Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN


NEONATAL

“ABORTUS INKOMPLIT”

Disusun Oleh

DINA ALVIONITA
P0 5140420 002

Pembimbing

RIALIKE BURHAN, SST, M.Keb

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU JURUSAN KEBIDANAN


PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2020/2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan

“Abortus Inkomplit”

Oleh:

Dina Alvionita
P05140420002

Menyetujui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Rialike Burhan, SST, M.Keb Susilawati, Amd.Keb, SKM


NIP. 198107102002122001 NIP. 196908221989122011

i
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan

pendahuluan ini dengan judul “Abortus Inkomplit”. Semoga laporan

pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan untuk kepentingan proses

belajar. Bersama ini kami juga menyampaikan terima kasih kepada dosen saya

yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan laporan pendahuluan ini.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon

permakluman bila mana isi laporan pendahuluan ini ada kekurangan dan ada

tulisan yang kami buat kurang tepat. Dalam penyusunan laporan pendahuluan ini

tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran sangat kami

harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan laporan pendahuluan ini dan untuk

pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan di masa mendatang. Semoga dengan

adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan

ilmu pengetahuan.

Bengkulu, Mei 2021

ii
 Penyusun

DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. ii

KATA PENGANTAR .......................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................... iv

BAB I

A. Tinjauan Teori Abortus ............................................................... 1


1. Definini ................................................................................. 1
2. Etiologi.................................................................................. 1
3. Patofisiologi.......................................................................... 4
4. Manifestasi Klinis................................................................. 5
5. Komplikasi............................................................................ 6
6. Jenis-Jenis Abortus................................................................ 7
7. Pemeriksaan Diagnostik........................................................ 9
8. Penatalaksanaan.................................................................. 10

BAB II

A. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan.............................................. 15


1. Kajian Data Subjektif............................................................ 15
2. Kajian Data Objektif ............................................................ 18
3. Analisa................................................................................... 20
4. Rencana Tindakan................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 21

iii
iv
BAB I

A. Tinjauan Teori Abortus

1. Definisi

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat

tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau

buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan dengan

berat badan janin kurang dari 500 gram (Ratnawati, 2018). Abortus

inkomplit adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggaldalam

uterus (Pitriani, 2013). Abortus Inkompit berkaitan dengan retensi

sebagian produk pembuahan (hampir seluruh plasenta) yang tidak

begitu mudah terlepas pada kehamilan dini seperti halnya kehamilan

aterm.Dalam keadaan ini perdarahan tidak segera berkurang sementara

servikstetap terbuka (Hutapea M. , 2017).

2. Etiologi

Faktor penyebab terjadinya abortus adalah :

a. Faktor Fetal

Abortus pada usia kehamilan awal pada umumnya disebabkan oleh

abnormalitas zigot, atau plasenta. Abnormalitas kromosom

ditemukan sekitar 60-75% kasus abortus spontan. Dan angka

abortus yang disebabkan kelainan kromosom akan semakin

berkurang seiring dengan

1
1

bertambahnya usia kehamilan. Abnormalitas kromosom diturunkan

dari gen kedua orang tuanya.

b. Faktor maternal

1) Kelainan anatomi uterus

Adanya kelainan anatomi uterus seperti Leiomyoma yang besar

dan multipel atau adanya sinekia uterus (Ashermann Syndrome)

dapat meningkatkan risiko abortus.Malformasi kongenital yang

disebabkan oleh abnormalitas fusi Ductus Müllerii dan lesi yang

didapat memiliki pengaruh yang sifatnya masih

kontroversial.Pembedahan pada beberapa kasus dapat

menunjukkan hasil yang positif.Inkompetensia servik

bertanggung jawab untuk abortus yang terjadi pada trimester

II.Tindakan cervical cerclage pada beberapa kasus

memperlihatkan hasil yang positif.

2) Infeksi

Beberapa jenis infeksi dan hubungannya dengan abortus telah

diteliti secara luas, misal: Lysteria monocytogenes, Mycoplasma

hominis, Ureaplasma urealyticum, Toxoplasma gondii, dan

Virus (Herpes simplex, Cytomegalovirus, Rubella) memiliki

hubungan yang bervariasi dengan semua jenis abortus spontan.

Data penelitian yang menghubungkan infeksi dengan abortus

menunjukkan hasil yang beragam,sehingga American College of


2

Obstetricians and Gynecologyst menyatakan bahwa infeksi

bukan penyebab utama abortus trimester awal.

3) Penyakit metabolic

Abortus sering dihubungkan dengan adanya penyakit metabolik

pada ibu seperti tuberkulosis, Diabetes Mellitus, Hipotiroidisme,

dan anemia.Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada

metabolisme ibu dan janin karena dengan kurangnya kadar

hemoglobin maka berkurang pula kadar oksigen dalam darah.

Hal ini dapat memberikan efek tidak langsung pada ibu dan

janin antara lain kematian janin, meningkatnya kerentanan ibu

pada infeksi dan meningkatkan risiko terjadinya prematuritas

pada bayi).

4) Faktor Imunologi

Sindroma Antibodi Fosfolipid adalah gangguan imunologi

autoimunitas yang ditandai dengan adanya antibodi dalam

sirkulasi yang melawan fosfolipid membran dan setidaknya

memperlihatkan satu sindroma klinik spesifik (abortus berulang,

trombosis yang penyebabnya tak jelas dan kematian

janin).Penegakkan diagnosa setidaknya memerlukan satu

pemeriksaan serologis untuk konfirmasi diagnosis

(antikoagulansia lupus, antibodi kardiolipin).Pengobatan pilihan

adalah aspirin dan heparin (atau prednison dalam beberapa

kasus tertentu).
3

5) Trauma Fisik

Trauma yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan sering

kali dilupakan.Yang diingat hanya kejadian tertentu yang dapat

menyebabkan 13.Abortus.Namun, sebagian besar abortus

spontan terjadi beberapa waktu setelah kematian mudigah atau

janin (Smith, 2015).

c. Faktor paternal

Tidak banyak yang diketahui tentang faktor paternal (ayah) dalam

terjadinya abortus spontan.yang jelas, translokasi kromosom pada

sperma dapat menyebabkan abortus.

3. Patofisiologi

Pada awal abortus, terjadi pendarahan dalam desidua basalis

kemudian diikuti oleh nekrosi jaringan sekitarnya.Hal tersebut

menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya

sehingga merupakan benda asing dalam uterus.Keadaan ini

menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.Pada

kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi itu biasanya

dikeluarkan seluruhnya karena vili korialis belum menembus desidua

secara mendalam.Pada kehamilan antara 8 dan 14 minggu, vili

korinalis menembus desidua lebih dalam dan umumnya plasenta tidak

dilepaskan dengan sempurna sehingga dapat menyebabkan banyak

pendarahan.
4

Pada kehamilan 14 minggu ke atas, umumnya yang dikeluarkan

setelah ketuban pecah adalah janin, disusul setelah beberapa waktu

kemudian adalah plasenta.Pendarahan tidak banyak jika plasenta

segera terlepas dengan lengkap.Peristiwa abortus ini

menyerupaipersalinan dalam bentuk miniatur.

4. Manifestasi Klinis

Mengalami perdarahan pervagina ≥500cc maka dapat

menyebabkan rasa lemas , berisiko syok, dan penurunan kesadaran ibu,

tanda-tanda infeksi alat genital berupa demam (Ratnawati, 2018).

Tanda gejala dari abortus lainnya adalah kram atau nyeri perut bagian

bawah (Ratna & Yulichati, 2015).Klien juga akan mengalami

penurunan tekanan darah, denyut nadi normal atau cepat dan lemah.

Subu tubuh normal, meningkat atau menurun, mulas-mulas (Huda &

Kusuma, 2015).

Gejala seperti perdarahan yang terjadi bisa sedikit kemudian

banyak dan disertai keluarnya hasil konsepsi, rasa mulas (kontraksi)

tambah hebat, ostium uteri eksternumatau serviksterbuka (1-2 jari),

pada pemeriksaan vaginal dapat di raba dalam kavum uteriatau kadang

kadang sudah menonjol dari eksternumatau sebagian jaringan keluar,

perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan

sehingga dapat menyebabkan syok, pada pemeriksaan plano

testditemukan test positif atau negative, ibu anemia akibat perdarahan

(Hutapea M. , 2017).
5

5. Komplikasi

Ada pun komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu :

a. Perforasi

Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu

ada kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat

menjurus ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke

kandung kencing.Oleh sebab itu, letak uterus harus ditetapkan lebih

dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi

serviks tidak boleh digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret

dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar

dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi

ialah perdarahan dan peritonitis.

b. Luka pada Serviks Uteri

Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat

timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit.Apabila terjadi

luka pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul

ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada

serviks dan vagina.

c. Perdarahan

Diatasi dengan pengosongan uterus dan sisa hasil konsepsi dan jika

perlu pemberian transfusi darah.Kematian karena perdarahan dapat

terjadi apabilapertolongan tidak diberikan pada waktunya.


6

d. Infeksi

Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka

bahaya infeksi sangat besar.Infeksi kandungan yang terjadi dapat

menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan

kematian

6. Jenis-Jenis Abortus

a. Abortus Provokatus : Disengaja, digugurkan

1) Abortus Provokatus artifisial atau abortus therapeutic :

Pengguran kehamilan biasanya menggunakan alat-alat dengan

alasan, bahwa kehamilan membahayakan bagi ibunya sebelum

usia kandungan 28 minggu.

2) Abortus provocatus criminalis : Pengguran kehamilan tanpa

adanya alasan medis yang sah dan dilarang oleh hukum

b. Abortus Spontan : Terjadi dengan sendirinya, keguguran. Biasanya

abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan

sel sperma. Jenis abortus berdasarkan gejalanya dapat dibagi

menjadi 8, yaitu:

1) Abortus Iminens. Ditandai dengan perdarahan pada usia

kehamilan kurang dari 20 minggu, ibu mungkin mengalami

mulas atau tidak sama sekali. Pada abortus jenis ini, hasil

konsepsi atau janin masih berada di dalam, dan tidak disertai

pembukaan (dilatasi serviks)


7

2) Abortus Insipiens. Terjadi perdarahan pada usia kehamilan

kurang dari 20 minggu dan disertai mulas yang sering dan kuat.

Pada abortus jenis ini terjadi pembukaan atau dilatasi serviks

tetapi hasil konsepsi masih di dalam rahim.

3) Abortus Inkomplet. Terjadi pengeluaran sebagian hasil konsepsi

pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, sementara sebagian

masih berada di dalam rahim. Terjadi dilatasi serviks atau

pembukaan, jaringan janin dapat diraba dalam rongga uterus

atau sudah menonjol dari os uteri eksternum. Perdarahan tidak

akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan, sehingga

harus dikuret.

4) Abortus komplet. Pada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi

dikeluarkan sehingga rahim kosong. Biasanya terjadi pada

awal kehamilan saat plasenta belum terbentuk. Perdarahan

mungkin sedikit dan os uteri menutup dan rahim mengecil. Pada

wanita yang mengalami abortus ini, umumnya tidak dilakukan

tindakan apa-apa, kecuali jika datang ke rumah sakit masih

mengalami perdarahan dan masih ada sisa jaringan yang

tertinggal, harus dikeluarkan dengan cara dikuret.

5) Abortus Servikalis. Pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os

uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga mengumpul di

dalam kanalis servikalis (rongga serviks) dan uterus membesar,

berbentuk bundar, dan dindingnya menipis.


8

6) Missed Abortion. Keguguran tertunda. Ialah keadaan dimana

janin telah mati sebelum minggu ke-22, tetapi bertahan di dalam

rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.

7) Abortus Habitualis. Keguguran berulang-ulang. Ialah abortus

yang telah berulang dan berturut-turut terjadi, sekurang-

kurangnya 3x berturut-turut.

8) Abortus Mengancam. Gejalanya adalah perdarahan ringan yang

terjadi beberapa hari hingga beberapa minggu di awal

kehamilan, namun mulut rahim masih menutup.  Jika

perdarahan berhenti biasanya kehamilan akan dapat terus

berlanjut, walaupun ada risiko terjadi kelahiran prematur, atau

berat lahir bayi rendah.  Namun perdarahan seperti ini tidak

menyebabkan kecacatan pada janin.

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin

sudah mati

b. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin

masih hidup

c. Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion Data

laboratorium tes urine, hemoglobin dan hematokrit, menghitung

trombosit

d. kultur darah dan urine

e. Pemeriksaan Ginekologi:
9

1) Inspeksi vulva

a) Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak

b) Adakah disertai bekuan darah

c) Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian

d) Adakah tercium bau busuk dari vulva

2) Pemeriksaan dalam speculum

a) Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri

b) Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka

c) Apakah tampak jaringan keluar ostium

d) Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium

3) Pemeriksaan dalam

a) Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup

b) Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri

c) Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari

usia kehamilan

d) Adakah nyeri pada saat porsio digoyang

e) Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa

f) Adakah terasa tumor atau tidak

g) Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak

8. Penatalaksanaan

a. Abortus iminens

1) Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan

rangsang mekanik berkurang.


10

2) Periksa denyut nadi dan suhu badan 2 kali sehari bila pasien

tidak panas dan tiap 4 jam bila pasien panas

3) Tes kehamilan dapat dilakukan, bila hasil negatif mungkin

jaringan sudah mati.

4) Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus

imminens belum pada persesuaian faham. Sebagian besar ahli

tidak menyetujuinya, dan mereka yang menyetujui bahwa

harus ditentukan dahulu adanya kekurangan hormone

progesteron. Apabila difikirkan bahwa sebagian besar abortus

didahului oleh kematian hasil konsepsi dan kematian ini dapat

disebabkan oleh banyak factor, maka pemberian hormon

progesteron memang tidak banyak manfaatnya.

5) Pemeriksaan ultrasonografi penting di lakukan untuk

menentukan apakah masih janin hidup.

6) Berikan obat penenang, biasanya Fenobarbital 3 x 30 mg.

Berikan preprat hematinik misalnya, sulfas ferosus 600-1000

mg

7) Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.

8) Membersihkan vulva minimal 2 kali sehari dengan cairan

antiseptik
11

b. Abortus insipiens

1) Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus

spontan tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan

morfin.

2) Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai

perdarahan, ditangani dengan penosongan uterus memakai

kuret vacum atau cunam abortus disusul kerokan memakai

kuret tajam. Suntikan ergometrin 0,5 mg IM.

3) Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin

10 IU dalam dekstrose 5%, 500ml dimulai 8 per menit dan

naikan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.

4) Bila janin sudah keluar, tapi plasenta masih tertinggal, lakukan

pengeluaran plasenta secara manual

c. Abortus incomplit

1) Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus NaCl

fisiologis atau Ringer Laktat dan selekas mungkin ditransfusi

darah.

2) Setelah syok diatasi, dikerok dengan kuret tajam lalu suntikkan

ergometrin 0,2 mg IM.

3) Bila janin sudah keluar, tapi plasenta masih tertinggal, lakukan

pengeluaran plasenta secara manual.

4) Berikan antibiotic.
12

d. Abortus komplit

1) Bila pasien baik, berikan ergometri 3 x 1 tablet selama 3-5

hari.

2) Pasien anemi, berikan sufas ferosus atau transfusi darah

3) Berikan antibiotik

4) Diet tinggi protein, vitamin, dan mineral.

e. Missed abortion

1) Bila keadaan fibrinogen normal segera keluarkan jaringan

kinsepsi dengan cunam ovum lalu kuret tajam

2) Bila fibrinogen rendah berikan fibrinogen kering atau segar

sesaat sebelum mengeluarkan konsepsi

3) Kehamilan kurang dari 12 minggu, pembukaan serviks dengan

gagang laminaria selama 12 jam lalu dilatasi serviks dengan

dilatator hegar kemudian ambil hasil konsepsi dengan cunam

ovum dan kuret tajam.

4) Kehamilan lebih dari 12 minggu berikan dietilstilbestrol 3 x 5

mg infus oksitosin 10 IU dalam Dekstrose 5%sebanyak 500 ml

dan 20 tetes permenit kemudian naikkan dosis sampai uterus

berkontrasi

5) Bila tinggi fundus uteri ebih dari 2 dari bawah pusat, hasil

konsepsi keluarkan dengan menyuntikkan larutan garam 20%

dalam cavum uteri dinding perut.

f. Abortus serfikalis
13

Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan

untuk mengeluarkan hasi konsepsi dari kanalis servikalis.

g. Abortus habitualis

penangannya terdiri atas; memperbaiki keadaan umum, pemberian

makanan yang sempurna, anjuran istirahat sangat banyak, larangan

koitus dan olah raga, terapi dengan hormone progesteron, vitamin,

hormone tiroid dan lainnya mungkin mempunyai pengaruh

psikologis karena penderita mendapat kesan bahwa ia diobati.

h. Abortus infeksiosus (Septik)

1) Kepada penderita dengan abortus infeksiosus yang telah

mengalami banyak perdarahan hendaknya diberikan infuse dan

tranfusi darah

2) Pasien segera diberi antibiotika

3) Kuretase dilakukan dalam 6 jam dan penanganan demikian

dapat dipertanggungjawabkan karena pengeluaran sisa-sisa

abortus mencegah perdarahan dan menghilangkan jaringan

yang nekrotis. Yang bertindak sebagai medium pembiakan bagi

jasad renik. Pemberian antibiotika diteruskan sampai febris

tidak ada lagi selama 2 hari atau ditukar bila tidak ada

perubahan dalam 2 hari.

4) Pada abortus septic diperlukan pemberian antibiotika dalam

dosis yang lebih tinggi.


BAB II

A. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan (Data Fokus)


1. Kajian Data Subjektif

Data subjektif merupakan pendokumentasikan hanya pengumpulan

data klien melalui anamnesa yaitu tentang apa yang dikatakan klien,

seperti identitas pasien, kemudiaan keluhan yang diungkapakan pasien

pada saat melakukan anamnesa kepada pasien. Identitas atau biodata

adalah sebagai berikut:

a. Identitas

1) Nama

Dikaji dengan masa yang jelas, lengkap, untuk menghindari

adanya kekeliruhan atau untuk membedakan dengan klien atau

pasien lainnya.

2) Umur

Untuk mengetahui faktor resiko yang sangat berpengaruh

terhadap proses reproduksi seseorang.

3) Agama

Untuk memeberikan motivasi dorongan moril sesuai dengan

agama yang sedang di anut oleh pasien.

4) Suku Bangsa

Untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan

merugikan

1
1

5) Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat penerimaan

informasi hal-hal baru atau pengetahuan baru karena tingkat

pendidikan yng lebih tinggi mudah mendapatkan informasi

6) Pekerjaan

Untuk mengetahui status ekonomi keluarga pasien

7) Alamat

Untuk mengetahui tempat tinggal pasien

b. Data Subjektif

1) Keluhan Utama

Untuk mengetahui keluhan yang sedang dirasakan pasien saat

pemeriksaan

2) Riwayat Kesehatan

Untuk mengetahui riwayat kesehatan pasien pada saat ini,

dahulu maupun riwayat kesehatan keluargany apakah terdapat

penyakit menurun, menahun, ataupun menular

3) Riwayat Obstetri

memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan

sebelumnya agar perawat dapat menentukan kemungkinan

masalah pada kehamilansekarang.

4) Riwayat Kontrasepsi
2

Beberapa bentuk konirasepsi dapat berakibat buruk pada janin,

ibu, atau keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus

didlapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan

kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan  berlanjut.

5) Pola Kebutuhan sehari-hari

a) Makan

(1) Frekuensi : Berapa kali makan dalam sehari

(2) Jenis : Jenis makanan yang dikonsumsi

(3) Keluhan : Ada atau tidak keluhan yang dirasakan

b) Minum

(1) Frekuensi : Berapa kali minum dalam sehari

(2) Jenis : Jenis minum yang dikonsumsi

c) Eliminasi

(1) Frekuensi : Berapa kali BAK dan BAB dalam sehari

(2) Konsistensi : Untuk mengetahui apakah BAKdan

BAB pasien normal atau tidak

(3) Keluhan : Ada atau tidak keluhan yang dirasakan

6) Personal Hygien

Dikaji untuk mengetahui apakah pasien menjaga kebersihanya

sehari-hari.

7) Pola Aktivitas

Dikaji untuk mengetahui kegiatan apa yang dilakukan pasien

sehari-hari.
3

8) Pola Istirahat

Untuk mengetahui pola istirahat pasien sehari-hari, seperti

berapa lama tidur malam dan tidur siang pasien.

2. Pengkajian Data Objektif

Data Objektif yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil

analisa dan fisik klien, hasil laboratorium, dan test diagnostik lain yang

dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assasment yaitu apa

yang dilihat dan diraskan oleh bidan setelah melakukan pemeriksaan

terhadap pasien.

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan Umum

Untuk mengetahui keadaan umum pasien apakah baik, lemah

atau keadaan umummnya pasien pucat dan lemas.

2) Kesadaran

Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmetis, apatis,

ataupun samnolen.

3) Tekanan Darah

untuk mengetahui berapa tekanan darah pasien

4) Suhu

Untuk mengetahui berapa suhu badan pasien

5) Denyut Nadi

Untuk mengetahui berapa nadi pasien dihitung per menit


4

6) Respirasi

Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung

per menit

7) Berat Badan

Untuk mengetahui berap berat badan pasien

b. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala

Untuk menilai bentuk kepala, dan kelainan

2) Rambut

Untuk menilai warna, distribusi, kerontokan dan kebersihan

3) Muka

Untuk menilai terdapat oedem atau chloasma pada muka

4) Mata

Untuk menilai apakah kunjungtiva pucat atau merah, dan sklera

berwarna putih atau tidak

5) Hidung

Untuk mengetahui kebersihan dan pembesaran polip

6) Telinga

Mengetahui bentuk telinga simetris atau tidak, dan kebersihan

telinga

7) Mulut

Untuk mengetahui kebersihan, dan melihat adakah caries dan

mukosa bibir terlihat lembab atau tidak.


5

8) Abdomen

Untuk menegtahui adakah bekas operasi, maupun nyeri tekan.

9) Genetalia

Untuk mengetahui adakah pengeluaran cairan, oedem dan

varises vagina, dan kelainan yang mengganggu, serta untuk

mengetahui kemajuan persalinan

10) Anus

Melihat adakah hemoroid dan keluhan lain

11) Ekstremitas

Dilakukan jika memerlukan penegakan diagnose.

3. Analisa
Analisis merupakan masalah atau diagnosa yang ditegakkan

berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang

dikumpulkan atau disimpulkan yang dibuat dari data subjektif dan

objektif. ( Rukiyah, 2014).

Pendokumentasiaan hasil analisis dan interprestasi (kesimpulan)

dari dat subjektif dan objektif. Analisis yang tepat dan akurat

mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat

diketahuinya perubahan pasien, dapat terus diikuti dan diambil

keputusan/tindakan yang tepat. (Rismalinda,2014).

4. Rencana Tindakan
Perencanaan atau planning adalah suatu pencatatan

menggambarkan pendokumentasiaan dari perencanaan dan evaluasi


6

berdasrkan assesment yaitu rencan apa yang akan dialkukan

berdasarkan hasil evaluai tersebut.

Perencanaan dibuat saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan

disusun berdasarkan hasil analisia dan interprestasi data yang

bertujuaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal

mungkin danmempertahankan kesejahteraanya.


DAFTAR PUSTAKA

Anonym (2011). Kejadian abortus spontan dengan usia ibu di ambil di


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31675/4/chapter
%20ii.pdf pada tanggal 21 maret 2013 jam 16.00 wita

Herdman, TH. (2012). NANDA International Diagnosa Keperawatan. EGC :


Jakarta.

Hidayat, A.A. (2006). Kebutuhan dasar manusia 1. salemba medika: Jakarta

Nursalam. (2001). Proses & dokumentasi keperawatan. salemba medika: Jakarta

Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu kebidanan. Penerbit yayasan bina pustaka sarwono


prawirohardjo: jakarta.

Ralph c, benson (2009) buku saku obstetri dan ginekologi edisi 9. Egc: jakarta

Sastrawinata, s (2005). Obstetri patologi ilmu kesehatan reproduksi. 2nd ed. Egc :
jakarta

Wilkinson, judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan


intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai