Anda di halaman 1dari 18

MEDIA BERCERITA UNTUK ANAK USIA DINI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Tehnik Bercerita

Dosen Pembimbing : Rona Merita, M.Pd

Disusun oleh :

1. Afif Zakiyati ( 19 )
2. Rina Hidayatul Khamidah ( 01 )
3. Suprapti ( 18 )

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMUKEGURUAN ( FTIK )

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI ( PIAUD )

IAI PANGERAN DIPONEGORO NGANJUK

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan
hidayah Nya kepada kami dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini.

Shalawat dan salam juga tak lupa kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW
dan para keluarga dan sahabatnya.

Adapun tujuan dari pembuatan maklah ini adalah untuk dapat dijadikan saran dalam
memahami secara umum tentang Media Bercerita Untuk Anak Usia Dini .

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimaksih kepada pihak yang terlibat
dalam pembuatan makalah. Terutama kepada Ibu Rona Merita, MPd selaku Dosen Mata
Kuliah Tehnik Bercerita pada Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD).
Tak lupa terima kasih kami sampaikan juga kepada teman – teman semua yang telah
memberi kami kesempatan untuk menyusun dan membahas maklah ini.

Kami sangat menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, terutama mengenai masalah dalam
penyampaian Bahasa dan struktur isi makalah ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………………..…...i

Kata Pengantar………………………………………………………..…………… .…..,…....ii

Daftar Isi …………………………………………………………...………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1

A. Latar Belakang……………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………....2
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………………3

A. Pengertian Bercerita…………………………………………………………………3
B. Pengertian Media…………………………………………………………………….3
C. Macam – macam Media……………………………………………………………..4

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………..13

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………...14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah Negara. Negara
yang maju dapat dilihat dari tingkat keberhasilan pendidikan di Negara tersebut. Oleh
karena itu setiap warga Negara harus mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi.
Mengacu pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 Butir 14 tentang
Sistem Pendidikan Nasional: “Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut”.

PAUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik


beratkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
( koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan ( daya piker, daya cipta, kecerdasan
emosi, kecerdasan spiritual) sosial emosional ( sikap dan perilaku serta beragama ), bahasa
dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh
anak usia dini.
Taman Kanak-kanak (TK) merupakan suatu lembaga PAUD pada jalur formal
yang melayani anak usia 4-6 tahun. TK bertujuan membantu anak mengembangkan
berbagai potensi baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial
emosional, kognitif, bahasa, fisikmotorik, kemandirian untuk siap memasuki pendidikan
dasar.
Anak merupakan generasi bangsa yang harus dipersiapkan sejak dini baik dari segi
fisik maupun rohaninya, agar seluruh aspek perkembangan pada anak berkembang secara
optimal. Setiap anak yang lahir sudah memiliki potensi masing-masing dalam diri anak.
Potensi itu akan berkembang dengan optimal apabila orang tua dan para pendidik
memberikan stimulus kepada anak secara terus menerus.
Salah satu kemampuan yang harus dikembangkan pada masa anak usia dini adalah
kemampuan berbahasa. Oleh karena itu TK atau pendidikan pra sekolah merupakan
wahana yang sangat penting dalam mengembangkan bahasa anak. Bahasa merupakan alat
untuk mengekspresikan ide dan bertanya, dan bahasa juga menghasilkan konsep dan
kategori-kategori untuk berpikir. Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi,
mengekspresikan ide dengan lingkungan sekitarnya.
Ada beberapa kemampuan bahasa anak yang perlu dikembangkan salah satunya
kemampuan bercerita pada anak. Idealnya pada anak usia 5-6 tahun sudah bisa bercerita
tentang gambar yang disediakan, menceritakan pengalaman secara sederhana, mendengar
dan menceritakan cerita secara urut, bercerita menggunakan kata ganti (aku, saya, kamu
dan mereka ). Dalam mengembangkan kemampuan bercerita pada anak agar lebih menarik
perhatian anak, diperlukan adanya media pembelajaran yang dapat mendukung dalam
proses pembelajaran. Di mana penggunaan media pembelajaran dapat memperjelas
penyajian pesan dan informasi sehingga dapat mengarahkan perhatian anak serta
memotivasi anak dalam mengikuti pembelajaran. Dalam pembelajaran anak usia dini
media sangat berperan penting di dalamnya, sebab prinsip pembelajaran anak usia dini
adalah kekonkretan, artinya bahwa anak diharapkan dapat mempelajari sesuatu secara
nyata. Prinsip kekonkretan tersebut mengisyaratkan perlunya digunakan media sebagai
saluran penyampai pesan dari guru kepada anak agar pesan dapat diterima anak dengan
baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bercerita ?
2. Apa pengertian media ?
3. Apa saja macam-macam media bercerita ?
4. Bagaimana langkah-langkah dalam penggunaan media bercerita ?
5. Apa manfaat media dalam bercerita ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian bercerita
2. Untuk mengetahui pengertian media
3. Untuk mengetahui macam-macam media bercerita
4. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam penggunaan media bercerita
5. Untuk mengetahui manfaat penggunaan media dalam bercerita
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bercerita

Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk


mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhan anak. Anak-anak yang memiliki
kemampuan berbahasa yang baik umumnya memiliki kemampuan dalam mengungkapkan
pikiran, perasaan, serta tindakan interaktif dengan baik pula.
Menurut Susanto ( 2011: 74 ) bahasa adalah alat untuk berpikir, mengekspresikan
diri dan berkomunikasi. Sedangkan menurut pendapat Sunarto ( 2006: 136 ) bahasa
merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam pergaulannya atau
hubungannya dengan orang lain.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwasanya bahasa merupakan alat untuk
berkomunikasi dengan orang lain, yang tujuannya untuk mengungkapkan pikiran,
perasaan dan tindakan.
Menurut Dhieni ( 2009 : 6.3 ) bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan
seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang
harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk
didengarkan dengan rasa menyenangkan. Sedangkan menurut Moeslichatoen ( 2004 : 157
) menyebutkan bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak
TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru
harus menarik, dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan
bagi anak TK.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bercerita merupakan kegiatan yang
disampaikan secara lisan dengan menggunakan alat atau tanpa alat, disampaikan dengan
menarik agar mengundang perhatian anak sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

B. Pengertian Media

Menurut Sadiman dalam Kustandi ( 2011:7 ) mengemukakan, bahwa media adalah


perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Sedangkan menurut
yamin ( 2009:148 ) “ media adalah suatu perangkat yang dapat menyalurkan informasi
dari sumber ke penerima informasi “. Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwasanya media adalah suatu perantara atau perangkat yang bisa menyampaikan pesan
dari pengirim pesan ( guru ) ke penerima pesan (anak ). Menyinggung defenisi
pembelajaran, menurut Rusman( 2010:1 ) pembelajaran merupakan sistem, yang terdiri
atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. komponen
tersebut meliputi : tujuan, materi, metode dan evaluasi. Sedangkan menurut Kustandi (
2011:6 ) “ pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bertujuan “. Dari pendapat di atas
dapat disimpulkan pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai
komponen ( tujuan, materi, metode dan evaluasi ) dimana komponen-komponen itu harus
saling melengkapi satu dengan yang lainnya agar mencapai tujuan pembelajaran itu
sendiri.
Setelah menganalisa istilah media dan pembelajaran, maka dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran itu adalah sebuah sarana untuk meningkatkan kegiatan proses
belajar dan mengajar. Media dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi
beberapa jenis. Menurut Eliyawati (2005: 114-118) menyatakan jenis-jenis media
pendidikan adalah:1) Media Visual, adalah media yang hanya dapat dilihat. Media visual
terdiri atas media yang diproyeksikan dan tidak diproyeksikan. 2) Media audio, adalah
media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (yang dapat didengar). 3) Media
Audio Visual, merupakan kombinasi dari media audio dan visual disebut media pandang
dengar.

C. Macam – Macam Media Bercerita

1. Bercerita Sambil Menggambar

Bercerita sambil menggambar adalah kegiatan bercerita yang dilakukan guru sambil
menggambar pada kertas atau pada papan tulis.

a. Ketentuan bercerita sambil menggambar


Ø Guru sambil menggambar
Ø Tersedia papn tulis dan kapur warna, atau papan essel, white board, kertas dan spidol.
Ø Gambar dibuat sesuai dengan tokoh atau suasana cerita
Ø Guru bercerita sambil menggambar. Contoh cerita :”togi kucingku”.
Ø Ukuran gambar relatif, yang penting dapat dilihat oleh anak dengan jelas
Ø Gambar dapat diberi warna ataupun tidak diberi warna
Ø Gambar dapat berupa satu gambar tanpa suasana yang mendukung. Dapat pula dilengkapi
dengan suasana yang mendukung.
Ø Lembaran gambar sebanyak-banyaknya 8 potong gambar
Ø Gambar satu dan lainnya berkaitan dan menunjukkan satu kesatuan cerita
Ø Menggunakan gaya bahasa anak

b. Langkah – Langkah pelaksanaan


Ø Anak memperhatikan guru menyiapkan alat peraga yang diperlukan
Ø Anak mengatur posisi tempat duduknya
Ø Sambil bercerita guru menggambar isi cerita atau tokoh cerita secara berurutann
Ø Setelah selesai bercerita guru memperlihatkan gambar seluruhnya
Ø Anak memberi judul cerita
Ø Guru melengkapi judul cerita
Ø Anak menyimpulkan isi cerita
Ø Guru melengkap isi cerita anak

c. Evaluasi
Setelah selesai bercerita guru bertanya tentang isi cerita, tokoh dalam cerita, isi gambar
dan memberi kesempatan pada satu atau dua orang anak untuk menceritakan kembali
cerita tersebut.

2. Media Boneka Jari

Menurut Eliyawati ( 2005 : 71) mengatakan bahwa boneka jari adalah boneka yang
dibuat dari kain yang tidak mudah bertiras. Kain dibentuk sesuai dengan figur cerita, satu
narasi cerita dapat sepuluh boneka, dan penyelesaian boneka dijahit dengan tusuk feston.
Sedangkan menurut Sukerti ( 2013 ) boneka jari adalah salah satu bentuk media
pembelajaran yang bisa digambar langsung di ujung jari tangan atau dapat pula dibuat dari
kain atau bahan lainnya yang dibentuk menyerupai wajah atau berbagai bentuk dengan
berbagai macam sifat yang dapat dimainkan dengan menggunakan ujung jari tangan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa boneka jari adalah sebuah media
pembelajaran yang bersifat edukatif menggunakan boneka yang dimainkan dengan ujung
jari tangan. Adapun tujuan boneka jari menurut Eliyawati ( 2005 : 71 ) adalah
mengembangkan bahasa anak, mempertinggi keterampilan dan kreativitas anak, belajar
bersosialisasi dan bergotong royong disamping melatih keterampilan jari jemari tangan.
Sedangkan menurut Sukerti (2013 ) tujuan penggunaan boneka jari sebagai media
pembelajran adalah menimbulkan daya tarik dan membangkitkan minat bagi pembelajar
dapat mengembangkan imajinasi, keaktifan dan menambah suasana gembira pada siswa
dalam kegiatan pembelajaran.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan penggunaan boneka jari
dapat mengembangkan bahasa, meningkatkan keterampilan, kreativitas, imajinasi anak,
serta menambah suasana gembira pada anak saat belajar. peneliti memilih Media boneka
jari karena mampu memberikan motivasi dan minat anak dalam bercerita sehingga baspek
perkembangan bahasa pada anak dapat meningkat.

3. Boneka Tangan

Bercerita dengan boneka tangan adalah cerita dengan memasukkan boneka ke tangan

a. Ketentuan bercerita dengan boneka tangan


1. Guru hendaknya hafal isi cerita, dapat bersuara yang membedakan antara boneka
yang satu dengan yang lainnya.
2. Ada skenario cerita
3. Menggunakan media boneka yang dapat dimasukkan ketangan
4. Boneka dibuat sesuai dengan tokoh cerita, menarik bagi anak dan mudah untuk
dimainkan anak ataupun guru
5. Ukuran boneka relatif, yang penting dapat dilihat oleh anak dengan jelas dan
digerakkan oleh tangan
6. Pada saat bercerita dapat menggunakan satu atau lebih boneka tangan sesuai dengan
kebutuhan cerita
7. Boneka tangan yang digunakan maksimal 8 buah dengan bentuk berlainan sesuai
dengan isi cerita.

b. Langkah-langah pelaksanaan
1. Anak memperhatikan guru menyiapkan alat peraga yang diperlukan
2. Anak mengatur posisi tempat duduknya
3. Anda memperhatikan guru ketika sedang menunjukkan alat peraga yang telah
disiapkan dn menyebutkan nama dan tokoh-tokoh dalam cerita
4. Guru menyebutkan judul cerita
5. Menyepakati aturan dalam bercerita
6. Anak mendengarkan guru mendengarkan guru bercerita dengan melaksanakan
dialog /percakapan antar boneka
7. Sambil bercerita guru menggerakkan boneka tangan secara bergantian sesuai isi
cerita
8. Setelah selesai bercerita guru memperlihatkan kembali seluruh boneka tangannya
secara bergantian
9. Tanya jawab
10. Anak bercerita
11. Anak diberi kesempatan memberi kesimpulan isi cerita
12. Guru melengkapi kesimpulan isi cerita

c. Manfaat bercerita dengan boneka tangan


Menggunakan boneka tangan sebagai alat bantu akan membuat suasana lebih
berkonsentrasi pada cerita yang akan disampaikan. Selain sebagai alat bantu cerita,
boneka juga bisa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi langsung dengan anak.
Boneka bisa mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara langsung yang
muncul dari anak. Interaksi komunikasi dengan anak bisa tercipta sehingga ide-ide
kreatif dalam menggunakan bahasa mereka dapat disalurkan.Selain itu dengan boneka
tangan, bahasa yang digunakan akan mempengaruhi cara anak dalam menanggapi
pertanyaan atau dalam memberikan pertanyaan. Yang lebih penting lagi, mereka bisa
berkomunikasi langsung menuangkan ide yang disesuaikan dengan topik cerita.

Menggunakan boneka tangan, ide cerita yang akan disampaikan akan sangat
bervariasi. pencerita tidak harus menceritakan cerita-cerita legenda atau seperti
dongeng pada umumnya, akan tetapi bisa mengangkat ide yang ada dalam kehidupan
keseharian anak-anak. Atau lebih tepat dikatakan bahwa dengan bercerita
menggunakan boneka tangan, maka cerita yang akan disampaikan adalah cerita tentang
keseharian yang dialami anak-anak.Banyak hal positif yang dapat kita sampaikan
kepada anak dengan cara mendongeng/cerita boneka. Tidak hanya memancing mereka
untuk berinteraksi komunikasi, tetapi juga menanamkan nilai-nilai yang lain. Berawal
dari sebuah cerita pengantar tidur, kemudian menjadi kegiatan di waktu senggang, saat
ini dongeng/cerita boneka telah menjadi sebuah kegiatan pengajaran di sekolah.
Semoga dengan program ini, anak tidak hanya menjadi lawan bicara pencerita, tetapi
juga diharapkan bisa sebagai pencerita, dan bisa menciptakan cerita dengan bahasa
mereka sebagai wujud suksesnya penumpahan ide kreatif mereka dalam berkomunikasi

d. Evaluasi
Setelah selesai bercerita guru dapat bertany tentang isi cerita tokoh dalam cerita, dan
memberi kesempatan pada satu atau dua orang anak untuk mencoba boneka tangan dalam
menceritakan kembali cerita tersebut.

4. Bercerita menggunakan panggung boneka


Adalah bercerita dengan menggunakan boneka-boneka yang digerakkan di panggung
boneka yang memiliki layar penutup.

a. Ketentuan bercerita boneka panggung


1. Guru hendakknya hafal isi cerita, dapat bersuara yang dapat membedakan antara boneka
yang satu dengan yang lain
2. Ada scenario cerita
3. Menggunakan media boneka yang dapat dimasukkan ke tangan dan panggung bonekanya
4. Boneka dibuat sesuai dengan tokoh cerita, menarik bagi anak dan mudah untuk dimainkan
anak ataupun guru
5. Ukuran boneka relatif, yang penting dapat dilihatoleh anak dengan jelas dan digerakkan
oleh tangan
6. Pada saat bercerita dapat menggunakan satu atau lebih boneka tangan sesuai dengan
kebutuhan cerita
7. Boneka tangan yang digunakan maksimal 8 buah dengan bentuk berlainan sesuai dengan
isi cerita

b. Langkah - langkah pelaksanaan


Dalam memberikan metode pembelajaran berbahasa melalui bercerita panggung boneka hendaknya
seorang guru harus memperhatikna hal-hal antara lain tema,waktu, keadaan dan lain-lain.
Untuk itu sebelum bercerita hendaknya seorang guru harusmerencanakan hal-hal dalam bercrita
panggung boneka sesuai tema dan tujuan, maka dari itu. Moeslikhatoen (2004: 179-180)
menerapkan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Anak memperhatikan guru menyiapkan alat peraga yang diperlukan
2. Anak mengatur posisi tempat duduknya
3. Menyepakati aturan dalam bercerita
4. Guru berada dibalik panggung boneka tidak kelihatan anak didik
5. Anak memperhatikan panggung yang dibuka layarnya oleh guru dibalik panggung
6. Anak mendengarkan guru ketika memberikan prolog atau pendahuluan sekaligus
menyebutkan judul cerita
7. Anak memperhatikan boneka yang diperhatikan guru yang telah disiapkan dan
menyebutkan nama dan tokoh-tokoh dalam cerita
8. Anak mendengarkan guru melaksanakan dialog/percakapan antara boneka, dianatara
dialog diverikan misic pengiring, dan memperhatikan boneka dalam panggung boneka
9. Sambil bercerita guru menggerakkan boneka tangan secara bergantian sesuai cerita
10. Setelah dialog, layar panggung ditutup, apabila tidak ada layar boneka diturunkan ke
bawah panggung. Dari sebelah kiri maupun kanan
11. Selesai bercerita guru memperlihatkan kembali seluruh boneka tangan secara
bergantian
12. Tanya jawab
13. Anak menyimpulkan isi cerita
14. Anak melengkapi kesimpulan isi cerita dan anak

c. Kriteria khas bercerita panggung boneka


1. Menarik, kriteria ini digunakan dalam pengertian mengasikkan dan bagus.
2. Hebat yaitu cerita yang menampilkan atau menggambarkan kesaktian tokoh-tokohnya.
3. Fantastis yaitu suatu cerita yang berkaitan dengan hal-hal yang menakjubkan atau mengagumkan,
misalnya cerita yang menceritakan tentang dunia khayal.
4. Sedih yaitu merupakan istilah anak-anak untuk menyatakan keharuan yang dirasakannya dalam
sebuah kisah atau cerita.
5. Penokohan dalam cerita yaitu tokoh-tokoh yang sedang dikagumi anak-anak atau pun tokoh-tokoh yang
sangat dekat dengan dunia anak-anak.

d. Syarat-syarat Bercerita Panggung Boneka


1. Sesuai dengan tingkat perkembangan dan Lingkungan anak-anak, tempat dan keadaan..
2. Isi cerita harus bermutu pendidikan seperti nilai moral dan tujuan pengembangan bahasa anak-
anak.
3. Bahasanya harus sederhana dan mudah dimengerti oleh anak-anak..
4. Memperhatikan daya kemampuan anak yang dibedakan atas usia antara lain :
· Usia 3-4 tahun tahap kemampuan mendengarkan cerita dari 7 s.d.10menit.
· Usia 4-5 tahun tahap kemampuan mendengarkan cerita dari 10 s.d. 20menit.
· Usia 5-6 tahun tahap kemampuan mendengarkan cerita dari 20 s.d. 25menit

e. Manfaat Bercerita Panggung Boneka


Manfaat bercerita panggung boneka dapat memperluas wawasan dan cara berfikiranak, menambah
pembendaharaan kata,memberanikan diri dalam mengeluarkan pendapatnya serta menyalurkan daya
imajinasi anak.Menurut Tadkiroatun Musfiroh, (205:95) ditinjau dari beberapa aspek, manfaat bercerita
sebagai berikut:

1. Membantu pembentukan pribadi dan morala


2. Menyalurkan kebutuhan imajinasi danfantasi.
3. Memacu kemampuan verbal anak.
4. Merangsang minat menulis anak.
5. Merangsang minat baca anak.
6. Merangsang cakrawala pengetahuan anak

f. Evaluasi
Setelah selesai bercerita guru dapat bertanya tentang isi cerita, tokoh dalam cerita, dan
memberi kesempatan pada satu atau dua orang anak untuk mencoba boneka tangan dalam
menceritakan kembali cerita tersebut. Contoh cerita:”berlibur kerumamah nenek”.

4. Bercerita menggunakan wayang


Adalah bercerita dengan menggunakan boneka-boneka yang diberi kayu untuk
pegangannnya seperti wayang golek.

a. Ketentuan bercerita boneka wayang


1. Guru hendaknya hafal isi cerita, dapat bersuara yang membedakan antara boneka
wayang yang satu dengan yang lainnya.
2. Ada scenario cerita. Contohnya cerita“berlibur ke rumah nenek”
3. Ada dinding yang dapat menampilkan bayangan gambar boneka wayang
4. Menggunakan media boneka yang sudah diberi kayu untuk dipegang seperti wayang.
5. Boneka dibuat sesuai dengan tokoh cerita, menarik bagi anak dan mudah untuk di
mainkan anak ataupun guru.
6. Ukuran boneka relatif, yang penting dapat dilihat oleh anak dengan jelas dan
digerakkan oleh tangan.
7. Pada saat bercerita dapat menggunakan satu atau lebih boneka wayang sesuai dengan
kebutuhan cerita.
8. Boneka tangan yang digunakan maksimal 8 buah dengan bentuk berlainan sesuai
dengan isi cerita.

b. Langkah – langkah pelaksanaan


1. Anak memperhatikan guru menyiapkan alat peraga yang diperlukan
2. Anak mengatur posisi tempat duduknya
3. Anak memperhatikan alat peraga/boneka wayang yang diperlihatkan oleh guru
4. Anak memperhatikan bayangan wayang pada dinding
5. Anak mendengarkan guru menyebutkan nama dan tokoh-tokoh dalam cerita
6. Menyepakati aturan dalam cerita
7. Anak memperhatikan guru bercerita dengan melaksanakan dialog/percakapan antara
boneka. Diantara dialog dapat diberikan music pengiring dapat pula tidak.
8. Apabila menggunakan satu boneka wayang maka dialog dilakukan antara guru dan
boneka itu saja.
9. Sambil bercerita guru menggerakkan boneka wayang secara bergantian sesuai cerita
10. Boneka wayang tang telah digunakan dapat diturunkan atau ditancapkan pada tempat
yang telah tersedia.
11. Setelah bercerita guru memperhatikan kembali seluruh boneka wayang secara
bergantian.
12. Tanya jawab
13. Anak bercerita
14. Anak menyimpulkan isi cerita
15. Guru melengkapi kesimpulan isi cerita dan anak

c. Evaluasi
Setelah selesai bercerita guru dapat bertanya tentang isi cerita, tokoh dalam cerita, dan
memberi kesempatan pada satu atau dua orang anak untuk mencoba boneka wayang dan
menceritakan kembali isi cerita.
BAB III
PENUTUP

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir samapai dengan usia enam tahun, dilakukan melalui pemberian ransangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dengan mengajarkan anak-anak
kemampuan Berbahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak
untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhan anak. Anak-anak yang
memiliki kemampuan berbahasa yang baik umumnya memiliki kemampuan dalam
mengungkapkan pikiran, perasaan, serta tindakan interaktif dengan baik pula. Dengan
adanya berbagai media bercerita menjadikan anak lebih tertarik dan bersemangat dalam
mengenal berbagai cerita tentu saja mampu mengembangkan bahasa pada anak uisa dini.
.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.

Asyar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung


Persada (GP) Press.

Dhieni, Nurbiana. 2006. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

Dwi Tati Sukerti, 2013, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Percakapan
Sederhana Dengan Menggunakan Boneka Jari Dikelas I. Artikel.

Eliyawati, Cucu. 2005. Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar Untuk Anak Usia
Dini. Jakarta: Depdiknas.

Kustandi, Cecep & Sutjipto, Bambang. 2011. Media Pembelajaran Manual dan Digital.
Jakarta: Ghalia Indonesia.

Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Sunarto dan Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta

Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar Dalam Berbagai
Aspeknya. Jakarta: Kencana Pranada Media Group.

Suyanto, Slamet. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.

Syafril. 2010. Statistika. Padang: Sukabina Press.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar
Grafika.

Yamin, Martianis & Sanan, Jamilah Sabri. 2013. Panduan PAUD Pendidikan Anak Usia
Dini. Ciputat: Referensi.

Anda mungkin juga menyukai