Anda di halaman 1dari 37

HUBUNGAN KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN PENGGUNAAN

KONTRASEPSI HORMONAL SUNTIK


DI PUSKESMAS KOTA BARAT

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

OLEH:

SRI RAHMA AMANDA SADINGO

2320192140

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS SAINS, TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BINA MANDIRI GORONTALO
2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL................................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 6


2.1 Kontrasepsi Hormonal Suntik.................................................................... 6
1. Definisi Kontrasepsi Hormonal Suntik................................................. 6
2. Jenis – Jenis Kontrasepsi Suntik........................................................... 7
3. Mekanisme Kontrasepsi Suntik............................................................ 8
4. Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntik................................................... 9
5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan KB....................... 10
2.2 Glukosa Darah........................................................................................... 11
1. Definisi Glukosa Darah......................................................................... 11
2. Kadar Glukosa Darah............................................................................ 12
3. Metabolisme Glukosa Darah................................................................. 13
4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Glukosa Darah............... 14
5. Jenis – Jenis Pemeriksaan Glukosa Darah............................................ 15
2.3 Hipotesis.................................................................................................... 18
2.4 Kerangka Konsep....................................................................................... 18

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 19


3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian................................................................. 19
3.2 Desain........................................................................................................ 20
3.3 Variabel Penelitian.................................................................................... 21
3.4 Definisi Operasional.................................................................................. 21
3.5 Populasi dan Sampel.................................................................................. 22
3.6 Teknik Pengumpulan Data........................................................................ 23
3.7 Teknik Analisa Data.................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan pada dasarnya merupakan suatu usaha yang

dilakukan untuk menambah pemahaman, kemauan dan kesanggupan hidup sehat bagi

semua individu agar tercipta derajat kesehatan yang maksimal, yang dapat digunakan

sebagai modal untuk pembangunan sumber daya manusia yang berguna secara sosial

maupun ekonomi. Berhasilnya suatu pembangunan kesehatan ditentukan oleh upaya

program dan sektor serta upaya-upaya yang telah dilaksanakan pada periode

sebelumnya (Kemenkes, 2017).

Dalam pembangunan kesehatan, penduduk merupakan modal yang sangat

diperlukan. Namun penduduk dapat menjadi sebuah aset ataupun beban. Hal ini ini

karena jumlah penduduk yang terlampau besar tanpa disertai kualitas sumber daya

yang baik dapat menjadi beban dalam sebuah pembangunan negara. Oleh sebab itu,

angka total kelahiran harus menjadi sasaran strategis yang perlu untuk diperhatian.

Angka kelahiran yang secara signifikan terus meningkat setiap tahunnya serta

distribusi penduduk yang tidak merata merupakan permasalahan Nasional terutama

pada negara-negara berkembang seperti Indonesia (BKKBN, 2017).

Jumlah penduduk dunia menurut United Nations (2019) mencapai 7,7 M jiwa

dan diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya. Indonesia sendiri menempati

urutan ke empat dengan jumlah populasi jiwa terbanyak di dunia dengan persentase

3.53% dari penduduk dunia sedangkan China sebesar 18.4%, India 17.8% dan

1
Amerika 4.37%. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol menyebabkan tidak

meratanya distribusi penduduk pada negara-negara tersebut.

Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia (2018) jumlah penduduk Indonesia

pada tahun 2018 sebanyak 265 ribu jiwa dengan laju pertumbuhan sebanyak 1,33%.

Angka tersebut lebih tinggi sekitar 1,2% atau bertambah sebanyak 3.186.000 jiwa

dibandingkan dengan tahun 2016 yang berjumlah 258.704.900 jiwa.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2019) Provinsi yang memiliki jumlah

penduduk terbanyak adalah provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk sebanyak

48.037.600 jiwa atau sekitar 18,3% dari keseluruhan jumlah penduduk di Indonesia.

Provinsi yang berada di urutan kedua sebagai provinsi dengan jumlah penduduk

terbanyak adalah Jawa Timur dengan jumlah penduduk sebanyak 39.293.000 jiwa.

Provinsi Jawa Tengah yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 34.257.900 jiwa ini

berada di urutan ketiga sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di

Indonesia.

Provinsi Gorontalo sendiri memiliki jumlah penduduk berkisar antara 1,1 juta

jiwa yang tersebar ke lima Kabupaten dan satu Kota. Pada Kab. Boalemo jumlah

penduduk sekitar 158.333 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 2,81%, Kab.

Gorontalo 374.923 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 0,55%, Kab. Pohuwato

153.991 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 2,40%, Kab. Bone Bolango

157.186 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,25%, Kab. Gorontalo Utara

112.975 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,03% dan Kota Gorontalo 210.782

jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,10% (BPS, 2019).

2
Upaya untuk mengatasi ledakan jumlah penduduk yang semakin meningkat

maka diberlakukan kebijakan kependudukan yang diharapkan dapat mengendalikan

jumlah dan laju pertumbuhan penduduk dengan mengendalikan tiga variabel utama

yaitu kelahiran, kematian dan imigrasi. Langkah yang diambil pemerintah untuk

mengendalikan variabel kelahiran yaitu dengan membuat program-program seperti

pembatasan usia perkawinan, pendidikan kependudukan dan penyuluhan kepada

masyarakat serta program keluarga berencana (Harahap, 2019).

Salah satu program yang dibuat oleh pemerintah untuk menekan atau

mengontrol pertumbuhan penduduk yang semakin membludak yaitu melalui program

Keluarga Berencana (KB) dimana program ini merupakan usaha untuk menjarangkan

atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.

Kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan yang dapat

bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen yang terbagi atas dua yaitu hormonal

dan non hormonal (Rahma dkk, 2019).

Kontrasepsi non hormonal terdiri dari sterilisasi pria, sterilisasi wanita,

spiral/IUD, diagfragma serta kondom. Sedangkan pada kelompok kontrasepsi

hormonal terbagi menjadi kontrasepsi modern jenis suntik, pil dan susuk (Zuraidah,

2017). Kontrasepsi hormonal lebih banyak digunakan dibandingkan dengan non

hormonal. Kontrasepsi hormonal dipilih karena lebih praktis, efektif dan tidak

menimbulkan rasa tidak nyaman ketika digunakan (Rahma dkk, 2019).

Di Indonesia sendiri pada tahun 2017 pengguna kontrasepsi hormonal suntik

berkisar 47.96%, sedangkan di Provinsi Gorontalo pada tahun 2017 pengguna

3
kontrasepsi suntik berjumlah 37.36% (BKKBN, 2017). Pada Kab. Gorontalo

pengguna kontrasepsi hormonal suntik 27.419 jiwa. Menurut data yang diperoleh di

Puskesmas Kota Barat (2019) penggunaan kontrasepsi hormonal suntik pada tahun

2019 sejumlah 109 jiwa.

Menurut Setiawati dkk (2017) pemilihan jenis kontrasepsi didasari oleh

beberapa faktor seperti efek samping, keamanan, efektivitas, frekuensi pemakaian

serta dukungan suami. Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan kebanyakan

wanita usia subur lebih memilih menggunakan KB suntik bila dibandingkan dengan

kontrasepsi hormonal lainnya. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntik banyak dipakai

karena kerjanya efektif, aman, pemakainya praktis, dan harga relatif murah (Fafelia

dkk, 2018).

KB suntik mengandung hormon-hormon progesteron yang dapat

mengakibatkan berupa efek samping yang sangat merugikan bagi pemakainya.

Diduga hormon yang digunakan dapat mempengaruhi kerja insulin dalam

metabolisme gula (Sari dan Mustika, 2015). Perlawanan kerja insulin menyebabkan

kerja pankreas semakin berat untuk memproduksi insulin. Semakin lama, pankreas

menjadi tidak berfungsi secara optimal dan berdampak pada peningkatan kadar

glukosa darah (Rahma dkk, 2019).

Kadar glukosa darah yang tinggi merupakan suatu indikator dalam diagnosis

Diabetes Melitus (DM). Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang

merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

peningkatan glukosa darah di atas nilai normal (Fafelia dkk, 2018). Diabetes melitus

4
juga termasuk dalam kelainan endokrin yang sangat banyak dijumpai. Terdapat

banyak faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini, salah satunya yaitu pengaruh

hormon yang dapat menyebabkan terganggunya kerja dari hormon insulin (Nurpalah

dkk, 2017)

Umumnya tubuh secara alami dapat menetralisir kadar glukosa yang tinggi di

dalam darah, namun apabila kadar glukosa darah terus meningkat dalam kurun waktu

yang lama maka ginjal tidak dapat menetralisir hal tersebut. Sehingga kadar glukosa

darah yang berlebihan di dalam tubuh di keluarkan melalui urin, hal ini menyebabkan

urin menjadi manis atau yang biasa di sebut dengan kencing manis. Penggunaan

kontrasepsi hormonal suntik apabila terus digunakan dalam kurun waktu yang lama

maka dapat menjurus ke prediabetes (Rahma, 2019).

Menurut Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (2018) secara

global, diperkirakan 422 juta orang dewasa hidup dengan diabetes pada tahun 2014,

dibandingkan dengan 108 juta pada tahun 1980. Prevalensi diabetes di dunia telah

meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 1980, meningkat dari 4,7% menjadi 8,5%

pada populasi orang dewasa. Indonesia menempati urutan ke empat dengan jumlah

penderita diabetes terbanyak di dunia yaitu sebanyak 8,4 juta jiwa yang disusul oleh

negara India yang berkisar antara 31,7 juta, negara Cina 20,8 juta dan negara

Amerika Serikat 17,7.

Menurut Badan Pusat Statistik (2019) Prevelensi penderita diabetes terbanyak

berada pada Provinsi DKI Jakarta yaitu sebanyak 3,4% kemudian di susul oleh DI

Yogyakarta dan Kalimantan Timur yang berkisar antara 3,1% Sulawesi Utara yaitu

5
sebesar 3,0% sedangkan Gorontalo berada pada urutan ke enam dengan prevelensi

penderita diabetes berkisar antara 2,4%.

Di Gorontalo penyakit diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang

banyak dijumpai. Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Provinsi

Gorontalo penderita diabetes melitus yang teridentifikasi melalui wawancara dengan

dokter sebesar 1.5% dan diabetes melitus yang terdiagnosis dokter melalui gejala

sebesar 2.8%. Prevalensi diabetes tertinggi terdapat di Kota Gorontalo sebesar 2.4%

(BPS, 2019). Di Puskemas Kota Barat jumlah pasien DM yang tercatat pada tahun

2016 yaitu 46 jiwa, tahun 2017 sebanyak 111 jiwa, 2018 berjumlah 110 jiwa dan

pada tahun 2019 berjumlah 125 jiwa (Adam dan Mansyur, 2019).

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka peneliti ingin

melakukan penelitian mengenai Hubungan Antara Kadar Glukosa Darah Dengan

Penggunakan Kontrasepsi Hormonal Suntik di Puskesmas Kota Barat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka rumusan

masalah dari peneliti adalah: apakah terdapat hubungan antara kadar gula darah

dengan penggunaan kontrasepsi hormonal (KB) suntik di Puskesmas Kota Barat?

6
1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar glukosa darah

dengan penggunaan kontrasepsi hormonal suntik di Puskesmas Kota Barat.

2. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui hubungan antara kadar glukosa darah dengan penggunaan

kontrasepsi hormonal suntik di Puskesmas Kota Barat

2) Untuk mengetahui karakteristik responden (umur dan lama pemakaian) di

Puskesmas Kota Barat

3) Untuk mengetahui kadar glukosa darah dari responden di Puskesmas Kota

Barat

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi pelayanan kesehatan

Hasil dari penelitian diharapkan bisa menambah pengetahuan bagi

pelayanan kesehatan tentang efek samping KB suntik sehingga petugas kesehatan

dapat memberikan penyuluhan dan pelayanan yang efektif.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk terus

meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan teori pada akseptor KB

suntik yang di peroleh di bangku kuliah.

7
3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat khususnya pada akaseptor KB suntik sebagai pengetahuan tambahan

tentang penggunaan kontrasepsi serta memberikan tambahan informasi mengenai

hubungan kadar glukosa darah dengan penggunaan kontrasepsi hormonal suntik.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta

wawasan peneliti tentang hubungan kadar glukosa darah dengan penggunaan

kontrasepsi hormonal suntik di Puskesmas Kota Barat

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kontrasepsi Hormonal Suntik

1. Definisi Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi merupakan segala macam usaha yang dilakukan serta

bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan. Pencegahan kehamilan ini dapat

bersifat sementara ataupun permanen. Secara garis besar kontrasepsi akan

berkerja untuk mencegah spermatozoid atau sel sperma untuk dapat membuahi sel

telur ataupun menghalangi sel telur yang telah dibuahi oleh sel sperma untuk

melekat didalam dinding rahim (Maritalia, 2012).

Kontrasepsi suntik merupakan salah satu jenis kontrasepsi hormonal yang

dilakukan dengan cara menyuntikan hormon estrogen dan hormon progesteron.

Jenis kontrsepsi ini berlangsung secara rutin setiap satu bulan sekalai ataupun tiga

bulan sekali, tergantung dari jenis kontrasepsi suntik yang dipilih oleh pemakai.

Depot Medroxyprogesterone asetat (DMPA) merupakan jenis suntikan yang

diberikan setiap tiga bulan sekali sedangkan Norethindore enanthate (Net-EN)

disuntikan setiap 8 minggu sekali pada 6 bulan awal dan selanjutnya disuntikan

setiap 12 minggu sekali. Sedangkan jenis kontrasepsi suntik sebulan sekali

mengandung estrogen dan progesteron yang sangat efektif dengan tingkat

kegagalan <1% (Rasjidi, 2014).

9
2. Jenis-Jenis Kontrasepsi Suntik

a. Suntik Kombinasi

Merupakan jenis kontrasepsi hormonal suntik yang dilakukan sebulan

sekali. Jenis kontrasepsi ini mengandung 25 mg Depo Medroksiprogesteron

Asetat dan 5 mg Estrogen Sipionat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali

dan Cylofem) dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estrodiol Valerat

yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali (Arum dan Sujiati, 2011).

b. Suntik Progestin

Merupakan jenis kontrasepsi suntik yang diberikan 3 bulan sekali.

Jenis kontrasepsi ini mengandung Depo Medroksiprogesteron Asetat

(Depoprovera), mengandung 150 mg DMPA yang diberikan dengan

menyuntikannya ke daerah bokong (intramuskular) (Arum dan Sujiati, 2011).

Kontrasepsi hormonal jenis ini sangat efektif, tidak menimbulkan

membahayakan kesehatan serta cocok digunakan oleh seluruh perempuan

yang berada dalam umur produktif, proses untuk ubuh kembali lebih lambat

kurang lebih 4 bulan dan tidak menyebabkan terhambatnya produksi ASI

sehingga cocok untuk ibu yang menyusui (Pinem, 2014).

3. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal Suntik

a. Suntikan Kombinasi

1) Menekan ovulasi

2) Menyebabkan lendir pada serviks menjadi lebih kental agar penetrasi

sperma terhambat.

10
3) Menyebabkan perubahan pada atfori sehingga pelekatan embrio pada

dinding rahim menjadi terhambat

4) Menghambat transportasi sel-sel sperma (Arum dan Sujiati, 2011).

b. Suntikan Progestin

1) Membuat lendir pada serviks mengental sehingga menyebabkan

kemampuan penetrasi sperma menjadi menurun

2) Membuat selaput lendir pada bagian rahim menjadi tipis dan mengalami

pengecilan ataupun penyusutan.

3) Membuat transfortasi pada gamet oleh tuba menjadi terhambat

4) Mencegah ovulasi (Arum dan Sujiati, 2011).

4. Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntik

a) Suntikan Kombinasi

Jenis suntikan ini dilakukan setiap bulan dengan cara menyuntikan

pada bagian dalam otot tubuh, penggunakan akan diminta datang setiap 4

minggu. Suntikan dapat diberikan 7 hari lebih awal dengan resiko akan terjadi

gangguan pendarahan, selain itu juga dapat diberikan 7 hari lebih lama dari

jadwal dengan syarat diyakini bahwa ibu tidak dalam keadaan mengandung.

Penggunaan kontrasepsi lain dilarang selama 7 hari (Arum dan Sujiati, 2011).

b) Suntikan Progestin

Jenis suntikan DMPA dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan cara

menyuntikan pada bagian dalam otot tubuh yang berada pada daerah pantat.

Jika suntikan diberikan terlalu dangkal maka kerja dari kontrasepsi ini tidak

11
akan efektifitas hal ini karena penyerapan dari kontrasepsi suntik terjadi

secara lambat. Injeksi akan diberikan setiap 90 hari (Arum dan Sujiati, 2011).

5. Keuntungan Kontrasepsi Suntik

1) Sangat efektif digunakan untuk menunda kehamilan

2) KB suntik tidak mempengaruhi dalam hubungan seksual dengan pasangan

3) Tidak berpengaruh serius terhadap penyakit jantung ataupun gangguan pada

proses pembekuan darah

4) Tidak mempengaruhi proses produksi ASI sehingga sangat cocok untuk ibu

menyusui

5) Salah satu pencegahan kehamilan yang dapat dilakukan dalam jangka panjang

6) Dapat digunakan untuk semua jenis usia (Sulistyawati, 2013).

6. Keterbatasan Kontrasepsi Suntik

1) Pada pengunaan kontrasepsi hormonal suntik sering ditemukan gangguan

haid. Gangguan ini dapat menjadi amenorea dimana perdarahan tidak teratur,

perubahan dalam frekuensi, haid yang lama atau tidak muncul sama sekali

serta banyaknya darah yang keluar.

2) Suntikan tidak dapat dihentikan seara tiba-tiba sebelum suntikan berikutnya.

3) Terjadi peningkatan berat badan

4) Tida dapat menjamin pengguna terlindung dari infeksi menular seksual,

hepatitis B serta HIV.

5) Apabila pemakaian dihentikan proses kembali menjadi subur berjalan lambat

karena pelepasan obat sebelumnya belum selesai.

12
6) Pengunaan dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya perubahan

pada lipid serum, dapat menurunkan kepadatan tulang, menurunkan gairah

seksual serta timbulnya jerawat (Pinem, 2014).

7. Syarat – Syarat Penggunaan Kontrasepsi Suntik

1) Tidak dalam keadaan hamil atau dicurigai hamil karena dapat meningkatkan

resiko bayi mengalami kecacatan.

2) Tidak mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus disertai komplikasi

3) Mampu menerima apabila terjadi gangguan pada siklus haid

4) Tidak mengidap penyakit kanker pada traktus genitalia

5) Apabila pengguna sebelumnya menggunakan kontrasepsi non-hormonal dan

ingin digantikan dengan kontrasepsi hormonal dapat langsung diberikan

segara dengan syarat ibu tidak dalam keadaan mengandung.

6) Apabila ibu menggunakan kontrasepsi hormonal lainnya dan ingin diganti

dengan kb suntik, selama pemakaian kb sebelumnya dilakukan dengan benar

dan ibu tidak hamil maka suntikan dapat segera diberikan tanpa menunggu

haid berikutnya (Pinem, 2014).

8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan KB

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemggunaan kontrasepsi.

Berikut ini merupakan faktor-faktor tersebut:

1) Umur

Semakin bertambahnya umur maka semakin tinggi minat seseorang

untuk menggunakan KB. Hal ini karena pada usia dibawah 30 tahun

13
merupakan usia dimana para wanita berusaha untuk mendapatkan anak. Umur

merupakan faktor intrinsik yang mampu mempengaruhi fungsi organ,

sehingga semakin bertambahnya umur maka peluang untuk membatasi

kelahiran juga semakin tinggi.

2) Pendidikan

Tingkatan pendidikan mempengaruhi tindakan seseorang. Hal ini

termasuk dalam mencari solusi untuk semua permasalahan dalam hidupnya.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka orang tersebut dapat

menerika gagasan baru, sehingga dapat bertidak secara rasional.

3) Pekerjaan

Wanita yang bekerja umumnya ingin mempertahankan ataupun

meningkatkan karir yang dimilikinya, oleh karena itu perencanaan kehamilan

merupakan sesuatu yang sangat penting.

4) Daerah Tempat Tinggal

Pada daerah perkotaan seseorang dapat lebih mudah untuk mengakses

fasilitas dalam bidang ke9sehatan. Umumnya masyarakat yang tinggal pada

daerah perkotaan menunjukan minat yang tinggi untuk membatasi serta

mengatur jarak kelahiran (Triyanto dan Diah, 2018).

14
2.2 Glukosa Darah

1. Definisi Glukosa Darah

Glukosa merupakan hasil dari metabolisme karbohidrat yang digunakan

oleh tubuh sebagai sumber energi utama. Kadar glukosa di dalam tubuh di

kendalikan oleh hormon insulin. Kadar glukosa yang tinggi akan diubah menjadi

glikogen yang selanjutnya akan disimpan pada organ tubuh seperti hati serta otot

tubuh, jika tubuh kekurangan kadar glukosa maka glikogen akan diubah kembali

menjadi glukosa sehingga dapat digunakan oleh tubuh (Auliya dkk, 2016).

Glukosa adalah salah satu jenis karbohidrat yang sangat penting yang

digunakan dalam menghasilkan tenaga. Glukosa dapat dengan mudah didapatkan

dari makan yang mengandung karbohidrat. Glukosa yang dihasilkan dari

makanan yang mengandung karbohidrat yang terdiri dari monosakarida,

disakarida dan polisakarida. Karbohidrat kemudian diubah menjadi glukosa di

dalam organ hati yang selanjutnya dapat digunakan sebagai sember energi dalam

tubuh. Glukosa selanjutnya akan diserap oleh usus halus dan diedarkan ke seluruh

sel-sel tubuh (subiyono dkk, 2016).

2. Kadar Glukosa Darah

Kadar glukosa darah merupakan suatu sebutan yang mengarah pada

tingkat atau kadar gula didalam darah. Jumlah gula didalam darah dijaga ketat

atau dikontrol oleh hormon insulin. Kadar atau nilai glukosa darah sangat

bervariasi tergantung bergantung pada jenis pemeriksaan yang digunakan (Putra

dkk, 2015).

15
Seseorang dapat dikatakan mengidap diabetes jika pada pemeriksaan

glukosa darah puasa >126 mg/dL sedangkan pada pemeriksaan glukosa darah

sewaktu >200 mg/dL. Glukosa darah dapat meningkat setelah makan namun akan

kembali normal dalam 2 jam. Kadar glukosa darah pada pagi hari normalnya 70-

110 mg/dl setelah malaman berpuasa. Sedangkan kadar glukosa darah 2 jam

setelah mengkonsumsi makanan ataupun minuman yang mengandung gula atau

karbohidrat berkisar 120-140 mg/dL (Putra dkk, 2015).

Insulin merupakan hormon yang mengontrol kadar glukosa didalam darah,

hormon ini diproduksi oleh pankreas. Apabila kadar glukosa di dalam darah

tinggi maka hormon insulin akan menetralisir sehingga kadarnya menjadi normal

kembali. Namun pada beberapa orang sering ditemukan resistensi insulin dimana

hormon insulin ini tidak dapat mengontrol kadar glukosa didalam darah sehingga

kadarnya menjadi tinggi. Salah satu yang menyebabkan terjadinya resistensi

insulin yaitu adanya lonjakan hormon progesteron yang disebabkan oleh

penggunaan kontrasepsi hormonal suntik, dimana berdampak pada metabolisme

glukosa didalam tubuh (fafelia, 2018).

3. Metabolisme Gula Darah

Proses metabolisme glukosa disebut dengan homeostasis glukosa. Jika

kadar glukosa rendah maka tubuh akan mencegahnya dengan melepaskan

cadangan glukosa yang disebut glikogen, glikogen ini disimpan pada organ hati.

Selanjutnya glikogen akan melalui jalur glikogenolisis dan sintesis glukosa dari

asam amino, laktat serta gliserol melalui jalur glukoneogenesis lalu asam lemak

16
akan dilepas dari simpanan jaringan adiposa jika sewaktu-waktu glukosa tidak

mencukupi. Kadar glukosa yang rendah didalam tubuh disebut dengan

hipoglikemia (Putra dkk, 2015).

Apabila kadar glukosa dalam tubuh meningkat maka glukosa akan diubah

menjadi glikogen ataupun triasilgliserol yang akan disimpan pada jaringan

adiposa. Peningkatan kadar glukosa didalam tubuh disebut dengan hiperglikemia.

Keseimbangan kadar glukosa didalam tubuh diatur oleh kerja hormon insulin

(Putra dkk, 2015).

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Glukosa Darah

1) Jenis Kelamin

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa perempuan cenderung

memiliki kadar glukosa darah yang tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini

berkaitan erat dengan aktifitas fisik yang dilakukan, dimana aktifitas fisik

dari perempuan lebih sedikit dibandingkan dengan aktifitas fisik laki-laki.

2) Umur

Semakin meningkatnya umur seseorang makan intoleransi tubuh

terhadap glukosa juga semakin meningkat. Intoleransi glukosa berkaitan

dengan obesitas, berkurangnya aktifitas fisik serta masa otot yang berkurang,

adanya penyakit maupun penggunaan obat. Selain itu pada lansia juga mulai

terjadi penurunan sekresi insulin serta terjadinya resistensi insulin. Maka

resiko kada glukosa akan meningkat sejalan dengan terjadinya penuaan.

17
3) Keturunan

Meningkatnya kadar glukosa darah juga dipengaruhi oleh riwayat

keturunan. Apabila dalam garis keturunan terdapat keluarga yang mengidap

diabetes mellitus maka kemungkinan seseorang dapat terkena diabetes, namun

selama faktor risiko dapat dijaga serta dihindari maka seseorang dapat

terhindar dari diabetes mellitus.

4) Pola Makan

Pola makan yang kurang baik dapat menjadi penyebab utama kadar

glukosa darah meningkat. Pola makan yang berlebih dapat menyebabkan

terjadinya gangguan pada metabolisme. Pola makan yang buruk dan disertai

dengan kurangnya aktifitas fisik serta olah raga dapat memicu seseorang

terkena diabetes mellitus (Rudi dan Hendrikus, 2017).

5. Metode Pemeriksaan Glukosa Darah

1) Metode POCT

Pemeriksaan glukosa dengan metode ini menggunakan alat sederhana

yang dibuat hanya menggunakan sampel darah kapiler atau whole blood.

Prinsipnya saat darah diteteskan pada test strip, katalisator akan melakukan

proses reduksi glukosa dalam darah. Intensitas dari elektron yang terbentuk

dari strip sama dengan kadar ataupun konsentrasi glukosa didalam darah.

2) Metode GOD-PAP

Pemeriksaan glukosa dengan metode ini menggunakan alat berupa

fotometer. Prinsipnya glukosa diukur setelah oksidade enzimatik, adanya

18
glukosidase hindrogen peroksidase dibawah katalisa peroksidase akan

bereaksi dengan phenol dan 4-amino phenazone membentuk zat warna merah

violet, quinoneimine sebagai indikator (Suryaatmadja, 2003).

6. Jenis-Jenis Pemeriksaan Glukosa Darah

1) Gula Darah Puasa

Pemeriksaan gula darah puasa merupakan salah satu jenis pemeriksaan

kadar gula darah dimana pasien diwajibkan menjalani puasa terlebih dahulu.

Waktu puasa paling sedikit selama 10 jam dimulai dari malam hari hingga

pagi hari sebelum dilakukan pemeriksaan gula darah.

2) Gula Dara Sewaktu

Merupakan jenis pemeriksaan kadar gula darah yang dapat dilakukan

kapan saja, tidak terikat waktu serta tanpa adanya persyaratan khusus ataupun

tindakan khusus yang harus dipersiapkan oleh pasien sebelum dilakukan

pemeriksaan kadar glukosa darah.

3) Gula Darah Post Pembebanan

Pemeriksaan gula darah post pembebanan merupakan suatu jenis

pemeriksaan dimana pasien diminumkan larutan glukosa murni yaitu

campuran antara 75 gr glukosa yang ditambahkan air dan harus dihabiskan

dalam waktu 5 menit.

19
4) Gula Darah 2 Jam Post Prandial

Pemeriksaan gula darah 2 Jam PP merupakan jenis pemeriksaan kadar

gula darah dimana pasien diperiksa kadar gula darahnya 2 jam setelah pasien

mengkonsumsi makanan.

5) HbA1c

Merupakan salah satu jenis pemeriksaan glukosa yang dilakukan untuk

memantau atau mengawasi pasien dengan penyakit diabetes. Pemeriksaan ini

akan menggambarkan keadaan glukosa darah rata-rata dalam 3 bulan

sebelumnya. Selain itu, jenis pemeriksaan ini juga digunakan untuk screening

DM baik tipe 1 maupun tipe 2, kadar maksimalnya berada antara 5.7-6.0%.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan kapan saja tanpa memerlukan persiapan

khusus serta memberikan hasil yang akurat (Kurniali, 2013).

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini mengacu pada hubungan kadar gula darah dengan

penggunaan kontrasepsi hormonal suntik. Hipotesis dari penelitian ini yaitu:

1. Hipotesis nol (Ho): tidak terdapat hubungan antara kadar gula darah dengan

penggunaan kontrasepsi hormonal suntik

2. Hipotesis alternatif (Ha): terdapat hubungan antara kadar gula darah dengan

penggunaan kontrasepsi hormonal suntik.

20
2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual merupakan suatu susunan kerangka hubungan antara

konsep-konsep yang ingin diamati ataupun diukur melalui penelitian-penelitian yang

akan dilakukan (Budiman, 2013).

Pengguna KB

Pil KB IUD (Intra Uterine KB suntik Implant


Device)

KB Suntik 3 KB Suntik 1
bulan bulan

Perubahan Menghambat hormon


metabolisme lemak insulin

Kadar gula darah

Normal 70-145 Batas Risiko Risiko Tinggi >


mg/dl >145 mg/dl 200 mg/dl

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan Kadar Gula Darah dengan Penggunaan
Kontrasepsi Hormonal Suntik di Puskesmas

: Variabel yang tidak teliti


: Variabel yang di teliti

21
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

metode kuantitatif dimana peneliti melakukan pemantauan dengan cara mengamati

perubahan-perubahan yang ada, sehingga didapatkan faktor-faktor yang

mempengaruhi hubungan faktor yang sedang diteliti dengan keadaan penyakit

(Syahrum dan Salin, 2014).

Selain itu penelitian ini juga mengutamakan pada aspek pengukuran secara

objektif pada fenomena yang dimaksud, yang kemudian dapat dijabarkan dalam

beberapa komponen masalah, variabel serta indikator (Siyato dkk, 2015). Penelitian

ini untuk melihat hubungan antara kadar gula darah dengan penggunaan kontrasepsi

hormonal suntik di Puskesmas Kota Barat

3.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan dengan pendekatan cross sectional

dimana peneliti akan mempelajari mengenai hubungan antara faktor-faktor risiko

dengan efek yang terjadi dengan hanya melakukan observasi pada satu waktu saja.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengamati hubungan dari faktor - faktor risiko

dengan akibat yang terjadi yaitu berupa penyakit (Siyato dkk, 2015). Faktor – faktor

risiko yang ingin diamati oleh peneliti yaitu lama penggunaan kontrasepsi hormonal

suntik serta umur dari responden.

22
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah suatu lokasi ataupun tempat yang digunakan peneliti

untuk mendapatkan berbagai data maupun informasi dari subjek yang diteliti

(Moleong, 2017). Pengujian sampel penelitian akan dilakukan di Laboratorium

Puskesmas Kota Barat Kec. Kota Barat, Kota Gorontalo. Waktu penelitian ini akan

dilaksanakan mulai dari bulan Mei – Juni tahun 2020.

3.4 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (Independen)

Variabel bebas atau variabel independen merupakan variabel yang dapat

mempengaruhi serta dapat menjadi sebab timbulnya variabel terikat (Siyato dan

M. Ali, 2015). Variabel independen dalam penelitian ini adalah penggunaan

kontrasepsi hormonal suntik.

2. Variabel terikat (Dependen)

Variabel terikat atau biasa disebut variabel dependen merupakan variabel

yang dipengaruhi atau diakibatkan karena adanya variabel bebas. Variabel ini

tidak dimanipulasi karena diamati variasinya sebagai hasil dari adanya variabel

bebas (Siyato dan M. Ali, 2015). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

glukosa darah.

23
3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang bersumberkan atas sifat-sifat

atau karakteristik yang dapat diamati. Selain itu juga, definisi operasional dapat

diartikan sebagai batasan yang digunakan oleh peneliti terhadap variabel sehingga

variabel dapat diukur (Syahrum dan Salin, 2014).

Skala
No Variabel Definisi Operasional Kategori Alat ukur
Data
Konsentrasi glukosa 0: Kadar gula
yang di hasilkan dari Abnormal.
Kadar metabolisme glukosa
1. pada seseorang yang Fotometer Ordinal
glukosa 1: Kadar gula
menggunakan KB normal
suntik.

Jenis dari KB yang 0: Jenis KB


kontrasepsi
digunakan oleh suntik
2. hormonal Kuisioner Ordinal
suntik responden
1: Jenis KB lain
Usia dari pengguna
KB suntik yang
0: 36-45
dihitung sejak lahir
hingga waktu 1: 25-35
3. Umur Kuisioner Ordinal
penelitian, yang 2: 17-25
dinyatakan dalam (Depkes, 2009)
tahun
Merupakan jangka
waktu penggunaan 0: > 10 tahun
Lama
4. KB suntik oleh Kuisioner Ordinal
pemakaian
responden 1: < 10 tahun

Tabel 3.1 Devinisi Operasional Hubungan Kadar Gula Darah dengan Penggunaan
Kontrasepsi Hormonal Suntik di Puskesmas

24
3.6 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan suatu subjek maupun objek yang mempunyai kuantitas

serta karakteristik tertentu yang sebelumnya telah ditetapkan oleh peneliti untuk

dikaji dan kemudian ditarik kesimpulannya (Siyato dan M. Ali, 2015). Populasi

dari penelitian ini yaitu seluruh pengguna aktif kontrasepsi hormonal suntik di

Puskesmas Kota Barat yaitu sebanyak 109 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diambil berdasarkan

prosedur tertentu sehingga mampu mewakili populasi. Sampel yang diambil harus

mampu merepresentasikan populasi (Siyato dan M. Ali, 2015). Sampel yang

digunakan pada penelitian ini adalah pengguna aktif kontrasepsi hormonal suntik

di Puskesmas Kota Barat yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

A. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Akseptor menggunakan kontrasepsi hormonal suntik

2) Akseptor bersedia menjadi responden

3) Tidak menderita penyakit DM

B. Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Akseptor menggunakan tidak menggunakan kontrasepsi hormonal suntik

2) Akseptor tidak bersedia menjadi responden penelitian

3) Menderita penyakit DM

25
3. Besar Sampel

Besar sampel yang digunakan di hitung dengan menggunakan rumus

(Notoatmodjo, 2015):

N Z21-/2 P (1-P)
n = ------------------------------
(N-1) d2 + Z21-/2 P (1-P)

109. 1,962. 0.41 (1 – 0,41)


n = ----------------------------------------
(109-1) 0,102 + 1,962. 0.41 (1 – 0,41)

109. 1,962. 0.196 (0,59)


n = ----------------------------------------
(108) 0,102 + 1,962. 0.41 (0,59)

101,291
n = -----------
2,009

n = 50,41 = 51 orang

Keterangan: 

N = Total populasi

n = Jumlah sampel

Z21-/2 = Derajat kemagnaan (95% = 1,96)

P = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi 41% =0,41

d = Derajat penyimpangan terhadap populasi (10%=0,10)

26
4. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu

purposive sampling dimana teknik ini termasuk ke dalam pengambilan sampel

non-random yang dilakukan dengan cara mengambil sampel berdasarkan

kesesuaian sampel dengan kriteria tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti

(Harlan dan Rita, 2018)

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah-langkah yang ditempuh untuk

mendapatkan data maupun informasi secara objektif. Teknik pengumpulan data

sangat beragam tergantung dari waktu, biaya, tujuan serta tenaga. Oleh sebab itu

biasanya peneliti menggunakan dua atau tiga metode pengumpulan data, agar data

yang didapat dapat mendukung penelitian (Syahrum dan Salin, 2014).

1. Kuisioner

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

mengajukan sejumlah pertanyaan tertulis kepada responden untuk mendapatkan

sejumlah informasi atau data. Penggunaan kuisioner mampu mengidentifikasi

secara rinci informasi yang diperlukan oleh peneliti (Syahrum dan Salin, 2014).

2. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium

A. Alat

1) Lancet

2) Alat Autochek (glukometer)

27
B. Bahan

1) Sampel whole blood (darah kapiler)

2) Strip

3) Kapas Alkohol

C. Prosedur Kerja

1) Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

2) Pijat lembut jari pasien

3) Usapkan kapas alkohol pada ujung jari, tunggu hingga kering

4) Arahkan lancet pada ujung jari

5) Tempelkan ujung strip pada sampel darah kapiler pasien

6) Hasil kadar glukosa akan ditampilkan pada layar

3.8 Pengolohan Data

1. Editing

Merupakan tahap memeriksa serta memperbaiki hasil jawaban dari

kuisioner yang sebelumnya telah diberikan kepada responden. Pada tahap ini juga

dilihat apakah pertanyaan telah terjawab dengan lengkap atau belum.

2. Coding

Tahap coding yaitu merupakan proses pemberian kode berupa angka pada

angket ataupun kuisioner. Proses pemberian kode ini agar peneliti lebih mudah

dalam mengolah data selanjutnya.

28
3. Scoring

Adalah tahap pemberian skor ataupun nilai pada kuisioner berdasarkan

pada setiap pertanyaan yang dijawab oleh responden.

4. Tabulating

Merupakan tahap menghitung data dari jawaban yang dijawab oleh

responden yang sebelumnya telah diberi kode. Data tersebut kemudian

dimasukkan kedalam tabel. Pada tahap ini setiap variabel akan siap dianalisa

(Setiadi, 2013)

3.9 Teknik Analisa Data

1. Analisa Univariat

Merupakan jenis analisis dengan satu variabel (Siyato dan M. Ali, 2015).

Pada penelitian ini, analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan

karakteristik dari responden yang meliputi usia serta lama penggunaan

kontrasepsi hormonal suntik

2. Analisa Bivariat

Merupakan jenis analisa yang digunakan untuk mengetaui hubungan dua

variabel, diamana kedua variabel tersebut merupakan variabel pokok atau variabel

bebas dan variabel terikat. Pada analisa ini digunakan uji chi square untuk

menganalisis hubungan antara kadar glukosa darah dengan penggunaan

kontrasepsi hormonal suntik (Siyato dan M. Ali, 2015).

29
3.10 Penyajian Data

Penyajian data adalah suatu kegiatan dalam pembuatan hasil dari suatu

penelitian yang dilakukan agar mudah untuk dipahami serta dianalisis sehingga sesuai

dengan tujuan yang ingin disampaikan. Secara ringkas penyajian data dilakukan agar

para pembaca mampu memahami apa yang disajikan (Budiarto, 2002). Penyajian data

dalam penelitian ini menggunakan tabel serta narasi untuk menjelaskan hubungan

kadar gula darah dengan penggunaan kontrasepsi hormonal suntik di Puskesmas Kota

Barat

30
DAFTAR PUSTAKA

Adam L dan Mansyur B.T. 2019. Tingkat Stres Dengan Kadar Gula Darah Pada
Pasien Diabetes Melitus. Jambura Health and Sport Journal. Vol. 1, No. 1,
Hal:1-5.

Arum D.N.S. dan Sujianti. 2011. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Cetakan
keempat. Jogjakarta: Nuha Offset.

Auliya, Putri., Fadil O., Zelly D. Rofinda. 2016. Gambaran Kadar Gula Darah pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang Memiliki Berat
Badan Berlebih dan Obesitas. Jurnal Kesehatan. Hal: 528-533.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2015. Penguatan


Kelembagaan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
Jakarta: BKKBN.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2017. Laporan


Akuntabilitas Kinerja Instalasi Pemerintah. Jakarta: BKKBN.

Badan Pusat Statistika Indonesia. 2018. Statistik Indonesia: Statistical Yearbook of


Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistika.

Badan Pusat Statistika Indonesia. 2019. Statistik Indonesia: Statistical Yearbook of


Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistika.

Budiarto E. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: EGC

Budiman. 2013. Penelitian Kesehatan. PT Refika Aditama: Bandung.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Klasifikasi Umur Menurut Kategori. Jakarta: Ditjen
Yankes.

Fafelia R.M., Joserizal S., Meilinda A. 2018. Perbedaan Kadar Glukosa Darah Puasa
pada Akseptor Suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat dengan Akseptor Pil
Kombinasi di Puskesmas Lubuk Buaya Padang Tahun 2018. Jurnal
Kesehatan Andalas. Hal: 227-232.

Harahap E.N. 2019. Pembimbingan dan Pembinaan BKKBN Dalam Bidang Keluarga
Berencana di Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar. Jurnal
Peberdayaan Masyarakat. Vol. 7, No. 2, Hal: 128-144.

31
Harlan J dan Rita S.J. 2018. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Gunadarma

Kementrian Kesehatan. 2017. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun


2015-2019 Revisi 2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kurniali C.P. 2013. Hidup Bersama Diabetes. PT Elex Media Komputindo: Jakarta.

Maritalia D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Moleong L.J. 2017. Metode Penelitian Kualitatif cetakan ke-36. PT. Remaja
Rosdakarya Offset: Bandung.

Notoatmodjo S. 2015. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nurpalah R., Dede N.S., Nur H. 2017. Pemeriksaan Glukosa Darah Pada Wanita
Pengguna Kontrasepsi Oral dan Pada Wanita Hamil Trisemester III. Jurnal
Kesehatan Bakti Tunas Husada. Vol. 17, No.2, Hal:384-389.

Pinem. 2014. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2018. Hari Diabetes Sedunia
2018. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan RI.

Putra, Adriansyah L., Pemsi M.W., Herlina I.S. Wungouw. 2015 Gambaran Kadar
Gula Darah Sewaktu Pada Mahasiswa Angkatan 2015 Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal e-Biomedik. Vol.3, No.3, Hal:834-
38.

Rahma S., Andi M., Yuli Y.R. 2019. Kadar Gula Darah Pengguna Kontrasepsi
Hormonal. Jambura Nursing Journal. Vo. 1, No. 2, Hal: 73-84.

Rasjidi I. 2014. Panduan Kehamilan Muslimah. Jakarta Selatan: Noura Books.

Rudi A dan Hendrikus N.K. 2017. Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Kadar Gula
Darah Puasa Pada Pengguna Layanan Laboratorium. Jurnal Wawasan
Kesehatan. Vol. 3, No. 2, Hal:33-39.

Sari F dan Mustika P. 2015. Studi Komparasi Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada
Akseptor KB Suntik Kombinasi dan Progestin Di Bpm Yosi Trihana
Kabupaten Klaten Jawa Tengah Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Samodra
Ilmu. Vol. 08 No. 01. Hal: 27-31.

32
Setiadi. 2013. Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setiawati, Erna., Oktia W. K. Handayni., Asih K. 2017. Pemilihan Kontrasepsi


Berdasarkan Efek Samping Pada Dua Kelompok Usia Reproduksi. Unnes
Journal of Public Health. Hal: 167-173.

Siyato S dan M. Ali Sodik. 2015. Dasar Metodelogi Penelitian. Kediri: Literasi
Media Publishing.

Subiyono., M. Atik M., Denni G. 2016. Gambaran Kadar Glukosa Darah Metode
GOD-PAP (Glucose Oxidase – Peroxidase Aminoantypirin) Sampel Serum
dan Plasma EDTA (Ethylen Diamin Terta Acetat). Jurnal teknologi
Laboratorium. Vol.5, No.1, Hal:45-48.

Suryaatmadja M. 2003. Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik. Jakarta:


Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Sulistyawati A. 2013 Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.

Syahrum dan Salin. 2014. Metodelogi Penelitian Kuantitatif. Bandung: Citapustaka


Media.

Triyanto L dan Diah I. 2018. Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Jenis Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Wanita Menikah Usia Subur Di Provinsi
Jawa Timur. The Indonesia Journal Public Health. Vol.13, No.2. Hal:244-
255.

United Nations. 2019. World Population Prospect 2019. New York: Departement of
Economic and Sosial Affairs.

Zuraidah. 2017. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Persepsi Istri Dalam Penggunaan


KB Non-Hormonal. Midwife Journal. Vo. 3, No. 1. Hal: 1-8.

33
INFORMED CONSENT

Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden Penelitian:

“Hubungan Kadar Glukosa Darah Dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal


Suntik di Puskesmas Kota Barat”

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Alamat :

Menyatakan bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden penelitian

yang akan dilakukan oleh Sri Rahma Amanda Sadingo, Mahasiswa dari Program

Studi D-III Analis Kesehatan Universitas Bina Mandiri Gorontalo.

Demikian pernyataan ini saya tanda tangani untuk dapat dipergunakan

seperlunya dan apabila dikemudian hari terdapat perubahan atau keberatan dari pihak

responden maka saya dapat mengajukan kembali hal tersebut.

Gorontalo, 2020

Responden

34
KUISIONER

Hubungan Kadar Glukosa Darah Dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal


Suntik di Puskesmas Kota Barat

1. Identitas Responden

Nama :

Alamat :

Pekerjaan :

2. Pertanyaan

Berilah tanda centang (√) pada kolom dibawah ini!

a. Jenis Kontrasepsi yang digunakan oleh responden

KB Suntik

KB lain (Pil, IUD dan Implant)

b. Umur responden saat ini

17 – 25 Tahun

25 – 35 Tahun

36 – 45 Tahun

Lainnya

c. Lama penggunaan kontrasepsi hormonal

< 10 Tahun

> 10 Tahun

35

Anda mungkin juga menyukai