Anda di halaman 1dari 9

KONSEPSI Al-GHAZALI TENTANG FIQH DAN TASAWUF

Oleh: Deswita*

Abstract: Al-Ghazali was a sufism and a “faqih”. He was a smart and intelligent one. He knew
of how to combine the ability of “fiqh” and sufism. In combining the two knowledges, he
usually saw the internal aspects between the two eventhough they were different focus of
study, but they were could not be separated each other. He thought that sufism gave
something important to ‘Fiqh” because they sould standed together.

Kata kunci: al-Ghazali, fiqh, tasawuf

PENDAHULUAN hayatan akan makna-makna batin


dan rahasianya.
A l-Ghazali lahir saat terjadinya
perseteruan antara ulama fiqh
Para pengkaji tasawuf sering
menempatkan Al-Ghazali sebagai
dan ulama tasawuf. Yang pertama tokoh utama dalam perkembangan
lebih menekankan aspek eksoterik tasawuf sunni. Al-Ghazali tampil se-
ibadah, memaknai fiqh sebagai sepe- bagai penyelamat tasawuf dari ke-
rangkat aturan formal, terlepas dari hancuran, beliau menyelamatkan ta-
teologi dan tasawuf. Sementara yang sawuf dengan cara mengintegrasi-
kedua lebih menekankan aspek eso- kannya dengan fiqh dan Ilmu Kalam
teric ibadah, dan melupakan aspek menjadi suatu ajaran Islam yang
lahiri, bahkan mengklaim aspek utuh. Kitabnya Ihya’ Ulum al-Din
batin jauh lebih penting dari aspek adalah salah satu bukti nyata dari
zahir. Al-Ghazali mengkritik kedua. usahanya tersebut. Di sinilah barang-
Ia menegaskan perbedaan wilayah kali terletak kebesaran Al-Ghazali
keduanya, dan menunjukkan keter- dalam mencari sintesa yang mantap
paduannya. antara unsure-unsur yang dipan-
Itulah sebabnya Al-Ghazali de- dang bertentangan dalam khazanah
ngan tegas menentang orang-orang skolastik Islam.
yang berkutat dalam tasawuf, tetapi Tasawuf Al-Ghazali benar-be-
meremehkan ritual-ritual formal nar bercorak Islam, beliau mencoba
agama. Ia mengingatkan bahwa pe- menjadikan aspek moral, akhlak
laksanaan ritual-ritual itu tidak (tasawuf) sebagai nyawa fiqh. Di
boleh terjatuh pada formalitas peng- samping mempertautkan tasawuf
guguran kewajiban semata, melain- dengan fiqh sedemikian erat hingga
kan harus disertai dengan peng- menjadi ajaran yang integral, Al-
Ghzali juga menjadikan sikap ber-

* Penulis adalah Lektor dalam Mata Kuliah Ilmu Tasawuf STAIN Batusangkar
84
Deswita, Konsepsi al-Ghazali tentang Fiqh dan Tasawuf 85

pegang teguh kepada kaidah-kaidah kum syara’ yang terbatas pada di-
formal syariat sebagai langkah awal mensi formalistic.
bagi seseorang yang bermaksud me- Pemaknaan fiqh seperti ini
rambah jalan menuju Allah. ditolak oleh Al-Ghazali, karena me-
Al-Ghazali sama sekali meno- nurut Al-Ghazali berdasarkan apa
lak teori kesatuan, dia menyodorkan yang terdapat dalam, pertama, al-
teori baru tentang ma’rifat dalam Quran (Q.S.al-A’raf: 179), fiqh ber-
batas pendekatan diri kepada Allah kenaan dengan masalah keimanan,
(taqarrub ila Allah), tanpa diikuti bukan persoalan fatwa- fatwa. Dan
penyatuan dengan-Nya. Jalan me- alan surat al-Hasyar ayat 13 di-
nuju ma’rifat itu adalah perpaduan tegaskan bahwa kecilnya ketaqwaan
ilmu dan amal, sementara buahnya kepada Allah dan besarnya peng-
adalah moralitas. Ringkasnya Al- hormatan kepada kekuasaan makh-
Ghazali patut dinilai berhasil dalam luk disebabkan sedikitnya fiqh yang
mendiskripsikan jalan menuju Allah mereka miliki. Ayat ini menegaskan
SWT, sejak permulaan dalam bentuk bahwa fiqh berfungsi sebagai pem-
latihan jiwa, lalu menempuh fase- bangkit ketaqwaan, untuk tidak
fase pencapaian rohani dalam ting- mengatakan fiqh identik dengan
katan-tingkatan (maqomat) dan ke- takwa. Makna fungsional ini sejalan
adaan (ahwal) menurut jalan ter- dengan riwayat tentang pertanyaan
sebut, yang akhirnya sampai pada kepada Sa’ad ibn Ibrahim al-Zuhri:
fana’, tauhid, ma’rifat dan kebaha- “Siapakah diantara orang-orang
giaan. Al-Ghazali mempunyai jasa Madinah yang paling fakih”? Al-
besar dalam dunia Islam. Dia lah Zuhri menjawah “Yang paling ber-
orang yang mampu memadukan taqwa diantara mereka“. Secara
antara ketiga kubu keilmuan islam, implicit jawaba al-Zuhri ini me-
yakni tasawuf, fiqh, dan ilmu kalam, nunjukkepada taqwa sebagai buah
yang sebelumnya terjadi ketegangan. dari fiqh. Sebab, ketaqwaan adalah
buahnya ilmu yang berkaitan de-
ngan batin manusia, dan bukan ber-
KONSEP AL-GHAZALI TEN-
kenaan dengan fatwa dan keputusan
TANG FIQH
hukum. (Al-Ghazali, Ihya’: 79)
Dalam terminology ushuliy- Kedua, dalam hadis kata fikih
yun, fiqh dimaknai sebagai pe- bermakna pengetahuan agama
ngetahuan hukum syara’ yang ber- (“siapakah yang dikehedaki oleh
sifat praktis yang berkenaan dengan Allah kebaikan, maka ia dianugerahi
perbuatan mukallaf yang digali dari pemahaman dalam agama”), Yaitu
dalil-dalil terperinci. Karena itu, pengetahuan tentang masalah-ma-
aspek teologi dan akhlak, tidak di- salah keagamaan secara menye-
kategorikan sebagai fiqh. Bahkan, luruh. Akidah, ibadah, muamalah
pada era Al-Ghazali, makna fiqh dan akhlak merupakan kesatuan
dibatasi kepada pengetahuahn ten- yang tidak terpisahkan dalam pe-
tang hukum-hukum atau fatwa- mahaman dan pengamalan ke-
fatwa dan permasalahannya.Fiqh agamaan. Pemahaman Al-Ghazali ini
merupakan sekumpulan hukum-hu- merjuk kepada makna awal fiqh
sebagai ilmu yang berusaha men-
86 JURIS Volume 13, Nomor 1 (Juni 2014)

dalami secara mendalam ketentuan- mengandung dua unsur. Pertama,


ketentuan yang terinci, seperti ma- hubungan manusia dengan Allah
salah akidah dan ibadah, serta me- dan hubungan sesama manusia.
mahami ketentuan-ketentuan yang Kedua, hubungan tersebut didasar-
umum dalam ajaran Islam. Karena kan pada akhlak. Hubugan kepada
itu, fiqh tidak hanya terfokus pada Allah didasarkan kepada ketulusan
masalah-masalah hukum lahiriyah, (keikhlasan niat) yang ditandai de-
tetapi juga masalah-masalah hukum ngan menghilangkan kepentingan
batiniyah, yakni pesan-pesan moral diri untuk melaksanakan perintah
yang terkandung dalam hukum- Allah. Sedangkan hubungan dengan
hukum itu sendiri. Fiqh dalam manusia didasarkan atas etika per-
perspektif tersebut, disebut oleh Al- gaulan. Salah satunya adalah men-
Ghazali sebagai ‘Ilm thariqah ila al- dahulukan kepentingan orang lain di
akhirah (pengetahuan tentang jalan atas kepentingan diri sendiri, selama
menuju akhirat), yaitu pengetahuan kepentingan itu tidak bertentangan
tentang bahaya-bahaya nafsu dan dengan syariat. Sebab, menurut Al-
hal-hal yang merusak amal per- Ghazali, setiap orang yang melaku-
buatan, pendirian yang teguh dalam kan penyimpangan terhadap- sya-
memandang persoalan rendahnya riat, maka ia bukan sufi. Jika ia
dunia, perhatian yang besar ter- mengaku sufi, maka pengakuannya
hadap nikmat akhirat, serta pengen- adalah dusta. (Al-Ghazali,:
dalian rasa takut di dalam hati. (Al- Khulasah, 2006).
Ghazali, Khulasah: 2006) Dasar-dasar tasawuf adalah
Dengan demikian dapat di- memakan makanan halal dan meng-
pahamai, bahwa fiqh dalam pan- ikuti teladan Rasulullah saw. Baik
dangan Al-Ghazali, selain bersifat dalam akhlak, perbuatan dan pe-
formalistic-legalistik, juga bersifat rintah-perintahnya. Siapapun yang
sufisti-etik, atau bernuansa tasawuf. tidak mengiktui ajaran al-Quran,
mencatat hadis, dalam konteks
tasawuf tidak bisa diikuti. Karena
KONSEP AL-GHAZALI TEN-
ilmu kita terikat dengan al-Quran
TANG TASAWUF
dan as-Sunnah
Tasawuf itu berarti pember- Dengan demikian, tasawuf
sihan qalbu dari pergaulan makhluk, yang benar itu adalah tasawuf yang
perpisahan dari perilaku sifat na- menekankan kepada pengamalan
luriah, pengekangan sifat-sifat ma- syariat, moralitas, dan keikhlasan
nusiawi, upaya menjauhi ajakan- dalam beribadah. Tasawuf yang
ajakan nafsu, menghiasi diri dengan mengabaikan ketiga hal ini adalah
sifat-sifat ruhaniyah dan menekuni pseudo tasawuf.
ilmu-ilmu hakikat, serta mengikuti Tasawuf, awalnya merupakan
syariat Rasululullah saw.” (Al- ilmu, di tengah-tengahnya ada amal,
Ghazali, Raudhah: 2005) dan akhirnya adalah anugerah.
Menurut Al-Ghazali, tasawuf Ilmulah yang membuka maksud
dimaknai sebagai ketulusan kepada yang dikandungnya, sedangkan
Allah dan pergaulan yang baik de- amal mewujudkan apa yang dicari,
ngan sesama manusia. Tasawuf itu sementara anugerah merupakan
Deswita, Konsepsi al-Ghazali tentang Fiqh dan Tasawuf 87

penghantar kepada tujuan utama- perjuangan spiritual dan latihan


nya. ruhani, ia menjelaskan kepada kita
Pemikiran Al-Ghazali tentang tentang pendekatan diri kepada
tasawuf ini tertuang dalam bukunya Allah yang teah diraihnya terdiri
Ihya’ Ulumuddin, sebuah kitab yang atas berbagai tingkatan yang cukup
melukiskan suatu fikiran, suatu ke- sulit untuk diceritakan. Orang yang
sanggupan menghidangka soal besar mengkhayal bahwa dalam pendekat-
dalam susunan yang mudah, an diri itu terjadi inkarnasi atau
gabungan kejernihan otak dengan kebersatuan atau telah sampai ke-
perasaan hati yang murni. Dalam padaNya, ini adalah pendapat yang
kitab itulah Al-Ghazali mengga- salah. Sebab, sesungguhnya kedekat-
bungkan antara fiqh dengan tasawuf an dengan-Nya hanyalah sebuah
dan ilmu kalam, yang semuanya bentuk tingkatan saja. (Al-Ghazali,
untuk maksud mengokohkan iman al-munqiz: 131). Namun, dari sisi
dan cinta kepada Allah SWT. lain, al-Ghazali mengatakan bahwa
Sekalipun Al-Ghazali terpeng- ungkapan-ungkapan yang diucap-
aruh juga oleh corak tasawuf kan oleh kaum sufi itu boleh jadi
Iluminasi dalam sebagian konsep- masuk ke dalam kategori imajinasi
nya, terutama pandangannya ten- (tawahhum) karena kesulitan meng-
tang ilmu batin, ajakannnya kepada ungkapkan dengan kata-kata ten-
tasawuf, perjuangan spiritual (muja- tang kebersatuan yang telah mereka
hadah) dan latihan-latihan spiritual capai.
(riyadhah) sebagai metode untuk me- Lebih jauh, al-Ghazali meng-
raih penyingkapan dan pencapaian ambil kesimpula secara umum de-
makrifat atau ilmu laduni, hebatnya ngan memberikan catatan penting
ia masih tetap membedakan antara yang menyatakan bahwa kebersatu-
tasawuf dan sufi dengan pelbagai an dengan Tuhan (ittihad) secara
penyimpangan yang terjadidalam rasional tidak mungkin terjadi. Da-
aliran-aliran yang menyimpang yang lam memperkuat ketidakmung-
memegang prinsip ittihad dan hulul. kinan hal itu terjadi, ia menggambar-
Bahkan, ia menolak dan melawan kan bersatunya dua zat yang me-
mereka dengan berbagai alasan dan miliki tiga kemungkinan. Pertama,
dalil. Secara terus terang ia menyata- masing-masing dari kedua zat itu
kan bahwa seseorang yang telah masih tetap berada dalam wujudnya
mendapat penyingkapan (kasyf) dan semula. Kedua, salah satu diantara-
penyaksian (musyahadah) tidak layak nya hilang identitasnya. Ketiga, ke-
mengeluarkan suatu ucapan yang dua zat itu sama-sama hancur.
bertentangan dengan dengan akidah Dalam kemungkinan pertama, tidak
Islam, yakni akidah tauhid murni terjadi kebersatuan, begitu pula de-
yang membedakan mana Tuhan dan ngan kemugkinan yang kedua.
mana hamba, serta menegaskan Sebab, tidak mungkin akan terjadi
bahwa Tuhan adalah Tuhan dan kebersatuan antara sesuatu yang
hamba adalah hamba. (Ibrahim maujud dengan sesuatu yang tidak
Hilal: 89). berwujud. Sementara itu, dalam ke-
Itulah akidah yang dipegang mungkinan ketiga, pengakuan ten-
oleh Al-Ghazali. Tatkala melakukan tang terjadinya kebersatuan tidaklah
88 JURIS Volume 13, Nomor 1 (Juni 2014)

benar, karena yang paling tepat ataupun besar. Yang ada hanyalah
dalam kemungkinan ketiga, kita keterpesonaan dan keterpukauan.
gunakan istilah “menghilang” Menurut al-Ghazali, bisikan
(in‘idam) dan bukan “bersatu” suci dalam kalbu itulah yang se-
(ittihad). (Ibtahim Hilal; 2002) harusnya menjadi prinsip para wali,
Sementara, untuk pemikiran orang-orang yang mendalami ilmu-
inkarnasi, al-Ghazali menolak de- nya. Mereka, kata al-Ghazali, harus
ngan menjelaskan bahwa inkarnasi mengakui kelemahan dirinya dan
bias terjadi diantara dua materi rela menyinari jalan mereka dengan
(jism), padahal Allah yang bebas dari cahaya kenabian. Tidak seorang arif
sifat material, sangat mustahil inkar- pun yang boleh mengkalin dirinya
nasi terjadi padaNya. Inkarnasi ter- teah meraih makrifat sempurna
jadi di antara akside (ardh) dan tentang Allah. Sebab, tidak ada yang
substasi (jauhar), karena sesungguh- meraih mengetahui Alah dengan
nya aksidem aka nada nilainya bila sebanr-benarnya makrifat kecuali
disertai oleh substansi, dan hal ini Allah sendiri.
sangat tidak mungkin terjadi pada Dengan demikian, tidaklah be-
suatu Zat yang berdiri sendiri (atau nar adanya pengakuan yang dida-
tidak membutuhka yang lain). Al- sarkan atas spekulasi spiritual, ima-
Ghazali mengatakan bahwa daam jinasi, dan ucapan-ucapan akstatik
perkara ini jangan pernah menyebut yang menjerumuskan orang kepada
bahwa hal ini berlaku pada Allah. konsep inkarnasi atau pemikiran
Al-Ghazali tidak membahas lainnya dari berbagai mazhab, yang
lebih lanjut ihwal makrifat intuitif tidak mungkin mengantar mereka
(al-ma’rifah adz-dzawqiyyah), yang menuju kebenaran dan keyakinan.
merupakan kosep utama tasawuf- Dalam ruang lingkup itulah al-
nya. Sebab, al-Ghazali, sebagaimana Ghazali menempuh perjalanana tasa-
yang dikatakan oleh Ibnu Thufail, wufnya. Pemikirannya tentang ilmu
telah terasah dengan berbagai ilmu ladunni berdasarkan prinsip itu pula.
dan terpoles dengan makrifat. Ia berpendapat bahwa ilmu yaqin
(Ibrahim Hilal: 2002). Karena itu, adalah ilmu yang bisa menyingkap
pembahasan al-Ghazali tentang kon- objeknya dengan keterbukaan yang
sep makrifat senantiasa berada da- tidak menyisakan keraguan sedikit-
lam batas-batas agama. Ia tidak per- pun dan tidak dihantui oleh ke-
nah membiarkan dirinya hanyut mungkinan keliru dan salah duga.
dalam ucapan orang lain. (Al- Itulah makrifat para wali atau orang-
Ghazali, al-Munqidz min adh Dhalal: orang yang mendalam ilmunya (ar-
h. 131) rasikhun). Setiap ilmu yang diraih
Bisikan suci dalam kalbu lebih oleh manusia, tetapi tidak ber-
tinggi derajatnya daripada jejak yang dasarkan prinsip di atas atau keber-
ditempuh oleh kaki-kaki para arif, adaannya atas prinsip itu diragukan
dan lebih utama daripada segala adalah ilmu yang tidak bias diper-
sesuatu yang dapat dijangkau oleh caya sama sekali dan tidak terjamin
mata orang yang melihat, dan bah- dari kekeliruan. Dan ilmu yang tidak
kan sama sekali tidak dapat mencitra terjamin keamanannya tidak bias
sisi yang sangat tinggi itu, kecil
Deswita, Konsepsi al-Ghazali tentang Fiqh dan Tasawuf 89

disebut ilmu yakin. (Al-Ghazali: al- orang awam yang belum sanggup
Munqidz) berpikir cerdas, teratur dan meluas-
Al-Ghazali yakin bahwa cara kan ilmu pengetahuan, tak perlu
untuk meraih makrifat dalam bentuk memasuki soal-soal secra mendalam.
seperti itu tidak bisa diukur dengan Bagi si awam cukuplah dia berpe-
parameter rasional, melainkan bisa gang pada Al-Quran dan Sunnah.
diraih dengan kalbu dan mata batin Tidak perlu ikut campur dalam
(bashirah). Sementara itu, perjalanan menakwilkan ayat-ayat Al-Quran
kalbu dan mata matin berada di dan Hadits.
belakang rasio. Ada lagi tingkat manusia, ilmu-
Lebih lanjut, Imam Al-Ghazali nya baru: setengah perjalanan”, baru
memberikan uraian tentang makri- mendapat perkakas, tetapi bukan
fat, tingkat manusia, dan bahagia. alat dari hasilnya sendiri, hanyalah
Pertama, makrifat atau ilmu sejati diambil dari orang lain. Belum ada
bukanlah didapat semata-mata de- kesanggupan untuk membanding-
ngan akal. Makrifat atau ilmu sejati kan, maka akan timbul keraguan
yang sebenarnya adalah mengenal dalam hatinya.
Allah, mengenal wujud Tuhan me- Tetapi ada orang yang men-
liputi akan segala wujud. Tidak ada capai tingkat yang lebih tinggi.
yang wujud melainkan wujud Allah Orang itu tidak lagi berpegang pada
dan perbutanNya. (Oman Fathur- yang zahir nash semata-mata, tetapi
Rahman, 1999) meningkat kepada yang lebih tinggi
Di sinilah Al-Ghazali menjelas- dari itu, yaitu ilmu yang lebih ba-
kan pendiriannya yang berbeda de- nyak dapat dirasakan daripada di-
ngan al-Hallaj dan sufi lainnya yang ungkapkan. Itulah anugerah istime-
terkesan wujudnya itu ialah Ke- wa dari Allah. Dia dapat menyaksi-
satuan Semesta (Wihdatul wujud). kan yang haqq dengan Nur cahaya
Alam seluruhnya adalah makhluk, keyakinan.
dan bukti tentang kekuasaan dan Maka beliau membagi derajat
kebesaranNya. Apabila telah tajalli yang mencapai iman dan yakin itu
(jelas) dalam hati makrifat akan kepada tiga tingkat, yaitu (1) tingkat
hakikat keTuhanan itu, dan sifat- orang awam, yang mempunyai
sifat perbuatannya dan nikmat rah- kabar berita yang dibawa oleh prang
mat yang terkandung pada kejadian dipercayainya. (2) iman orang awam,
dunia dan akhirat, itulah bahagia. dia dapat kepercayaan dengan mem-
(Sayyid Hosein Nasr: 2000). Oleh banding, meneliti dan memeriksa
kaum filsafat, itulah yang dikatakan dengan segenap kekuatan akal dan
surga. Dan oleh ahli haqq, itulah mantiqnya. (3) iman orang Arifin,
sebab yang menjadikan manusia tumbuh keyakinan mereka setelah
masuk surga. menyaksikan sendiri akan kebenaran
Kedua, tingkat manusia. Me- itu dengan tidak ada hijab lagi.
nurut Al-Ghazali, kecerdasan dan (Hamka; 1986)
kesanggupan akal manusia tidaklah Menurut al-Ghazali, orang
sama antara orang awam dengan Arifin yang telah mencapai martabat
khawas. (Harun Nasution, 1989). Se- seperti ini, itulah kecintaan kepada
hingga beliau menasehatkan supaya Tuhan yang telah bertemu dengan
90 JURIS Volume 13, Nomor 1 (Juni 2014)

intisari ilmu. Orang alim tingkat “makrifatullah “, menganal Allah. (Ali


kedua tadi belumlah sampai derajat ibn Ustman : 1995)
ini. Untuk mencapai derajat seperti Menurut al-Ghazali, rasa puas
ini, mulailah menaklukan akal de- karena mengetahui sesuatu ialah
ngan jalan kecintaan. Jaannya ialah menurut tabiat kejadian sesuatu itu.
dengan melepaskan diri dari peng- Kepuasan mata karena melihat rupa
aruh kemegahan lantaran mendapat- yang indah. Kelezatan telinga karena
kan pengetahuan itu sekalipun. mendengar suara yang merdu. Maka
Lepaskan ikatan dunia dan tetapkan segala indera dalam tubuh men-
tujuan menuju akhirat, menghadap dapat kepuasan karena tercapainya
semata-mata kepada Allah dengan pengetahuan itu menurut imbang-
memnbesarkan Himmah (cita-cita nya masing-masing.
dan kemauan). Maka pilihlah suluk Apabila mata melihat yang
(jalan yang ditempuh) oleh orang indah, telinga mendengar yang
sufi. Taklukan diri, hawa nafsu dan merdu, dengan sendirinya timbullah
keinginan ke dalam suatu latihan keinginan hati untuk mengetahui-
batin (riyadhah) dan perjuangan nya. Maka mengetahui sumber tem-
(mujahadah). Dengan kesetiaan me- pat datangnya segala keindahan itu
nempuh jalan demikian, sedikit demi adalah tugas hati. Maka tidak di-
sedikit akan terbuka hijab yang ragukan lagi, menurut al-Ghazali,
menghalangi antara hamba dengan bahwasannya puncak dari segala
Khaliqnya, sehingga dapatlah musya- puncak keindahan, kepuasan dan
hadah (menyaksikan sendiri). Dengan kebahagiaan ialah mengetahui po-
penglihatan hati, bukan dengan kok pangkal kejadia, pokok pangkal
penglihatan mata. Pada waktu itu segala keindahan. Dan itulah Allah,
hilanglah keraguan, timbullah mak- yang tidak ada lagi di atasNya.
rifat yang yakin. Karena kalau tempat mencari mak-
Ketiga, bahagia; manusia mem- rifat sudah terasa indah, puas dan
punyai rasa ingin tahu, karena ia bahagia, maka itu adalah makrifat.
dating ke dunia dengan serba tak (Syamsun Ni’am: 2001)
tahu. Apabila ia mengetahui sesuatu
hal yang belum diketahuinya, maka
PENUTUP
ia akan merasa senang. Tingkat ke-
senangan itu sendiri ada dua, yaitu Mengakhiri pembahasan ini,
lazaat, yaitu kepuasan dan sa’adah, dapat disimpulkan bahwa pemakna-
yaitu kebahagiaan. an fiqh dalam perspektif al-Ghazali
Semakin banyak yang dike- merujuk kepada makna awal fiqh
tahui, semakin naiklah tingkat ke- sebagai ilmu yang berusaha me-
puasan dan lebih mendalam rasa mahami secara mendalam ketentu-
kebahagiaan. Itulah seabnya orang an-ketentuan yang terinci dalam
yang lebih luas ilmu pengetahuan- masalah akidah, ibadah, serta mua-
nya lebih merasa bahagia dariorang malah dalam ajaran Islam. Karena
yang kurang pengetahuannya. Maka itu, fiqh tidak hanya terfokus ma-
dimanakah puncak ketinggian dari salah–masalah hokum lahiriah, te-
kepuasan dan kebahagiaan itu? tapi juga masalah-masalah hokum
Puncaknya yang tertinggi ialah batiniah, yakni pesan-pesan moran
Deswita, Konsepsi al-Ghazali tentang Fiqh dan Tasawuf 91

yang terkandung dalam hukum itu Teori ma’rifat yang disodorkan


sendiri. al-Ghazali dalam tasawufnya adalah
Berdasarkan uraian di atas, ma’rifat dalam batas pendekatan diri
dapat pahami bahwa yang menjadi kepada Allah (taqarrub ila Allah),
konsep utama tasawuf al-Ghazali itu tanpa diikuti peyatuan denganNya,
sendiri adalah ma’rifat, yaitu penge- seperti teori ittihad dan hulul,
tahuan yang tidak ada lagi keraguan, maupun wihdatul wujud. Jalan me-
apabila yang berkaitan dengan objek nuju ma’rifat itu adalah perpaduan
pengetahuan itu adalah DZat Allah, antara ilmu dan amal, sementara
da sifat-sifatNya. Maka yang di- buahnya adalah moralitas. Al-
maksud dengan ma’rifat Dzat adalah Ghazali berhasil dalam mendes-
mengetahui bahwa sesungguhnya kripsikan jalan menuju Allah swt.
Allah swt. Adalah Wujud yang Esa, Mulai dari riyadhah, mujahadah,
yang tidak satupun yang menye- maqomat dan ahwal yang akhirnya
rupaiNya. Sedangkan ma’rifat Dzat sampai kepada fana’, tauhid dan
adalah mengetahui sesungguhnya ma’rifat. Al-Ghazali mampu me-
Allah Maha Melihat,Maha Menge- madukan tiga kubu keilmuan Islam,
tahui, Maha Kuasa, dan Sifat-sifat yakni tasawuf, fiqh dan ilmu kalam.
Kesempurnaan lainnya. Dan rahasia
serta ruh ma’rifat itu adalah tauhid.

DAFTAR PUSATAKA

Al-Ghazali, Abu Hamid, t.th. Ihya’ Harun Nasution, 1989, Falsafah dan
Ulumuddin, Semarang: Toha Mistisisme Dalam Islam, Jakarta:
Putra. Bulan Bintang.
_____, 2008. Rasa’il Al-Ghazali, Ibrahim Hilal, 2002, Tasawuf Antara
Jakarta: Diadit Media. Agama Dan Filsafat, Bandung:
Pustaka Hidayah.
_____, 2005, Raudhah Taman Jiwa
Kaum sufi, Surabaya: Risalah Jalaluddin Rahmat,2000, Kuliah-
Gusti. Kuliah Tasawuf, Bandung:
Pustaka Hidayah
Abdul Halim, Mahmud, 2001,
Penyelamat Dari kesesatan, Aspek- Al-Kalabadzi, 1969, Al-Ta’arruf
aspek Tashawuf Al-Munqidhmin Limazhabi Ahli al-Tasawwuf,
Adh Dhalaal Al-Ghazali, Kairo: Maktabah al-Kulliyah
Bandung: Pustaka Setia
Oman Fathurahman, 1999, Tanbih al-
_____, 1998, Hal Ihwal Tasawuf, Dar Masyi Menyoal Wahdatul Wujud:
ul Ihya. Kasus AbdulRauf Sinkel di Aceh
Abad 17, Bandung: Mizan
Hamka, 1984, Tasawuf Perkembangan
dan Pemurniannya, Jakarta: Syamsun Ni’am, 2001, Cinta Ilahi
Pustaka Panjimas. Perspektif Rabi’ah al-Adawiyah
dan Jalaluddin Rumi, Surabaya:
Risalah Gusti.
86 JURIS Volume 13, Nomor 1 (Juni 2014)

Anda mungkin juga menyukai