Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRO ENTERITIS AKUT (GEA)

Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Program Profesi Ners Stase Keperawatan Anak

Disusun oleh:
MUHAMAD RIJAL TAUFIQ
KHGD 20037

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN X


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA
GARUT
2020/2021
A. KONSEP MEDIS

1) Pengertian Gastroenteritis Akut

Diare menyebabkan kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feses.

Kelainan yang menganggu penyerapan diusus besar lebih jarang menyebabkan

diare. Pada dasarnya semua diare, sedangkan kelainan penyerapan diusus besar

lebih kelainan diusus besar lebih jarang menyebabkan diare. Pada dasarnya diare

merupakan gangguan transportasi larutan diusus (Sodikin, 2012).

Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular menyerang pada lambung

dan usus yang di tandai berak-berak encer 5 kali atau lebih. Gastroenteritis adalah

buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari dapat atau tanpa lendir dan darah

(Murwani, 2009).

Diare adalah suatu kondisi di mana seseorang buang air besar dengan ko

Diare adalah buang air besar dengan frekuensi tidak normal (meningkat) dan

konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (Suharyono, 2008 : 1).

Diare akut merupakan penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita.

Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba

frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agen infeksius dalam nafas (ISPA)

atau saluran kemih (ISK), terapi anti bioptik (donnna L. Wong let, 2009).

2) Etiologi

Menurut (Ngastiyah,2005) faktor infeksi diare.

a. Faktor Infeksi

1) Infeksi Virus
a) Retovirus , Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering

didahulu atau disertai dengan muntah. Timbul sepanjang tahun,


tetapi biasanya pada musim dingin. Dapat ditemukan demam

atau muntah. Di dapatkan penurunan HCC.

b) Enterovirus, Biasanya timbul pada musim panas.

c) Adenovirus, Timbul sepanjang tahun. Menyebabkan gejala pada

saluran pencernaan/pernafasan.

d) Norwalk, Epidemik dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam).

2) Bakteri

a) Stigella, Semusim, puncaknya pada bulan Juli- September

insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun dapat dihubungkan

dengan kejang demam. Muntah yang tidak menonjol

terdapatnya sel polos dalam feses sel batang dalam darah

b) Salmonella, Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1

tahun. Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid.

Mungkin ada peningkatan temperature Muntah tidak menonjol

Sel polos dalam feses Masa inkubasi 6- 40 jam, lamanya 2-5

hari. Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-

bulan.

c) Escherichia coli Baik yang menembus mukosa (feses berdarah)

atau yang menghasilkan entenoksin. Pasien (biasanya bayi)

dapat terlihat sangat sakit.

d) Campylobacter Sifatnya invasif (feses yang berdarah dan

bercampur mukus) pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah

tanpa manifestasi klinik yang lain. Kram abdomen yang hebat.


Muntah/dehidrasi jarang terjadi

e) Yersinia Enterecolitica Feses mukosa Sering didapatkan sel

polos pada feses. Mungkin ada nyeri abdomen yang berat Diare

selama 1-2 minggu. Sering menyerupai apendicitis.

f) Kolera, merupakan diare jenis hipersekresi. Kuman tersebut

mengeluarkan endotoksin sehingga menyebabkan pengeluaran

cairan yang berlebihan di usus, sehingga orang yang

bersangkutan kehilangan banyak elektrolit. Timbulnya

mendadak, usia terkena lebih dari 2 tahun, terkadang disertai

muntah, dan jarang disertai panas badan. Pada jenis ini,

penderita yang terkena cepat mengalami dehidrasi. Feces/tinja

yang timbul baunya amis dan seperti cucian beras.

3) Parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).

4) Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang

dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis,

bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.

b. Faktor Non Infeksi

1) Malabsorbsi,

a) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa, maltosa,

dan sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktusa dan

galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah

intoleransi laktosa.

b) Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.


c) Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.

2) Faktor makanan, Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

(milk alergy, food alergy, dow’n milk protein senditive

enteropathy/CMPSE). Makanan dan minuman yang sudah

terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau

kontaminasi oleh tangan yang kotor. Penggunaan sumber air yang

sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar. Tidak mencuci

tangan dengan bersih setelah buang air besar.

3) Tanda dan Gejala

Beberapa tanda dan gejala tentang diare Menurut Suriadi (2001)

a. Sering buang air besar dengan konstipasi tinja yang cair dan encer.

b. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elestyisitas

kulit menurun ) ubun-ubun dan nada cekung, membran mukosa kering.

c. Diare.

d. Muntah.

e. Demam.

f. Nyeri Abdomen

g. Membran mukosa mulut dan bibir kering

h. Fontanel Cekung

i. Perubahan tanda-tanda vital

4) Komplikasi

Beberapa komplikasi menurut ngastiyah (2005) adalah :


a) Hipokalemia (dengan gejala materiorisme otot lemah bradikardi
perubahan elektro diogram)
b) Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipo kalsemia
c) Hiponatremi
d) Syok hipovalemik
e) Asidosis
f) Dehidrasi

5) Patofisiologi Gastroenteritis

Menurut Ngastiyah (2005), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare

adalah:

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus,

Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,

Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,

Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi

pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel,

atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.

Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang

lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan

minuman yang terkontaminasi.

Gastroenteritis, yang terjadi merupakan proses dari Transfor aktif akibat

rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam

mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan elektrolit.

Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga

menurunkan area permukaan intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan


elektrolit.

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:


a) Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran

air dan elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan ini akan

merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

b) Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan

selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

c) Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan

usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika

peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan

yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat di
sebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit, serta mengalami gangguan
asam basa dapat menyebabkan dehidrasi, Asidosis metabolic dan
hypokalemia,hypovolemia.Gejala dari dehidrasi yang tampak yaitu
berat badan turun, turgor kembali sangat lambat,mata dan ubun-ubun
besar menjadi cekung,mucosa bibir kering.
Dehidrasi merupakan keaadaan yang paling berbahaya karena dapat
menyebabkan hypovolemia, kolaps cardiovaskuler dan kematian bila
tidak diobatai dengan tepat. Dehidrasi yangterjadi menurut tonistas
plasam dapat berupa dehidrasi istomik. Dehidrasi hipertonik
(hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik menurut derajat dehidrasinya
biasa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau
dehidrasi berat(Juffrie, 2010) untuk mengetahui keadaan dehidrasi
dapat dilakukan penilaian berikut :
Tabel 1.1
Penilaian derajat dehidrasi

Penilaian Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Berat


Dehidrasi Ringan/Sedang
1. Lihat:

Keadaan Umum Baik,sadar Gelisah,rewel Lesu,lunglai atau


sadar.
Mata Normal Cekung Sangat cekung dan
kering.
Air Mata Tidak Tidak ada Kering Ada Sangat kering
Mulut Dan Lidah Ada Basah Haus,ingin Malas minum atau
Dan Rasa Haus Minum Biasa Minum banyak tidak Makan.
Tidak haus

2. Periksa: Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat


Turgor kulit lambat.

3. Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat


pemeriksaan ringan/sedang (Bila (Ditambah 1 Atau
ada 1 Tanda 1 atau lebih tanda lain)
lebih tanda lain)
4. Terapi Rencana terapiRencana terapi B Rencana terapi C
A
Tanda-tanda yang juga dapat diperiksa: timbang berat badan,ubun-
ubun besar, urine,nadi dan pernafasan atau tekana
darah.Sumber:depkes buku ajar diare dalam (Nursalam, 2008).
6) Pathways

7) Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan laboratorium.

a. Pemeriksaan tinja.

b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,


bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas

darah atau astrup,bila memungki kan.

c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi

ginjal.

2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum

Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama

dilakukan pada penderita diare kronik.

3. Pemeriksaan darah

a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (natrium, kalium, kalsium

dan fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama

basa.

b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.

4. Doudenal Intubation

Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,

terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

8) Klasifikasi

Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:

a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler,

dan Enterotolitis nektrotikans.

b. Diare non spesifik : diare dietetis.

2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :


a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan

oleh bakteri, virus dan parasit.

b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya:

diare karena bronkhitis.

3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:

a. Diare akut: Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak,

berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25%

sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5

sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.

b. Diare kronik, ádalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih.

9) Penatalaksanaan

1) Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita

diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Jumlah cairan: jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan

1. Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah

PWL (Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan

yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal

Water Losses).

2. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus

berlangsung CWL (Concomitant water losses)

b. Ada 2 jenis cairan yaitu:

1. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh


WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L,

Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung

meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80

mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa

cairan rehidrasi oral:

a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3

dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.

b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-

komponen di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-

cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak

lengkap.

2. Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai

cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan

parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi:

a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah

b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994

dalam Wicaksana, 2011).

2) Antibiotik

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare

akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari

tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada :

Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses

berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi


lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare

pada pelancong, dan pasien immunocompromised.

Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari,

3–5 hari),Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin

300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-

500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atau IV).

3) Obat Anti Diare

Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat

(lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2–4

mg/ 3–4x sehari dan lomotil 5mg 3–4 x sehari. Efek kelompok obat

tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan

sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi

diare. Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan

dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut

dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Menurut Wicaksana (2011), adalah

1. Identitas klien

2. Riwayat keperawatan

Awal serangan : gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian


timbul diare.
Keluhan utama: feses semakin cair, muntah, kehilangan banyakan
air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, BB menurun, tonus dan
turgor kulit berkurang feses semakin cair, muntah, kehilangan, selaput
lendir mulut dan bibir kering, frekuensi buang air besar lebih dari 4x
dengan konsisten encer.
3. Riwayat kesehatan masalalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi
4. Riwayat Psikososial keluarga\
5. Kebutuhan dasar
a. Pola Eliminasi
Mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4x sehari
b. Pola Nutrisi
c. Diawali dengan mual, muntah, menyebabkan penurunan BAB
d. Pola Istirahat dan Tidur
Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
e. Pola Aktifitas
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah danadan yang
yeri akibat disentri abdomen.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
Ht meningkat, leukosit menurun
b. Feses
Bakteri atau parasit
c. Elektrolit
Natrium dan Kalium menurun
d. Urinalisa
Urin pekat, BJ meningkat e. Analisa Gas Darah Antidosis
metabolik (bila sudah kekurangan cairan)
7. Data Fokus
a. Subjektif
1) Kelemahan
2) Diare lunak s/d cair
3) Anoreksia mual dan muntah
4) Tidak toleran terhadap diit
5) Perut mulas s/d nyeri (nyeri pada kuadran kanan bawah,
abdomen tengah bawah)
6) Haus, kencing menurun
7) Nadi mkeningkat, tekanan darah turun, respirasi rate turun
cepat dan dalam (kompensasi ascidosis).
b. Objektif
1). Lemah, gelisah
2). Penurunan lemak / masa otot, penurunan tonus
3) Penurunan turgor, pucat, mata cekung
4) Nyeri tekan abdomen
5) Urine kurang dari normal
6) Hipertermi
7) Hipoksia / Cyanosis,Mukosa kering,Peristaltik usus lebih dari
normal.
2. Diagnosa Yang Mungkin Muncul
a. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan intake cairan

kurang.

b. Gangguan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.

c. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

d. Nyeri (akut) berhubungan dengan hiperperistaltik usus

e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan defekasi sering.

3. Intervensi Keperawatan

Dx.1 :Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan intake cairan

kurang.
Tujuan :Resiko kurangcairan dan elektrolit teratasi.

Kriteria hasil :

Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab,

balance cairan seimbang.

Intervensi
a. Timbang popok/pembalut jika diperlukan.
b. Pertahankan catatan intake dan autput yang akurat.
c. Mengukur tanda-tanda vital.
d. Berikan cairan intra vena pada suhu ruangan.
f. Dorong masukan oral.
g. Kaji keluhan pasien
h. Kaji membran mukosa, turgor kulit dan kapilary revil.
i. Awasi masukan dan haluaran cairan
j. Anjurkan pasien untuk minum ± 8 gelas / perhari.
k. Memberi cairan intra vena ( terpasang infus KN3A ).

Dx 2: Gangguan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi. Terpenuhi

Kriteria hasil:

Berat badan sesuai dengan umur, nafsu makan kembali normal, tanda-
tanda marasmus dan atau kwashiorkor berkurang/hilang.

Intervensi:

a. Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.

b. Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet

c. Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi.


Dx 3 : Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.

Tujuan :Suhu dalam batas normal


Kriteria hasil:
Suhu normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi

Intervensi:
1. Mengukur tanda-tanda vital (suhu, denyut nadi, frekuensi
pernafasan )
2. Monitor warna dan suhu kulit selimuti pasien
3. Monitor penurunan tingkat kesadaran
4. Montor tanda-tanda hipertermi
5. Monitor suhu setiap 2 jam sekali.
6. Beri kompres hangat pada daerah leher, katiak dan lipatan paha.
7. Anjurkan memakai pakaian yang mudah menyerap kringat.
8. Anjurkan pasien banyak minum air putih
9. Anjurkan untuk istirahat yang cukup.
10. Kompres air hangat.

Dx. 4: Nyeri (akut) berhubungan dengan hiperperistaltik usus


Tujuan : Nyeri dapat di kontrol

Kriteria :

 Tanda-tanda vital dalam rentang normal


 skala nyeri turun ke level yang dapat diteloransi
 melaporkan adanya penurunan nyeri
 nyeri tidak menyebabkan komplikasi misalnya terhadap nutrisi,
kecemasan, dan aktivitas

Intervensi:
a. Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
b. Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman
seperti masase punggung dan kompres hangat abdomen
c. Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah
defekasi dan berikan perawatan kulit
d. Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik
sesuai indikasi
e. Kaji keluhan nyeri (skala 1-10), perubahan karakteristik nyeri,
petunjuk verbal dan non verbal

Dx. 5: Gangguan integritas kulit berhubungan dengan defekasi sering.


Tujuan: Tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil:

- Integritas kulit yang baik bisa di pertahankan (sensasi,


elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
- Tidak ada luka/lesi pada kulit
- Perfusi jaringan baik
- Menunjukan pemahaman dalam proses perbaqikan kulit dan
mencegah terjadinya cedera berulang
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit
dan perawatan alami.

Intervensi:
- Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
- Hindari kerutan pada tempat tidur
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
- Monitor kulit akan adanya kemerahan.
- Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI, ( 2011 ). Buletin data dan kesehatan :Situasi Diare di
Indonesia, Jakarta : Kemenkes

Wong Donna L. ( 2008 ). Buku Ajaran Keperawatan Pediatrik. Vol 2. EGC :


Jakarta.

Ngastiyah. ( 2005 ). Perawatan Anak Sakit Edisi Dua. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta

Nurasalam ( 2008 ). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Hidayat A. A. A. ( 2006 ). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta.


Salemba Medika.

North American Nursing Diagnosis Association ( NANDA ). ( 2018 ). Diagnosis


Keperawatan 2018 – 2011. Jakarta : EGC

Nurasalam. ( 2011). Manajemen Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai