Anda di halaman 1dari 7

1.

Scene 1 – Opening/Montage
Potongan gambar kegiatan anak-anak sedang membuat mainan dan kerajinan. Anak laki-laki
membuat mainan mobil-mobilan dan anak perempuan membuat bunga dari sedotan plastik. Buku
menjadi guru bagi mereka.
Title in : “JENDELA DUNIA”
2. Scene 2 Ext. Sebuah tempat – siang jelang sore
Talent :4 anak laki, 4 anak perempuan
Setiap menjelang sore, usai membantu orangtua di sawah atau ladang, anak-anak Pekon Ampai
sering menghabiskan waktu di sebuah tanah kosong di pinggir desa. Anak perempuan bermain
lompat karet dan anak laki-laki biasanya bermain bola atau main mobil-mobilan yang mereka buat
sendiri dari pelepah pisang. Sambil bermain anak-anak itu bersenda gurau.
3. Scene 3 Ext. jalanan – siang jelang sore (montage)
Talent : Saiful
Sebuah motor butut yang dikendarai Saiful perlahan namun pasti menyusuri jalan-jalan desa yang
tak mulus. Ada kardus yang terikat kencang di atas jok belakang Saiful.
4. Scene 4 Ext. Sebuah tempat – siang jelang sore
Talent : Saiful, 3 anak laki, 4 anak perempuan
Dari kejauhan motor yang dikendarai Saiful makin mendekat ke arah anak-anak yang sedang
bermain. Piyan yang sedang asyik bermain menoleh ke arah Saiful dan berteriak.
Piyan
Hoii…itu bang ipul sudah datang
Anak-anak sontak berhenti bermain dan segera berhamburan menyambut kedatangan Saiful. Motor
yang dikendarai Saiful diparkirkan di bawah sebuah pohon rindang. Setelah motor terparkir dengan
baik, Saiful segera membuka tali yang mengikat kardus di jok belakang motornya. Karena tak sabar,
anak-anak ikut juga membantu. Piyan yang paling sigap mengangkat kardus dan meletakkannya di
tanah. Anak-anak lainnya langsung mengerubung. Saiful geleng-geleng kepala sambil tersenyum.
Saiful
Pelan-pelan ya, jangan sampai merusak buku-bukunya
(Saiful mengingatkan anak-anak)
Hampir setiap minggu jika cuaca sedang bagus, Saiful sering mengunjungi anak-anak pekon ampai
sambil membawakan mereka buku-buku. Pekon Ampai terletak agak jauh dari kota kabupaten
sehingga kesempatan warga pekon untuk mendapatkan informasi sangatlah minim. Baik informasi
dari media televisi, media cetak ataupun sejenisnya. Di Pekon Ampai hanya ada satu sekolah dasar
negeri. Jika ingin melanjutkan sekolah smp atau sma, mereka harus ke kota kabupaten yang
jaraknya lebih kurang 50 kilometer. Itupun harus melewati hutan dan sungai terlebih dahulu. Saiful
lahir di pekon ampai. Namun sekarang ia sudah bekerja di kota kabupaten sebagai tukang koran.
Tiga bulan ini Saiful rajin membawakan anak-anak pekon ampai buku-buku bekas untuk dibaca.
Saiful menyebutnya pustaka keliling. Buku-buku yang dibawa Saiful variatif Ada buku-buku cerita,
buku pelajaran, majalah, koran dan lainnya. Warga dan anak-anak pekon Ampai sangat senang
walaupun buku-buku yang dibawa Saiful adalah buku-buku bekas. Termasuk Piyan dan teman-
temannya.
Di tanah kosong pinggir desa inilah setiap minggu Piyan cs selalu menunggu kedatangan Saiful.
Jauh dari segala informasi membuat mereka haus akan hiburan dan informasi. Buku-buku yang
dibawa Saiful inilah yang menjadi pelepas dahaga pengetahuan yang selalu tunggu.
5. Scene 5 Ext. Belakang rumah Piyan – pagi
Talent: Abah, Emak (orangtua Piyan), Eni
 Di belakang rumah panggung yang sederhana, Abah sedang menimba air dari sumur. Emak
muncul dari dapur membawa baskom yang berisi piring-piring dan gelas kotor sisa makan tadi
malam. Eni duduk dekat sumur. Abah menuang air ke dalam ember-ember yang sudah disiapkan
Eni. Emak meletakkan baskom dan duduk dibangku kecil buatan abah.
Emak
Airnya makin lama kok makin keruh begini ya Bah?
Abah
Iya. Abah juga heran.
padahal minggu kemarin baru saja Abah kuras.
Eni memperhatikan air di ember yang nampak keruh berwarna kecoklatan.
6. Scene 6 Ext. Sawah – Siang
Talent: Piyan
Siang begitu terik. Di bawah pohon dekat sawah, Piyan duduk sendirian. sepeda bututnya dibiarkan
tergeletak di tanah. Di bibirnya terselip sebatang rumput ilalang yang sedari tadi terus digerak-
gerakkannya. Piyan sedang asyik membaca buku bekas yang ia pinjam dari pustaka keliling bang
Saiful. Beberapa buku dongeng anak-anak tergeletak di sampingnya. Majalah yang dibacanya
hanya dibolak balik saja. Pikiran Piyan melayang entah kemana.
Angin berhembus kencang, membuyarkan lamunan Piyan. Dia kembali membolak balikan buku.
Sesekali pandangannya dibuang jauh ke depan. Piyan merasa damai menikmati hamparan sawah
yang bergelombang indah ditiup angin. Padi-padi menguning keemasan. Sebentar lagi panen tiba.
Di kejauhan, beberapa petani menyusuri pematang dengan tawa gembira. Suasana alam pedesaan
inilah yang membuat Piyan betah.
7. Scene 7 Ext. Rumah Piyan – Malam
Talent: Piyan, Eni, Rusli, Sanip, Anwar, Risma, Hanifah, Mira
Sepulang dari mengaji di surau, Piyan dan teman-temannya berjalan pulang. Sinar remang bulan
dan lampu-lampu yang dipasang di depan tiap rumah menjadi penerang bagi mereka. Sampai di
ujung jalan, Piyan dan Eni berbelok ke arah rumah.
Piyan
Kami duluan ya
Rusli
Yan, besok kita kumpul di tempat biasa
Sanip
Jangan lupa bawa buku dongeng yang kamu pinjam kemarin ya
Piyan
ok boss!
Piyan dan Eni langsung masuk ke dalam rumah. Rusli dan yang lainnya bergegas pulang ke rumah
masing-masing.
 
8. Scene 8 Ext. Sawah – Siang
Talent: Piyan, Rusli, Sanip, Anwar
Piyan masih duduk di bawah pohon di pinggir sawah. Tiba-tiba dikejauhan terdengar suara
memanggil-manggil namanya. Rupanya dari arah pematang sawah, Rusli, Sanip dan Anwar berlari-
lari menghampiri Piyan.
Rusli, Sanip, Anwar (OS)
Piyan,,,,piyan,,,hoiii
Sambil terengah-engah, Rusli, Sanip dan Anwar duduk di sebelah Piyan.
Rusli
Yan, buku dongeng anak-anak yang kamu pinjam kemarin
Sudah selesai kamu baca belum?
Sanip
Setelah kamu, aku dulu ya Yan…!
Rusli
Heh, aku dong.
Dari kemarinkan aku sudah bilang ke Bang Saiful
Setelah Piyan aku yang mau pinjam.
Anwar
Gini aja.  Daripada kalian berebut, mending aku aja yang duluan
Anwar mengambil buku dongeng di sebelah Piyan. Rusli dan Sanip tiba-tiba ikut berebut
Piyan
Heh, kalian jangan berebut gitu. Nanti bukunya robek
Benar saja. Buku yang diperebutkan Rusli, Sanip dan Anwar robek.
Piyan
Nahkan, apa aku bilang.
Piyan segera mengambil robekan buku yang ada di tangan Rusli, sanip dan anwar. Mereka tampak
tegang tak percaya apa yang sudah mereka perbuat.
Piyan
Waduh, gimana ini. Pasti bang Saiful marah.
Burung-burung pemakan padi terbang. Menari-nari di langit. Sementara Piyan, Rusli, Sanip dan
anwar terlihat cemas. Pikiran mereka juga terbang. Tapi entah kemana.
9. Scene 10 Ext. Sebuah tempat – Siang
Talent: Saiful, 4 anak laki, 4 anak perempuan
Tidak seperti biasanya, lapangan tempat anak-anak bermain Nampak sepi. Padahal mereka ada di
sana. Di bawah pohon anak-anak tampak duduk memutar. Diantara anak-anak itu, Piyan, Rusli,
Sanip dan anwar yang terlihat begitu tegang. Tak lama suara motor Saiful terdengar dari kejauhan.
Saiful heran. Tidak seperti biasanya kalo dia datang anak-anak pasti langsung menyerbu, tapi kali
ini tidak. Setelah menurunkan kardus yang dibawanya, Saiful langsung bergabung dengan anak
anak.
Saiful
Loh, ada apa ini..
Kok kalian diam semua seperti patung hehehe,,,,
Saiful coba merubah suasana. Tapi anak-anak tetap diam saling berpandangan dan tak merespon
Saiful.
Saiful
Ada apa Piyan?
Saiful bertanya pada Piyan. Karena Piyan anak yang paling menonjol diantara lainnya. Piyan ragu
namun berusaha kuat dan memberanikan diri berdiri lalu menghampiri bang Saiful. Ada bungkusan
plastik di tangannya.
Piyan
Begini bang, ehhh..ehhh..
Kami mau minta maaf….
Piyan ragu sambil menoleh ke arah Rusli, Sanip dan Anwar. Mereka juga terlihat gelisah.
Saiful
Ada apa Piyan, coba ceritakan saja sama abang
Piyan
Kalo saya berterus terang, abang jangan marah ya
Saiful mengangguk sambil tesenyum melihat tingkah yang aneh dari anak-anak.
Piyan
Buku dongeng yang kemarin saya pinjam, robek bang.
Piyan mengulurkan plastik kresek warna merah yang di dalamnya ada buku dongeng yang robek.
Semua menunduk tak ada yang berani menatap bang Saiful. Suasana hening dengan fikiranya
masing-masing. Saiful Cuma tersenyum. Diambilnya kresek di tangan Piyan. Dibuka kemudian
dilihatnya buku dongeng yang robek itu.
Saiful
Abang tidak marah.
Nanti abang carikan lagi supaya kalian bisa bergantian membacanya kembali.
Tapi ini pelajaran buat kita semua. Buat abang dan kalian semua, buku itu menjadi barang yang
sangat penting dan berarti. Kalo di kota orang bisa dengan mudah mendapatkannya karena toko
buku banyak dan mereka punya uang untuk membeli. Tapi buat kita, masih sulit. Oleh karena itu kita
harus hati-hati menjaga dan merawatnya.
Setelah mendengar apa yang dikatakan bang Saiful, anak-anak sedikit lega. Namun perasaan
bersalah masih tetap menggelayuti mereka terutama Piyan cs.
Saiful
Tapi kamu sudah sempat membacanyakan Piyan?
Piyan
Sudah bang
Saiful
Kalo begitu, kamu harus menceritakan kepada yang lainnya dongeng yang sudah kamu baca yang
masih terekam dimemory kamu.
Piyan
Siap bang
Saiful
Ayo adik-adik, kita dengar dongeng yang akan diceritakan Piyan.
Anak-anak (koor)
Horeee…..
Piyan mengambil tempat  dan segera menceritakan dongeng yang sudah dia bacanya. Anak-anak
yang lainpun mendengarkan dengan seksama. Langit tampak begitu indah sore itu.
10. Scene 11 Ext. Pinggir sungai – siang
Talent: Risma, Hanifah, Mira, Ronald, Rusli, Sanip, Anwar
 Rusli, Sanip dan Anwar sedang mandi di sungai. Hanifah dan Mira duduk di atas batu sambil
bermain air. Tiba-tiba Risma datang bersama anak laki-laki sebaya mereka. Potongannya bersih
dan tampak rapih.
Risma
Teman-teman lihat sini,,,
Aku mau kenalin sama sepupuku yang baru datang dari kota.
 
Risma setengah berteriak ke arah teman-temannya yang sedang asyik bermain di sungai. Tak lama
mereka berkumpul dipinggir sungai. Risma memperkenalkan sepupunya yang baru datang dari kota
untuk berlibur di desa. Awalnya perkenalan itu agak canggung karena Ronald sepupu Risma masih
risih.
Rusli
Ayo Ronald, ikut mandi di sungai.
Airnya bersih kok. Beda dengan sungai yang ada di kota.
Di sini masih alami.
Anwar
Iya, airnya mengalir dari gunung
Sejuk banget
Risma
Benar Nald, coba saja gabung mandi dengan mereka.
Rusli, Sanip dan Anwar sudah kembali terjun ke air. Ronald cuma memperhatikan. Benar juga sih.
Bukan saja air sungainya masih bersih dan alami tapi desa ini kelihatan masih asri bathin Ronald
sambil terus memandang sekitarnya. Kemudian Ronald meraih ponsel dari saku bajunya. Memfoto
anak-anak yang sedang mandi dan setiap sudut tempat yang indah. Anak-anak desa tertarik dengan
apa yang dilakukan Ronald. Mereka bergegas mendekat ke Ronald ingin tahu dan melihat gambar
yang sudah dipotret Ronald. Setelah melihat ada gambar mereka dalam ponsel, anak anak merasa
senang dan terus ingin melihat. Ponsel Ronald memang canggih, sehingga hasil fotonyapun
kelihatan bagus. Akhirnya mereka asyik ber-selfie ria. Perkenalan Ronald dengan anak-anak desa
sudah mencair dan mulai terlihat akrab karena anak-anak desa selalu memuji ponsel Ronald.
mereka kagum dengan ponsel Ronald. Mereka berfikir jangankan membeli, melihat ponsel yang
baguspun baru kali ini mereka lihat secara langsung.
11. Scene 12 Ext. Serambi rumah Risma – malam
Talent: Piyan, Eni, Rusli, Sanip, Anwar,  Hanifah, Mira
 Risma sedang melihat Ronald yang asyik bermain game diponselnya. Dari serambi rumah, Risma
melihat Piyan, Eni, Rusli, Sanip, Anwar, Hanifa dan Mira berjalan beriringan setelah mengaji di
surau. Risma memanggil mereka.
Risma
Teman-teman, ayo ke sini
Aku sedang lihat Ronald main game
Rusli, Sanip, Anwar, Hanifa dan Mira langsung berlari ke arah Serambi rumah Risma. Piyan dan Eni
hanya melihat.
Rusli
Piyan, sini lihat ponsel Ronald yang canggih
Risma
Iya sini Yan. Lihat foto-foto kami tadi sore di sungai.
Bagus-bagus lo..
Piyan menggandeng Eni menghampiri anak-anak lain yang sudah lebih dulu duduk di sebelah
Ronald. Kemudian Risma memperkenalkan Ronald pada Piyan. Di serambi rumah Risma anak-anak
desa melihat Ronald bermain game di ponsel. Seperti magnet, ponsel Ronald begitu menarik
perhatian mereka. Sebuah benda yang tak asing namun mereka tak berani bermimpi apalagi berniat
untuk memiliki ponsel seperti itu. Bulan mengintip dari balik ranting pepohonan.
12. Scene 12 Ext. sebuah tempat – siang
Talent: Saiful, Piyan dan semua anak-anak
 Seperti biasa pustaka keliling Saiful menjadi aktifitas liburan bagi anak-anak pekon Ampai. Saiful
sedang merapikan buku-buku. Piyan nampak serius memperhatikan sebuah buku yang ia baca.
Anak-anak lainnya juga sedang membaca. Namun tak terlihat seperti serius membaca karena Rusli,
Sanip dan Anwar begitu serius menceritakan kecanggihan kamera Ronald sepupu Risma yang baru
saja datang dari kota. Kemudian Risma datang bersama Ronald. Risma memperkenalkan Ronald
pada bang Saiful. Setelah itu mereka bergabung dengan yang lain. Konsentrasi anak-anak tak lagi
pada buku-buku yang dibawa bang Saiful. Tetapi beralih ke ponsel canggih Ronald. Ronald
memperlihatkan foto-foto dan memainkan game-game yang menghipnotis anak-anak desa. Bang
Saiful Cuma bisa memperhatikan.

Anda mungkin juga menyukai