Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH PAJAK, TUNNELING INSENTIVE, MEKANISME BONUS, DEBT

COVENANT DAN GOOD CORPERATE GORVERNANCE (GCG) TERHADAP


TRANSAKSI TRANSFER PRICING
( Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2013 – 2015 )

Ria Rosa1), Rita Andini2), Kharis Raharjo3)


1)
Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Pandanaran Semarang
2), 3)
Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Pandanaran Semarang
Tahun 2017

ABSTRACT
Transfer pricing for tax authorities is an attemp by multinational companies to avoid
high tax expense. However, in deciding a companies use transfer pricing, it should also
consider about arm’s length principle and related parties. Along with the rise up of
globalization, the factor of transfer pricing is not only tax, but also other factors. And the aim
of this research is to test the influence of tax, tunneling incentive, bonus plan, debt covenant
and good corporate governance on transfer pricing.
Sample selection was using purposive sampling with final sample 34 from 129 manufacture
companies that listed at Indonesian Stock Exchange on 2013 – 2015. And the data was
prosessing with SPSS V.19.0. The result shows that debt covenant and good corporate
governance have an influence on transfer pricing. But the other variables didn’t influence on
transfer pricing.

Keywords : transfer pricing, tax, tunneling incentive, bonus plan, debt covenant, gcg.

ABSTRAK

Transfer pricing bagi otoritas pajak adalah sebuah upaya untuk menghindari beban
pajak yang tinggi. Namun dalam memutuskan perusahaan tersebut benar melakukan transfer
pricing, sebaiknya memperhatikan prinsip kewajaran dan kelaziman, dan hubungan istimewa.
Seiring dengan berkembangnya perusahaan bukan hanya pengindaran beban pajak saja yang
menjadikan faktor perusahaan melakukan transfer pricing. Tujuan penelitian ini adalah
menganalis pengaruh variabel pajak, tunneling incentive, mekanisme bonus, debt covenant,
dan good corporate governance terhadap perilaku transfer pricing.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode
2013 sd 2015. Dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dari 129 populasi diperoleh
34 sampel perusahaan yang akan diteliti dengan menggunakan program SPSS V.19.0. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa debt covenant dan good corporate governance
berpengaruh terhadap transfer pricing. Sedangkan untuk variabel pajak, tunneling incentive
dan mekanisme bonus tidak berpengaruh terhadap transfer pricing.

Kata kunci : transfer pricing, pajak, tunneling incentive, mekanisme bonus, debt
covenant, GCG.

1
PENDAHULUAN padahal telah berhasil mencetak penjualan
Globalisasi telah menyebabkan sebesar £112 juta atau sekitar Rp 1,7 triliun.
perkembangan perekonomian di dunia tidak Selama beroperasi di Inggris, Starbucks
mengenal batas negara. Transaksi hanya menyetorkan pajak sebesat £6 juta.
perdagangan internasional yang melibatkan Sebagian keuntungan Starbuck telah
perusahaan multinasional dalam satu grup dialihkan dari Inggris ke perusahaan cabang
berkembang semakin kompleks, yang tidak di Belanda dalam bentuk royalti (Barford,
hanya melibatkan barang saja, tetapi juga 2013).
modal, dan harta tak bergerak. Pada akhirnya Sedangkan di Indonesia praktek
kompleksitas tersebut mengakibatkan transfer pricing pernah dilakukan oleh PT
kompleksitas dalam menganalisis dan Adaro Indonesia. PT Adaro menjual batubara
memahami transaksi tersebut, termasuk ke Coaltrade Service International Pte. Ltd.,
dalam kepentingan perpajakan. Tarif pajak di yang merupakan perusahaan afiliasi yang
negara satu dengan negara lain berbeda-beda. berada di Singapura. Harga transfer batubara
Perbedaan tarif pajak antar negara tersebut berada di bawah harga pasar, lalu
menimbulkan pilihan bagi perusahaan untuk oleh Coaltrade batubara ini dijual kembali
melakukan penghematan pajak dengan sesuai harga pasar. Tentu saja prakter
mengambil keputusan untuk melakukan transfer pricing yang dilakukan oleh PT
transfer pricing, yaitu memperbesar harga Adaro ini merugikan indonesia dikarenakan
pembelian atau biaya (over income) atau pendapatan dan laba yang diperoleh PT
memperkecil harga penjualan (under invoice) Adaro di Indonesia menjadi lebih rendah.
(ilyas dan suhartono, 2009:93). Hal ini Praktek transfer pricing ini terungkap karena
digunakan untuk mengalihkan keuntungan ada kecurigaan terhadap laporan keuangan
ke negara yang memilki tarif pajak yang Coaltrade pada tahun 2002 – 2005. Dimana
lebih rendah dengan memaksimalkan beban dalam laporan keuangan tersebut, laba
pada akhirnya mengurangi pendapatan Coaltrade lebih tinggi dibandingkan dengan
(Pricewtaerhousecooper 2009 dalam Adaro. Hal itu terlihat mencurigakan
Pramana 2014:1). mengingat Adaro memiliki tambang yang
Praktik transfer pricing telah dilakukan besar namun laba yang diperoleh lebih
diberbagai perusahaan, multinasional, sedikit (Saraswati, 2017).
contohnya di Inggris, Starbucks pada tahun Hal ini dapat digunakan untuk
2011 tidak membayar pajak sama sekali mengalihkan keuntungan ke negara yang
dengan mengaku rugi sejak tahun 2008, tarif pajaknya rendah seperti contoh PT
2
Adaro diatas. Secara umum otoritas fiskal base) atau biaya dari suatu wajib pajak
harus memperhatikan dua hal mendasar agar kepada wajib pajak lainnya yang dapat
koreksi pajak terhadap dugaan transfer direkayasa untuk menekan keseluruhan pajak
pricing mendapatkan justifikasi yang kuat, yang terutang atas wajib pajak yang
yaitu: afiliasi (associated enterprise) atau mempunyai hubungan istimewa tersebut.
hubungan istimewa (special relationship), Menurut Dirjen Pajak Indonesia tidak
dan kewajaran atau arm's length principle diragukan lagi bahwa transfer pricing sangat
(Bakti; 2002). Hampir dalam setiap undang- berpengaruh terhadap penerimaan pajak
undang perpajakan dapat dijumpai aturan- negara. Menurut perhitungan Dirjen Pajak,
aturan yang mengatur hubungan istimewa. negara berpotensi kehilangan 1.300 Triliun
Aturan tersebut merupakan dasar hukum Rupiah akibat dari praktek transfer pricing.
bagi otoritas pajak untuk melakukan koreksi Bahkan lebih dipertegas lagi menurut
atas transaksi yang terjadi antar pihak-pihak informasi internal Dirjen Pajak bahwa
yang mempunyai hubungan istimewa, dan kehilangan tersebut kebanyakan akibat
dianggap sebagai aturan yang dapat adanya pembayaran bunga, royalti serta
memecahkan masalah transfer pricing. intragroup service, sehingga Dirjen Pajak
Berdasarkan undang-undang no. 36 percaya bahwa dengan mengentikan
tahun 2008 pasal 18 ayat (4) yaitu: hubungan pembayaran tersebut negara sudah tidak
istimewa antara wajib pajak badan dapat perlu menambah hutang.
terjadi karena pemilikan atau penguasaan Penelitian tentang pajak
modal saham suatu badan lainnya sebanyak mempengaruhi keputusan manajemen untuk
25% (dua puluh lima persen) atau lebih, atau melakukan transfer pricing sudah pernah
antara beberapa badan yang 25% (dua puluh dilakukan. Dalam penelitiannya Swenson
lima persen) atau lebih sahamnya dimiliki menemukan bahwa harga dilaporkan pada
oleh suatu badan. Hubungan istimewa dapat laporan keuangan akan naik ketika efek
mengakibatkan ketidakwajaran harga, biaya, gabungan dari pajak dan tarif memberikan
dan atau imbalan lain yang direalisasikan dorongan bagi perusahaan untuk melakukan
dalam suatu transaksi perusahaan. Transaksi transfer pricing (Swensoon, 2000). Dalam
antar wajib pajak yang mempunyai penelitian Yuniasih (2012) juga
hubungan istimewa tersebut dikenal dengan menyebutkan bahwa pajak berpengaruh
istilah transfer pricing. Hal tersebut dapat terhadap keputusan perusahaan untuk
mengakibatkan terjadinya pengalihan melakukan transfer pricing.
penghasilan, dasar pengenaan pajak (tax
3
Kepemilikan saham juga menjadi pemilik mayoritas terhadap pemilik
pengaruh perusahaan untuk melakukan minoritas melalui strategi merger dan
transfer pricing. Struktur kepemilikan di akuisisi. Lo et al., (2010) menemukan bahwa
indonesia terkonsentrasi pada sedikit pemilik konsentrasi kepemilikan oleh pemerintah di
(Claessens et al, 2000), sehingga muncul Cina berpengaruh pada keputusan transfer
konflik keagenan antara pemegang saham pricing, dimana perusahaan bersedia
mayoritas dan minoritas. Masalah keagenan mengorbankan penghematan pajak untuk
terjadi antara pemegang saham mayoritas tunneling keuntungan ke perusahaan induk,
dengan pemegang saham minoritas karena Aharony et al (2010) menemukan bahwa
pemegang saham mayoritas dapat tunneling incentive setelah initial pucblic
mengendalikan manajeman. Hal ini offering (IPO) berhubungan dengan
mengakibatkan pemegang saham mayoritas penjualan hubungan istimewa sebelum IPO.
memiliki kendali pada keputusan dari pada Dan Yuniasih et al (2012) mnemukan
pemegang saham minoritas. Pemegang tunneling incentive berpengaruh positif pada
saham mayoritas dapat membuat keputusan keputusan perusahaan untuk melakukan
yang menguntungkan bagi dirinya sendiri transfer pricing.
tanpa mempedulikan adanya kepentingan Hal lainnya yang mempengaruhi
lainnya pada pemegang saham minoritas. Hal keputusan transfer pricing adalah
lain yang membuat konflik keagenan ini mekanisme bonus (bonus plan) pada
adalah lemahnya perlindungan hak-hak perusahaan. Sesuai dengan bonus plan
pemegang saham minoritas, medorong hypotesisi manajer perusahaan dengan bonus
pemegang saham mayoritas untuk tertentu cenderung lebih menyukai untuk
melakukan tunneling yang merugikan menggunakan metode akuntansi yang
pemegang saham minoritas (Claessens, et al menaikkan laba periode berjalan. Pilihan
2002). Contoh tunneling adalah jaminan tesebut diharapkan dapat meningkatkan nilai
pinjaman, menjual produk di bawah harga bonus yang akan diterima.
pasar, manipulasi tingkat pembayaran Beberapa penelitian tentang bonus plan
dividen, memilih anggota keluarganya yang telah dilakukan dan hasilnya menurut (Lo,
tidak memenuhi kualifikasi untuk Wong, & Firth, 2010) bonus berpengaruh
menduduki posisi penting di perusahaan. positif terhadap peningkatan pendapatan
Beberapa penelitian tunneling telah perusahaan yang dilaporkan dengan
dilakukan.bahwa Mutaimmah (2008) meningkatkan laba periode berjalan salah
menemukan bahwa terjadi tunneling oleh satunya dengan praktek transfer pricing.
4
Palestin (2008) juga menganalisis pengaruh Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2015,
bonus terhadap manajemen laba yang alasannya karena praktek transfer pricing
hasilnya menunjukan bonus berpengaruh hanya terjadi pada perusahaan multinasional
positif terhadap manajeman laba. khususnya di bidang manufaktur yang
Selain itu, debt covenant juga memiliki memiliki anak perusahaan di luar negeri.
pengaruh terhadap keputusan perusahaan Penggunaan sampel selama 3 tahun cukup
dalam melakukan transfer pricing. Sesuai untuk menggambarkan tentang kondisi
dengan the debt covenant hypotesis perusahaan manufaktur di indonesia yang
perusahaan yang memiliki rasio hutang melakukan praktek transfer pricing.
tinggi lebih memilik untuk melakukan
kebijakan akuntansi yang membuat laba TINJAUAN PUSTAKA
perusahaan menjadi semakin tinggi. Teory Agency
Kecenderungan perusahaan adalah memilik Teori Agency adalah suatu hubungan antara
prosedur akuntansi dengan laba yang manajemen perusahaan (agen) dan pemegang
dilaporkan dari periode masa depan ke saham (prinsipal). Dalam hubungan
periode masa kini, dan salah satu praktek keagenan (agency relationship) terdapat
perusahaan laba adalah dengan transfer suatu kontrak satu orang atau lebih
pricing. (prinsipal) yang memerintahkan orang lain
Good Corporate Governance menurut (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama
definisinya adalah mengarahkan dan prinsipal dan memberi wewenang kepada
mengendalikan perusahaan agar tercapainya agen untuk membuat keputusan yang terbaik
keseimbangan antara kekuatan dan bagi prinsipal. Pihak prinsipal juga dapat
ewenangan perusahaan. menurut Center For membatasi divergensi kepentingannya
European Policy Study (CEPS) dengan memberikan tingkat insentif yang
mendefinisikan Good Corporate Governance layak kepada agen dan bersedia
sebagai seluruh sistem yang dibentuk mulai mengeluarkan biaya pengawasan
dari hak, proses dan pengendalian baik yang (monitoring cost) untuk mencegah hazard
ada di dalam maupun di luar manajemen dari agen. Namun, sebaliknya teori keagenan
perusahaan dengan catatan hak disini adalah juga dapat mengimplikasikan adanya
hak dari seluruh stakeholder dan tidak dari asimetri informasi. Konflik antar kelompok
satu stakeholder saja. atau agency conflict merupakan konflik yang
Penelitian ini mengunakan sampel timbul antara pemilik, dan manajer
perusahaan manufaktur yang terdaftar pada perusahaan dimana ada kecenderungan
5
manajer lebih mementingkan tujuan individu semua pengeluaran termasuk pengeluaran
daripada tujuan perusahaan. pembangunan.
Teori Akuntansi Positif Tunneling incentive
Watts dan Zimmerman (1986) dalam Istilah "tunneling" pada awalnya digunakan
Saraswati dan Sujana (2017) menyebutkan untuk menggambarkan pengambilalihan
Teori Akuntansi Positif dapat menjelaskan pemegang saham minoritas di Republik
mengapa kebijakan akuntansi menjadi suatu Ceko seperti pemindahan aset melalui
masalah bagi perusahaan dan pihak-pihak sebuah terowongan bawah tanah (tunnel).
yang berkepentingan dengan laporan Struktur Kepemilikan mencerminkan jenis
keuangan, dan untuk memprediksi kebijakan konflik keagenan yang terjadi. Ada 2 macam
akuntansi yang hendak dipilih oleh struktur kepemilikan, yaitu struktur
perusahaan dalam kondisi tertentu. Teori kemilikan tersebar dan struktur kepemilikan
akuntansi positif mengusulkan tiga hipotesis terkonsentrasi (Mutaminah, 2008). Struktur
manajemen laba, yaitu: kepemilikan tersebar mempunyai ciri bahwa
1. Hipotesis program bonus manajemen perusahaan dikontrol oleh
2. Hipotesis perjanjian hutang manajer (La Porta et al., 2000). Manajer
3. Hipotesis biaya politik (Watts dan lebih mengutamakan kepentingannya
Zimmerman, 1986). dibanding kepentingan pemegang saham.
Pajak Mekanisme Bonus
Menurut UU Perpajakan (UU No. 36 Tahun Menurut Irpan dalam (Hartati, 2014),
2008), yang dimaksud dengan pajak adalah: mekanisme bonus direksi dapat diartikan
“Kontribusi wajib kepada negara yang sebagai pemberian imbalan diluar gaji
terutang oleh orang pribadi atau badan yang kepada direksi perusahaan atas hasil kerja
bersifat memaksa berdasarkan undang – yang dilakukan dengan melihat prestasi kerja
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan direki itu sendiri. Prestasi kerja yang
secara langsung dan digunakan untuk dilakukan dapat dinilai dan diukur
keperluan negara bagi sebesar – besarnya berdasarkan suatu penilaian yang telah
kemakmuran rakyat”. ditentukan perusahaan secara objektif.
Pajak mempunyai peranan yang sangat Suryatiningsih et al., (2009) berpendapat
penting dalam kehidupan bernegara, mekanisme bonus direksi adalah komponen
khususnya di dalam pelaksanaan penghitungan besarnya jumlah bonus yang
pembangunan karena pajak merupakan diberikan oleh pemilik perusahaan atau para
sumber pendapatan negara untuk membiayai pemegang saham melalui RUPS kepada
6
anggota direksi yang dianggap mempunyai kualitas audit mencakup beberapa unsur
kinerja baik setiap tahun serta apabila yang ada di dalam Good Corporate
perusahaan memperoleh laba. Governance yaitu, keterbukaan, kejujuran
Debt Covenant dan akuntabilitas.
Debt covenant adalah kontrak yang ditujukan Transfer Pricing
pada peminjam oleh kreditur untuk Menurut Dirjen Pajak, Penetapan harga atas
membatasi aktivitas yang mungkin merusak transaksi penyerahan barang berwujud,
nilai pinjaman dan recovery pinjaman barang tidak berwujud, atau penyediaan jasa
(Cochran, 2001). Debt covenant diproksikan antar pihak yang memiliki hubungan
dengan rasio leverage. Leverage merupakan istimewa (transaksi afiliasi) Menurut
perbandingan total utang terhadap total asset Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
yang dimiliki perusahaan. Rasio tersebut (PSAK) No. 7 Tahun 2010, pihak-pihak
digunakan untuk memberikan gambaran yang mempunyai hubungan istimewa adalah
mengenai struktur modal yang dimiliki bila satu pihak mempunyai kemampuan
perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat untuk mengendalikan pihak lain, atau
risiko tidak tertagihnya suatu utang (Sunarto, mempunyai pengaruh signifikan atas pihak
2002). lain dalam mengambil keputusan. Transaksi
Good Corporate Governance antara pihak-pihak yang mempunyai
Menurut Cadbury dalam Sutedi, (2012:1) hubungan istimewa adalah suatu pengalihan
definisi dari good corporate goverance sumber daya, atau kewajiban antara pihak-
adalah mengarahkan dan mengendalikan pihak yang mempunyai hubungan istimewa,
perusahaan agar tercapai keseimbangan tanpa menghiraukan apakah suatu harga
antara kekuatan dan kewenangan perusahaan. diperhitungkan.
Prinsip-prinsip dalam good corporate Kerangka Pemikiran Teoritis
governance menurut Sutedi adalah: Berdasarkan hasil telaah pustaka mengenai
1. Transparency variabel - variabel yang mempengaruhi
2. Accountability transfer pricing msks kerangka teoritis dari
3. Fairness penelitian ini adalah sebagai berikut :
4. Sustainability Hipotesis penelitian
Pelaku dari Good Corporate Governance Hipotesis 1 : Beban pajak berpengaruh
yang digunakan dalam penelitian ini adalah positif terhadap transfer pricing.
kualitas audit. Pemilihan kualitas audit Hipotesis 2 : Tunneling incentive
didasarkan pada pertimbangan dimana berpengaruh positif terhadap transfer pricing.
7
saham atau efek yang bersifat ekuitas
sebesar 20% atau lebih.
4. Perusahan sedang tidak dalam keadaan
merugi selama periode penelitian .
karena perusahaan yang mengalami
kerugian tidak memiliki kewajiban
Hipotesis 3 : Mekanisme Bonus perpajakan sehingga tidak relevan.
berpengaruh positif terhadap transfer pricing
Hipotesis 4 : Debt covenant berpengaruh HASIL DAN PEMBAHASAN
positif terhadap transfer pricing Deskriptif objek penelitian
Hipotesis 5 : Good corporate governance Data yang disajikan dalam penelitian ini
(GCG) berpengaruh positif terhadap transfer merupakan data sekunder yang berasal dari
pricing. laporan keuangan perusahaan manufaktur
METODE PENELITIAN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Penelitian ini menggunakan data dengan periode tahun 2013 sampai dengan
sekunder, yakni data dari laporan keuangan tahun 2015. Jumlah perusahaan manufaktur
pada tahun 2013 - 2015. Penelitian ini yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dilakukan pada perusahaan manufaktur yang pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2015
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel adalah sebanyak 129 perusahaan. Metode
dalam penelitian ini menggunakan metode penentuan sampel menggunakan teknik
purposive sampling dengan kriteria sebagai purposive sampling dengan kriteria yang
berikut: sudah peneliti tentukan sebelumnya.
1. Penelitian menggunakan perusahaan Sehingga dari 129 perusahaan tersebut
manufaktur yang terdaftar di bursa efek diperoleh sampel sebanyak 34 perusahaan
indonesia pada tahun 2013 – 2015. yang dianggap layak untuk dijadikan objek
2. Data laporan keuangan perusahaan penelitian.
lengkap untuk tahun 2013 – 2015. Statistik deskriptif
3. Perusahaan sampel ditandai oleh
perusahaan asing dengan presentasi
kepemilikan 20% atau lebih. Hal ini
sesuai dengan PSAK No. 15 yang
menyatakan bahwa pemegang saham
pengendali adalah pihak yang memiliki
8
Data pada tabel 4.3 diatas menjelaskan tinggi adalah PT Hanjaya International
bahwa : Sampoerna Tbk yaitu 98,18%, sedangkan
1. Transfer pricing merupakan variabel kepemilikan saham asing paling rendah
terikat dalam penelitian ini. Dari 102 adalah PT Sekar Laut Tbk yaitu 26,78%.
penelitian, statistik deskriptif Rata – rata dari 102 sampel yang diteliti
menunjukkan nilai mean 0,8824 yang kepemilikan saham asing sebesar 62,68%.
artinya bahwa 88% perusahaan sampel 4. Variabel bebas ketiga adalah mekanisme
melakukan transfer pricing. Dengan bonus. Dihitung dengan rasio laba tahun t
perusahaan yang tidak melakukan transfer dibagi laba tahun t-1. Berdasarkan tabel
pricing adalah PT Akasha Wira 4.3 diatas menunjukkan bahwa
International, PT Alkindo Naratama, PT perusahaan sampel yang memiliki
Champion Pasific Indonesia dan PT mekanisme bonus paling rendah adalah -
Pyridam Farma. 0,90%. Perusahaan yang memiliki
2. Beban pajak yang merupakan variabel mekanisme bonus paling tinggi adalah
bebas pertama dalam penelitian ini, 1,87%. Nilai rata – rata yang diperoleh
diukur dengan rasio, yaitu dengan cara dari mekanisme bonus adalah sebesar
menghitung beban pajak dikurangi beban 1,0156%, yang menunjukan rata – rata
pajak tangguhan dibagi dengan laba kena perusahaan sampel memiliki mekanisme
pajak. Pada statistik deskriptif diatas bonus sesesar 1,0156% dari penjualan
menunjukan bahwa perusahaan sampel bersihnya.
memiliki nilai rata – rata 0,4994, dengan 5. Variabel bebas keempat adalah debt
nilai terendah 0,07 pada PT Citra covenant yang merupanakan variabel
Turbindo Tbk pada tahun 2015 dan bebas keempat yang dihitung dengan
dengan nilai tertinggi 6,99 pada PT menggunakan Debt to Equity Ratio (DER)
Indofood Sukses Makmur Tbk pada tahun yaitu dengan membandingkan total
2013. hutang dengan modal saham. Hasil pada
3. Variabel bebas yang kedua adalah tabel 4.3 menunjukkan rata – rata
tunneing incentive. Perhitungan dari perusahaan sampel memiliki rasio DER
tunneling incentive diproksikan dengan sebesar 15,83%. Dengan rasio terendah
presentase kepemilikan saham diatas 25% 0,30% dan rasio tertinggi ada pada
(dua puluh lima persen). Pada tabel 4.3 142,89%..
menunjukan perusahaan sampel yang 6. Variabel bebas yang terakhir adalah good
memiliki kepemilikan saham asing paling corporate governance (GCG) yang diukur
9
dengan berdasarkan auditor yang lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima. Hal
mengaudit laporan keuangan dari ini berarti model regresi layak untuk dipakai
perusahaan sampel. Apabila laporan untuk analisis selanjutnya, karena tidak ada
keuangan diaudit oleh KAP The Big Ten perbedaan yang nyata antara model dengan
maka akan diberi nilai 1 (satu), dan data.
apabila tidak diaudit oleh KAP The Big Matrik Klasifikasi
Ten maka diberi nilai 0 (nol). Hasil pada Tabel 4.6
Matrik Klasifikasi
statistik deskriptif pada tabel 4.3
Classification Tablea
Predicted
menunjukkan bahwa 84% dari total TRANSFER PRICING
TIDAK Percentage
perusahaan sampel laporan keuangannya Ste
Observed
TRANSF TIDAK
ADA
8
ADA
4
Correct
66,7
p1 ER ADA
diaudit oleh KAP The Big Ten. PRICING ADA 1 89 98,9
Overall Percentage 95,1
a. The cut value is ,500
Hasil uji kelayakan model regresi dengan Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017
perbandingan -2Log Likelihood Pada tabel diatas menunjukkan bahwa
Tabel 4.4
tingkat prediksi 98,9% perusahaan
Hasil perbandingan -2log likelihood
-2log likelihood
melakukan transfer pricing dan yang tidak
Block 0 konstanta 73,891
Block 1 Konstanta + 31,909 melakukan transfer pricing 66,7%. Secara
variabel keseluruhan model dengan variabel pajak,
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017
tunneling incentive, mekanisme bonus, debt
Tabel diatas menunjukan dimana pada block
covenant dan good corporate governance
number = 0 angka -2LL adalah 73,891
(GCG) secara statistik dapat diprediksi
sedangkan pada block number = 1 turun
sebesar 95,1%.
menjadi 31,909. Penurunan ini
Kesimpulan dari tabel 4.6 adalah
menunjukkan bahwa model fit dengan data
bahwa kemampuan prediksi dari model
sehingga H0 diterima karena terjadi
regresi kemungkinan perusahaan sampel
penurunan regresi.
melakukan transfer pricing sebesar 98,9%
Hasil Hosmer And Lemeshow’s Goodness
dari 90 sampel penelitian yang diprediksi
Of Fit Test
akan melakukan transfer pricing. Dan
Tabel 4.5
Hosmer and Lemeshow Test terdapat 8 sampel penelitian yang diprediksi
Chi-
Step square df Sig. tidak melakukan transfer pricing dari jumlah
1 15,280 8 ,054
sampel sebanyak 12 penelitian.
Sumber : data sekunder yang diolah, 2017
Tabel 4.5 menunjukkan nilai signifikansi
yang diperoleh adalah 0,054 yang artinya

10
Koefisien Determinasi pajak sebesar 1,046, tunneling incentive
Tabel 4.7 sebesar 1,113, mekanisme bonus sebesar
Koefisien determinasi
Model Summary 1,017, debt covenant sebesar 1,141, GCG
-2 Log Cox & Snell R Nagelkerke
sebesar 1,067. Dimana jika nilai tolerance
Step likelihood Square R Square
diatas 0,1 dan nilai VIF dibawah 10
1 31,909a ,337 ,655
a. Estimation terminated at iteration number 12 menyatakan bahwa model regresi bebas dari
because parameter estimates changed by less multikolinearitas. Dan berdasarkan tabel 4.8
than ,001.
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017 diatas nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan
Tabel 4.7 menunjukkan nilai Nagelkerke R nilai VIF lebih kecil dari 10, maka model
square dari hasil pengolahan data dengan regresi ini bebas dari masalah
menggunakan SPSS V.19 yang menunjukkan multikolinearitas.
hasil sebesar 0,655 yang berarti variabel Analisis Regresi Logistik
terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel Tabel 4.9
Analisis Regresi Logistik
bebas adalah 65,5% sedangkan sisanya Variables in the Equation
Wal Sig
B S.E. d df . Exp(B)
sebesar 33,7% dijelaskan oleh variabel lain Ste X1 - 1,6 4,85 1 ,02 ,028
p 3,578 23 8 8
diluar penelitian ini. 1a X2 -,036 ,02 1,85 1 ,17 ,965
6 6 3
Uji Multikolinearitas X3 ,423 ,88 ,228 1 ,63 1,526
5 3
Tabel 4.8 X4 1,650 ,74 4,94 1 ,02 5,206
Hasil uji multikolinearitas 2 3 6
Coefficientsa X5 3,480 1,3 6,84 1 ,00 32,465
31 0 9
Const ,173 2,4 ,005 1 ,94 1,189
Collinearity Statistics ant 77 4
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui
PAJAK ,956 1,046 persamaan regresi logistik:
TUNNELING ,898 1,113
INCENTIVE Y=
MEKANISME BONUS ,984 1,017
DEBT COVENANT ,877 1,141
0,173-3,578X1+
GCG ,937 1,067 0,036X2+0,423X3+1,650X4+3,480X5+e
a. Dependent Variable: TRANSFER PRICING
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017
Berdasarkan persamaan regresi diatas,

Pada tabel 4.8 terlihat nilai tolerance dijelaskan bahwa :

masing- masing variabel adalah pajak 1. Koefisien regresi variabel X1 atau pajak

sebesar 0,946, tunneling incentive sebesar adalah sebesar 3,578 yang bertanda

0,898, mekanisme bonus sebesar 0,984, debt negatif menunjukan bahwa setiap

covenant sebesar 0,877, dan GCG sebesar kenaikan variabel pajak perusahaan, maka

0,937. Sedangkan nilai VIF pada variabel keputusan transfer pricing akan
11
mengalami penurunan. dengan asumsi 4. Koefisien regresi variavel X4 atau debt
variabel tunneling incentive, mekanisme covenant sebesar 1,650 yang bertanda
bonus, debt covenant, dan good corporate positif, menunjukkan bahwa setiap
governance (GCG) tidak mengalami kenaikan debt covenant yang dihitung
peruabahan. Dengan nilai signifikansi menggunakan DER (Debt to Equity Ratio)
sebesar 0,028. maka keputusan perusahaan melakukan
2. Koefisien regresi variabel X2 atau transfer pricing akan mengalami
tunneling incentive sebesar 0,036 yang peningkatan selama variabel pajak,
bertanda negatif menunjukkan bahwa tunneling incentive, mekanisme bonus,
setiap kenaikan tunneling incentive yang dan good corporate governance (GCG)
diukur berdasarkan persentase tidak mengalami perubahan. Dengan nilai
kepemilikan saham asing, maka akan signifikansi sebesar 0,026.
memberi dampak negatif terhadap 5. Koefisien regresi variabel X5 atau good
keputusan untuk melakukan transfer corporate governance (GCG) sebesar
pricing. Dengan asumsi variabel pajak, 3,480 yang bertanda positif menunjukkan
mekanisme bonus, debt covenant, dan bahwa setiap kenaikan good corporate
good corporate governance (GCG) tidak governance (GCG) yang diukur dengan
mengalami perubahan. Dengan nilai variabel dummy dengan auditor KAP The
signifikansi sebesar 0,173. Big Ten diberi angka 1 (satu) dan auditor
3. Koefisien regresi variabel X3 atau bukan KAP The Big Ten diberi angka 0
mekanisme bonus sebesar 0,423 yang (nol) maka keputusan perusahaan
bertanda positif yang menunjukkan bahwa melakukan transfer pricing akan
setiap kenaikan mekanisme bonus yang mengalami peningkatan selama variabel
dihitung berdasarkan persentase pajak, tunneling incentive, mekanisme
pencapaian laba bersih tahun t terhadap bonus, dan debt covenant tidak
tahun t-1, maka keputusan perusahaan mengalami perubahan. Dengan nilai
melakukan transfer pricing akan signifikansi sebesar 0,009.
mengalami peningkatan sebesar 42,3%. Pembahasan
dengan asumsi variabel tunneling Pengaruh Pajak Terhadap Transfer
incentive, pajak, debt covenant, dan good Pricing
corporate governance (GCG) tidak Beban pajak diukur dengan menggunakan
mengalami perubahan. Dengan nilai rasio yaitu beban pajak dikurangi beban
signifikansi sebesar 0,633. pajak tangguhan dibagi laba kena pajak
12
memiliki koefisien 3,578 yang bertanda fiskal seharusnya memperhatikan prinsip
negatif dengan nilai signifikansi sebesar kewajaran dan kelaziman usaha, dan
0,028 yang berarti Ha ditolak. Yang berarti hubungan istimewa yang diatur dalam
setiap satu persen kenaikan beban pajak akan undang-undang PPh sebagai instrumen untuk
menurunkan hasil transfer pricing dengan mencegah praktik penghindaran pajak.
exp 0,028. Maka hipotesis awal yang Pengaruh Tunneling Inccentive Terhadap
menyatakan bahwa pajak berpengaruh Transfer Pricing
terhadap transfer pricing ditolak, karena hasil Variabel tunneling incentive diukur dengan
penelitian menunjukan bahwa pajak persentase kepemilikan saham pada tabel 4.9
perpengaruh negatif terhadap transfer koefisien 0,36 bertanda negatif dengan nilai
pricing. signifikansi sebesar 0,173 yang berarti Ha
Penelitian ini tidak mendukung penelitian ditolak karena nilai signifikansi lebih besar
yang dilakukan oleh Yuniasih (2010) yang dari 0,05. Maka hipotesis awal yang
menyatakan bahwa beban pajak berpengaruh menyatakan tunneling incentive berpengaruh
positif terhadap transfer pricing. Perbedaan positif terhadap transfer pricing ditolak,
hasil penelitian ini dengan penelitian yang karena hasil penelitian ini menunjukkan
dilakukan yuniasih (2010) kemungkinan bahwa tunneling incentive berpengaruh
karena perbedaan sampel yang diambil. negatif terhadap transfer pricing.
Penelitian ini sama-sama menggunakan Hasil penelitian ini tidak mendukung teori
sampel perusahaan manufaktur namun akuntansi positif yang menjelaskan bahwa
periode yang diambil berbeda pada Yuniasih didalam teori akuntansi positif mengusulkan
(2010) menggunakan periode 2008 – 2010 tiga hipotesis manajemen laba, diantaranya
sedangkan dalam penelitian ini yaitu:
menggunakan periode 2013 – 2015 dimana 1. Hipotesis Program Bonus
terjadi perbedaan pada perhitungan pph 2. Hipotesis Perjanjian Hutang
badan. 3. Hipotesis Biaya Politik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Penelitian ini tidak mendukung penelitian
Marfuah, 2014 dimana dalam pengujian yang dilakukan oleh Yuniasih (2010) yang
hipotesisnya pajak berpengaruh negatif dan menyatakan tunneling incentive berpengaruh
signifikan terhadap transfer pricing. Bahwa terhadap transfer pricing. Namun Hasil
secara subyektif otoritas fiskal memandang penelitian ini mendukung penelitian yang
tujuan transfer pricing adalah untuk dilakukan oleh Nugraha (2016) yang
menghindari pajak, Harimurti, 2007. Otoritas menyatakan tunneling incentive tidak
13
berpengaruh terhadap transfer pricing. mereka bergantung pada bonus yang
Transaksi pihak terkait lebih umum dilaporkan pada pendapatan bersih, maka
digunakan untuk tujuan transfer kekayaan kemungkinan mereka bisa meningkatkan
daripada pembayaran deviden karena bonus mereka pada periode tersebut dengan
perusahaan yang terdaftar harus melaporkan pendapatan bersih setinggi
mendistribusikan deviden kepada perusahaan mungkin.
induk dan pemegang saham minoritas Teori keagenan tidak sesuai untuk hasil
lainnya. Kondisi yang unik dimana penelitian ini, karena didalam teori keagenan
kepemilikan saham pada perusahaan Go telah dijelaskan hubungan antara manajemen
public di Indonesia cenderung terkonsentrasi perusahaan (agen) dan pemegang saham
sehingga ada kecenderungan pemegang (prinsipal). Dalam hubungan keagenan
saham mayoritas untuk melakukan tunneling. (agency relationship) terdapat suatu kontrak
Pengaruh Mekanisme Bonus Terhadap satu orang atau lebih (prinsipal) yang
Transfer Pricing memerintahkan orang lain (agen) untuk
Mekanisme bonus dalam penelitian ini melakukan suatu jasa atas nama prinsipal dan
diukur berdasarkan persentase dengan memberi wewenang kepada agen untuk
membandingkan laba bersih tahun t terhadap membuat keputusan yang terbaik bagi
laba bersih tahun t-1 yang memiliki koefisien prinsipal.
sebesar 0,423 dengan nilai signifikansi Penelitian ini tidak mendukung penelitian
sebesar 0,633 yang artinya Ha ditolak. Maka yang dilakukan oleh Hartati (2014) yang
hipotesis awal yang menyatakan mekanisme menyatakan mekanisme bonus pajak
bonus berpengaruh positif terhadap transfer berpengaruh terhadap transfer pricing.
pricing ditolak, karena dalam penelitian ini Karena dalam memberikan bonus kepada
variabel mekanisme bonus menunjukkan direksi, pemilik perusahaan tentu pemilik
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. perusahaan tentu akan melihat kinerja para
Hasil penelitian ini mendukung teori direki dalam mengelola perusahaannya.
akuntansi positif yang menjelaskan para Dalam hal ini, pemilik perusahaan akan
manajer perusahaan dengan rencana bonus melihat laba perusahaan yang dihasilkan
cenderung untuk memilih prosedur akuntansi secara keseluruhan sebagai penilaian untuk
dengan perubahan laba yang dilaporkan dari kinerja para direksinya.
periode masa depan ke periode masa kini.
Para manajer menginginkan imbalan yang
tinggi dalam setiap periode. Jika imbalan
14
Pengaruh Debt Covenant Terhadap bahwa pemberi pinjaman harus bertemu
Transfer Pricing selama masa perjanjian.
Hasil pengujian variabel debt covenant Penelitian ini selaras dengan (Kalay, 1982)
pada tabel 4.9 dikur dengan Debt To Equity yang menyatakan rasio hutang atau ekuitas
Ratio (DER) yaitu dengan membandingkan makin dekat perusahaan dengan batas
total hutang dengan modal saham yang perjanjian atau peraturan kredit. Makin tinggi
memiliki koefisien sebesar 1,650 dengan batasan kredit makin besar kemungkinan
nilai signifikansi sebesar 0,026 yang artinya penyimpangan perjanjian kredit dan
Ha diterima karena nilai signifikansinya pengeluaran biaya. Manajer akan memiliki
lebih kecil dari 0,05. Variabel debt covenant metode akuntansi yang dapat menaikkan laba
menunjukkan nilai signifikansi sebesar 1,650 sehingga dapat mengendurkan batasan kredit
yang artinya setiap satu persen kenaikan debt dan mengurangi biaya kesalahan teknis.
covenant maka akan menurunkan hasil Pengaruh good corporate governance
transfer pricing sebesar 1,650. Maka (GCG) Terhadap Transfer Pricing
hipotesis awal yang menyatakan debt Hasil pengujian variabel good corporate
covenant berpengaruh positif terhadap governance (GCG) pada tabel 4.9 yang
transfer pricing diterima. diukur dengan menggunakan variabel dummy,
Hasil penelitian ini mendukung teori good corporate governance (GCG)
akuntansi positif yang mengusulkan diproksikan dengan laporan keuangan yang
hipotesis perjanjian hutang bahwa Hipotesis diaudit oleh KAP The Big Ten diberi nilai 1
ini semua hal lain dalam keadaan tetap, (satu) dan apabila laporan keuangan tidak
makin dekat suatu perusahaan terhadap diaudit oleh KAP The Big Ten diberi nolai 0
pelanggaran pada akuntansi yang didasarkan (nol). Variabel good corporate governance
pada kesepakatan utang, maka (GCG) memiliki nilai koefisien 3,480
kecenderungannya adalah semakin besar dengan nilai signifikansi 0,009 yang artinya
kemungkinan manajer perusahaan memilih Ha diterima. Variabel good corporate
prosedur akuntansi dengan perubahan laba governance (GCG) menunjukkan nilai
yang dilaporkan dari periode masa depan ke signifikansi sebesar 3,480 yang artinya setiap
periode masa kini. Alasannya adalah laba kenaikan good corporate governance (GCG)
yang dilaporkan yang makin meningkat akan maka akan memnurunkan hasil transfer
menurunkan kelalaian teknis. Sebagian besar pricing sebesar 3,480. Maka hipotesis awal
dari perjanjian hutang berisi kesepakatan yang menunjukkan variabel good corporate

15
governance berpengaruh positif terhadap 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
transfer pricing diterima. variabel pajak terbukti tidak berpengaruh
Hasil penelitian ini tidak mendukung positif terhadap transfer pricing
penelitian Noviastika (2014) yang dikarenakan nilai koefisien bertanda
menyatakan good corporate governance negatif 3,578 dengan nilai signifikansi
(GCG) tidak berpengaruh signifikan terhadap sebesar 0,028. Maka hipotesis awal yang
indikasi perusahaan melakukan transfer menyatakan pajak berpengaruh positif
pricing. Karena kualitas audit tidak terhadap transfer pricing ditolak.
sertamerta menjadi petokan bahwa Penelitian ini membuktikan bahwa setiap
perusahaan tersebut tidak melakukan kenaikan pajak justru akan menurunkan
transfer pricing. Pada laporan audit yang nilai transfer pricing.
dijelaskan dalam gambaran umum 2. Variabel tunneling incentive dalam
perusahaan, bahwa perusahaan yang penelitian ini menunjukkan nilai koefisien
melakukan trasfer pricing menerapkan bertanda negatif 0,036 dan signifikansi
PSAK 7 (Revisi 2010) yaitu “Pengungkapan lebih besar dari 0,05. Maka hipotesis awal
Pihak-Pihak Berelasi” dimana seluruh yang menyatakan tunneling incentive
transaksi yang signifikan dengan pihak-pihak berpengaruh positif terhadap transfer
berelasi telah diungkapkan dalam laporan pricing ditolak. Penelitian ini
keuangan. membuktikan bahwa setiap kenaikan
tunneling incentive maka transfer pricing
PENUTUP akan mengalami penurunan.
Kesimpulan 3. Variabel mekanisme bonus dalam
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara penelitian ini menunjukkan nilai koefisien
empiris pengaruh pajak, tunneling incentive, sebesar 0,423 dengan nilai signifikansi
mekanisme bonus, debt covenant dan good sebesar 0,633. Maka hipotesis awal yang
corporate governance (GCG) terhadap menyatakan mekanisme bonus
transfer pricing pada perusahaan manufaktur berpengaruh positif terhadap transfer
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pricing ditolak. Hal itu disebabkan oleh
pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2015. nilai signifikansi variabel mekanisme
Berdasarkan hasil dari analisis data dan bonus yang lebih besar dari 0,05.
pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan 4. Variabel debt covenant dalam penelitian
sebagai berikut : ini menunjukkan nilai koefisien sebesar
1,650 dan nilai signifikansi sebesar 0,026.
16
Dengan demikian hipotesis awal yang dan signifikan terhadap transfer pricing yaitu
menyatakan debt covenant berpengaruh debt covenant dan good corporate
postif terhadap transfer pricing diterima. governance (GCG). Bagi peneliti yang
Hal tersebut dikarenakan nilai koefisien tertarik melakukan penelitian di bidang yang
bertanda postif 1,650 dan nilai sama dapat mencoba menganalis kembali
signifikansi lebih kecil dari 0,05. pengaruh debt covenant dan good corporate
5. Variabel good corporate governance governance (GCG) terhadap transfer pricing
(GCG) dalam penelitian ini menunjukkan dengan menambah variabel bebas lainnya
nilai koefisien 3,480 dengan nilai sehingga penelitian dapat memberikan
signifikansi 0,009. Dengan demikian penelitian yang lebih baik lagi. Dan
hipostesis awal yang menyatakan good diharapkan penelitian selanjutnya dapat
corporate governance (GCG) menggunakan indikator lain untuk mengukur
berpengaruh positif terhadap transfer transfer pricing.
pricing diterima. Hal tersebut dikarenakan
nilai koefisien bertanda postif 3,480 Otoritas Fiskal
dengan nilai signifikan lebih kecil dari Berdasarkan penelitian ini peneliti sarankan
0,05. kepada otoritas fiskal supaya memperjelas isi
dan peraturan tentang transfer pricing, serta
Keterbatasan Penelitian memberikan arahan atau sosialisasi kepada
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu wajib pajak mengenai transfer pricing. Dan
bahwa variabel bebas yang digunakan dalam mengatur peraturan mengenai keterbukaan
penelitian ini hanya mempunyai pengaruh informasi keuangan agar laporan yang ada
pada variabel terikatnya sebesar 65,5% pada khalayak publik bersifat transparasi
sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel agar tidak ada penyalahgunaan transaksi
lain diluar penelitian ini. Serta proksi yang transfer pricing yang menyebabkan kerugian
digunakan dalam mengukur transfer pricing pada negara.
hanya bersifat dikotomi.
DAFTAR PUSTAKA
Saran
Kurniawan, Anang Mury, 2015. Transfer
Teoritis Pricing untuk Kepentingan Perpajakan.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah
disimpulkan maka diketahui dari kelima Santoso, Singgih, 2017. Statistik
Multivariate dengan SPSS. Jakarta:
variavel bebas pada penelitian ini, terbukti
Elex Media Computindo.
ada dua variabel yang berpengaruh positif
17
Marfuah, Andri Puren N.A, 2017. Pengaruh dan Tunneling Incentive pada Indikasi
Pajak, Tunneling Incentive dan Melakukan Transfer Pricing, Jurnal
Exchange Rate pada Keputusan Akuntansi, Universitas Udayana.
Transfer Pricing Perusahaan, Jurnal
Universitas Islam Indonesia. Ghozali, Imam, 2006. Analisis Multivariate
Lanjutan Dengan Program SPSS.
Hartati, Winda., Desmiyawati, dan Nur Semarang:Universitas Diponegoro.
Azlina, 2012. Analisis Pengaruh Pajak
Dan Mekanisme Bonus Terhadap Gusnardi. 2009. Penetapan Harga Transfer
Transfer Pricing, Jurnal Dalam Kajian Perpajakan. Pekbis
SNA.Universitas Mataran. Lombok. Jurnal. Vol. 1.No. 1. Universitas Riau.
Pekanbaru.
Yuniasih, Wayan, Ni, Ni Ketut Rasmini dan
Made Gede Wirakusuma, 2012. Annisa, Nuralifmida Ayu., dan Kurniasih,
Pengaruh Pajak Dan Tunneling Lulus. 2012. Pengaruh Corporate
Incentive Pada Keputusan Transfer GovernanceTerhadap Tax Avoidance,
Pricing Perusahaan Manufaktur Yang Jurnal Akuntansi & Auditing, Vol 8
Listing Di Bursa Efek Indonesia. No.2 Hlm 95-189.
Jurnal Universitas Udayana.
Claesens, S, D. Simeon, H.P.L Larry. 2000.
Nugraha, A.K, 2016. Analisis Pengaruh The Separation of Ownership and
Beban Pajak, Tunneling Incentive, dan Control in East Asia, Journal of
Mekanisme Bonus Terhadap Transfer Financial Economics. 81-112.
Pricing Perusahaan Multinasional
Yang Listing di Bursa Efek Indonesia, Claesens, S, D. Simeon, H.P.L Larry, 2002.
Skripsi, Universitas Negeri Semarang. Expropriation of Minority Shareholder
in East Asia, The Journal of Financial
Alimuddin, Nafisah, A., Abdul, S. n.d.
Motive in the Decision of Transfer Jensen, M. and W.H. Meckling, 1976.
Pricing. Jurnal. Universitas Hasanudin. Theory of the Firm: Magerial Behavior,
Agency Cost and Ownership Structure,
Novastika, Yuniadi, Suhartini. 2014. Journal of Financial Economics 3.
Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive, 305- 360.
Dan Good Corporate Governance
(GCG) Terhadap Indikasi Melakukan Judisseno, K, Rimsky. 2005. Pajak dan
Transfer Pricing Pada Perusahaan Strategi Bisnis: Suatu Tinjauan tentang
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Kepastian Hukum dan Penerapan
Efek Indonesia (Studi Pada Bursa Efek Akuntansi di Indonesia. Jakarta: PT
Indonesia Yang Berkaitan Dengan Gramedia Pustaka Utama.
Perusahaan Asing), Jurnal Universitas
Brawijaya. Mutaminah, 2008. Tunneling atau Value
Added dalam Strategi Merger dan
Chan, C., Steven.P.L., Terance.J., 2004. Akuisisi di Indonesia, Manajemen &
Effect of Exchange Rates on Bisnis. Vol. 7, No. 1.
International Transfer Pricing.
Jurnal.Colorado Zhuang, J., E. David, W. David, M.A.C.
Virginita, 2000. Corporate Governace
Saraswati, G.A.R.S., I.K. Sujana. 2017. and Finance in East Asia- A Study of
Pengaruh Pajak, Mekanisme Bonus, Indonesia, Republic of Korea,
18
Malaysia, Philippines and Thailand.
Asia Development Bank. Manila.

http://agoezzt.blogspot.co.id/2016/07/big-
accounting-firms-in-indonesian.html?m=1
diakses pada tanggal 16 Agustus 2017.
idx.go.id

www.sahamok.com diakses tanggal 26 Juli


2017

19

Anda mungkin juga menyukai