Anda di halaman 1dari 15

DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR

RANCANGAN PEDOMAN

Penilaian Kinerja Operasi dan Pemeliharaan


(Sungai, Pantai, Lahar, dan Sedimen)

Oktober 2015

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAAN RAKYAT


DIR E KTOR AT JE N DER A L S UM B E R DAYA AIR
D I R E K T O R A T B I N A O P E R A S I D A N P E M E L I H A R A A N
SUBDIREKTORAT OPERASI DAN PEMELIHARAAN SUNGAI DAN PANTAI
J l . P a tti m u r a N o . 2 0 G e d u n g S D A L t . 5 K e b a y o r a n B a r u J a k a r t a S e l a t a n 1 2 1 1 0 T e l p . 0 2 1 - 7 3 9 5 5 0 0
–2–
Daftar Isi

Bagian 1 Lingkup Pedoman........................................................................4

Bagian 2 Dasar Hukum..............................................................................4

Bagian 3 Penjelasan Umum Penilaian Kinerja................................................5

Bagian 4 Pelaksana Penilaian Kinerja...........................................................5

Bagian 5 Indikator Penilaian Kinerja............................................................5

Bagian 6 Tata Cara Penilaian Kinerja.........................................................11

Bagian 7 Pelaporan.................................................................................13

–3–
Pengantar

Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan (OP) memegang peran penting dalam rangka
mendukung terwujudnya kemanfaatan prasarana sumber daya air (SDA) yang
berkelanjutan. Pun dalam rangka penanganan darurat akibat bencana yang akhir-
akhir ini semakin sering terjadi, seperti kejadian banjir, kekeringan, tanah
longsor, abrasi pantai, dan banjir lahar sedimen. Kegiatan OP yang dilaksanakan
dengan baik tentu dapat mengantisipasi dan meminimalkan dampak dari kejadian
tersebut. Oleh karena itu, penting bagi keberlangsungan kegiatan OP untuk
dipantau dan dievaluasi.

Pelaksanaan evaluasi dilakukan terhadap kemampuan organisasi pelaksana dalam


mengelola dana OP, mengendalikan kegiatan OP sesuai rencana, dan menilai
tingkat kepuasan masyarakat yang berhak memperoleh layanan. Hasil evaluasi
dapat digunakan oleh pimpinan organisasi dalam menilai dan mengupayakan
peningkatan kinerja bagi unit pelaksana OP yang dipimpinnya. Bagi negara,
evaluasi ini bermanfaat dalam hal peningkatan ke-efektif-an penggunaan APBN.
Seperti yang telah disampaikan dalam Pedoman OP SDA, efektivitas pelaksanaan
OP SDA akan berpengaruh langsung terhadap hasil penerimaan Biaya Jasa
Pengelolaan (BJP) SDA yang lebih baik. Penerimaaan BJP SDA yang lebih baik
berarti merupakan penguatan kemampuan pendanaan OP setidaknya dapat
mencegah terjadinya kenaikan tarif BJP SDA, serta meringankan penggunaan
dana APBN untuk menutup biaya perbaikan preventif dan rehabilitatif sebagai
kewajiban pemerintah (government obligation). Dengan kemampuan penyediaan
dana yang meningkat berarti ketepatan jadwal pelaksanaan pemeliharaan rutin
serta peningkatan kemampuan mobilitas inspeksi prasarana SDA akan semakin
membaik.

–4–
Bagian 1 Lingkup Pedoman

Pedoman Penilaian Kinerja OP (Sungai, Pantai, Lahar, dan Sedimen) ini


merupakan pedoman umum bagi unit pelaksana OP yang berkepentingan, untuk
melaksanaan kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil kerja organisasi.

Lingkup pembahasan pedoman ini mencakup:

a) Dasar Hukum
b) Istilah dan definisi
c) Penjelasan Umum Penilaian Kinerja
d) Pelaksana Penilaian Kinerja
e) Tata Cara Penilaian Kinerja
f) Tindak Lanjut Penilaian Kinerja

Bagian 2 Dasar Hukum

Dasar hukum yang dgunakan dalam penyusunan pedoman ini adalah:

1. Undang-undang 11 tahun 1974 tentang Pengairan.


2. Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 1991 tentang Sungai.
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1/PRT/M/2008 tentang Operasi
dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum.
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah
Sungai.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 2/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Departemen Pekerjaan Umum yang
merupakan kewenangan pemerintah dan dilaksanakan sendiri.
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
06/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Sumber Air dan
Bangunan Pengairan.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
09/PRT/M/2015 tentang Penggunaan Sumber Daya Air.
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
13/PRT/M/2015 tentang Penanggulangan Darurat Bencana Akibat Daya
Rusak Air.

–5–
Bagian 3 Penjelasan Umum Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja adalah kegiatan evaluasi yang dilaksanakan menerus dari tahun
ke tahun di dalam unit pelaksana OP, dengan tujuan sebagai berikut:
1. Sebagai instrumen pertanggungjawaban dalam penggunaan dana dan
anggaran OP.
2. Sebagai instrumen kendali kontrol bagi Direktorat Pembina terkait dana
dan anggaran OP yang telah diserahkan kepada Unit Pelaksana OP.
3. Sebagai instrumen evaluasi bagi unit pelaksana OP agar tercipta kinerja
yang semakin baik dari tahun ke tahun.
4. Sebagai instrumen penilai sejauhmana unit OP telah berhasil menyediakan
layanan yang semakin baik bagi masyarakat.

Penilaian kinerja dilakukan dengan metode pelaporan per periodik tertentu. Isi
laporan memuat informasi pencapaian tujuan dan sasaran strategis OP SDA,
pencapaian indikator kinerja yang telah ditetapkan, penjelasan yang memadai
atas pencapaian kinerja atau kegagalan.

Bagian 4 Pelaksana Penilaian Kinerja

Pelaksana kegiatan penilaian kinerja adalah Kepala Unit Pelaksana OP yang


kemudian diteruskan kepada Kepala Balai untuk disampaikan kepada Direktorat
Pembina.

Bagian 5 Indikator Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja harus didasarkan pada hasil pemantauan terhadap beberapa


indikator yang relevan dengan tujuan OP SDA. Indikator yang relevan disusun
dengan tujuan mudah terukur melalui beberapa parameter yang jelas dan mudah
dimengerti baik oleh semua lini di dalam unit organisasi OP maupun masyarakat
luas. Pemantauan dan evaluasi keefektifan pelaksanaan OP SDA mencakup
beberapa faktor sebagaimana tersebut di dalam tabel yang telah diamanatkan
dalam Pedoman OP SDA berikut.

–6–
Tabel 1 Parameter Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan OP SDA

No Parameter Penilaian Sub Parameter Penilaian Kinerja


Kinerja
1 Kapasitas organisasi  Kualitas dan kuantitas SDM.
 Ketersediaan pedoman pelaksanaan kerja.
 Ketersediaan peta, data, dan informasi.
 Ketersediaan bangunan pengatur dan
pengendali aliran.
 Ketersediaan peralatan pemeliharaan.
 Ketersediaan peralatan pemantauan.
 Ketersediaan peralatan komunikasi dan
mobilisasi.
 Tertundanya pemeliharaan rutin.
2 Kemacetan atau  Besarnya beban kebutuhan pemeliharaan
tertundanya pelaksanaan korektif yang belum tertangani.
pemeliharaan korektif  Efektivitas pelaksanaan pekerjaan
pemeliharaan preventif.
 Magnituda kerusakan prasarana OP SDA.
3 Resiko kerugian yang  Total nilai kerugian prasarana SDA akibat
timbul bencana.
 Total nilai kerugian masyarakat sekitar
prasarana SDA akibat bencana.
4 Penggunaan sumber  Tingkat efisiensi pelaksanaan pekerjaan OP.
daya  Tingkat efisiensi penggunaan peralatan kerja.
5 Pengendalian barang  Kedisiplinan dalam pembuatan laporan bulanan
sediaan (stok bahan, tentang stok barang dan suku cadang peralatan
suku cadang peralatan) dan sarana kerja.
 Laporan rekonsiliasi bulanan tentang neraca
penggunaan barang dan suku cadang peralatan
dan sarana kerja.
6 Dinamika perkembangan  Korelasi besarnya curah hujan dengan elevasi
kondisi lingkungan permukaan air.
terkait SDA  Intensitas terjadinya protes masyarakat.

–7–
Masing-masing parameter penilaian kinerja yang terdapat pada Tabel 1 diuraikan
di bawah ini.

1. Kapasitas Organisasi
Parameter kapasitas organisasi dapat dinilai dari beberapa indikator yaitu:

a. Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Manusia


Kualitas SDM dinilai berdasarkan kesesuaian tingkat pendidikan dan
sertifikat keahlian, serta kinerja yang mumpuni terhadap jabatan
yang telah diberikan. Sedangkan kuantitas SDM berkaitan dengan
kecukupan SDM dibanding dengan posisi yang dibutuhkan. Rentang
penilaian indikator ini antara 0 sampai 100, bergantung kebijakan
Kepala Unit Pelaksana OP.

b. Ketersediaan pedoman pelaksanaan kerja.


Pedoman pelaksanaan kerja seharusnya dimiliki oleh setiap unit
pelaksana OP di setiap awal tahun anggaran. Apabila tidak ada
pedoman pelaksanaan kerja, maka indikator ini diberi nilai 0.
Apabila ada pedoman pelaksanaan kerja dan mumpuni diberi nilai
sempurna yaitu 100. Apabila ada pedoman pelaksanaan kerja
namun kualitasnya tidak mumpuni, maka diberi nilai sesuai
kebijakan Kepala Unit Pelaksana OP.

c. Ketersediaan peta, data, dan informasi.


Arsip data merupakan hal penting yang harus dimiliki setiap unit
pelaksana OP. Oleh karenanya, apabila dalam suatu unit pelaksana
OP setiap prasarana sungai, pantai, lahar, dan sedimen memiliki
arsip data yang lengkap dan mumpuni, maka indikator ini diberi
nilai 100. Namun apabila arsip data yang dimiliki tidak lengkap,
maka Kepala Unit Pelaksana OP wajib memberi nilai sesuai
prosentase kelengkapannya.

d. Ketersediaan bangunan pengatur dan pengendali aliran.


Apabila masih banyak lokasi yang membutuhkan bangunan
pengatur dan pengendali aliran, maka indikator ini dinilai
berdasarkan prosentase antara ketersediaan bangunan dan
kebutuhan lapangan.

e. Ketersediaan peralatan pemeliharaan.


Bagi unit pelaksana OP, ketersediaan peralatan pemeliharaan
mutlak diperlukan. Penilaian didasarkan pada kualitas dan
kuantitasnya. Apabila kondisi fisik fungsi peralatan memadai, maka
indikator ini dinilai 80 – 90. Nilai 100 hanya untuk peralatan baru.
Apabila suatu unit pelaksana OP sama sekali tidak memiliki
peralatan pemeliharaan, maka nilai indikator ini adalah 0.

f. Ketersediaan peralatan pemantauan.


Ketersediaan peralatan pemantauan mutlak diperlukan bagi unit
pelaksana OP. Penilaian didasarkan pada kualitas dan kuantitasnya.
Apabila kondisi fisik fungsi peralatan memadai, maka indikator ini

–8–
dinilai 80 – 90. Nilai 100 hanya untuk peralatan baru. Apabila suatu
unit pelaksana OP sama sekali tidak memiliki peralatan
pemantauan, maka nilai indikator ini adalah 0.

g. Ketersediaan peralatan komunikasi dan mobilisasi.


Ketersediaan peralatan komunikasi dan mobilisasi mutlak diperlukan
bagi unit pelaksana OP. Penilaian didasarkan pada kualitas dan
kuantitasnya. Apabila kondisi fisik fungsi peralatan memadai, maka
indikator ini dinilai 80 – 90. Nilai 100 hanya untuk peralatan baru.
Apabila suatu unit pelaksana OP tidak memiliki satu pun peralatan
komunikasi dan mobilisasi, maka nilai indikator ini adalah 0.

h. Tertundanya pemeliharaan rutin.


Rencana pemeliharaan rutin di suatu unit pelaksana OP telah
ditentukan sejak satu tahun anggaran sebelumnya. Ketepatan
pelaksanaan pemeliharaan merupakan tanda bahwa penyerapan
dana dan anggaran OP berjalan dengan baik. Kepala Unit Pelaksana
OP dapat menilai indikator ini berdasarkan jadwal rencana di awal
tahun anggaran dan menyesuaikannya dengan realisasi di lapangan.

2. Kemacetan atau Tertundanya Pelaksanaan Pemeliharaan Korektif


Parameter kemacetan atau tertundanya pelaksanaan pemeliharaan korektif
dapat dilihat dari indikator:

a. Besarnya beban kebutuhan pemeliharaan korektif yang belum


tertangani.
Rencana pemeliharaan korektif di suatu unit pelaksana OP telah
ditentukan sejak satu tahun anggaran sebelumnya. Ketepatan
pelaksanaan pemeliharaan merupakan tanda bahwa penyerapan
dana dan anggaran OP berjalan dengan baik. Kepala Unit Pelaksana
OP dapat menilai indikator ini berdasarkan jadwal rencana di awal
tahun anggaran dan menyesuaikannya dengan realisasi di lapangan.

b. Efektivitas pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan preventif.


Apabila pemeliharaan preventif berjalan dengan baik, seharusnya
kebutuhan akan pemeliharaan korektif tidak terlalu besar. Indikator
ini dinilai berdasarkan frekuensi pemeliharaan korektif di satu lokasi
unit pelaksana OP. Semakin sering dilaksanakan pemeliharaan
korektif di satu lokasi yang sama, maka pemeliharaan preventif di
lokasi tersebut semakin tidak efektif.

c. Magnituda kerusakan prasarana OP SDA.


Semakin kecil magnituda kerusakan prasarana per tahun, maka
semakin efektif kegiatan pemeliharaan preventif dan korektif yang
selama ini dijalankan. Kepala Unit Pelaksana OP dapat memberi nilai
sesuai kebijakan dan situasi di wilayahnya.

–9–
3. Resiko Kerugian yang Timbul
Parameter ini merupakan akibat dari bencana yang tidak dapat diprediksi
oleh unit pelaksana OP, namun dana dan anggaran telah disediakan. Bobot
dari parameter ini lebih sedikit dibanding tiga parameter sebelumnya
karena faktor alam lebih besar dibanding kendali unit pelaksana OP.

a. Total nilai kerugian prasarana SDA akibat bencana.


Semakin besar nilai kerugian prasarana SDA, maka semakin besar
pula kebutuhan dana dan anggaran OP. Oleh karena itu, nilai
indikator berjalan beriringan dengan semakin besarnya nilai
kerugian. Semakin besar nilai kerugian prasarana SDA, semakin
besar pula nilai indikator dengan rentang nilai 0 – 100.

b. Total nilai kerugian masyarakat sekitar prasarana SDA akibat


bencana.
Berbeda dengan nilai kerugian prasarana SDA, nilai kerugian
masyarakat merupakan indikator bahwa prasarana SDA yang ada
belum mampu memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat
yang dilayaninya. Oleh karenanya, nilai indikator berjalan
berseberangan dengan semakin besarnya nilai kerugian. Semakin
besar nilai kerugian masyarakat, maka semakin kecil nilai indikator
dengan rentang nilai 0 – 100.

4. Penggunaan Sumber Daya


Berkaitan erat dengan parameter pertama yaitu kapasitas organisasi,
parameter penggunaan sumber daya dapat dilihat dari indikator berikut
ini:

a. Tingkat efisiensi pelaksanaan pekerjaan OP.


Semakin baik kualitas pekerjaan, serta semakin banyak kuantitas
tugas tanggung jawab yang diberikan oleh Kepala Unit Pelaksanaan
OP merupakan indikator positif bagi sumber daya yang
bersangkutan.

b. Tingkat efisiensi penggunaan peralatan kerja.


Apabila dengan peralatan kerja yang tersedia, seluruh daftar
kegiatan OP dapat diselesaikan dengan baik, maka nilai indikator ini
semakin besar. Rentang nilai 0 sampai 100.

5. Pengendalian Barang Sediaan


Parameter ini sifatnya adalah pengendalian dalam bentuk laporan. Kepala
Unit Pelaksana OP dengan mudah memberikan penilaian bergantung
ketepatan jadwal penyerahan laporan yang telah direncanakan di awal
tahun anggaran.

a. Kedisiplinan dalam pembuatan laporan bulanan tentang stok barang


dan suku cadang peralatan dan sarana kerja.
Semakin tepat waktu laporan bulanan diterbitkan, maka nilai
indikator ini semakin besar, dengan rentang nilai 0 – 100.

– 10 –
b. Laporan rekonsiliasi bulanan tentang neraca penggunaan barang
dan suku cadang peralatan dan sarana kerja.
Semakin tepat waktu laporan bulanan diterbitkan, maka nilai
indikator ini semakin besar, dengan rentang nilai 0 – 100.

6. Dinamika Perkembangan Kondisi Lingkungan SDA


Sama dengan parameter ketiga, yaitu Resiko Kerugian yang Timbul,
parameter ini pun terjadi akibat kuasa alam yang tidak dapat diprediksi
oleh unit pelaksana OP, namun dana dan anggaran telah disediakan.

a. Korelasi besarnya curah hujan dengan elevasi permukaan air.


Ketidaksesuaian curah hujan dengan elevasi permukaan air
mengindikasikan adanya kerusakan peralatan atau kesalahan
analisa sumber daya pelaksana. Oleh karenanya, semakin sesuai
curah hujan dengan elevasi permukaan air, maka semakin besar
nilai indikator denganr entang 0 sampai 100.

b. Intensitas terjadinya protes masyarakat.


Protes masyarakat terjadi akibat prasarana OP SDA yang ada tidak
memberikan manfaat bagi masyarakats eperti yang dijanjikan saat
perencanaan dan atau justru memberikan dampak negatif bagi
masyarakat. Oleh karenanya, semakin tinggi intensitas protes
masyarakat maka semakin rendah nilai indikator ini, dengan
rentang nilai 0 sampai 100.

– 11 –
Bagian 6 Tata Cara Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja dilaksanakan sepanjang tahun anggaran bergantung jadwal


pelaporan (Bagian 7). Pada setiap pelaporan, terdapat instrumen utama penilaian
berupa Blangko yang harus terisi.

Tabel 3 Blangko Penilaian Kinerja


Nilai Rata-rata Total Nilai
No Parameter Penilaian Kinerja Bobot
0 - 100 Nilai Kinerja
(1) (2) (3) (4) = avg(3) (5) (6) = (4) x (5)

1 Kapasitas Organisasi 20%


1a Kualitas dan kuantitas SDM.
1b Ketersediaan pedoman pelaksanaan kerja.
1c Ketersediaan peta, data, dan informasi.
1d Ketersediaan bangunan pengatur dan pengendali aliran.
1e Ketersediaan peralatan pemeliharaan.
1f Ketersediaan peralatan pemantauan.
1g Ketersediaan peralatan komunikasi dan mobilisasi.
1h Tertundanya pemeliharaan rutin.
2 Kemacetan atau tertundanya pelaksanaan pemeliharaan korektif 20%
2a Besarnya beban kebutuhan pemeliharaan korektif yang belum tertangani.
2b Efektivitas pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan preventif.
2c Magnituda kerusakan prasarana OP SDA.
3 Resiko kerugian yang timbul 10%
3a Total nilai kerugian prasarana SDA akibat bencana.
3b Total nilai kerugian masyarakat sekitar prasarana SDA akibat bencana.
4 Penggunaan sumber daya 20%
4a Tingkat efisiensi pelaksanaan pekerjaan OP.
4b Tingkat efisiensi penggunaan peralatan kerja.
5 Pengendalian barang sediaan (stok bahan, suku cadang peralatan) 20%
5a Kedisiplinan dalam pembuatan laporan bulanan tentang stock barang
dan suku cadang peralatan dan sarana kerja.
5b Laporan rekonsiliasi bulanan tentang nerac a penggunaan barang dan
suku cadang peralatan dan sarana kerja.

6 Dinamika perkembangan kondisi lingkungan SDA 10%


6a Korelasi besarnya curah hujan dengan elevasi muka air.
6b Intensitas terjadinya protes masyarakat.

Total Nilai Kinerja

Status Kinerja OP *)

: Kolom yang harus diisi.

Parameter penilaian kinerja terdiri dari 6 indikator utama (kolom 2) yang masing-
masing terbagi lagi menjadi beberapa sub parameter (kolom 2). Kepala Unit
Pelaksana OP dapat memberikan nilai dengan rentang 0 sampai 100 (kolom 3)
untuk setiap sub parameter bergantung kebijakan dan situasi di organisasi yang
dipimpinnya. Nilai rata-rata dari setiap sub parameter (kolom 4) dikalikan dengan
bobot yang telah ditentukan (kolom 5). Jumlah dari seluruh parameter
merupakan Nilai Kinerja yang diperoleh suatu unit pelaksana OP pada satu tahun

– 12 –
anggaran tertentu dalam bentuk kuantitatif, sedangkan status kinerja OP
didefinisikan berdasarkan nilai kinerja tersebut.

Penetapan status kinerja suatu unit pelaksana OP berguna untuk menilai dan
mengoreksi kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam pelaksanaan OP SDA pada
setiap akhir tahun anggaran berjalan. Dengan mengetahui sumber kelemahan
yang terjadi, maka Kepala Unit Pelaksana OP akan dapat melakukan tindakan
korektif internal organisasi sedini mungkin. Sedangkan bagi Direktorat Pembina,
status kinerja suatu unit pelaksana OP berguna sebagai bahan pertimbangan
dalam memutuskan persetujuan dana OP pada tahun anggaran berikutnya.

Tabel 3 Kategori Kinerja dan Tindak Lanjut

Nilai Status Tindak Lanjut di tingkat Tindak Lanjut di tingkat


Kinerja OP Kinerja OP Kepala Unit Pelaksana OP Direktorat Pembina

> 70 Baik Penghargaan terhadap Pengajuan dana OP dari


parameter yang sesuai unit pelaksana yang
target kinerja. bersangkutan untuk tahun
anggaran berikutnya:
diupayakan dengan
maksimal.

50 – 70 Cukup Peningkatan kinerja bagi Pengajuan dana OP dari


parameter yang kurang unit pelaksana yang
memenuhi target kinerja. bersangkutan untuk tahun
anggaran berikutnya:
dipertimbangkan.

< 50 Buruk Peringatan bagi parameter Pengajuan dana OP dari


yang tidak memenuhi unit pelaksana yang
target kinerja. bersangkutan untuk tahun
anggaran berikutnya: harus
dikaji ulang.

– 13 –
Bagian 7 Pelaporan

Laporan hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan OP dibuat berdasarkan


tujuan pembuatan laporan. Jenis laporan yang perlu dibuat dapat dilihat dalam
tabel berikut.

Tabel 2 Laporan Pemantauan dan Evaluasi Pelakanaan OP SDA

Jenis
No Disampaikan Kegunaan laporan
laporan
1 Tengah Ka Unit Pelaksana Informasi mengenai pelaksanaan
bulanan OP SDA kepada kegiatan OP SDA, penggunaan sumber
Kepala Balai daya dan permasalahannya
2 Bulanan Kepala Balai Informasi mengenai progres pelaksanaan
kepada Direktorat OP SDA termasuk layanan kepada
Pembina msyarakat
3 Triwulan Kepala Balai
Untuk keperluan evaluasi kinerja
kepada Direktorat
pelaksanaan kegiatan OP SDA
Pembina
4 Tengah Kepala Balai
Untuk keperluan evaluasi kinerja
tahunan kepada Direktorat
pelaksanaan program OP SDA
Pembina
5 Tahunan Kepala Balai Untuk keperluan penyusunan program
kepada Direktorat dan anggaran tahun berikutnya, dan
Pembina sebagai masukan untuk penyusunan
Standar Kebutuhan Biaya OP SDA

Laporan tengah bulanan diperlukan untuk mengetahui kelancaran pelaksanaan


OP SDA, dan mengecheck keefektifan penggunaan sumber daya yang tersedia di
dalam unit organisasi OP, serta kendala yang menjadi faktor penghambat
kemajuan pelaksanaan OP. Laporan ini dibuat untuk keperluan internal unit
organasasi OP. Melalui laporan ini, pimpinan unit organisasi pelaksana OP dapat
memperoleh informasi dini mengenai hambatan dan permasalahan yang terjadi
dalam pelaksanaan OP dan sekaligus sebagai rujukan untuk mengetahui
keefektifan penggunaan sumber daya. Pimpinan unit pelaksana OP dapat
menggunakan informasi yang terdapat dalam laporan ini untuk menetapkan
tindakan penyelesaian permasalahan yang menghambat kelancaran pelaksanaan
OP.

Laporan bulanan dibuat oleh unit organisasi pelaksana OP sebagai bagian dari
sistem pertanggungjawaban atas kemajuan pelaksanaan kegiatan OP kepada
kepala UPT selaku kuasa pengguna anggaran OP.

Laporan triwulan dibuat oleh unit organisasi pelaksana OP sebagai bagian dari
sistem pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan OP dan sekaligus juga memuat
informasi mengenai perkembangan pelaksanaan fungsi pengaturan,
pengalokasian air, penyediaan air, pelayanan perizinan, capaian kegiatan

– 14 –
perawatan air, sumber air, dan prasarana SDA, serta koordinasi pengelolaan SDA,
dan pemberdayaan masyarakat.

Laporan tengah tahun dibuat oleh unit organisasi pelaksana OP sebagai bagian
dari sistem pertanggungjawaban atas kemajuan program OP SDA. Laporan ini
selanjutnya akan diolah menjadi Laporan Kepala Balai untuk disampaikan kepada
Direktorat Pembina.

Laporan tahunan dibuat oleh unit organisasi pelaksana OP sebagai bagian dari
sistem pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dan pencapaian target kinerja
Balai. Informasi yang berkaitan dengan pencpaian target kinerja OP sekurang-
kurangnya mencakup penjelasan mengenai: (i) pencapaian tujuan dan sasaran
strategis OP SDA sampai dengan akhir tahun laporan; (ii) realisasi pencapaian
indikator kinerja yang telah ditetapkan pada tahun laporan; dan (iii) penjelasan
yang memadai atas pencapaian kinerja termasuk penjelasan mengenai alasan
terjadinya kegagalan dalam pencapaian target kinerja tahunan (jika ada).

– 15 –

Anda mungkin juga menyukai