Anda di halaman 1dari 13

KEKERASAN SIMBOLIK DI MEDIA MASSA

Roekhan

Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Abstract: The research aims at reviewing the symbolic violence in mass media. The
aspect of symbolic violence to be reviewed includes (a) the forms, (b) strategies, and
(c) effects of symbolic violence to the reader. The research uses critical discourse
analysis design developed by Fairclough. The result of data analyses found the
realization of symbolic violence in the news text, in form of (a) blurred meaning, (b)
bias logics, and (c) bias value. The blurred meaning, bias logics, and bias value as
form of bias information in news text. The strategies of symbolic violence found in
this research are (a) the softening of information, (b) information reasoning (logic),
and (c) creating positive information. The effects of symbolic violence to the readers
is seen in receptions of the information from the mass media includes (a) reception
based on prejudice attitude and view and (b) reception based on neutral attitude. The
symbolic violence does not impact to the readers reality in a short time respons.

Key words: symbolic violence, mass media, realization, strategy, effect

Abstract: Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menjelaskan kekerasan


simbolik di media massa, yang meliputi (a) maujud kekerasan simbolik, (b) strategi
kekerasan simbolik, dan (c) dampak kekerasan simbolik terhadap pembaca.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan rancangan analisis wacana.
Data penelitian ini berupa teks berita dan teks penerimaan. Teks berita dianalisis
dengan analisis wacana kritis Fairclough dan teks penerimaan dianalisis dengan
analisis resepsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa maujud kekerasan simbolik
yang digunakan meliputi: (a) makna kabur, (b) logika bias, dan (c) nilai bias.
Strategi kekerasan simbolik yang digunakan meliputi: (a) penghalusan informasi, (b)
pelogisan informasi, dan (c) pemositifan informasi. Dampak kekerasan simbolik
terhadap pembaca yang ditemukan menunjukkan: (a) penerimaan pembaca atas
informasi dalam teks berita dipengaruhi oleh sikap berprasangka, dan (b) oleh sikap
yang netral. Secara umum, kekerasan simbolik belum tampak secara nyata
pengaruhnya pada penerimaan pembaca.

Key words: kekerasan simbolik, media massa, maujud kekerasan simbolik, strategi
kekerasan simbolik, dampak kekerasan simbolik

Media adalah objek atau alat komunikasi Berita cenderung tidak bebas dari
yang seharusnya bersifat netral (Haryatmo- kepentingan di luar pemberitaan. Akibat-
ko, 2007). Artinya, media massa menyaji- nya, isi berita belum tentu bisa diper-
kan berita yang bersifat objektif dan faktual. tanggungjawabkan kebenarannya (Piliang,
Dalam praktiknya, suatu berita cenderung 2001). Sering kali yang disampaikan oleh
tidak objektif sejak awal (Makarim, 2002). media massa itu sebuah pendapat,
253
Roekhan, Kekerasan Simbolik di Media Massa| 254
pandangan, praduga, bukan fakta. Karena Jawa Timur. Peristiwa semburan lumpur
disampaikan berulang-ulang dan dikemas Porong menarik perhatian berbagai pihak,
secara halus, pembaca cenderung meneri- termasuk media massa. Selama tahun
manya sebagai informasi yang benar. 2006—2007, hampir setiap hari muncul
Dalam kondisi ini, media massa telah mela- pemberitaan tentang peristiwa tersebut, baik
kukan kekerasan simbolikkepada khalayak di televisi maupun di koran.
(periksa Roekhan, 2007). Sebagai wacana, teks berita yang
Kekerasan simbolik adalah makna, mungkin mengandung bias menarik untuk
logika dan keyakinan yang mengandung dibedah dengan analisis wacana kritis.
bias tetapi secara halus dan samar dipaksa- Analisis wacana kritis berpandangan bahwa
kan kepada pihak lain sebagai sesuatu yang penyampaian informasi dalam teks media
benar (Bourdieu, 1994; Fashri, 2007). massa mengandung bias kepentingan (ideo-
Kekerasan simbolik didasarkan pada rasa logi), baik kepentingan bisnis, politik,
percaya, loyalitas, kesediaan untuk mene- maupun kepentingan lain (Eriyanto, 2006).
rima, hutang budi, dan lain-lain (Thomson, Kecenderungan ketidaknetralan pemberi-
2007:96). taan di media massa itu disebabkan oleh
Kekerasan simbolik didasarkan pada frame yang digunakan oleh wartawan dan
harapan dan kepercayaan publik yang sudah media.
terbentuk dan tertanam lama secara sosial Tujuan penelitian ini adalah memapar-
(Bourdieu, 1994). Pemaksaan tersebut dila- kan dan menjelaskan(a) maujud kekerasan
kukan secara halus dan samar sehingga simbolik dalam teks berita; (b) strategi
publik tidak menyadari dan merasakannya kekerasan simbolik dalam teks berita; dan
sebagai paksaan (periksa pula Rusdiarti, (c) dampak kekerasan simbolik dalam teks
2003; Fashri, 2007). Dengan menyem- berita terhadap pembaca.
bunyikan kekerasannya, diharapkan keke-
rasan simbolik tersebut bisa diterima oleh METODE
khalayak sebagai sesuatu yang wajar,
sebagai wacana yang dominan atau doxa Dalam penelitian ini digunakan metode
(Bourdieu, 1994; Rusdiarti, 2003; Fashri, kualitatif. Pemilihan dan penggunaan meto-
2007; Piliang, 2001; dan Foucault, 1971). de kualitatif didasari pertimbangan berikut.
Kekerasan simbolik merupakan praktik Pertama, data penellitian ini bersifat alami-
dominasi melalui komunikasi (periksa ah, yakni teks berita. Teks berita merupakan
Thomson, 1984; Foucault, 1971). Wacana wacana atau praktik berbahasa di media
yang kalah dipinggirkan dan tidak diakui massa. Kedua, sebagai maujud praktik
oleh publik. Hal itu dapat dilihat pada berwacana, teks berita dipandang sebagai
pemberitaan kasus semburan lumpur panas praktik pemaknaan (Bourdieu, 1994).
di Porong, Sidoarjo. Praktik pemaknaan ini merupakan keke-
Semburan lumpur panas di kabupaten rasan simbolik yang akan dianalisis,
Sidoarjo, Jawa Timur terjadi sejak 27 ditafsirkan dan dimaknai berdasarkan
Mei2006(Wikipedia, 2009). Volume sem- konteks sosiobudaya media massa
buran mencapai lebih dari 100.000 m3 (Eriyanto, 2006).
setiap hari. Semburan lumpur itu berlang- Rancangan analisis wacana kritis yang
sung sampai saat ini dan merendam kawa- digunakan dalam penelitian ini ialah analisis
san permukiman, pertanian, perindustrian di wacana kritis yang dikembangkan oleh
sebelas kecamatan di sekitarnya, merusak Fairclough. Data penelitian ini berupa teks
jalan ruas tol Gempol-Porong, serta berita di koran dan teks penerimaan pemba-
mengganggu aktivitas perekonomian di ca atas pemberitaan kasus semburan lumpur
255 | BAHASA DAN SENI, Tahun 38, Nomor 2, Agustus 2010
di koran. Teks berita dikumpulkan dari (3) “Semua dana relokasi akibat banjir
Jawa Pos, Kompas, Suara Pembaharuan, bencana lumpur lapindo ditang-gung
dan Republika. Data penerimaan pembaca APBN”, kata Sri Mulyani (JP08-A1ca).
dikumpulkan dari koran dan dunia maya Pada data (1), pertanyaan mengapa
yang ditulis oleh pembaca ideal (terdidik). korban ditelantarkandan mengapa Lapindo
Teks berita dianalisis dengan analisis dibiarkan bebas mengandung makna bias
wacana kritis dan analisis framing. Teks politik. Dikatakan mengandung makna bias
tanggapan pembaca dianalisis dengan politik karena pertanyaan itu mengandung
analisis resepsi. stigma politik terhadap pemerintah. Sejak
terjadinya semburan lumpur, PT Lapindo
HASIL DAN PEMBAHASAN dan pemerintah sudah menangani korban
Hasil semburan dalam bentuk: memberi uang
Sesuai dengan rumusan masalah, hasil makan, mendirikan dapur umum, tempat
penelitian ini diklasifikasi menjadi tiga, penampungan, layanan kesehatan, uang
yaitu (a) maujud kekerasan simbolik, (b) sewa rumah dan lain-lain. Pertanyaan itu
strategi kekerasan simbolik, dan (c) dampak mengandung tuduhan bahwa pemerintah
kekerasan simbolik. melindungi PT Lapindo yang dinilai
bersalah, walaupun belum ada hasil
Maujud Kekerasan Simbolik penyelidikan yang menetapkan PT Lapindo
bersalah. Wacana pemerintah menelan-
Hasil analisis data menemukan bahwa
tarkan korban dan membiarkan PT Lapindo
kekerasan simbolik dalam teks berita
Brantas yang dinilai bersalah tetap bebas
bermaujud:(a) makna kabur, (b) logika bias,
menjadi dominan dan mendominasi wacana
dan (c) nilai bias.
pemerintah telah berusaha menangani
Makna Kabur korban semburan lumpur panas dan sudah
berusaha menyelediki penyebab terjadinya
Makna kabur adalah makna yang samar, semburan lumpur untuk menetapkan apakah
sehingga tidak bisa dipahami dengan jelas. PT Lapindo bersalah atau tidak.
Dalam penelitian ini, makna kabur yang Pada data (2), ungkapan partai wong
ditemukan bermaujud makna bias, makna cilik mengandung bias penilaian bipolar.
yang terlalu umum atau terlalu khusus, dan Sebab, pernyataan tersebut mengandung
makna implisit sebagaimana tampak pada pemilahan partai politik menjadi dua
data berikut. kelompok, yaitu partai wong gedhe yang
(1) Sudah lama pertanyaan publik membela kepentingan penguasa dan partai
belum terjawab, seperti mengapa terjadi wong cilikyang membela kepentingan
semburan lumpur, apakah akibat human rakyat. Semula, PDI-P merupakan salah
error atau sebab-sebab lain. Lalu, satu partai yang mendukung usulan
mengapa korban ditelantarkan, mengapa interpelasi Lapindo. Akan tetapi dalam
Lapindo dibiarkan bebas? " ucapnya perjalanannya, PDI-P menarik dukungannya
(SP03-A1cb).
sehingga PDI-P dinilai bukan lagi menjadi
(2) Penggagas interpelasi Lapindo partai wong cilik tetapi partai wong gedhe.
lainnya, Ade Daud Nasution dari Fraksi Pada data (3), digunakan ungkapan
Partai Bintang Reformasi mengingatkan, lumpur lapindo. Ungkapan tersebut
PDI-P adalah partai oposisi yang mengandung pengertian ‘lumpur milik
menyebut diri sebagai partai wong cilik
Lapindo’, ‘lumpur dari Lapindo’, ‘lumpur
(SP08-A1ac).
buatan Lapindo’ atau ‘lumpur yang
disebabkan oleh Lapindo’. Makna tekstual
Roekhan, Kekerasan Simbolik di Media Massa| 256
‘lumpur yang disebabkan oleh PT Lapindo’ Kabupaten Sidoarjo tahun 2004 sebesar
untuk ungkapan lumpur lapindo memiliki Rp1,1 miliar dan tahun 2005 sebesar
makna implikatur ‘PT Lapindo Brantas Rp45 juta. Adapun tahun 2006, Rp0.
melakukan kesalahan atau kelalaian dalam Berdasarkan informasi tersebut dike-
proses pengeboran sehingga menyebabkan tahui bahwa PT Lapindo memiliki
terjadinya semburan lumpur panas’. Dengan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah
demikian, PT Lapindo menjadi pihak yang (PAD) kabupaten Sidoarjo pada 2004 dan
bersalah dan harus bertanggung jawab atas 2005. Data(4) dikatakan mengandung
semua dampak yang ditimbulkannya, generalisasi berlebihan karena hanya pada
walaupun belum ada keputusan tentang tahun 2006 PT Lapindo tidak memberikan
penyebab terjadinya semburan lumpur. bagi hasil kepada pemda Sidoarjo.Dengan
digunakannya sebagai judul teks berita,
Logika Bias kesimpulan bupati menjadi wacana domi-
Istilah logika bias berarti ‘logika yang nan.
dibelokkan’ untuk melogiskan pernyataan
yang tidak logis.Berdasarkan hasil analisis Nilai Bias
data ditemukan bahwa logika bias yang Nilai (value) adalah (a) hal-hal yang
digunakan dalam teks berita dapat diklasi- penting atau berguna bagi kemanu-siaan,
fikasi sebagai berikut: logika bias dengan (b) sesuatu yang dapat menyempurnakan
memberdayakan generalisasi berlebihan, manusia sesuai dengan hakikatnya. Berda-
memberdayakan bukti yang lemah, dan sarkan pengertian di atas, nilai bias berarti
memberdayakan premis yang lemah seba- ‘nilai yang dibiaskan atau dibelokkan’
gaimana tampak pada data di bawah ini. untuk mendukung kepentingan penulis yang
(4) Win Hendrarso: Kontribusi Lapindo akan dipaksakan kepada pembaca. Nilai
Nol! (KP08-A2a). bias yang ditemukan dalam penelitian ini
berupa: nilai moral, nilai ilmiah, dan nilai
Data (4) merupakan pernyataan bupati
hukum sebagaimana tampak pada data
Sidoarjo tentang kontribusi PT Lapindo
berikut.
Brantas kepada pemerintah daerah Sidoarjo.
Data (4) di atas merupakan judul teks berita (5) Dalam pembahasan tersebut,
yang dimuat di Kompas pada hari Sabtu, 24 Lapindo juga harus memberikan jawaban
Maret 2007. Dalam pernyataanya, bupati mengenai tuntutan dari sejumlah
perusahaan terkait masalah THR. Ini
mengatakan sebagai berikut:
persoalan ribuan buruh yang
Bukankah Lapindo banyak melakukan menggantungkan hidup di bawah
kegiatan eksploitasi di Sidoarjo? perusahaan korban lumpur (KP11-A3).
(pertanyaan wartawan)
(6) Bagi Aria Bima dkk, pengunduran
Betul. Lapindo memiliki sekitar 20 sumur waktu ini menunjukkan bukti, masalah
gas di Sidoarjo, tetapi kontribusinya ke ini begitu seriusnya, sehingga para
daerah nol. Terus terang tidak ada sama pengusul harus berbenturan dengan
sekali. Nol. Nol besar. Silakan tulis itu! kepentingan tertentu(RP06-A3).
Berkaitan dengan pernyataan bupati Pada data (5), pernyataan Ini persoalan
tersebut, penulis menyertakan informasi lain ribuan buruh yang menggantungkan
yang bersumber dari DPRD Sidoarjo hidup di bawah perusahaan korban
sebagai berikut: lumpur mengandung nilai moral yang
Kontribusi Lapindo Brantas Inc untuk berkaitan dengan rasa kemanusiaan dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) tanggung jawab kemanusiaan. Pernyataan
257 | BAHASA DAN SENI, Tahun 38, Nomor 2, Agustus 2010
nilai moral tersebut mengandung logika (7) Korban yang
moral bahwa ribuan buruh yang bekerja di ditelantarkanpemerintah merasa hanya
perusahaan-perusahaan yang menjadi kor- dijadikan alat bagi kepentingan kelom-
ban semburan lumpur menggantungkan pok tertentuyang justru tidak memperju-
angkan nasib mereka (KP17-B1aa).
hidup mereka pada perusahaan-perusahaan
tersebut. Karena semburan lumpur itu (8) Hampir setiap hari diaharus
disebabkan oleh kesalahan PT Lapindo, melayanikeluhan, pengaduan, dan unjuk
maka pembayaran THR para buruh itu rasa warga, terutama yang rumahnya
menjadi tanggung jawab PT Lapindo. Kalau terendam lumpur panas (KP08-B1ba)
PT Lapindo menolak tanggung jawab itu, Pada data (7), warga korban dilabeli
berarti PT Lapindo tidak memiliki rasa dengan “pihak yang ditelantarkandan
kemanusiaan atau tanggung jawab kema- dijadikan alat bagi kepentingan kelompok
nusiaan. Pernyataan nilai luhur tersebut tertentu”. Label itu bersifat positif bagi
dibelokkan menjadi stigma bagi PT warga korban. Label itu berarti warga kor-
Lapindo. ban adalah orang-orang yang sengaja
Data (6) merupakan pernyataan Aria dikorbankan dan dijadikan alat bagi
Bima, dari Fraksi PDI Perjuangan DPR RI. kepentingan tertentu, baik oleh pemerintah,
Pernyataan Aria tersebut berkaitan dengan PT Lapindo maupun pihak lain. Label itu
tertundanya pengusulan interpelasi Lapindo menggugah timbulnya rasa simpati berbagai
yang didukung oleh FPDI-P. Sebab, ada pihak, termasuk para pembaca.
sejumlah pengusul yang menarik dukungan Data (8) adalah pernyataan bupati
mereka setelah terjadi lobi politik oleh frak- Sidoarjo yang berkaitan dengan pemberian
si yang menolak pengusulan interpelasi ganti rugi lahan dan bangunan warga yang
Lapindo.Hal itu menunjukkan bahwa usulan terendam lumpur panas, yang tidak kunjung
interpelasi Lapindo sarat kepentingan terealisasi. Penggunaan kata melayani
politik. Oleh sebab itu, alasan penundaan mengandung pengertian ‘bupati menjadi
waktu pengusulan sebagai bukti ilmiah pelayan warga’. Itu berarti bupati mendu-
mengandung bias ilmiahkarena digunakan dukkan warga secara terhormat (orang yang
untuk membungkus kepentingan politik. dilayani) dan memperlakukannya secara
baik. Makna ini mengandung konotasi
Strategi Kekerasan Simbolik ‘meninggikan’ bupati sebagai seorang
Strategi kekerasan simbolik yang dite- pemimpin yang baik dan penuh pengabdian.
mukan penelitian ini meliputi:(a) pengha-
Pelogisan Informasi
lusan informasi, (b) pelogisan informasi,
dan (c) pemositifan informasi. Pelogisan informasi adalah mencipta-
kan hubungan logis antarpernyataan dalam
Penghalusan Informasi teks berita yang sebenarnya tidak memiliki
Penggunaan strategi penghalusan hubungan logisagar informasi itu dapat
makna dalam teks berita menyebabkan diterima oleh akal sehat pembaca.Pelogisan
informasi yang disampaikan tidak jelas dan informasi dalam teks berita yang
bertafsir. Hasil analisis data menemukan ditemukan, antara lain: penciptaan
bahwa strategi penghalusan informasi yang hubungan sebab akibat (penyebabakibatan),
digunakan dalam teks berita di surat kabar penciptaan hubungan analogis (pengana-
meliputi: penghalusan informasi dengan logian), penciptaan hubungan penegasan
pelabelan positif dan negatif dan pengha- (penegasan), dan penciptaan hubungan
lusan informasi dengan pengiasan.
Roekhan, Kekerasan Simbolik di Media Massa| 258
pertentangan (pemertentangan)sebagaimana diterima oleh pembaca).Pemositifan infor-
disajikan di bawah ini. masi yang ditemukan penelitian ini
(9) Mengenai penjualan seluruh sa- meliputi: peluhuran informasi, pemformalan
ham Lapindo kepada Freehold Group informasi, dan pemartabatan informasi
Limited baru-baru ini. Wapres sebagaimana ditunjukkan oleh data di
mengatakan bahwa itu urusan Badan bawah ini.
Pengawas Pasar Modal (Bapepam). (10) Meski terlambat, dia tetap
"Karena penjualan itu legal, itu urusan menyampaikan komitmennya untuk
Bapepam (KP03- B2a). memperjuangkan nasib korban lumpur
Data (9) merupakan laporan hasil Lapindo di Sidoarjo (JP05-B3aa).
wawancara penulis dengan Wakil Presiden, (11) Yang jelas, yang bertanggung jawab
Yusuf Kalla. Pada data (9) tersebut terdapat kepada negara adalah Lapindonya,
dua pernyataan yang tidak memiliki hubu- meskipun pemiliknya (berganti-ganti).
ngan sebab akibat, tetapi diciptakan Apalagi sudah ada Keputusan Presiden-
hubungan sebab akibat antara keduanya. nya yang menetapkan kerugian itu
Penciptaan hubungan sebab akibat kedua (KP03-B3ba)
pernyataan itu memunculkan implikatur Data (10) merupakan pernyataan
yang membuat hubungan itu tampak logis Muhaimin Iskandar, Wakil Ketua DPR.
dan benar seperti tampak pada data di Pernyataan itu merupakan tanggapan
bawah ini. Muhaimin atas keterlambatan dia membe-
Penjualan seluruh saham Lapindo kepada rikan dukungan terhadap pengusulan
Freehold Group itu (diperkenankan interpelasi Lapindo. Pada data (10) Muhai-
pemerintah dan menjadi) urusan Badan min menyatakan komitmennya untuk
Pengawas Pasar Modal (Bapepam) memperjuangkan nasib korban semburan
(karena tanggung jawab menangani lumpur dengan caramendukung pengusulan
semburan lumpur melekat pada PT interpelasi Lapindo. Penggunaan nilai
Lapindo bukan pemilik PT Lapindo). komitmen pada data (10) merupakan nilai
biaskarena nilai komitmen yang bersifat
sebab luhur itu digunakan untuk kepentingan
Penjualan itu legal (sehingga keberadaan politis. Akan tetapi, nilai komitmen yang
PT Lapindo tetap dapat dipantau dan bias itu menjadi samar bahkan tampak
dimintai pertanggungjawaban). bernilai karena dirujukkan pada upaya
Hubungan logis yang diciptakan itu memperjuangkan nasib korban.
menjadi dominan dan mendominasi Data (11) merupakan pernyataan Wakil
hubungan tidak logis kedua kalimat jawa- Presiden. Pernyataan itu merupa-kan jawa-
ban Jusuf Kalla. Hubungan tidak logis ban Wakil Presiden atas pertanyaan warta-
tersebut adalah (a) PT Lapindo adalah sara- wan tentang rencana penjualan saham PT
na atau wadah bagi pengusaha, (b) ketika Lapindo kepada perusahaan asing. Penjua-
terjadi kecelakaan dalam penggunaannya lan saham PT Lapindo tersebut dapat
yang bertanggung jawab adalah pemakai memberikan peluang kepada PT Lapindo
atau pemiliknya. untuk lari dari tanggung jawab dalam
menangani semburan lumpur dan dampak-
Pemositifan Informasi nya. Dengan demikian, pemberian izin
Pemositifan informasi berarti membuat penjualan saham itu bisa dinilai sebagai
informasi negatif atau kurang positif menja- bentuk perlindungan pemerintah kepada PT
di positif (tegas, meyakinkan, dan bisa Lapindo untuk menghindari tanggung jawab
259 | BAHASA DAN SENI, Tahun 38, Nomor 2, Agustus 2010
memberikan ganti rugi kepada warga kor- Data (12) merupakan gambaran pene-
ban. Bias kepentingan pada pernyataan rimaan informasi yang dilandasi prasangka
Yusuf Kalla itu menjadi samar bahkan karena pandangan stereotipe terhadap PT
tampak bernilai karena dirujukkan pada Lapindo. Sebab, pembaca menglasifikasi
nilai hukum (keppres). pengusaha menjadi dua kelompok, yaitu (a)
pengusaha yang jujur, terbuka, dan peduli
Dampak Kekerasan Simbolik kepada masyarakat sekitar, dan (b) pengu-
Dampak kekerasan simbolik adalah saha yang biasa berbohong, bersikap tertu-
pengaruh yang ditimbulkan oleh kekerasan tup, dan mengabaikan kepentingan masya-
simbolik pada pembaca (pandangan dan rakat sekitar. PT Lapindo dimasukkan ke
sikap). Pandangan dan sikap pembaca dalam kelompok pengusaha jenis kedua.
terhadap informasi daslam teks berita yang Berdasarkan klasifikasi yang bersifat
ditemukan penelitian ini tampak pada negatif terhadap PT Lapindo tersebut, lahir-
penerimaan pembaca atas informasi lah penerimaan informasi tentang kasus
tersebut, yang meliputi:(a) penerimaan yang semburan lumpur yang bias pandangan
dilandasi oleh sikap berprasangka dan (b) stereotipe. Sebab, tidak semua ciri yang
penerimaan yang dilandasi oleh sikap ditetapkan pembaca bisa dikenakan kepada
netral. PT Lapindo.

Penerimaan yang Dilandasi Sikap Penerimaan yang Dilandasi Sikap Netral


Berprasangka Pembaca yang bersikap netral membaca
Prasangka adalah evaluasi oleh sese- dan menerima informasi tentang semburan
orang atau kelompok terhadap orang atau lumpur secara kritis sebagaimana tampak
kelompok lain yang semata-mata didasar- pada data berikut.
kan pada orang atau kelompok itu bukan (13) Kalau mau bicara "jujur"pun, kita
anggota kelompoknya. Prasangka bisa harus jujur bahwa artikel inipun "tidak
bersifat positif, bisa pula bersifat negatif. hanya" memuat bahwa memang ada
Prasangka terbentuk secara sosial dalam fenomena gunung lumpur di Jawa.
waktu yang lama.Pembaca yang memiliki Karena artikel inipun memuat bahwa
dalam melakukan pekerjaan subsurface
prasangka, penerimaannya atas informasi
harus ada aspek "hazards"nya dari
yang dibaca di media massa dipengaruhi bermacam data termasuk salah satu input
oleh prasangkanya sebagaimana tampak hazardnya adalah ilmu geologi dan
pada data berikut. apakah hal ini dilakukan? (B8a-Guruh
(12) Nama “lumpur lapindo” perlahan Didi-peserta disgkusi block Mudji 2008)
mulai sengaja dihilangkan, “haram” Data (13) merupakan pernyataan yang
disebut. mengandung sikap netral pembaca terhadap
Pers dipengaruhi agar tidak memakai pemberitaan kasus semburan lumpur yang
istilah itu dengan cara sistematik dan didasari oleh pandangan ilmiah yang benar.
terencana, bahkan dibentuk humas khusus Pembaca menerima pandangan bahwa Jawa
untuk membina opini publik. Menurut merupakan wilayah yang banyak mengan-
Humas khusus ngurusin lumpur lumpuran
dung tambang gas dan minyak bumi.
ini, jangan sebut bencana ini sebagai:
“lumpur lapindo”, tapi sekarang berganti
Sumber minyak dan gas tersebut sering
nama menjadi “lumpur sidoarjo” berdampingan dengan gunung lumpur yang
(Sunudyantoro-pembaca dan penga-mat berbahaya. Itulah sebabnya, setiap kegiatan
media 06-03-2007) (DM01-C1a). pengeboran minyak dan gas selalu beresiko
menyebabkan semburan lumpur.Pandangan
Roekhan, Kekerasan Simbolik di Media Massa| 260
ini membuat pembaca tidak memilih salah (bandingkan dengan Rani, 2006 dan
satu pandanganselama belum ada hasil Wahyuni, 2008). Informasi bias yang
penelitian yang akurat. berwujud informasi kabur tersebut pada
hakikatnya merupakan informasi yang
Pembahasan dilandasi oleh kepentingan tersembunyi
(ideologi) penulis berita, pengelola dan
Berdasarkan hasil analisis di atas, di pemilik media demi keuntungan media,
bawah ini disajikan pembahasan hasil pene- seperti kepentingan ekonomi, kekuasaan,
litian, yang meliputi: (a) maujud kekerasan pencitraan positif, dan lain-lain (priksa
simbolik, (b) strategi kekerasan simbolik, Eriyanto, 2006; Sudibyo, 2006; Severin dan
dan (c) dampak kekerasan simbolik. Tankard, 2001; dan Scannell, 2001).
Maujud Kekerasan Simbolik Logika Bias
Berdasarkan prinsip jurnalisme, infor- Istilah logika bias berarti ‘logika yang
masi yang harus disampaikan oleh teks dibelokkan’ untuk melogiskan pernyataan
berita adalah informasi yang objektif, benar, yang tidak logis.Berdasarkan hasil analisis
lugas, dan jelas (Kovach dan Rosenstiel, data ditemukan bahwa logika bias yang
2001; Kusumaningrat dan Kusumaningrat, digunakan dalam teks berita dapat diklasi-
2007). Akan tetapi, dalam praktiknya infor- fikasi sebagai berikut: logika bias dengan
masi yang disampaikan tidak selalu memberdayakan generalisasi berlebihan,
objektif, benar, lugas, dan jelas (Mulyana, memberdayakan bukti yang lemah, dan
2005; Murdock dan Golding, tanpa tahun). memberdayakan premis yang lemah
Hasil analisis data penelitian menemukan sebagaimana dijelaskan di bawah ini.
informasi yang bias yang berupa (a) makna Penggunaan generalisasi berlebihan,
kabur, (b) logika bias, dan (c) nilai bias bukti lemah dan premis lemah yang ditemu-
yang dikategorikan sebagai maujud (entity) kan penelitian ini dapat menghasilkan
kekerasan simbolik. logika implikatur yang dikehendaki oleh
penulis. Implikatur ini dapat memperkuat
Makna Kabur penyampaian maksud penulis kepada
Makna kabur adalah makna yang samar, pembaca teks berita (periksa Cummings,
sehingga tidak bisa dipahami dengan jelas. 2005; Roekhan, 2007). Dengan implikatur
Dalam penelitian ini, makna kabur yang itu, wacana yang menggunakan logika bias
ditemukan bermaujud makna bias, makna menjadi kuat dan dominan. Wacana tersebut
yang terlalu umum atau terlalu khusus, dan dapat mendominasi wacana yang menen-
makna implisit. Penyampaian informasi tangnya (counter discourse) (periksa
dalam maujud makna yang kabur, Foucault, 1971).Dengan demikian, infor-
menyebabkan informasi yang disampaikan masi yang mengandung logika bias tampak
menjadi samar dan halus (periksa Bourdieu, samar dan halus sehingga tidak dikenali
1994; Fashri, 2007; dan Rusdiarti, 2003). oleh pembaca (periksa Bourdieu, 1994 dan
Idealnya, sebuah teks berita menyajikan Fasri, 2007).
informasi yang benar dan objektif. Infor-
masi yang benar dan objektif dapat Nilai Bias
dipercaya dan diterima oleh pembaca. Akan Nilai (value) adalah (a) hal-hal yang
tetapi, informasi yang demikian tidak bisa penting atau berguna bagi kemanusiaan, (b)
menutupi kepentingan tersembunyi dari sesuatu yang dapat menyempurnakan
penulis berita dan perusahaan media manusia sesuai dengan hakikatnya. Berda-
261 | BAHASA DAN SENI, Tahun 38, Nomor 2, Agustus 2010
sarkan pengertian istilah nilai di atas, istilah yang menarik dan enak dibacamembuat
nilai bias berarti ‘nilai yang dibiaskan atau pembaca merasa nyaman ketika memba-
dibelokkan’ untuk mendukung maksud atau canya. Dikatakan merugikan pembaca
kepentingan penulis yang akan dipaksakan karena sajian yang menarik dan enak
kepada pembaca. Nilai bias yang ditemukan dibacasering digunakan penulis untuk
dalam penelitian ini dapat diklasifikasi menutupi informasi yang bias dan subjektif
menjadi tiga kelompok, yaitu (a) nilai yang dikategorikan sebagaistrategi keke-
moral, (b) nilai ilmiah, dan (3) nilai hukum. rasan simbolik (periksa Eriyanto, 2006;
Nilai moral adalah nilai yang berkaitan Severin dan Tankard, 2001; dan Scannell,
dengan masalah baik dan buruk bagi 2001). Strategi kekerasan simbolik yang
kehidupan manusia.Nilai ilmiah adalah dite-mukan penelitian ini diklasifikasi
nilai yang berkaitan dengan kebenaran ilmu. menjadi tiga kelompok, yaitu (a)
Nilai ilmiah bias yang ditemukan penelitian penghalusan informasi, (b) pelogisan
ini terdapat pada satu data. Nilai hukum informasi, dan (c) pemositifan informasi.
adalah nilai yang berkaitan dengan
kebenaran hukum. Nilai hukum bias ialah Penghalusan Informasi
nilai yang berkaitan dengan kebenaran Penggunaan strategi penghalusan mak-
hukum yang diterapkan pada konteks yang na dalam teks berita menyebabkan infor-
tidak atau kurang tepat secara hukum. masi yang disampaikan tidak jelas dan
Informasi yang mengandung nilai bertafsir. Hasil analisis data menemukan
negatif merupakan informasi yang salah dan bahwa strategi penghalusan informasi yang
tidak baik. Informasi yang demikian, tidak digunakan dalam teks berita di surat kabar
bisa dipercaya dan cenderungakan ditolak meliputi: penghalusan informasi dengan
oleh pembaca. Akan tetapi, dalam teks pelabelan positif dan negatif dan pengha-
berita yang mengandung nilai negatif lusan informasi dengan pengiasan.
tersebut digunakan untuk menutupi maksud Label berarti (a) tempelan yang menje-
tersebunyi pihak penulis, pengelola dan laskan tentang identitas pemilik, (b) merek,
pemilik media, maka nilai negatif atau dan (c) petunjuk singkat tentang zat yang
kurang positif tersebut diubah menjadi nilai dikandung di dalamnya (Pusat Pembinaan
positif yang dibiaskan. Dengan demikian, dan Pengembangan Bahasa, 2007:621).
nilai yang negatif atau kurang positif Berdasarkan arti kata label tersebut istilah
tersebut menjadi samar dan halus sehingga pelabelan berarti ‘pemberian label’. Pela-
tidak dikenali oleh pembaca dan dapat belan kepada seseorang atau pihak tertentu
diterima oleh pembaca sebagai ninformasi berarti ‘memberikan keterangan tentang
yang benar dan dapat dipercaya (periksa identitas, merek, atau petunjuk tentang
Roekhan, 2007; Sudibyo, 2006; dan orang atau pihak yang dilabeli’ agar dike-
Eriyanto, 2005). nali oleh khalayak.Penggunaan pelabelan
positif dan pelabelan negatif dimaksudkan
Strategi Kekerasan Simbolik untuk menghaluskan informasi dalam teks
Menarik dan enak dibaca adalah dua berita.
ciri utama kemasan berita di media masa, Pemberian label positif terhadap sese-
termasuk koran (Kovach dan Rosenstiel, orang atau sesuatu dapat meng-gugah
2006:192—193). Penyajian teks berita timbulnya rasa simpati atau kesan positif
secara menarik dan enak dibaca itu pembaca terhadap orang atau sesuatu yang
menguntungkan tetapi juga merugikan dilabeli positif. Pelabelan membuat pemba-
pembaca. Menguntungkan karena penyajian ca tidak bisa melihat seseorang atau sesuatu
Roekhan, Kekerasan Simbolik di Media Massa| 262
sebagaimana adanya. Keadaan seseorang masi, pemformalan informasi, dan pemar-
atau pihak yang diberitakan ditutupi oleh tabatan informasi.
label yang ditempelkan kepada orang atau Ketiga strategi tersebut digunakan agar:
pihak tersebut. Karena label itulah yang (a) informasi bias yang disampaikan tampak
selalu dihadapi pembaca, maka yang halus dan samar sehingga tidak dikenali
dipersepsi oleh pembaca tentang orang atau oleh pembaca; (b) informasi yang mengan-
pihak tersebut adalah sesuai label yang dung logika salah tersebut tampak logis dan
ditempelkan kepadanya (periksa Severin bernalar sehingga dapat diterima oleh
dan Tankard, 2001; Sudibyo, 2005 dan penalaran pembaca; dan (c) informasi yang
Dhakidae, 1996). nilai tidak atau kurang positif tersebut
Penggunaan label positif dapat menggu- tampak positif dan bermartabat. Dengan
gah timbulnya kesan positif bahkan rasa demikian, pembaca lebih mudah mene-
simpati pembaca kepada orang atau pihak rimanya karena dianggap sebagai informasi
yang dilabeli. Sebaliknya, pemberian label yang benar, logis dan bernilai positif
negatif dapat mngengundang timbulnya (periksa Roekhan, 2007; Rani, 2006; Fasri,
kesan negatif bahkan rasa benci pembaca 2007; Bourdieu, 1994; dan Rusdiarti, 2003).
kepada pihak atau orang yang dilabeli.
Dengan memberikan label negatif, Dampak Kekerasan Simbolik
pemahaman pembaca terhadap informasi Dampak kekerasan simbolik adalah
yang disampaikan dalam teks berita pengaruh yang ditimbulkan oleh kekerasan
dihalangi oleh label negatif yang diberikan simbolik pada pembaca. Sasaran kekerasan
oleh penulis sehingg penerimaan pembaca simbolik adalah pikiran pembaca yang
atas informasi tersebut sesuai dengan label tampak pada pandangan dan sikap pembaca
negatif yang diberikan oleh penulis terhadap informasi yang disampaikan oleh
(periksa Roekhan, 1992; Pratt, 1977 dan media massa. Pandangan dan sikap pem-
1981). baca terhadap informasi yang disampaikan
Penggunaan kiasan juga membuat oleh media massa tampak pada penerimaan
informasi bias yang disampaikan menjadi pembaca atas informasi tersebut. Peneri-
samar dan halus karena dibungkus dengan maan pembaca atas informasi yang
bahasa yang bermakna kias atau implikatur. disampaikan media massa salah satunya
Melalui penggunaan bahasa bermakna kias, direalisasikan dalam bentuk teks peneri-
pesan yang ingin disampaikan oleh penulis maan. Penerimaan pembaca atas informasi
diubah menjadi makna yang halus dan bias yang disampaikan media massa yang
samar (periksa Roekhan, 1992; Pratt, ditemukan penelitian ini diklasifikasi
1977dan 1981). menjadi dua kelompok, yaitu (a) peneri-
maan yang dilandasi oleh sikap berpra-
Pemositifan Informasi sangka dan (b) penerimaan yang dilandasi
Pemositifan informasi berarti membuat oleh sikap netral.
informasi yang negatif atau kurang positif
menjadi tegas, meyakinkan, dan bisa dite- Penerimaan yang Dilandasi Sikap
rima oleh pembaca atau membuat informasi Berprasangka
yang negatif atau kurang positif tersebut Nelson (Sarwono, 2007:18) memberi-
menjadi tampak positif.Pemositifan infor- kan pengertian prasangka sebagai suatu
masi yang ditemukan penelitian ini evaluasi oleh seseorang atau kelompok
dilakukan dengan cara: peluhuran infor- terhadap orang atau kelompok lain yang
semata-mata didasarkan pada orang atau
263 | BAHASA DAN SENI, Tahun 38, Nomor 2, Agustus 2010
kelompok itu bukan anggota kelompoknya. secara kritis akurasinya, keselarasannya,
Prasangka bisa bersifat positif, bisa pula dan kebenarannya. Pembaca cenderung
bersifat negatif dan terbentuk secara sosial akan menggunakan berbagai pertimbangan
dalam waktu yang lama (Sarwono, 2007). dalam memahami dan menerima informasi
Prasangka mempengaruhi persepsi sese- tersebut (periksa Severin dan Tankard,
orang terhadap sesuatu atau seseorang. 2001).
Pembaca yang memiliki prasangka, peneri-
maannya atas informasi yang dibaca di SIMPULAN DAN SARAN
media massa akan dipengaruhi oleh pra- Simpulan
sangkanya terhadap informasi, penyampai Berdasarkan hasil analisis data dan
informasi, atau sumber informasi tersebut. pembahasan ditemukan maujud (entity)
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kekerasan simbolik dalam teks berita yang
penerimaan pembaca atas informasi yang berupa (a) makna kabur, (b) logika bias, dan
disampaikan oleh media massa dalam teks (c) nilai bias. Makna kabur, logika bias, dan
berita dipengaruhi oleh prasangkanya nilai bias merupakan wujud informasi bias
terhadap informasi, penyampai informasi, yang dipaksakan oleh media massa kepada
atau sumber informasi tersebut. Dengan pembaca. Strategi kekerasan simbolik yang
kata lain, parasangka yang mereka bawa ditemukan penelitian ini meliputi (a)
ketika menghadapi teks berita, menentukan penghalusan informasi, (b) pelogisan infor-
penerimaan mereka atas informasi yang masi, dan (c) pemositifan informasi.
mereka baca. Pembaca yang berprasangka Penghalusan, pelogisan, dan pemositifan
positif cenderung akan menerima informasi informasi tersebut merupakan upaya
dalam teks berita secara positif pula. penyembunyian informasi bias dalam teks
Sebaliknya, pembaca yang berprasangka berita.Dampak kekerasan simbolik terhadap
negatif cenderung akan menerima informasi pembaca tampak pada penerimaan pembaca
dari teks berita secara negatif pula (Bonnita, atas informasi yang disampaikan oleh media
2004; Adona, 2006; dan Darman, 2005). massa. Penerimaan pembaca tersebut
meliputi (a) penerimaan yang dilandasi
Penerimaan yang Dilandasi Sikap Netral pandangan dan sikap berprasangka, dan (b)
Dalam kasus semburan lumpur di penerimaan yang dilandasi pandangan dan
Sidoarjo, terdapat dua pandangan yang sikap netral. Dengan demikian, kekerasan
saling bertentangan, yaitu (a) semburan simbolik tidak/belum tampak berdampak
lumpur terjadi karena kesalahan proses nyata pada pembaca ideal pada
pengeboran, dan (b) semburan lumpur penerimaan mereka dalam waktu pendek.
terjadi karena peristiwa alam atau pengaruh
gempa Yogyakarta. Pandangan yang tidak Saran
memihak kepada salah satu pandangan Berdasarkan hasil penelitian tersebut
tersebut dikatakan bersifat netral. Pembaca disarankan (a) wartawan dan pengelola
yang bersikap netral membaca dan media massa menjaga agar informasi yang
menerima informasi tentang kasus sembu- disampaikan kepada khalayak tetap objektif,
ran lumpur secara kritis. Munculnya sikap benar, menyeluruh, dan berimbang; (b)
kritis tersebut disebabkan pembaca tidak pembaca media koran perlu selalu
berprasangka terhadap informasi, penyam- mengasah daya kritisnya dan bersikap kritis
pai informasi dan sumber informasi dalam dalam membaca teks berita; (c) Dewan Pers
teks berita. Hal itu membuat informasi yang diharapkan melaksanakan Undang-Undang
diterima dari teks berita dipertimbangkan Pers secara lebih tegas dan sungguh-
Roekhan, Kekerasan Simbolik di Media Massa| 264
sungguh; (d) guru dan penulis bahan ajar Eriyanto, 2005. Analisis Framing:
hendaknya selalu berpikir dan bersikap Konstruk, Ideologi, dan Politik Media.
kritis agar dapat menghindarkan pembe- Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara.
lajaran yang dilakukan dan bahan ajar yang Fairclough, Norman. 1995. Critical
ditulis dari kekerasan simbolik, serta Discourse Analysis: The Critical Study
memasukkan wacana kritis sebagai bahan of Language. London: Longman.
perkuliahan di perguruan tinggi; (e) peneliti Fashri, Fauzi. 2007. Penyingkapan Kuasa
berikutnya dapat meneliti kekerasan Simbol: Apropriasi Refleksi Pemikiran
simbolik di media massa elektronik, buku Pierre Bourdieu. Yogyakarta: Juxtapose.
ajar, praktik pembelajaran, buku bacaan Foucault, Michel. 1971. Kritik Wacana
dengan menggunakan ancangan teori yang Bahasa. Terjemahan Inyiak Ridwan
sama atau berbeda. Muzir. 2003. Yogyakarta: IRCiSoD.
Haryatmoko. 2007. Etika Komunikasi:
DAFTAR RUJUKAN Manipulasi Media, Kekerasan dan
Pornografi. Yogyakarta: Kanisius.
Bourdieu, Pierre. 1991. Language and Makarim, Edmon. 2002. Krisis Media
Symbolic Power. Terjemahan Gino dalam Perspektif Konvergensi
Raymond dan Matthew Adamson. 1994. Telematika: Wacana Media untuk
Cambridge: Harvar University Press. Penyempurnaan UU Pers, (Online),
Bonnita, Anastasia. 2004. Prasangka (http://www.duniaesai.com/antro/antro2.
Gender dalam Kaitannya dengan Sikap htm, diakses tanggal 07-03-2007).
terhadap Manajer Wanita. Skripsi. Piliang, Yasraf Amir. 2001. Hiper-Realitas
Jakarta: Fakultas Psikologi UI. Media dan Kebudayaan: Kebenaran
Cahyarini, Dyah Ratri Savitri. 2005. dalam Kegalauan Informasi, (Online),
Prasangka Masyarakat terhadap SPG (http://www.forum-rektor.org/
(Sales Promotion Girl). Skripsi tidak artikel.php?hal=4&no =10, diakses
diterbitkan. Jakarta: Fakultas Psikologi tanggal 07-02-2007).
UI. Pratt, Mary Laouise. 1981. Literary
Cummings, Loiuse. 2005. Pragmatics: a Implication and Implicature. Dalam
Multidisiplinery Perspective. Edinburgh: Donald C Freeman (Ed.) Essays in
Edinburgh University Press. Modern Stilistics. New York: Methuen
Dhakidae, Daniel. 1996. Bahasa dan and Co.
kekuasaan: Bahasa, Jurnalisme, dan Pratt, Mary Laouise. 1977. Toward a
Politik Orde Baru. Dalam Yudi Latif dan Speech Act Theory of Literary Discourse.
Idi Subandy Ibrahim (Eds.), Bahasa dan Blomington: Indiana University Press.
Kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Rani, Abdul. 2006. Penggunaan Bahasa
Orde Baru (hlm. 246—251). Bandung: dalam Wacana Iklan Televisi. Disertasi
Mizan. tidak diterbitkan. Malang: PPS
Darman, Westy. 2005. Gambaran Universitas Negeri Malang.
Prasangka pada Suku Amungme Roekhan. 1992. Penggunaan Maksim Tutur
terhadap Pendatang di Tembagapura. dalam “Kooong” Karya Iwan
Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Simatupang. Tesis tidak diterbitkan.
Fakultas Psikologi UI. Malang: PPS IKIP Malang.
Eriyanto, 2006. Analisis Wacana: Roekhan. 2007. Pertarungan Simbolik
Pengantar Analisis Teks Media. dalam Wacana Penolakan Pemba-ngunan
Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara. Bandara oleh Warga Sukajati, Jawa
265 | BAHASA DAN SENI, Tahun 38, Nomor 2, Agustus 2010
Barat. Bahasa dan Sastra Indonesia, Metode, dan Terapannya di dalam
X(2):95—112. Media Massa. Terjemahan Sugeng
Rusdiarti, Suma Riella. 2003. Bahasa, Hariyanto. 2005. Jakarta: Prenada Media.
Pertarungan Simbolik, dan Kekuasaan. Toulmin, S.E. 1990. The Use of Argument.
Basis VII(11—12):31—40. Cambridge: Cambridge University Press.
Severin, Werner J dan James W. Tankard.
2001. Teori Komunikasi: Sejarah,

Anda mungkin juga menyukai