Anda di halaman 1dari 13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Hipertensi

1.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya

di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia,

hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90

mmHg (Sheps,2005).

Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga

melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg. Hipertensi

merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak output (Wexler,

2002)

1.2 Klasifikasi Hipertensi

1.2.1 Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu :

Hipertensi primer (esensial) Adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang

dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, Hipertensi ini

tidak diketahui penyebabnya dan mencakup + 90% dari kasus hipertensi (Wibowo, 1999).

Hipertensi sekunder Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain

hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut + 10% dari

kasus-kasus hipertensi. (Sheps, 2005).

Universitas Sumatera Utara


1.2.2 Berdasarkan bentuk hipertensi,yaitu hipertensi diastolic,campuran,dan sistolik.

Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan diastolik tanpa

diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa

muda.Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi) yaitu peningkatan tekanan

darah pada sistol dan diastol. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu

peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik. Umumnya

ditemukan pada usia lanjut. (Gunawan, 2001)

1.3 Etiologi hipertensi

Corwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan denyut

jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Maka peningkatan

salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.

Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf

atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung

kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut

jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga

tidak meninbulkan hipertensi (Astawan,2002)

Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat

peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam

dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan renin

atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air

dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan

volume diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah.

Peningkata preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik ( Amir,2002)

Universitas Sumatera Utara


Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat terjadi pada

peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang

berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan

menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan Total Periperial

Resistence, jantung harus memompa secara lebih kuat dan dengan demikian

menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintas pembuluh

darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya

berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload

berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrifi (membesar).

Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga

ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi

kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai tegang melebihi

panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan

volume sekuncup.( Hayens, 2003 )

1.4 Patofisiologi hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di

pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf

simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula

spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke

ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Universitas Sumatera Utara


Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat

sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi (Corwin,2001)

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang

menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya,

yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin

merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,

suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh

korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung

mencetus keadaan hipertensi ( Dekker, 1996 )

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung

jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut

meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi

otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan

daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang

kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung

(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan

perifer (Corwin,2001).

Universitas Sumatera Utara


1.5 Tanda dan Gejala Hipertensi

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang

tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat

(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil

(edema pada diskus optikus).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai

bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan

manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah

bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia

(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah

(BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau

serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi

(hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Wijayakusuma,2000 ).

Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah

mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang

disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial,Penglihatan

kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi,Ayunan langkah yang tidak mantap karena

kerusakan susunan saraf pusat,Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerolus,Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka

merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan

lain-lain (Wiryowidagdo,2002).

Universitas Sumatera Utara


1.6 Faktor-faktor Resiko Hipertensi

Faktor resiko hipertensi meliputi :

Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya

umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden hipertensi makin

meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di

dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada

yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan

kematian prematur (Julianti, 2005).

Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya hipertensi dimana pada

masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki dan pada wanita

lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami menopause

(Depkes@gmail.com)

Perbandingan antara pria dan wanita, ternyata wanita lebih banyak menderita

hipertensi. Dari laporan sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6% dari pria

dan 11% pada wanita. Laporan dari Sumatra Barat menunjukan 18,6% pada pria dan

17,4% wanita. Di daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada

wanita. Sedangkan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6 pada pria dan 13,7% pada

wanita (Gunawan, 2001).

Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya

hipertensi hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang

tua kita memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan

25% terkena hipertensi ( Astawan,2002 )

Universitas Sumatera Utara


Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi

hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal.

Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi yang rendah jika

asupan garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%.

Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan

volume plasma, curah jantung dan tekanan darah (Basha, 2004).

Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang-orang peka sodium lebih

mudah meningkat sodium, yang menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan

darah (Sheps, 2000).

Garam berhubungan erat dengan terjadinya tekanan darah tinggi gangguan pembuluh

darah ini hampir tidak ditemui pada suku pedalaman yang asupan garamnya rendah. Jika

asupan garam kurang dari 3 gram sehari prevalensi hipertensi presentasinya rendah, tetapi

jika asupan garam 5-15 gram perhari, akan meningkat prevalensinya 15-20%

(Wiryowidagdo, 2004).

Garam mempunyai sifat menahan air. Mengkonsumsi garam lebih atau makan-

makanan yang diasinkan dengan sendirinya akan menaikan tekanan darah. Hindari

pemakaian garam yang berkebih atau makanan yang diasinkan. Hal ini tidak berarti

menghentikan pemakaian garam sama sekali dalan makanan. Sebaliknya jumlah garam

yang dikonsumsi batasi (Wijayakusuma, 2000).

Merokok merupaka salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan merokok

dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekana darah karena

nikotin akan diserap pembulu darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembulu

dadarah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan member sinyal pada

Universitas Sumatera Utara


kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan

menyempitkan pembulu darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena

tekanan yang lebih tinggi.Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokokmenggantikan

iksigen dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekana darah karena jantung dipaksa

memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam orga dan jaringan tubuh

( Astawan, 2002 ).

Aktivitas sangat mempengaruhiterjadinya hipertensi, dimana pada orang yang kuan

aktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tingi sehingga

otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi.Makin keras dan sering

otot jantung memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri

( Amir, 2002 ).

Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi

dimana hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis

peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress

yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal

ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi

dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress

yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Dunitz, 2001).

1.7. Komplikasi Hipertensi

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus

yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi

pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi

dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.

Universitas Sumatera Utara


Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan

kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2000).

Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung,

limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah

atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat

berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak (Santoso, 2006).

Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat

menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang

menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan

hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi

dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi

ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi

ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko

pembentukan bekuan (Corwin, 2000).

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada

kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir

keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia

dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin

sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering

dijumpai pada hipertensi kronik (Corwin, 2000).

Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang

kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki dan

jaringan lain sering disebut edma.Cairan didalam paru – paru menyebabkan sesak

Universitas Sumatera Utara


napas,timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema

(Amir, 2002)

Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang

cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler

dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neron-

neron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2000).

2. Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah

Perawatan penderita hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga dengan

memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga yang menderita

hipertensi. Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada klien hipertensi guna untuk

mengurangai efek buruk dari pada hipertensi. Adapun cakupan pola hidup antara lain

berhenti merokok, mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi

diet. Dan yang mencakup psikis antara lain mengurangi sres, olahraga, dan istirahat

(Amir, 2002 ).

Merokok sangat besar perananya meningkatkan tekanan darah, hal ini disebabkan

oleh nikotin yag terdapat didalam rokok yang memicu hormon adrenalin yang

menyebabkan tekana darah meningkat. Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah

didalam paru dan diedarkan keseluruh aliran darah lainnya sehingga terjadi penyempitan

pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kerja jantung semakin meningkat untuk memompa

darah keseluruh tubuh melalui pembuluh darah yang sempit.

Dengan berhenti merokok tekanan darah akan turun secara perlahan , disamping itu

jika masih merokok maka obat yang dikonsumsi tidak akan bekerja secar optimal dan

dengan berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat ( Santoso, 2001 ).

Universitas Sumatera Utara


Mengurangi berat badan juga menurunkan resiko diabetes, penyakit kardiovaskular,

dan kanker .Secara umum, semakin berat tubuh semakin tinggi tekanan darah, jika

menerapkan pola makan seimbang maka dapat mengurangi berat badan dan menurunkan

tekanan darah dengan cara yang terkontrol .

Alkohol dalam darah merangsang adrenalin dan hormone –hormon lain yang

membuat pembuluh darah menyempit atau menyebabkan penumpukan natrium dan air.

Minum-minuman yang beralkohol yang berlebih juga dapat menyebabkan kekurangan

gizi yaitu penurunan kadar kalsium.Mengurangi alkohol dapat menurunkan tekanan

sistolik 10 mmhg dan diastolik 7 mmhg.

Modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting pada klien hipertensi, tujuan

utama dari pengaturan diet hipertensi adalah mengatur tentang makanan sehat yang dapat

mengontrol tekanan darah tinggi dan mengurangi penyakiit kardiovaskuler. Secara garis

besar, ada empat macam diet untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan

keadaan tekana darah , yakni : diet rendah garam , diet rendah kolestrol, lemak terbatas

serta tinggi serat, dan rendah kalori bila kelebihan berat baadan ( Astawan,2002 ).

Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau asites serta hipertensi.

Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah

edema dan penyakit jantung ( lemah jantung ). Adapun yang disebut rendah garam bukan

hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi mengkonsumsi makanan rendah sodium

atau natrium ( Na).Oleh karena itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam

melakukan diet rendah garam adalah komposisi makanan yang harus mengandung cukup

zat – zat gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium dan

natrium ( Gunawan, 2001).

Universitas Sumatera Utara


Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking

powder,MSG( Mono Sodium Glutamat ), pengawet makanan atau natrium benzoat (

Biasanya terdapat didalam saos, kecap, selai, jelly ), makanan yang dibuat dari mentega

serta obat yang mengandung natrium ( obat sakit kepala ). Bagi penderita hipertensi,

biasakan penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.

( Hayens, 2003 ).

Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak

yaitu : kolestrol, trigeserida, dan pospolipid.Tubuh memperoleh kolestrol dari makanan

sehari – hari dan dari hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi

lebih banyak dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol dapat terjadi

karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolestrol tinggi dan

tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25 – 50 % dari setiap makanan ( Amir, 2002 ).

Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat terdiri dari dua jenis

yaitu serat kasar ( Crude fiber ) dan serat kasar banyak terdapat pada sayuran dan buah –

buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat yaitu : kentang,

beras, singkong dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan

darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolestrol maupun asam empedu dan

selanjutnya membuang bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang

dikonsumsi mengandung serat kasar yang cukup tinggi ( Mayo, 2005 ).

Diet rendah kalori dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat badan.Kelebihan berat

badan atau obesitas akan berisiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga dengan orang

yang berusia 40 tahun mudah terkena hipertensi. Dalam perencanaan diet, perlu

diperhatikan hal – hal berikut :

Universitas Sumatera Utara


1. Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori

untuk penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan per minggu.

2. Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.

3. Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.

Stres tidak menyebabkan hipertensi yang menetap, tetapi stress berat dapat

menyebabkan kenaikan tekanan darah yang nersifat sementara yang sangat tinggi. Jika

periode stress sering terjadi maka akan mengalami kerusakan pada pembuluh darah,

jantung dan ginjal sama halnya seperti yang menetap ( Amir,2002).

Manfaat olah raga yang sering di sebut olah raga isotonik seperti jalan kaki, jogging,

berenang dan bersepeda sangat mampu meredam hipertensi. Pada olah raga isotonik

mampu menyusutkan hormone noradrenalin dan hormone – hormone lain penyebab

naiknya tekanan darah. Hindari olah raga Isometrik seperti angkat beban, karena justru

dapat menaikkan tekanan darah ( Mayer,1980).

Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam

tubuh,istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu. Meluangkan waktu tidak

berarti minta istirahat lebih banyak dari pada bekerja produktif samapai melebihi

kepatuhan.Meluangkan waku istiraha itu perlu dilakukan secara rutin diantara ketegangan

jam sibuk bekerja sehari – hari. Bersantai juga bukan berarti melakukan rekreasi yang

melelahkan,tetapi yang dimaksudkan dengan istirahat adalah usaha untuk mengembalikan

stamina tubuh dan mengembalikan keseimbangan hormon dan dalam tubuh ( Amir,2002).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai