net/publication/339710435
CITATIONS READS
0 598
1 author:
Iis Nurasyiah
Universitas Jember
4 PUBLICATIONS 4 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Iis Nurasyiah on 05 March 2020.
i
NEMATODA SISTA KENTANG
ii BIOLOGI, TEKNIK PENGAMATAN DAN UPAYA PENGENDALIAN
ISBN : 978-979-796-237-1
Sanksi Pelanggaran pasal 72: Undang-undang No. 19 Tahun 2002, Tentang Hak Cipta:
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00
(Satu Juta Rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (Lima Miliar Rupiah).
KATA PENGANTAR
v
NEMATODA SISTA KENTANG
vi BIOLOGI, TEKNIK PENGAMATAN DAN UPAYA PENGENDALIAN
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Bab 1 Pendahuluan..................................................................... 1
Bab 2 Biologi Nematoda Sista Kentang .................................. 5
A. Sifat Biologi dan Siklus Hidup Nematoda Sista
Kentang ..................................................................... 5
B. Dinamika Populasi NSK ............................................ 12
C. Strategi Pertahanan Diri NSK .................................. 13
Bab 3 Pengaruh Serangan NSK Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Kentang ............................................................................ 15
A. Morfologi Tanaman Kentang .................................. 15
B. Pengaruh NSK terhadap Pertumbuhan Tanaman
Kentang ..................................................................... 16
1. Pengaruh NSK terhadap Pertumbuhan Akar .... 17
2. Pengaruh NSK terhadap Pertumbuhan Tajuk ... 19
3. Pengaruh NSK terhadap Penyerapan Nutrisi dan
Air ........................................................................... 20
vii
NEMATODA SISTA KENTANG
viii BIOLOGI, TEKNIK PENGAMATAN DAN UPAYA PENGENDALIAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
xi
NEMATODA SISTA KENTANG
xii BIOLOGI, TEKNIK PENGAMATAN DAN UPAYA PENGENDALIAN
BAB
PENDAHULUAN
1
N ematoda sista kentang atau nematoda sista kuning (NSK) dengan
nama latin Globodera rostochiensis (Woll.) merupakan nematoda
parasit utama pada akar tanaman kentang (Solanum tuberosum L.).
Parasit ini diketahui menyerang tanaman kentang di Indonesia
pada awal tahun 2003, diduga bahwa nematoda tersebut terbawa
ke Indonesia melalui benih impor dari Eropa khususnya pada awal
era reformasi (1997) banyak benih asal Eropa tidak bersertifikat
yang beredar di petani.
NSK sangat berpengaruh terhadap perkembangan tanaman
dan hasil panen kentang. Pada kepadatan rendah, kebanyakan
tanaman toleran terhadapNSK dan kerusakan hanya pada
perkembangan sistem perakaran tanpa mempengaruhi
perkembangan keseluruhan, tetapi pada saat derajat serangan
meningkat, tanaman tidak dapat mengkompensasi dan menunjukkan
gejala-gejala kekurangan nutrisi dan air karena tidak efisiennya
sistem perakaran. Pada akhirnya keadaan itu akan mengurangi hasil
panen kentang (Jones, 1957 dalam Turner dan Evans, 1998).
Ambang ekonomi kehilangan hasil akibat NSK biasanya kurang
dari 20 telur per gram tanah (Evans dan Stone, 1977), meskipun
demikian interaksi lingkungan dan perbedaan tingkat toleransi
tanaman inang dapat memberikan variasi nilai ambang ekonomi.
Kehilangan hasil panen umbi akibat serangan NSK mencapai
2,75sampai 22 ton per ha atau setara dengan 10% sampai 80%
(Brown dan Sykes, 1983).
1
NE MA
NEMA
MATTODODAA SIST AK
SISTA ENTANG
KE
2 BIOLOGI, TEKNIK PENGAMATAN DAN UPAYA PENGENDALIAN
BAB
BIOLOGI NEMATODA
2 SISTA KENTANG
5
NEMATODA SISTA KENTANG
6 BIOLOGI, TEKNIK PENGAMATAN DAN UPAYA PENGENDALIAN
J2 menetas dipacu
oleh eksudat akar dan
masukke dalam akar
J3 dalam
akar
Eksudatakarmemacupenetasan
perubahan permeabilitas kulit
telur yang dimediasi oleh Ca+2
Siklus terputus
J3 J4
Gambar 2.6 Juvenil betina fase 3 (J3) dan 4 (J4)
G. Rostochiensis
J3 J4
Gambar 2.7 Juvenil jantan fase 3 (J3) dan 4 (J4)
G. rostochiensis
Betina Jantan
Gambar 2.8 Nematoda G. rostochiensis Dewasa
NEMATODA SISTA KENTANG
12 BIOLOGI, TEKNIK PENGAMATAN DAN UPAYA PENGENDALIAN
BAB
PENGARUH SERANGAN NSK
3 TERHADAP TANAMAN
KENTANG
15
NE MA
NEMA
MATTODODAA SIST AK
SISTA ENTANG
KE
16 BIOLOGI, TEKNIK PENGAMATAN DAN UPAYA PENGENDALIAN
cadangan makanan. Umbi ini akan terputus dari stolon pada saat
stolon mengering bersamaan dengan matinya tanaman. Tanaman
kentang dapat dipanen setelah daunnya berwarna kekuningan,
yaitu sekitar umur 70 hari setelah tanam tergantung varietasnya
(Anggoro et al., 1985).
A.
B.
BAB
METODE EKSTRAKSI DAN
4 ESTIMASI NEMATODA SISTA
KENTANG
23
NEMATODA SISTA KENTANG
24 BIOLOGI, TEKNIK PENGAMATAN DAN UPAYA PENGENDALIAN
A
A. B.
50 µm
BAB
PENGENDALIAN NEMATODA
5 SISTA KENTANG
A. Rotasi Tanaman
G. rostochiensis dan G. pallida hanya berkembang biak pada
tanaman Solanaceae (kentang, tomat dan terong) dan gulma
Solanaceae, membuat tanah bebas dari tanaman-tanaman tersebut
selama beberapa tahun menyebabkan penurunan populasi NSK.
Berapa tahun yang dibutuhkan untuk ditanami tanaman bukan
inang tergantung populasi awal dan kecepatan penurunan telur
dalam sista NSK (Whitehead dan Turner, 1998).
Brodie (1996) menganjurkan rotasi tanaman untuk mengendalikan
G. rostochiensis. Pada lahan yang baru diinfestasi nematoda hanya
boleh ditanami varietas kentang yang resisten. Setelah dua tahun,
dilakukan pemeriksaan lahan untuk mengetahui ada tidaknya sista
yang masih hidup. Jika masih ditemukan sista yang hidup, penanaman
varietas kentang resisten harus terus dilakukan dan pemeriksaan
lapangan dilakukan setiap tahun. Ketika tidak ditemukan sista yang
hidup, dilakukan rotasi tanaman, 2 tahun menanam kultivar resisten,
1 tahun kemudian menanam tanaman yang bukan inang, dan tahun
berikutnya menanam varietas yang peka. Sistem pola tanam seperti
ini sangat efektif mengendalikan NSK setelah 10 tahun.
33
NE MA
NEMA
MATTODODAA SIST AK
SISTA ENTANG
KE
34 BIOLOGI, TEKNIK PENGAMATAN DAN UPAYA PENGENDALIAN
B. Kultivar Resisten
Perkembangbiakan NSK dalam akar tanaman dipengaruhi oleh
kultivar kentang. Pada kultivar yang rentan terhadap NSK, NSK
berkembangbiak secara bebas baik pada akar, stolon dan umbi.
Pada kultivar kentang resisten sebagian nematoda dapat
berkembangbiak tapi lebih sedikit dibandingkan dengan kultivar
rentan penuh dan pada kentang yang resisten penuh tidak terdapat
perkembangbiakkan nematoda (Whitehead et al., 1994).
Jika tanaman kentang resisten tumbuh subur, populasi NSK dalam
tanah dapat turun sampai 80% pada satu musim tanam. Meskipun
penanaman sejumlah kultivar selama tiga sampai empat musim tanam
dapat menurunkan populasi NSK dalam tanah sampai 99%, tetapi
beresiko menimbulkan patotipe G. pallida dan G. rostochiensis yang
baru, juga menyebabkan terjadinya peningkatan penyakit kanker
batang yang disebabkan Rhizoctonia solani dan mungkin mikroba
patogen lain (Zawislak et al., 1981 dalam Whitehead, 1998).
Hasil penelitian Sunarto dkk. (2005) menunjukkan bahwa tingkat
ketahanan kultivar kentang terhadapGlobodera rostochiensis berbeda-
beda. Kultivar Atlantik memiliki kategori tahanterhadap G. rostochiensis;
kultivar Granola, Agriya, dan Cipanas memiliki kategoriketahanan sedang;
kultivar Merbabu dan Sante memiliki kategori peka.
C. Nematisida
1. Nematisida Kimia
Nematisida didefinisikan sebagai senyawa kimia yang membunuh
nematoda. Ada dua kategori nematisida yang tersedia luas, yaitu nematisida
fumigan dan bukan fumigan. Nematisida fumigandiformulasikan sebagai
cairan yang cepat menguap,sedangkan nematisida bukan fumigan secara
umum diformulasikan sebagai granul (butiran) atau cairan yang tidak
menguap. Nematisida bukan fumigan dapat diklasifikasikan sebagai
nematisida kontak atau sistemik tergantung pada caranematisida tersebut
membunuh nematoda dalam tanah karena kontak atau diserap pertama
kali oleh tanaman dan mempengaruhi nematoda ketika mereka memakan
jaringan tanaman (Spurr, 1985).Sejumlah nematisida fumigan dan bukan
fumigan dapat mengendalikan NSK secara efektif, tetapi penggunaannya
terbatas karena biayanya mahal dan sangat toksik terhadap lingkungan
dan manusia.
NE MA
NEMA
MATTODODAA SIST AK
SISTA ENTANG
KE
36 BIOLOGI, TEKNIK PENGAMATAN DAN UPAYA PENGENDALIAN
Keterangan : angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama menyatakan tidak beda
nyata menurut DMRT pada aras 5%
Keterangan : angka rata-rata ± SD; r: 6; n: 20; * : berbeda nyata menurut uji BNT
(P<0,05), *) : dibandingkan dengan minyak cengkeh
D. Tanaman Perangkap
Tanaman perangkap digunakan untuk menjerat hama dan
dipanen atau dicabut sebelum hama berkembang. Contohnya
kentang dipanen pada saat umbi masih kecil sekitar 4 sampai 6
minggu setelah tanam sehingga NSK terperangkap dan tidak bisa
berkembang. Tanaman kentang yang ditanam berikutnya bebas
infeksi karena NSK sudah dijerat oleh tanaman kentang sebelumnya.
Dengan cara ini populasi G. rostochiensis pada tanah sampai
kedalaman 20 cm menurun 45% lebih banyak dibandingkan dengan
cara pemberoan tanah (tidak ditanami tanaman budidaya selama
satu musim tanam atau lebih) (Whitehead, 1977 dalam Whitehead
dan Turner, 1998). Tanaman perangkap dapat digunakan untuk
mengurangi populasi NSK tanpa harus memfumigasi tanah.
Hasil penelitian Scholte (2000a, b, c); Scholte dan Vos(2000),
menunjukkan bahwa dari sekitar 90 spesies tanaman solanaceae,
Solanum sisymbriifolium merupakan tanaman yang paling efektif
digunakan sebagai tanaman perangkap NSK. Solanum sisymbriifolium
dikenal baik sebagai tanaman perangkap NSK, baik Globodera
rostochiensis maupun G. pallida(Timmermans et al., 2006).
S. sisymbriifoliummerupakan tanaman perangkap istimewa
karena selain mampu memacu penetasan telur juga mencegah
perkembangan juvenil juvenil fase II (J2) menjadi nematoda dewasa
karena tanaman tersebut sangat resisten terhadap NSK (PCN Control
Group, 2004; Scholte, 2000; Timmermans et al., 2006). Tanaman
tersebut juga resisten terhadap nematoda parasit tanaman lain
seperti Meloidogyne, Trichodorus, dan Pratylenchus (PCN Control
Group, 2004). Selain itu, S. sisymbriifoliumresisten terhadap bakteri
NE MA
NEMA
MATTODODAA SIST AK
SISTA ENTANG
KE
44 BIOLOGI, TEKNIK PENGAMATAN DAN UPAYA PENGENDALIAN
E. Pemanasan Tanah
Pada saat iklim panas atau dalam rumah kaca pada musim
panas di daerah beriklim sedang, matahari dapat menaikkan suhu
permukaan tanah yang ditutupi oleh satu atau dua lapisan polietilen,
dan secara efektif dapat membunuh nematoda pada kedalaman
tanah 20 sampai 30 cm. Di luar daerah beriklim sedang termasuk
Indonesia, temperatur yang mematikan hanya dapat dicapai pada
kedalaman beberapa cm saja dari permukaan tanah. Di New York,
USA, 97% telur G. rostochiensis dapat terbunuh pada kedalaman 10
cm dari permukaan tanah pada musim panas (La Mondia dan
Brodie, 1984). Pemanasan tanah hanya cocok pada lahan yang
sempit dan untuk daerah yang memiliki musim panas yang panjang.
Dengan metode ini biayanya cukup tinggi meliputi biaya untuk
polietilen, peralatan dan tenaga kerja.
F. Pengendalian Biologis
Menurut De Bach (1964) dalam Miguel et al. (1997), pengendalian
biologi adalah aksi/kerja dariparasit, predator, dan patogen dalam
mempertahankan kepadatan organisme lainpada tingkat yang
rendah dibandingkan tanpa kehadirannya.Pengendalian biologi
merupakan salah satu cara pengendalian yang dinilaicukup aman
dan mempunyai beberapa keuntungan, antara lain :
1. selektivitas tinggi dan tidak menimbulkan hama baru
2. organisme yang digunakan sudah tersedia di alam
3. organisme yang digunakan dapat mencari dan menemukan
inangnya
4. dapat berkembangbiak dan menyebar
5. hama tidak menjadi resisten atau kalaupun terjadi sangat lambat
6. pengendalian berjalan dengan sendirinya.
NE MA
NEMA
MATTODODAA SIST AK
SISTA ENTANG
KE
46 BIOLOGI, TEKNIK PENGAMATAN DAN UPAYA PENGENDALIAN
Keterangan : angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada tingkat kepercayaan
95%
Keterangan : angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada tingkat kepercayaan 95%
G. Pengendalian Terpadu
Pengendalian nematoda terpadu (PNT) adalah subsistem
darisistem pengendalian hama terpadu (PHT). Oleh karena itu
falsafah yang mendasari PNT adalah bukan hanya suatu cara
mengendalikan nematoda, melainkan suatu konsep, pandangan,
pendekatan, program, suatu strategi, bahkan suatu filosofi. Konsep
PNT bekerja dengan cara mendorong, mengkontribusikan, dan
memadukan beberapa taktik pengendalian dalam suatu strategi
yang kompatibel terpadu untuk menekan populasi nematoda (NSK),
sehingga memperkecil kerusakan dan produksi tanaman
(Hadisoeganda, 2003).
Nematoda sista kentang paling baik dikendalikan dengan dua
atau lebih metode secara bersamaan atau berurutan. Penggunaan
satu cara pengendalian secara terus menerus, cepat atau lambat
akan menimbulkan biotipe virulen yang baru sehingga pengendalian
dengan cara tersebut tidak akan efektif lagi. Pengendalian terpadu
bukan merupakan konsep baru dan dapat digunakan dalam
pengendalian NSK dengan berbagai cara untuk beberapa tahun.
Sebelum digunakan kultivar resisten dan nematisida granul pada
pertengahan tahun 1960, kombinasi rotasi tanaman dan fumigasi
tanah terbukti efektif dalam mengendalikan NSK (Spear et al., 1956
dalam Whitehead dan Turner, 1998). Rotasi tanaman dan penggunaan
kultivar resisten terbukti sukses mengendalikan NSK di Belanda
(Nollen dan Mulder, 1970 dalam Whitehead dan Turner, 1998).
Dalam Reddy (2014) dijelaskan bahwa aplikasi mimba (neem
cake) sebanyak 5 t/ha yang diberikan bersamaan dengan
Trichoderma Viride sebanyak 0,5 kg/ha menghasilkan umbi kentang
yang maksimal yaitu 23,14 t/ha dan mengurangi perkembangan
NSK. Dijelaskan pula bahwa penggunaan kombinasi varietas kentang
yang genjah dengan nematisida cukup baik untuk mengendalikan
NSK. Penggunaan benih bersertifikat yang dikombinasikan dengan
rotasi tanaman pada lahan penghasil benih kentang juga efektif
dalam mengendalikan NSK. Penggunaan varietas resisten yang diikuti
oleh aplikasi nematisida dapat membunuh populasi nematoda
sebanyak 99%. NSK yang menjadi masalah utama di Nilgiris (Tamil
Nadu, India) dikendalikan dengan kombinasi perlakukan nematisida,
rotasi tanaman dan penggunaan varietas resisten (cv. Kufri Swarna).
NE MA
NEMA
MATTODODAA SIST AK
SISTA ENTANG
KE
50 BIOLOGI, TEKNIK PENGAMATAN DAN UPAYA PENGENDALIAN
BAB
PENUTUP
6
Sampai tahun 2004 NSK hanya di temukan di daerah sentra
produksi kentang yaitu di Batu, Probolinggo, Pasuruan dan
Malang(Jawa Timur), Banjarnegara (Jawa Tengah), Bandung dan
Garut (Jawa Barat),serta Simalungun, Karo, Dairi, dan Tapanuli
Utara (Sumatera Utara). Sekarang NSK sudah ditemukan di daerah
Pangalengan yang merupakan sentra benih kentang bersertifikat
terbesar di Indonesia.Apabila sentra benih kentang sudah terinfeksi
NSK maka akan sangat mudah menyebar ke seluruh Indonesia,
karena hampir semua kebun kentang di Indonesia bergantung pada
benih kentang dari Pangalengan. Selain itu, adanya NSK pada lahan
benih kentang menyebabkan benih yang dihasilkan tidak bisa
mendapat sertifikat karena kandungan 0% NSK merupakan syarat
mutlak benih bersertifikat.
Sampai saat ini belum ada hasil penelitian yang terbukti efektif
dalam mengendalikan NSK di lapangan, penyebabnya antara lain
adalah belum adanya komunikasi yang intens antar peneliti NSK,
penelitian NSK yang harus in situ, kesadaran berbagai pihak
mengenai aturan OPT karantina, belum banyak komoditas
hortikultura yang setara dengan tanaman kentang, serta banyak
petani yang menganggap bahwa NSK bukan penyakit yang perlu
perhatian khusus.
53
NE MA
NEMA
MATTODODAA SIST AK
SISTA ENTANG
KE
54 BIOLOGI, TEKNIK PENGAMATAN DAN UPAYA PENGENDALIAN
Daftar Pustaka 55
BAB
DAFTAR PUSTAKA
6
Anggoro H.P., Antoro, W., dan Etty, S. 1985.Morfologi dan
Pertumbuhan Kentang dalam Balai Penelitian Hortikultura
Lembang.Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanianp : 8-19.
Arntzen, F. K., J. H. M. Visser, and J. Hoogendoorn. 1994. The effect of
the potato cyst nematode Globoderapallida on in vitro root
growth of potato genotypes, differing in tolerance. Annals of
Applied Biology 124:59-64.
Asyiah, I.N., E. Yulinah, M. Sutisna, Buchari. 2005. Pengaruh Berbagai
Ekstrak Metanol Tumbuhan terhadap Mortalitas Juvenil Instar-2
dan Penetasan Telur Nematoda Sista Kentang (Globodera
rostochiensis). Jurnal Perlindungan Tanaman 11(1) : 31-39.
Asyiah, N.I., Yulinah, E., Sutisna, M., Buchari, dan Bintari. 2005.
Nematicidal Activity of Essential Oils Against the Potato Cyst
Nematodein Globodera rostochiensis, Proc. International
Conference on Crop Security I,Malang-Indonesia.
Asyiah, I.N., E. Yulinah, M. Sutisna, Buchari. 2006. Nematicidal
Activity of Clove Oil, Citonellal Oil and Their Components Against
Golden Cyst Nematode (Globodera rostochiensis) inProceeding of
an International Conference on Mathematics and Natural Sciences
(ICMNS), Bandung-Indonesia.
Asyiah, I.N., E. Yulinah, M. Sutisna, Buchari. 2007. Kajian Penggunaan
Anti Nematoda dari Tumbuhan dalam Pengendalian Nematoda
Sista Kentang (Globodera rostochiensis). Disertasi S3, ITB, Bandung.
55
NE MA
NEMA
MATTODODAA SIST AK
SISTA ENTANG
KE
56 BIOLOGI, TEKNIK PENGAMATAN DAN UPAYA PENGENDALIAN
Luc, M., D.J. Hunt, J.E. Machon. 1995. Morfologi, Anatomi dan Biologi
Nematoda Parasitik Tumbuhan – Sinopsis, dalam Luc, M., R.A.
Sikora, J. Bridge (Ed). Nematoda Parasitik Tumbuhan di Pertanian
Subtropik dan Tropik. Gadjah Mada university Press, 1-48.
Mulder, A. 1994. Tolerance of the Potato to Stress Associated with
Potato Cyst Nematodes, Drought and pH – An Ecophysiological
Approach, Thesis, Wageningen Agricultural University. 10-40.
PCN Control Group, 2004. SA-LINK 112 Projects: IntroducingSolanum
sisymbriifoliumas a trap crop for potato cyst nematodes in the
UK. Nematode Interaction Unit at Rothamsted Research.
Peiris, H.T.R. dan Hemingway, J. 1990. Mechanisms of Insecticide Re-
sistance in a Temephos Selected Culex quinquefasciatus (Diptera :
Culicidae) Strain from Srilangka, Bulletin of Entomological
Research, 80: 453-457.
Perry, R.N. 1998. The Physiology and Sensory Perception of Potato Cyst
Nematodes, Globodera species, dalam Marks, R.J. dan Brodie,B.B.,
Editor,PotatoCyst Nematodes: Biology, Distribution and Control,
Bagian I, CAB International, 27-50.
Perry, R.N. dan Beane, J. 1988. Effects of Certain Herbicides on the in
vitroHatch of Globodera rostochiensis and Heterodera schachtii,
Revue Nématol., 12(2): 191-196.
Rawsthorne, D. dan B.B. Brodie 1986. Relationship between Root
Growth of Potato Root Diffusate Production and Hatching of
Globodera rostochiensis, Journal of Nematology, 18: 379-384.
Reddy, P. Parvatha. 2014. Biointensive Integrated Pest Management
in Horticultural Ecosystems. Springer India. 277 p.
Robinson, M.P., Atkinson, H.J., dan Perry, R.N 1985. The Effect of De-
layed Emergence on Infectivity of Juveniles of the Potato Cyst
Nematode, Globodera rostochiensis, Nematologica, 31: 171-178.
Scans, J. dan Arntzen, F.K. 1991. Photosynthesis, Transpiration, and
Plant Growth Characters of Different Cultivars at Various
Densities of Globodera pallida, Netherlands Journal of Plant
Pathology, 97: 297-310.
Scholte, K. dan Vos, J. 2000. Effects of Potential Crops and Planting
Date on Soil Infestation with Potato Cyst Nematodes and Root-
Knot Nematodes, Ann. appl. Biol., 137: 153-164.
Scholte, K. 2000a. Effect of potato used as trap crop on potato cyst
nematodes and other soil pathogens and on the growth of a
subsequent main potato crop. Annals of Applied Biol.,136: 229-238.
NE MA
NEMA
MATTODODAA SIST AK
SISTA ENTANG
KE
60 BIOLOGI, TEKNIK PENGAMATAN DAN UPAYA PENGENDALIAN
GLOSARY
63
NE MA
NEMA
MATTODODAA SIST AK
SISTA ENTANG
KE
64 BIOLOGI, TEKNIK PENGAMATAN DAN UPAYA PENGENDALIAN
INDEKS
A D
ABA, 20 Daun, 5, 15, 16, 17, 18, 19, 38
Akar, 1, 2, 5, 7, 8, 17 Diapause, 12, 13, 29
Akar lateral, 8, 9, 18 Dikotil, 15
Akuades, 30 Dormansi, 13
Ambang ekonomi, 1
Anorganik, 31, 37 E
Asetilkolin esterase, 39 Eksudat akar, 2, 7, 12, 30
ATP, 28 Ekstrak metanol, 26, 38
Ekstraksi, 26, 29, 30, 42
B Eugenol, 28, 39
Baermann, 27
Bakteri, 43 F
Benih, 1, 2, 49, 50, 53 Fenestral, 10
Betina, 6, 9, 11, 12, Fenwick, 23, 24
Biologis, 33, 45, 48, Filotaksis, 15
Flotasi, 23, 29
C Fotosintesis, 17, 20
Cengkeh, 26, 38, 39
Corong, 27, G
Cuci, 23, 25, G. rostochiensis, 2, 6, 7, 12, 26, 37,
40
Globodera, 1, 5, 24
67
NEMATODA SISTA KENTANG
68 BIOLOGI, TEKNIK PENGAMATAN DAN UPAYA PENGENDALIAN
H O
Heteroderidae, 5 Organisme pengganggu
tumbuhan, 2,
I OPT, 2, 50
Inang, 1, 2, 5, 8, 13, 32
Inokulasi, 39, 42 P
In vivo, 37, 41 Parasit, 1, 5, 45
In vitro, 37, 48 Patogen, 14, 35, 44, 45
Penetasan, 6, 7, 13
J Pengendalian, 2, 24, 33, 42
Juvenil, 6, 9, 25, 37, 42, 45 Perangkap, 33, 43
J2, 6, 7, 8, 9 Permiabilitas, 14, 25
Persisten, 12
K Pewarnaan, 25, 26
Karantina, 2, 24, 41 Populasi, 12, 17, 32, 43, 49
KCKT, 28, 47,
Kentang, 28, 47 Q
Krisoidin, 25, 26 Quiscence, 13
Kultivar, 33, 35
Kutikula, 6, 9, 10 R
Rasio, 13, 17, 18
L Resisten, 18, 33, 35, 43, 47
laktofenol, 30 Rizobakter, 46, 47, 48, 49
Rotasi tanaman, 33, 34, 49
M
Minyak atsiri, 27, 29, 31 S
Mikroskop, 23, 25 Sel, 8, 20, 48
Multinukleat, 8 Siklus hidup, 2, 6, 28
Mycofer, 46, 47 Sinsitium, 8
Sista, 8
N Sizygium aromaticum, 25
NSK, 1, 2, 5, 12, 17, 19 Solanum sisymbriifolium, 43
Nematoda, 1, 2, 3, 5, 8, 11 Solanum tuberosum, 1, 15
Stilet, 6, 7, 8, 10
Indeks 69
T
Tajuk, 16, 18, 19, 34
Tanah, 1, 2, 6, 19, 12,
Tanaman, 1, 2, 5, 8, 9, 13
Telur, 1, 6, 7, 10, 12, 14,
U
Umbi, 1, 5, 35
V
Viabel, 12
Viabilitas, 24
W
Warna, 30
Z
Zat pengatur tumbuh, 47
ZnSO4 , 31, 32, 40
ZPT, 47