKASI NYAMAN ;
INTAKE VERBAL NYERI AKUMULAS
BERKURANG I SEKRET
BB TURUN BERSIHAN
JALAN
NAFAS
TIDAK
EFEKTIF
GANGGUAN
PEMENUHAN NUTRISI
11
mencakup dua langkah : pengumpulan data dari sumber primer (klien)
dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analis data
sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan (Potter dan Perry, 2005).
a. Identitas klien yang terdiri dari nama, Umur, Suku/bangsa, status
perkawinan, agama, pendidikan, alamat, nomor register, tanggal
datang ke rumah sakit.
b. Riwayat kesehatan yang terdiri dari :
1) Keluhan utama
Adalah keluhan atau gejala apa yang menyebabkan pasien
berobat atau keluhan atau gejala saat awal dilakukan pengkajian
pertama kali yang utama. Keluhan utama klien Ca laring
biasanya batuk disertai secret berwarna putih dan encer. Batuk
dirasakan ketika tenggorokanya terasa gatal dan banyak
secret,batuk berhenti bila dilakukan suctionning, batu tidak
dapat dikontrol dan hilang timbal.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Adalah faktor yang melatar belakangi atau mempengaruhi
dan mendahului keluhan, bagaimana sifat terjadinya gejala
(mendadak, perlahan-lahan, terus menerus atau berupa serangan,
hilang dan timbul atau berhubungan dengan waktu), lokasi
gejalanya dan bagaimana sifatnya (menjlar, menyebar,
berpindah-pindah atau menetap). Bagaimana berat ringannya
keluhan berkurang, lamanya keluhan berlangsung, atau mulai
kapan serta upaya yang telah dilakukan untuk penyembuhan.
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Dapat ditanyakan seperti riwayat pemakaian jenis obat,
jumlah dosis dan pemakaiannya, riwayat atau pengalaman masa
lalu tentang kesehatan atau penyakit yang pernah dialami atau
riwayat masuk rumah sakit atau riwayat kecelakaan.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
a) Adakah keluarga yang menderita penyakit ca laring.
12
b) Penyakit kronik yang lain seperti diabetes melitus, batu
ginjal, kardiovaskuler, dll.
5) Status sosial
Status sosial ekonomi atau mempengaruhi tingkat
pendidikan, sedangkan tingkat pendidikan akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan klien dan hal ini akan berpengaruh pada
pola hidup dan kebiasaan sehari-hari yang akan mencerminkan
tingkat kesehatan klien.
6) Penampilan Umum
a) Tanda-tanda vital : pola pernafasan dan suhu tubuh.
b) Tingkat kesadaran : composmetis, somnolen, sofor, koma,
delirium
c) konsentrasi : mampu berkonsentrasi atau tidak.
d) kemampuan bicara : mampu bicara atau tidak.
e) gaya jalan : seimbang atau tidak
f) koordinasi anggota gerak : mampu menggerakan anggota
tubuh atau tidak.
c. Pola Fungsi Kesehatan.
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan adanya tanda dan
gejala yang menyebabkan klien mencari pertolongan kesehatan
seperti : nyeri pada tenggorokan, susah untuk menelan,
peningkatan suhu tubuh, kelemahan hebat, kehilangan perhatian
pada lingkungan.
2) Pola nutrisi dan metabolik.
Anoreksia, mual, muntah, BB menurun karena intake kurang,
nyeri untuk menelan, nafas berbau.membran mukosa kering.
3) Pola eliminasi
Warna urin kuning pekat, ureum meningkat.
4) Pola aktivitas dan latihan
Kelelahan (fatique), kelemahan.
5) Pola tidur dan istirahat
Gelisah, tidur sering terganggu karena nyeri pada tenggorokan.
13
6) Pola persepsi sensor dan kogniti.
Kurangnya pendengaran perhatian berkurang atau menyempit,
kemampuan berfikir abstrak menurun, kehilangan perhatian
untuk lingkungan, sakit kepala.
7) Pola persepsi diri dan konsep diri
Penurunan harga diri, perubahan konsep diri dan body image,
menurunnya harga diri, menurunnya tingkat kemandirian dan
perawatan diri.
8) Pola peran dan hubungan sesama
Tidak dapat menjalankan sekolah, penurunan kontak sosial dan
aktivitas.
9) Pola koping dan toleransi terhadap stress
Ketidak efektifan koping individu dan keluarga, mekanisme
pertahanan diri : denial proyeksi, rasionalisasi, displasmen
10) Pola nilai dan kepercayaan.
11) Kehilangan kepercayaan kepada pemberi pelayanan kesehatan.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit termasuk
ekspresi wajah posisi pasien, kesadaran (GCS/ Gaslow Come
Scale), yang dapat meliputi penilaian secara kualitas seperti
comosmetis, apatis, somnolen, sofor, koma, delirium, dan status
Gizinya.
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi nadi, tekanan darah, pola
pernafasan dan suhu tubuh.
3) Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening.
a) Kulit meliputi warna (meliputi pigmentasi, sianosis, ikterik,
pucat, eritema), turgor, kelembaban kulit dan atau ada
tidaknya edema.
b) Rambut meliputi dapat dinilai dari warna, kelebatan,
distribusi dan karakteristik.
14
c) Kelenjar getah bening meliputi dapat dinilai dari bentuknya
serta tanda-tanda radang yang dapat dinilai di daerah
servikal anterior, inguinal oksiptil, dan retroavrikuler.
4) Pemeriksaan Kepela Dan Leher
Laksanakan pemeriksaan kepala dan leher secara menyeluruh :
palpasi leher dan tiroid untuk merasakan adanya pembengkakan,
nodularitas, atau adenopati. Kaji adanya suara serak, luka pada
tenggorokan, dispnea, disfagia, atau nyeri dan rasa terbakar
ditenggorokan (Smeltzer, 2013).
5) Pemeriksaan dada meliputi organ paru dan jantung, secara
umum bentuk dada, keadaan paru yang meliputi simetris atau
tidaknya, pergerakan nafas, ada tidaknya femitus suara, krepitasi
serta dapat dilihat batas ada saat perkuasi didapatkan (bunyi
perkusinya bagaimana apakah hipersenosor atau timpani). Pada
pemeriksaan jantung dapat diperiksa tentang denyut apeks atau
dikenal dengan siklus kordis dan aktivitas artikel, getaran
bsising, bunyi jantung.
6) Pemeriksaan abdomen meliputi bentuk perut, dinding perut,
bising usus, adanya ketegangan dinding perut atau adanya nyeri
tekan serta dilakukan palpasi pada organ hati, limfa, ginjal,
kandung kemih, yang ditentukan ada tidaknya nyeri pada
pembesaran pada organ tersebut, kemudian pada daerah anus,
rectum, serta genitalia.
7) Pemeriksaan anggota gerak dan neurologi meliputi adanya
rentang gerak keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman
tangan, otot kaki dan lainnya.
e. Prosedur Diagnostik
Pemeriksaan untuk melihat kedalam laring dapat dilakukan dengan
cara langsung maupun tak langsung dengan menggunakan
laringoskopi untuk menilai lokasi tumor penyebaran tumor yang
terlihat dan kemudian melakukan biopsy. Laringoskopi tidak
langsung dilakukan untuk mengevaluasi secara visual keluasan
15
tumor. Uji diagnostic, termasuk sinar X jaringan lunak, tomogram,
serogram, pemeriksaan kontras, dan pencitraan resonansi magnetic
(MRI) dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan diagnostic untuk
menentukan keluasan pertumbuhan tumor. Bagaimanapun,
pemeriksaan laringoskopi langsung dibawah anastesi umum, adalah
metode primer untuk mengevaluasi laring. Mobilitas pita suara
dikaji, jika gerakan normalnya terbatas maka pertumbuhan tumor
mungkin sudah mengenai otot, jaringan lain dan bahkan jalan nafas.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons
manusia terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan, atau
kerentanan respons dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau
komunitas. Indikator diagnostik data yang digunakan untuk
mendiagnosis dan untuk membedakan satu diagnosis dari yang lain.
Indikator diagnostik meliputi batasan karakteristik yang meliputi tanda
dan gejala dan faktor risiko yang meliputi faktor yang berhubungan
dengan penyebab, keadaan, fakta, atau pengaruh yang memiliki
beberapa jenis hubungan dengan diagnosis keperawatan (Keliat dkk.,
2015) Diagnosa keperawatan menurut (Nanda, 2015) pada pasien ca
laring adalah :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas d.d
RR: 28x/menit, suhu: 37oC, nadi: 90x/menit, terdapat benjolan
dibelakang leher, hasil laringoskopi : tampak masa memenuhi
supraglotik, pasien mengatakan sesak nafas sejak 5 bulan yang
lalu,dan pasien mengatakan kesulitan menelan.
b. Nyeri akut b.d agen cedera biologis d.d TD : 130/80 mmHg, RR:
28x/menit, Suhu: 37oC, Nadi: 90x/menit, terdapat benjolan
dibelakang leher, pasien tampak meringis kesakitan saat leher
dipalpasi, dan pasien mengatakan benjolan dilehernya terasa nyeri
bila ditekan.
c. Ansietas b.d ancaman pada status terkini d.d gelisah, kesulitan tidur
karena sesak nafas, TD 100/70 mmHg
16
d. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang
asupan makanan d.d TD: 130/80mmHg, RR: 28x/menit, Suhu:
37oC, Nadi: 90x/menit, Konjungtiva anemis, BB pasien mengalami
penurunan yang signifikan (60 menjadi 50 kg), terdapat benjolan di
leher belakang, pasien mengatakan sulit menelan, dan pasien
mengatakan tidak nafsu makan.
e. Defisiensi Pengetahuan b.d kurang sumber pengetahuan d.d kurang
pengetahuan, pasien mengatakan lehernya terasa panas seperti
terbakar ketika minum – minuman yang hangat, riwayat suara serak
sejak 2 tahun yang lalu, sesak nafas sejak 5 bulan yang lalu, pasien
juga mengalami masalah bau mulut, tapi dianggapnya sebagai hal
biasa.
1.2.3 Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah berbagai perawatan, berdasarkan
penilaian klinis dan pengetahuan, yang dilakuakn oleh seorang perawat
untuk meningkatkan hasil klien/pasien. Diagnosis keperawatan
digunakan untuk mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari perawatan
dan merencanakan tindakan keperawatan yang spesifik secara
berurutan. Kriteria hasil kperawatan mengacu pada perilaku yang
terukur atau perilaku yang ditunjukkan oleh individu, keluarga,
kelompok, komunitas. (Keliat dkk., 2015).
17
Hari/
Diagnosa Tujuan dan kriteria Nama dan
No Tanggal/ Intervensi Rasional
Keperawatan hasil Paraf
Jam
18
obstruksi dari ringan dari kisaran 5. Lakukan penyedotan 5. Agar pasien lebih B
saluran nafas normal) melalui endotrakea atau nyaman dalam
untuk 2. Irama pernapasan nasotrakea bernafas, karena Ns. Berta
mempertahank dipertahankan pada tidak ada sumbatan
an bersihan skala 2 (deviasi
jalan napas cukup berat dari
kisaran normal)
ditingkatkan ke
skala 4 (deviasi
ringan dari kisaran
normal)
3. Kemampuan utnuk
mengeluarkan secret
dipertahankan pada
skala 1 (deviasi
berat dari kisaran
normal)
ditingkatkan ke
skala 4 (deviasi
ringan dari kisaran
normal)
19
2. Jumat/23 Domain 12: Setelah dilakukan 2210-Pemberian Analgesik
Maret Kenyamanan tindakan asuhan
2018/09. keperawatan selama 1. Tentukan lokasi, 1. Agar melakukan W
30 WIB 1x24 jam diharapkan karakteristik, kualitas tindakan
nyeri pasien dapat dan keparahan nyeri keperawatan Ns. Wildiah
Kelas 1. sebelum mengobati dilakukan dengan
Kenyamanan berkurang. Dengan
kriteria hasil. pasien. tepat
Fisik
KH: 2. Monitor tanda-tanda 2. Mengetahui keadaan W
vital. umum pasien
00132-Nyeri 1605-Kontrol Nyeri Ns. Wildiah
Akut 1. Mengenali kapan
3. Pilih analgesik atau 3. Menghindari
W
nyeri terjadi dari
skala 1 (tidak pernah kombinasi analgesik kesalahan pemilihan Ns. Wildiah
Definisi: menunjukkan) yang sesuai ketika lebih obat
Pengalaman ditingkatkan dari satu diberikan
sensori dan menjadi skala 5
emosional (secara konsisten W
tidak menunjukkan). 4. Lakukan tindakan- 4. Agar pasien nyaman
tindakan untuk Ns. Wildiah
menyenangkan 2. Menggambarkan
yang muncul factor penyebab dari menurunkan efek
akibat skala 1 (tidak pernah samping analgesik
kerusakan menunjukka) (misalnya, konstipasi W
jaringan aktual ditingkatkan dan iritasi lambung.
atau potensial menjadi skala 5 Ns. Wildiah
atau yang (secara konsisten 5. Untuk menen tukan
digambarkan menunjukkan) 5. Kolaborasi dengan tindakan yang tepat
20
sebagai 3. Menggunakan pasien, orang terdekat bagi pasien
kerusakan(Inte analgesic yang dan tim kesehatan
rnational direkomendasikan lainnya untuk memilih
Association for dari skala 1 (tidak dan
the Study of pernah mengimplementasikan
Pain); awitan menunjukkan) tindakan penurunan
yang tiba-tiba ditingkatkan nyeri non farmakologi
atau lambat menjadi skala 5 sesuai kebutuhan.
dari intensitas (secara konsisten
ringan hingga menunjukkan).
berat dengan
akhir yang
dapat
diantisipasi
atau diprediksi
dan
berlangsung
kurang dari 6
bulan.
21
respons pasien selama prosedur penyembuhan
koping 2. Agar keluarga selalu
KH : 2. Dorong keluarga untuk berada disamping V
1211-Tingkat mendampingi pasien pasien dan
mengetahui keadaan Ns. Vania
00146- Kecemasan
Ansietas pasien
1. Gangguan tidur 3. Agar pasien merasa
dipertahankan pada 3. Instruksikan pasien nyaman dan lebih
skala 2 (cukup
V
untuk menggunakan tenang
Definisi: berat) ditingkatkan teknik relaksasi Ns. Vania
Perasaan tidak ke skala 4 (ringan)
nyaman atau 2. Perubahan pola 4. Untuk melihat V
kekhawatiran makan 4. Monitor TTV kestabilan kondisi
yang samar dipertahankan pada pasien Ns. Vania
disertai skala 2 (cukup
respons berat) ditingkatkan 5. Agar asupan nutrisi
otonom, ke skala 4 (ringan) dalam tubuh
5. Bantu pasien untuk V
perasaan takut 3. Perasaan gelisah makan secara perlahan terpenuhi
yang dipertahankan pada
Ns. Vania
disebabkan skala 2 (cukup
oleh antisipasi berat) ditingkatkan
terhadap ke skala 4 (ringan)
bahaya.
22
4. Jumat/23 Domain 2: Setelah dilakukan 1030- Manajemen
maret Nutrisi asuhan keperawatan Gangguan Makan
2018/10. selama 1x24 jam
30 WIB diharapkan nutrisi 1. Tentukan status gizi
klien dan kemampuan 1. Untuk mengetahui R
Kelas 1. dapat terpenuhi dengan, status gizi klien
klien untuk memenuhi
Makan kebutuhan gizi Ns. Riris
23
rentang normal)
3. Asupan giz iskala 1
(sangat menyimpang
dari rentang normal)
ditingkatkan ke
skala 4 (sangat
menyimpang dari
rentang normal)
24
defisiensi menunjukkan) R
informasi ditingkatkan ke 4. Sebagai acuan
kognitif yang skala 5 (secara 4. Kenali pengetahuan dalam Ns. Nurul
berkaitan konsisten pasien mengenai mengidentifikasi
dengan topik menunjukkan) kondisinya sejauh mana pasien
tertentu. 2. Memperoleh mengetahui
dukungan yang kondisinya
diperlukan
dipertahankan pada
skala 3 (kadang-
kadang
menunjukkan)
ditingkatkan ke
skala 5 (secara
konsisten
menunjukkan)
3. Mempertahankan
harga diri positif
dipertahankan pada
skala 2 (sering
menunjukkan)
ditingkatkan ke
skala 5 (secara
konsisten
menunjukkan)
25
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Kasus
Seorang klien laki – laki, Tn. DH, umur 49 datang ke IGD RS Nusa
Bangsa tanggal 23-03-2018 dengan keluhan utama kesulitan menelan. Saat
dilakukan pemeriksaan, tampak terdapat benjolan di belakang lehernya. Klien
mengatakan benjolan tersebut nyeri bila ditekan. Klien juga terlihat meringis
kesakitan saat dilakukan palpasi di lehernya. Klien mengatakan lehernya
terasa panas seperti terbakar ketika minum – minuman yang hangat. Riwayat
suara serak sejak 2 tahun yang lalu, sesak nafas sejak 5 bulan yang lalu. Tn.
DH juga mengalami masalah bau mulut, tapi dianggapnya sebagai hal biasa.
Klien mengalami penurunan BB dari 60 kg menjadi 50 kg, hal ini terjadi
akibat klien menjadi kurang nafsu makan semenjak kesulitan menelan
makanan. Saat ditanya pekerjaannya, klien mengatakan bekerja di
pertambangan asbes. Riwayat merokok 2 bungkus dalam 1 hari. Klien di
diagnosa medis Ca Laring.
26
Klien mengalami penurunan BB dari 60 kg menjadi 50 kg, hal ini
terjadi akibat klien menjadi kurang nafsu makan semenjak kesulitan
menelan makanan.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu : Suara serak sejak 2 tahun yang lalu
dan sesak nafas sejak 5 bulan yang lalu
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Ibu klien meninggal karena Ca Mamae
6. Genogram
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: tinggal satu rumah
: meninggal
: klien
27
TB2(meter)
50
(1,75)2 : 16,32
Interpretasi :
Obesitas II: > 30
Obesitas I : 25 – 29,9
Overweight : 23 – 24,9
Normal : 18,5 – 22,9
Underweight : < 18,5
Interpretasi :
indeks massa tubuh klien dalam kategori underweight
- Biomedical sign :
Hb 13,9 g/dL
- Clinical Sign :
BB menurun, kurang nafsu makan, lemas, bau mulut, terdapat
tonjolan dibelakang leher, kesulitan menelan, sesak nafas, kesulitan
tidur, konjungtiva anemis
- Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
Intake makanan tidak adekuat
3. Pola aktivitas dan latihan
Klien dalam melakukan ADL perlu dibantu.
Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu
petugas, 3: dibantu alat, 4: mandiri
Status Oksigenasi :
Klien bernapas spontan, tidak tampak menggunakan otot-otot bantu
pernapasan, respiratory rate 28 x/ menit.
Fungsi kardiovaskuler :
28
Tekanan darah saat pengkajian tanggal 22 Maret 2018 = 100/70
mmHg, Nadi 90 x/menit.
Terapi oksigen :
Klien tidak mendapatkan terapi oksigen.
4. Pola tidur dan istirahat
Kesulitan tidur karena sesak nafas
5. Pola kognitif dan konseptual
Fungsi Kognitif dan Memori :
Klien mampu berhitung dan mengingat apa yang telah disampaikan
oleh perawat saat dilakukan pengkajian. Namun klien kurang
pengetahuan tentang penyakitnya tersebut.
6. Pola persepsi diri
Gambaran diri :
Klien tidak malu dengan benjolan dibelakang lehernya karena itu
merupakan suatu penyakit yang akan diatangani oleh tenaga
kesehatan yang lebih ahli
Identitas diri :
Klien tidak memiliki gangguan identitas diri, klien masih memiliki
orientasi yang baik terhadap dirinya sendiri, klien bekerja di
pertambangan asbes
Harga diri :
Klien mengatakan tidak merasa minder walaupun sakit, klien dan
keluarga percaya bahwa akan segera diberikan kesembuhan.
Ideal diri :
Ideal diri klien tidak terganggu dan memiliki keyakinan untuk sehat
kembali
Peran diri :
Tidak dapat makan dengan normal, karena susah menelan
7. Pola seksualitas dan reproduksi
Tidak ada masalah dengan alat reproduksi dan tidak ada penyimpangan
seksual
8. Pola peran dan hubungan
29
Klien kesulitan dalam berkomunikasi akibat suaranya yang serak,
terutama saat banyak bicara
9. Pola manajemen koping-stress
Klien jika ada masalah suka menceritakan pada istrinya dan merasa
lega setelah bercerita dengan istrinya
10. Sistem nilai dan keyakinan
Klien yakin dengan berdoa dan beribadah Tuhan akan menyembuhkan
penyakitnya.
IV. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: Compos mentis
Tanda-tanda vital
TD: 120/80 mmHG N: 90x/mnt
RR: 28 x/mnt T: 370C
Interpretasi: Hasil pengukuran menunjukkan menunjukkan kenaikan
tekanan darah.
1. Kepala
Inspeksi : kepala simetris, rambut tersebar merata berwarna hitam,
distribusi normal, tidak mudah rontok,
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
pada kepala
2. Mata
Inspeksi : tidak terdapat kantung mata, tidak ada edema palpebra,
icterus (+), anemis (+), pupil isokor, posisi mata simetris, kondisi
bersih, bulu mata rata dan hitam.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal pada
kedua mata.
3. Telinga
Inspeksi : telinga simetris, lubang telinga bersih tidak ada serumen,
tidak ada kelainan bentuk,
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal,
tidak teraba benjolan abnormal pada kedua telinga
4. Hidung
30
Inspeksi : hidung simetris, hidung terlihat bersih, tidak ada
pernafasan cuping hidung
5. Mulut
Inspeksi : mukusa mulut kering, terdapat stomatis, terdapat caries
pada gigi, terdapat karang gigi, lidah klien tampak kotor, bau mulut
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
6. Leher
Ispeksi : Ada pembesaran tyroid, warna kulit leher sama seperti
sekitarnya,tampak pembengkakan kelenjar limfe, terdapat benjolan
dibelakang leher
Palpasi : Teraba adanya benjolan dibelakang leher, ada nyeri tekan
7. Dada
Paru-paru:
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak terdapat otot bantu pernapasan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus simetris, pergerakan
dan getaran simetris kiri dan kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi: Vesikuler +/+, ronchi (-), wheezing (-)
Jantung :
Inspeksi : Dada simetris, tidak tampak jejas, ictus cordis nampak
Palpasi : Tidak teraba benjolan atau massa, tidak ada nyeri tekan,
Ictus cordis teraba di ICS 5.
Perkusi : Pekak, batas kiri jantung pada ICS 4,5, dan 8
Auskultasi: Suara jantung S1 S2 tunggal, gallop (-), murmur (-)
8. Abdomen
Inspeksi : perut terlihat cembung, tidak asites, tidak ada lesi
Auskultasi: peristaktik usus 15 x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Tympani
V. Terapi
a. Terapi pembedahan
b. Terapi radiasi
31
c. Kemoterapi
d. Terapi wicara
VI. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil laringoskopi optic
1. Tampak massa memenuhi supraglotik. Massa merah dan
berbenjol-benjol
2. Pita suara tidak dapat dinilai
3. Epiglottis edema & hiperemis
32
2.3 Analisa Data
DO
1. Terdapat benjolan dibelakang leher
2. Pasien tampak meringis kesakitan saat leher dipalpasi
3. Riwayat suara serak sejak 2 tahun yang lalu
4. Sesak nafas sejak 5 bulan yang lalu
5. Pasien mengalami penurunan BB dari 60 kg menjadi 50 kg
6. Riwayat merokok 2 bungkus dalam 1 hari
7. Konjungtiva anemis
8. RR 28 x/ menit
9. TD 100/70 mmHg
10. Nadi 90 x/menit.
11. T: 370C
12. Hb 13,9 g/dL
DS
33
5. Pasien mengatakan bekerja di pertambangan asbes
6. Pasien mengatakan kesulitan tidur karena sesak nafas
34
2. Jumat/ DO: Terdapat benjolan dibelakang leher Nyeri Akut W
23 maret - TD : 130/80 mmHg
2018/ - RR: 28x/menit Ns. Wildiah
08.15 - Suhu: 37oC Agen cedera biologis (ca laring)
WIB - Nadi: 90x/menit
- Terdapat benjolan
dibelakang leher
- Pasien tampak meringis
Nyeri Akut
kesakitan saat leher
dipalpasi
DS:
-Pasien mengatakan benjolan
dilehernya terasa nyeri bila
ditekan
3. Jumat/ DO : Ancaman pada status terkini Ansietas V
23 Maret
- TD 100/70 mmHg Perubahan besar status kesehatan
2018/ Ns. Vania
- Gelisah (Ca Laring)
08.30
WIB DS :
35
tidur karena sesak nafas
Ansietas
36
5. Jumat/ DO: Kurang sumber pengetahuan Defisiensi N
23 Maret Pengetahuan
- Pasien tampak meringis
2018/ Ns. Nurul
kesakitan saat leher
09.00 Kurang informasi
dipalpasi
WIB
- Riwayat suara serak sejak 2
tahun yang lalu
Kurang penegtahuan
- Sesak nafas sejak 5 bulan
yang lalu
DS:
Defisiensi pengetahuan
- Pasien mengatakan
lehernya terasa panas
seperti terbakar ketika
minum-minuman yang
hangat
- Pasien mengalami masalah
bau mulut tapi dianggapnya
hal biasa
37
2.4 Diagnosa Keperawatan
1.Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas d.d RR:
28x/menit, suhu: 37oC, nadi: 90x/menit, terdapat benjolan dibelakang leher, hasil
laringoskopi : tampak masa memenuhi supraglotik, pasien mengatakan sesak
nafas sejak 5 bulan yang lalu,dan pasien mengatakan kesulitan menelan.
2. Nyeri akut b.d agen cedera biologis d.d TD : 130/80 mmHg, RR:
28x/menit, Suhu: 37oC, Nadi: 90x/menit, terdapat benjolan dibelakang leher,
pasien tampak meringis kesakitan saat leher dipalpasi, dan pasien mengatakan
benjolan dilehernya terasa nyeri bila ditekan.
3. Ansietas b.d ancaman pada status terkini d.d gelisah, kesulitan tidur
karena sesak nafas, TD 100/70 mmHg
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang
asupan makanan d.d TD: 130/80mmHg, RR: 28x/menit, Suhu: 37oC, Nadi:
90x/menit, Konjungtiva anemis, BB pasien mengalami penurunan yang
signifikan (60 menjadi 50 kg), terdapat benjolan di leher belakang, pasien
mengatakan sulit menelan, dan pasien mengatakan tidak nafsu makan.
5. Defisiensi Pengetahuan b.d kurang sumber pengetahuan d.d kurang
pengetahuan, pasien mengatakan lehernya terasa panas seperti terbakar ketika
minum – minuman yang hangat, riwayat suara serak sejak 2 tahun yang lalu,
sesak nafas sejak 5 bulan yang lalu, pasien juga mengalami masalah bau mulut,
tapi dianggapnya sebagai hal biasa.
38
2.5 Intervensi Keperawatan
Hari/
Diagnosa Tujuan dan kriteria Nama dan
No Tanggal/ Intervensi Rasional
Keperawatan hasil Paraf
Jam
39
Definisi: skala 2 (deviasi
ketidakmampu cukup berat dari
an kisaran normal) 4. Agar dapat B
4. Monitor status pernfasan mengetahui
membersihkan ditingkatkan ke
Ns. Berta
sekresi atau skala 4 (deviasi frekuensi nafas
40
skala 1 (deviasi
berat dari kisaran
normal)
ditingkatkan ke
skala 4 (deviasi
ringan dari kisaran
normal)
41
Definisi: pernah kombinasi analgesik kesalahan pemilihan Ns. Wildiah
Pengalaman menunjukkan) yang sesuai ketika lebih obat
sensori dan ditingkatkan dari satu diberikan
emosional menjadi skala 5
tidak (secara konsisten
menyenangkan menunjukkan). W
yang muncul 2. Menggambarkan 4. Lakukan tindakan- 4. Agar pasien nyaman
akibat factor penyebab tindakan untuk Ns. Wildiah
kerusakan dari skala 1 (tidak menurunkan efek
jaringan aktual pernah samping analgesik
atau potensial menunjukka) (misalnya, konstipasi
atau yang ditingkatkan dan iritasi lambung.
digambarkan menjadi skala 5
sebagai (secara konsisten
W
5. Kolaborasi dengan
kerusakan(Inte menunjukkan) 5. Untuk menen tukan
pasien, orang terdekat Ns. Wildiah
rnational 3. Menggunakan tindakan yang tepat
dan tim kesehatan
Association for analgesic yang bagi pasien
lainnya untuk memilih
the Study of direkomendasikan
dan
Pain); awitan dari skala 1 (tidak
mengimplementasikan
yang tiba-tiba pernah
tindakan penurunan
42
atau lambat menunjukkan) nyeri non farmakologi
dari intensitas ditingkatkan sesuai kebutuhan.
ringan hingga menjadi skala 5
berat dengan (secara konsisten
akhir yang menunjukkan).
dapat
diantisipasi
atau diprediksi
dan
berlangsung
kurang dari 6
bulan.
43
1211-Tingkat mendampingi pasien berada disamping Ns. Vania
Kecemasan pasien dan
00146-
1. Gangguan tidur mengetahui keadaan
Ansietas
dipertahankan pada pasien
Definisi: skala 2 (cukup
berat) ditingkatkan 3. Instruksikan pasien 3. Agar pasien merasa V
Perasaan tidak
ke skala 4 (ringan) untuk menggunakan nyaman dan lebih
nyaman atau Ns. Vania
2. Perubahan pola teknik relaksasi tenang
kekhawatiran
yang samar
makan V
dipertahankan pada 4. Monitor TTV 4. Untuk mengetahui
disertai
skala 2 (cukup kondisi pasien Ns. Vania
respons
berat) ditingkatkan
otonom,
ke skala 4 (ringan)
perasaan takut
yang
3. Perasaan gelisah 5. Bantu pasien untuk 5. Agar asupan nutrisi V
dipertahankan pada makan secara perlahan dalam tubuh
disebabkan
skala 2 (cukup terpenuhi Ns. Vania
oleh antisipasi
berat) ditingkatkan
terhadap
ke skala 4 (ringan)
bahaya.
44
2018/ Nutrisi selama 1x24 jam Gangguan Makan R
10.30 diharapkan nutrisi
1. Tentukan status gizi
WIB dapat terpenuhi dengan, 1. Untuk mengetahui Ns. Riris
klien dan kemampuan
Kelas 1. status gizi klien
klien untuk memenuhi
Makan
kebutuhan gizi
KH: R
1004-Status Nutrisi 2. Kolaborasi dengan tim
00002- 2. Untuk Ns. Riris
kesehatan lain untuk
Ketidakseimb 1. Asupan cairan pengembangan
mengembangkan
angan skala 1 (sangat rencana perawatan
rencana perawatan
Nutrisi: menyimpang dari klien
dengan melibatkan klien
Kurang Dari rentang normal) di
dan orang-orang
Kebutuhan tingkatkan ke skala
terdekatnya dengan tepat
Tubuh 4 (sedikit
menyimpang dari
R
3. Monitor intake/asupan
rentang normal) 3. Agar dapat melihat
dan asupan cairan secara Ns. Riris
Definisi: 2. Asupan makanan intake asupan klien
tepat
Asupan nutrisi skala 1 (sangat secara tepat R
tidak cukup menyimpang dari
untuk rentang normal) di 4. Untuk mengetahui Ns. Riris
4. Monitor tanda-tanda
45
memenuhi tingkatkan ke skala vital keadaan umum klien
kebutuhan 4 (sedikit
metabolik. menyimpang dari
rentang normal)
3. Asupan giz iskala
1 (sangat
menyimpang dari
rentang normal)
ditingkatkan ke
skala 4 (sangat
menyimpang dari
rentang normal)
46
KH : 2. Jelaskan patofisiologi 2. Agar pasien lebih
1209- Motivasi penyakit dan bagaimana mengetahui kaitan
00126- N
1. Memperoleh sumber hubungannya dengan penyakitnya dengan
Defisiensi
yang diperlukan. anatomi dan fisiologi, keadaan fisiknya
Pengetahuan Ns. Nurul
2. Memperoleh sesuai kebutuhan.
dukungan yang
diperlukan 3. Review pengetahuan 3. Agar dapat memilih
Definisi:
3. Mempertahankan pasien mengenai tindakan yang tepat
N
Ketiadaan atau harga diri positif kondisinya yang akan
defisiensi 4. Kenali pengetahuan dilakukannya nanti Ns. Nurul
informasi pasien mengenai 4. Sebagai acuan
kognitif yang kondisinya dalam N
berkaitan mengidentifikasi
dengan topik sejauh mana pasien Ns. Nurul
tertentu. mengetahui
kondisinya
47
NO. Hari/ Nama dan
Jam Tindakan Hasil Respon
Dx Tanggal Paraf
1. Jumat/23 11.10 WIB 1. Memposisikan pasien untuk 1. Pasien lebih nyaman dan lebih B
Maret memaksimalkan ventilasi mudah bernafas
2018 Ns. Berta
11.35 WIB
-Nadi: 96x/menit B
3. Memotivasi pasien untuk bernafas 3. Pasien tidak gelisah dan
pelan, dalam, berputar, dan batuk Nampak lebih tenang sehingga Ns. Berta
tidak ada indikasi masalah
pernapasan
11.45WIB 4. Memonitor status pernfasan 4. Nafas pasien berangsur B
membaik
Ns. Berta
48
Ns. Berta
14.30 WIB
2. Memonitor tanda-tanda vital. 2. - TD: 110/70mmHg W
-RR: 20x/menit
-Suhu: 36,5oC Ns. Wildiah
-Nadi: 96x/menit
W
3. Memilih analgesik atau kombinasi 3. Pasien tidak mengalami efek
14.45 WIB Ns. Wildiah
analgesik yang sesuai ketika lebih samping
dari satu diberikan W
15.00 WIB
4. Melakukan tindakan-tindakan 4. Tidak mengalami efek samping Ns. Wildiah
49
orang terdekat dan tim kesehatan apa yang dilakukan dan tiddak Ns. Wildiah
lainnya untuk memilih dan terjadi efek samping
mengimplementasikan tindakan
penurunan nyeri non farmakologi
sesuai kebutuhan.
3. Jumat/23 15.30 WIB 1. Menjelaskan semua prosedur 1. Pasien paham dengan apa yang V
Maret termasuk sensasi yang akan dijelaskan perawat
2018/ dirasakan yang mungkin akan Ns. Vania
dialami pasien selama prosedur
V
15.45 WIB
2. Memonitor TTV 2. - TD: 110/70mmHg
Ns. Vania
-RR: 20x/menit
-Suhu: 36,5oC
-Nadi: 96x/menit
15.55 WIB 3. Mendorong keluarga untuk 3. Keluarga setia mendampingi
V
mendampingi pasien pasien dan mengerti keadaan
Ns. Vania
pasien
16.05 WIB 4. Menginstruksikan pasien untuk 4. Pasien mulai mengikuti apa V
menggunakan teknik relaksasi yang diinstruksikan perawat,
dan merasa leih nyaman Ns. Vania
50
16.20 WIB 5. Membantu pasien untuk makan 5. Pasien mau makan walaupun V
secara perlahan masih sedikit
Ns. Vania
4. Jumat/23 16.30 WIB 1. Menentukan status gizi klien dan 1. Pasien sudah dapat memenuhi R
Maret kemampuan klien untuk memenuhi kebutuhan gizinya
2018 kebutuhan gizi. Ns. Riris
16.40 WIB 2. Pasien sudah mulai membangun
2. Berkolaborasi dengan tim
rasa kepercayaan R
kesehatan lain untuk
mengembangkan rencana Ns. Riris
perawatan dengan melibatkan klien
dan orang terdekatnya dengan tepat R
16.50 WIB 3. Memonitor intake/asupan dan 3. Intake cairan klien dapat Ns. Riris
asupan cairan secara tepat terpenuhi
51
-Suhu: 36,5oC
-Nadi: 96x/menit
19.50 WIB
4. Pasien dapat mengenali
N
4. Kenali pengetahuan pasien
mengenai kondisinya kondisinya saat ini
Ns. Nurul
52
1. Jumat/ 23 Domain 4: S: Klien mengatakan lebih nyaman dan bernafas lebih baik B
Maret 2018/ Aktivitas/Istirahat dari sebelumnya
20.00 WIB Ns. Berta
O: Pasien nampak lebih baik dan TTV pasien:
2. Jumat/ 23 Domain 12: S: Klien mengatakan lebih nyaman dan rasa nyeri berkurang W
Maret 2018/ Kenyamanan
O: Wajah klien tampak tidak meringis kesakitan dan TTV
20.30 WIB Ns. Wildiah
Kelas 1. Kenyamanan pasien:
Fisik
- TD: 110/70mmHg
-RR: 20x/menit
-Suhu: 36,5oC
00132-Nyeri Akut
-Nadi: 96x/menit
53
A: Sebagian outcome tercapai
A: Masalah teratasi.
00146-Ansietas
P: Intervensi dihentikan
- TD: 110/70mmHg
00002-
-RR: 20x/menit
Ketidakseimbangan
-Suhu: 36,5oC
Nutrisi: Kurang Dari
54
Kebutuhan Tubuh -Nadi: 96x/menit
P: Lanjutkan intervensi 1
55
DAFTAR PUSTAKA
56