Anda di halaman 1dari 18

PROSES PANCA INDRA :

PENGLIHATAN, PENDENGARAN MELALUI GELOMBANG SUARA,


PENGECAPAN, PENCIUMAN, dan PERABA

MAKALAH
(Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Psikologi)
Dosen Pengampu : Ermilda, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh :
KELOMPOK 6

ASEP MUHAMMAD I G 191FK01017


BUNGA ANNASTYA F 191FK01022
HANNY NURFITRIA A N 191FK01048
MOCH FACHRY R N 191FK01075
SABILLAH AZZAHARA 191FK01106
SINDY NURAINI 191FK01117

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
yang berjudul PROSES PANCA INDERA dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafaatnya di akhirat nanti.

Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penyusun mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penyusun mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan......................................................................................3

2.1.1 Pengertian.............................................................................................3

2.1.1.1 Panca Indera .............................................................................3

2.1.1.2 Penglihatan ...............................................................................3

2.1.1.3 Penciuman ................................................................................3

2.1.1.4 Pendengaran .............................................................................4

2.1.1.5 Pengecapan ...............................................................................4

2.1.1.6 Peraba .......................................................................................5

2.2 Struktur Panca Indera.....................................................................................5

2.2.1 Penglihatan............................................................................................5

2.2.1 Penciuman.............................................................................................5

ii
2.2.1 Pendengaran..........................................................................................6

2.2.1 Pengecapan...........................................................................................6

2.2.1 Peraba....................................................................................................6

2.3 Proses Panca Indera.......................................................................................7

2.3.1 Penglihatan............................................................................................7

2.3.2 Penciuman..............................................................................................8

2.3.3 Pendengaran...........................................................................................9

2.3.4 Pengecapan............................................................................................9

2.3.5 Peraba..................................................................................................10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia berinteraksi atau membutuhkan informasi berupa rangsangan dari


lingkungan luar. Agar rangsangan tersebut dapat ditangkap, dibutuhkan indera.
Indera atau biasa disebut dengan panca indera terdiri dari lima bagian
diantaranya adalah penglihatan melalui mata, penciuman melalui hidung,
pendengaran melalui telinga, perasa melalui lidah dan peraba melalui kulit.
Sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu berhubungan dengan
panca indera. Namun manusia jarang menyadarinya karena kurangnya informasi
mengenai pentingnya panca indera yang dapat dikembangkan dalam berbagai
aspek.

Pengetahuan mengenai panca indera secara umum sudah diketahui oleh


masyarakat melalui pelajaran biologi di sekolah dasar. Namun pada
kenyataannya pengetahuan mengenai panca indera lebih kompleks dan luas.
Pengetahuan ini sebaiknya dapat dirasakan oleh semua panca indera agar lebih
dipahami lebih mendalam. Oleh karena itu ―Five Senses‖ hadir sebagai fasilitas
edukasi panca indera yang atraktif, interaktif, dan edukatif. Sarana rekreasi
edukatif umumnya kurang diminati, terlebih oleh warga metropolitan di
Surabaya. Karena masyarakat Surabaya kebanyakan hidup dan beraktivitas di
dalam ruang, maka dari itu perancangan interior pusat rekreasi panca indera akan
lebih efektif dalam menarik perhatian masyarakat untuk datang

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian panca indera ?
1.2.2 Apa saja struktur panca indera ?
1.2.3 Bagaimana proses panca indera ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui pengertian dari panca indera
1.3.2 Mengetahui apa saja panca indera
1.3.3 Memahami bagaimana proses panca indera

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Pengertian

2.1.1.1 Panca Indera

Alat indera adalah alat-alat tubuh yang berfungsi mengetahui keadaan luar.
Alat indra manusia sering disebut panca indra, karena terdiri dari lima indra yaitu
indra penglihat (mata), indra pendengar (telinga), indra pembau atau pencium
(hidung), indra pengecap (lidah) dan indra peraba (kulit).

2.1.1.2 Penglihatan

Mata adalah indera penglihatan yang berfungsi mempersepsikan bentuk,


ukuran, warna, maupun kedudukan suatu objek. Fungsi mata sangat penting bagi
kehidupan manusia, namun perhatian yang kurang terhadap kesehatan mata
berpotensi meimbulkan gangguan, salah satunya adalah gangguan tajam
penglihatan. Tajam penglihatan atau visus adalah suatu kemampuan mata atau
daya refraksi mata untuk melihat suatu objek. Tajam penglihatan normal adalah
kemampuan mata atau daya refraksi mata untuk membedakan dua titik secara
terpisah dengan membentuk sudut satu menit pada jarak enam meter.

3
2.1.1.3 Penciuman

Penciuman merupakan salah satu indera yang primitif. Walaupun penciuman


tidak terlalu penting untuk manusia, penciuman sangat penting bagi kelangsungan
hidup binatang. Hal itu karena area korteks yang menjadi pusat penciuman pada
spesies lain lebih besar dibandingkan pada manusia. Perbedaan luas area korteks
pusat penciuman itu berakibat pada perbedaan sensitivitas indera penciuman
diantara masing-masing kehidupan. Walaupun indera penciuman pada manusia
tergolong primitif, namun manusia masih dapat membedakan beberapa macam
baubauan. Bahkan suatu saat bau-bauan itu digunakan sebagai alat komunikasi
dengan orang lain

2.1.1.1.4 Pendengaran

Pengertian bunyi secara umum, begitupun menurut sudut pandang ilmu

pengetahuan seperti fisika yakni bunyi adalah sebuah gelombang longitudinal


yang merambat melalui medium tertentu, bunyi terjadi karena adanya getaran
sehingga tercipta sebuah sistem suara yang pada akhirnya bunyi tersebut bisa
terdengar oleh indera pendengaran manusia. Adapun pengertian bunyi menurut
kamus besar bahasa Indonesia yaitu sesuatu yang terdengar (didengar) atau
ditangkap oleh telinga.

Gelombang Bunyi Pada dasarnya medium penghantar bunyi bisa bermacam-


macam sifat dan bentuknya, bisa berupa zat padat, cair, dan gas, tergantung dari
sejauh mana sifat kebendaan ersebut bisa menghantarkan bunyi melalui udara.
Sifat-sifat bunyi bisa di ukur melalui hukum fisika, misalnya frekuensi adalah
satuan kecepatan pada bunyi yang diukur dalam satuan getaran yang di sebut
Hertz(Hz), sedangkan kenyaringan bunyi atau amplitude diukur oleh satuan
desibel (dB). Jumlah getaran yang terjadi setiap detik tersebut sangat tergantung

4
pada jenis objek yang bergetar (Christina, 2002). Misal pada rambatan suara yang
terjadi pada jarak dua titik puncak gunung, gelombang suara akan merambat
melalui udara, tergantung dari kerasnya tekanan suara, semakin panjang
gelombang, semakin kuat pula bunyi tersebut.

2.1.1.1.5 Pengecapan

Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia.


Lidah merupakan organ yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi dengan
lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor
pengecap berupa tunas pengecap. Tunas pengecap terdiri atas sekelompok sel
sensori yang mempunyai tonjolan seperti rambut. Permukaan atas lidah penuh
dengan tonjolan (papila). Tonjolan itu dapat dikelompokkan menjadi tiga macam
bentuk, yaitu bentuk benang, bentuk dataran yang dikelilingi paritparit, dan
bentuk jamur. Tunas pengecap terdapat pada paritparit papila bentuk dataran, di
bagian samping dari papila berbentuk jamur, dan di permukaan papila berbentuk
benang.

2.1.1.1.6 Peraba

Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk


sentuhan, panas, dinKulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam,
misalnya otot dan tulang; sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam
reseptor yang peka terhadap berbagai rangsangan; sebagai alat ekskresi; serta
pengatur suhu tubuh. Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba, kulit
dilengkapi dengan reseptor-reseptor khusus. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya
menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada
di dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas,
ujung reseptornya terletak di dekat epidermis.gin, sakit, dan tekanan.

5
2.2 Struktur Panca Indera

2.2.1 Penglihatan

Mata terdiri dari otot mata, bola mata dan saraf mata serta alat tambahan mata
yaitu alis, kelopak mata, dan bulu mata. Alat tambahan mata ini berfungsi
melindungi mata dari gangguan lingkungan. Alis mata berfungsi untuk
melindungi mata dari keringat, kelopak mata melindungi mata dari benturan dan
bulu mata melindungi mata dari cahaya yang kuat, debu dan kotoran.

2.2.2 Penciuman

Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari nares
anterior hingga koana di posterior yang memisahkan rongga hidung dari
nasofaring, septum nasi membagi tengah bagian hidung dalam menjadi kavum
nasi kanan dan kiri, setiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding
medial, lateral,inferior dan superior. Bagian inferior kavum nasi berbatasan
dengan kavum oris dipisahkan oleh palatum durum. Ke arah posterior
berhubungan dengan nasofaring melalui koana, di sebelah lateral dan depan
dibatasi oleh nasus externus, di sebelah lateral belakang berbatasan dengan
orbita: sinus maksilaris, sinus etmoidalis, fosspterygopalatina, fossa pterigoides.

2.2.3 Pendengaran

Telinga bagian luar yaitu daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran.
Telinga bagian tengah terdiri dari gendang telinga, 3 tulang pendengar (martil,
andasan dan sanggurdi) dan saluran eustachius. Telinga bagian dalam terdiri dari
alat keseimbangan tubuh, tiga saluran setengah lingkaran, tingkap jorong,
tingkap bundar dan rumah siput (koklea).

6
2.2.4 Pengecapan

Bagian lidah yang berbintil-bintil disebut papila adalah ujung saraf pengecap.
Setiap intil-bintil saraf pengecap tersebut mempunyai kepekaan terhadap rasa
tertentu berdasarkan letaknya pada lidah. Pangkal lidah dapat mengecap rasa
pahit, tepi lidah mengecap rasa asin dan asam serta ujung lidah dapat mengecap
rasa manis.

2.2.5 Peraba

Stukrur indera peraba terdiri dari Epidermis, epidermis adalah struktur kulit
terluar pada tubuh manusia dan selalu mengalami regenerasi karena peluruhan
sel-sel kulit mati setiap hari, lalu ada dermis, merupakan lapisan kulit yang
paling tebal karena terdapat pembuluh darah dan saraf, kelenjar keringat dan
kelenjar minyak (kelenjar sebasea), folikel rambut, hingga saluran limfe. Lapisan
kulit dermis sebagian besar terdiri dari sejenis protein yang disebut kolagen, dan
ada hipodermis adalah lapisan kulit paling bawah atau paling dalam, pada lapisan
subkutan, terdapat jaringan lemak, jaringan penghubung, dan elastin (sejenis
protein yang membantu jaringan kulit kembali ke bentuk semula setelah
mengalami peregangan).

2.3 Proses Panca Indera

7
2.3.1 Penglihatan

Faktor sistem peng lihatan pada manusia itu sendiri. Faktor sistem penglihatan
ini merupakan gerbang masuknya informasi visual yang kemudian akan
dipersepsikan manusia. Secara garis besar sistem penglihatan manusia adalah
sebagai berikut :

 Mata manusia berfungsi sebagai photo receptor dalam menerima


rangsangan berupa objek visual / cahaya melalui retina mata.
 Oleh retina rangsangan dirubah menjadi sinyal-sinyal elektrik yang
diteruskan pada bagian otak (Lateral Geniculate Nucleus).
 Pada Lateral Geniculate Nucleus sinyal elektrik tersebut digabungkan
dengan referensi (pengalaman dan latar belakang) yang sudah ada
pada ingatan sebelumnya.
 Kemudian sinyal elektrik tadi diteruskan pada bagian otak lain yaitu
visual cortex, di dalam visual cortex sinyal elektrik tadi diubah
menjadi sebuah persepsi dari manusia.
 Dan karena persepsi tersebut maka rang sangan akan diteruskan pada
organ tubuh lain yang akhirnya menghasilkan sebuah output berupa
perilaku, gerak refleks, detak jantung, dan lain-lain
 Secara umum, keadaan penglihatan yang dipengaruhi oleh faktor
pencahayaan dapat digolongkan dalam tiga golongan besar, yaitu :
 Penglihatan photopic. Pada keadaan ini, kuat cahaya pada objek visual
berada diatas 3cd/m2 sehingga objek terlihat dengan sangat jelas.
Penglihatan dan persepsi yang dihasilkan dapat dikatakan nyata atau
100% mengacu pada objek visual tersebut.
 Penglihatan mesopic. Pada keadaan ini, kuat cahaya pada objek visual
berada antara 0,001cd/m2 sampai dengan 3cd/m2 . Dalam hal ini
karena keterbatasan cahaya yang tersedia maka objek terlihat mulai

8
samar. Penglihatan dan persepsi yang dihasilkan 20% - 90% nyata
pada objek visual tersebut dan sisanya 10% - 80% merupakan
imaginasi dari pengamat, sehingga sebagian persepsi yang terjadi
merupakan interpretasi dari manusia itu sendiri.
 Penglihatan scotopic. Pada keadaan ini, kuat cahaya pada objek visual
berada dibawah 0,001cd/m2 . Dalam hal ini karena cahaya yang sangat
minim maka objek visual hampir tidak terlihat atau tidak terlihat sama
sekali. Persepsi manusia 0% - 20% nyata pada objek visual tersebut
dan sisanya 80%-100% merupakan imaginasi dari pengamat, sehingga
hampir semua persepsi yang terjadi merupakan interpretasi dari
manusia itu sendiri

2.3.2 Penciuman

Sistem olfaktorius terdiri dari reseptor di rongga hidung, daerah otak, dan
jalur neural penghubung. Reseptornya berupa sel-sel yang berbentuk seperti
benang dan hihubungkan dengan saraf olfaktorius. Molekul yang dilepaskan oleh
substansi tertentu adalah stimulus untuk penciuman.

Molekul meninggalkan substansi, berjalan melalui udara dan memasuki


hidung. Molekul tersebut juga harus larut dalam lemak. Jika silia dari reseptor
penciuman bertemu dengan molekul odorant terjadilah impuls listrik. Proses ini
adalah proses transduksi. Molekul odorant yang telah menembus nervus
olfaktorius dari bulbus olfaktorius, akan bergerak melalui traktus olfaktorius
menuju pusat olfaktoriuspada olbus temporalis di otak, dimana akan dilakukan
interpretasi pada stimulus yang masuk. Namun demikian kepekaan reseptor

9
penciuman terhadap molekul odorant akan berkurang, bahkan mudah hilang bila
selalu terpapar pada bau yang sama dalam waktu yang relatif lebih lama

2.3.3 Pendengaran

Diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk
gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea, proses mendengar
melalui tiga tahapan yaitu tahap pemindahan energi fisik berupa stimulus bunyi
ke organ pendengaran, tahap konversi atau tranduksi yaitu pengubahan energi
fisik stimulasi tersebut ke organ penerima dan tahap penghantaran impuls saraf
ke kortek pendengaran

2.3.4 Pengecapan

Proses pengecapan, fungsi lidah adalah mengenali lima kategori rasa yaitu
rasa manis, asam, asin, pahit dan umami. Kelima rasa tersebut memiliki daerah
dan reseptor yang berbeda pada lidah, kecuali rasa umami yang merupakan
kombinasi dari rasa manis, asam, asin dan pahit. Sensasi rasa pada lidah dapat
terasa karena adanya organ pengecap pada lidah yaitu kuncup pengecap.

Saraf - saraf tersebut menginervasi kuncup pengecap yang terdapat pada


lidah dan palatum. Saraf-saraf tersebut adalah saraf fasial yang menginervasi dua
pertiga anterior lidah, saraf glossopharyngeal yang menginervasi sepertiga
posterior lidah, dan saraf vagus yang mempersarafi palatum. Kuncup pengecap
terdapat pada tiga tipe papila lidah yaitu papila sirkumvalata yang terdapat pada
posterior lidah, papila fungiformis yang terdapat pada anterior lidah, dan papila

10
foliate yang terdapat pada lateral lidah. Selain itu kuncup pengecap juga terdapat
pada palatum, pilar tonsil, epiglotis dan bagian proksimal esophagus.

Proses mengecap yang terjadi pada lidah terjadi dengan urutan sebagai
berikut : Zat yang terkandung pada makanan dicerna secara mekanis oleh gigi
dan ludah., zat tersebut lalu menyentuh papila lidah yang kemudian diteruskan ke
kuncup pengecap, dari kuncup pengecap akan diteruskan menuju serabut saraf
sensoris untuk diteruskan ke otak, impuls saraf akan diolah di otak, kemudian
kita dapan merasakan rasa dari zat tersebut.

2.3.5 Peraba

Rangsangan di kulit (misalnya, memegang air dingin, dicubit, disentuh dll)


akan diterima oleh reseptor (penerima rangsangan) yang terletak di bawah
permukaan kulit, kemudian diteruskan ke saraf tepi (saraf di luar otak dan
sumsum tulang belakang), lalu masuk ke dalam susunan saraf pusat di sumsum
tulang belakang, Kemudian stimulus diteruskan ke atas sampai ke thalamus
(pusat penyebaran utama impuls-impuls sensoris yang berperan penting dalam
memproses/mengolah informasi sensorik ini), dari sini, stimulus dikirimkan ke
pusat sensorik di otak besar (cerebral cortex), yang disebut korteks sensorik.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mata mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan


warna. Sesungguhnya yang disebut mata bukanlah hanya bola mata, tetapi
termasuk otototot penggerak bola mata, kotak mata, kelopak, dan bulu mata.
Cara kerja mata manusia pada dasarnya sama dengan cara kerja kamera, kecuali
cara mengubah fokus lensa.

Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk
keseimbangan tubuh. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian
telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.

12
Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk
sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan. Kulit terdiri dari lapisan luar yang
disebut epidermis dan lapisan dalam yang disebut lapisan dermis.

Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia.


Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung
kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap. Lidah berfungsi
sebagai pengecap rasa dan sebagai pembantu dalam tindakan berbicara.

Indera penciuman berupa kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam


hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas.

DAFTAR PUSTAKA

http://jurnal.unpad.ac.id/pjdrs/article/download/24819/13284 (diakses pada tanggal


15 oktober 2020 pukul 10.15)

13
https://id.scribd.com/doc/309951987/jurnal-kulit (diakses pada tanggal 15 oktober
2020 pukul 11.05)

http://digilib.uinsby.ac.id/15869/9/Bab%206.pdf (diakses pada tanggal 15 oktober


2020 pukul 12.00)

https://media.neliti.com/media/publications/217750-hubungan-antara-penglihatan-
pencahayaan.pdf (diakses pada tanggal 15 oktober 2020 pukul 14.45)

http://jurnal.unpad.ac.id/protvf/article/download/19871/9068 (diakses pada tanggal


15 oktober 2020 pukul 16.15)

14

Anda mungkin juga menyukai