Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

PRAKTIKUM II

PENENTUAN VISKOSITAS LARUTAN NEWTON DAN NON


NEWTON

Disusun Oleh:

1. Yulistiara Dewi (15040068)


2. Handryan Tiecho Agatha (15040075)
3. Muhammad Harun Al – Rasyid (15040076)
4. Nadiyah Windasaputri (15040078)
5. Cyndi Maulidya Mustaqim (15040083)
6. Wilda Faizatunnisa (15040092)

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH

Jl. Syekh Nawawi (Raya Pemda) KM 4 No. 13 Matagara


Tigaraksa TANGERANG

2016 / 2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun mengucapkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat dan karunia-Nya serta izinNya sehingga laporan ini dapat diselesaikan
tepat waktu. Laporan ini disusun dengan judul “Penentuan Viskositas Larutan
Newton dan Non Newton“ untuk memenuhi tugas praktikum Farmasi Fisika.

Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa, masih banyak kesalahan dan kekurangan di


dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan ini di masa yang akan
datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Tangerang, 25 April 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------------- i

DAFTAR ISI ---------------------------------------------------------------------------- ii

BAB I PENDAHULUAN ---------------------------------------------------- 1

A. Latar Belakang ---------------------------------------------------------- 1


B. Tujuan Praktikum ----------------------------------------------------- 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA --------------------------------------------- 3

A. Rheologi ------------------------------------------------------------------ 3
B. Viskositas ----------------------------------------------------------------- 8
C. Viskometer --------------------------------------------------------------- 10

BAB III METODOLOGI ------------------------------------------------------ 12

A. Alat dan Bahan ---------------------------------------------------------- 12


B. Cara Kerja --------------------------------------------------------------- 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ------------------------------------- 15

A. Hasil ----------------------------------------------------------------------- 15
B. Pembahasan ------------------------------------------------------------- 17

BAB V PENUTUP ------------------------------------------------------------- 19

A. Kesimpulan -------------------------------------------------------------- 19
B. Saran ---------------------------------------------------------------------- 19

DAFTAR PUSTAKA ----------------------------------------------------------------- 20

LAMPIRAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Viskositas dapat di nyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang
merupakan geekan antara molekul-molekul cairan satu dengan yang
lainnya. Suatu jenis cairan mudah mengalir dapat di katakana memilih
viskositas yang rendah dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir
dikatakan memiliki viskositas yang tinggi
Viskositas secara umum juga dapat diartikan sebagai suatu
tendensi untuk melawan aliran cairan karena internal friction atau
resistensi suatu bbahan untuk mengalami deformasi bila bahan tersebut di
kenal suatu gaya. Semakin besar resistensi suatu zat cair untuk mengalir
makan semakin besar pula viskositasnya. Viskositas menggambarkan
penolakan dalam fluida terhadap aliran dan dapat di pikir sebagai buah
cara untuk mengukur gesekan fluida.
Suatu zat memiliki kemampuan tertentu sehingga suatu padatan
yang dimasukkan kedalamnya mendapat gaya tekanan yang diakibatkan
peristiwa gesekan antara permukaan padatan tersebut dengan zat cair.
Sebagai contoh, apabila kita memasukkan sebuah bola kecil kedalam zat
cair, terlihatlah batu tersebut mula-mula turun dengan cepat kemudian
melambat hingga akhirnya sampai didasar zat cair. Bola kecil tersebut
pada saat tertentu mengalami sejumlah perlambatan hingga mencapai
gerak lurus beraturan. Gerakan bola kecil menjelaskan bahwa adanya
suatu kemampuan yang dimiliki suatu zat cair sehingga kecepatan bola
berubah. Mula-mula akan mengalami percepatan yang dikarenakan gaya
beratnya tetapi dengan sifat kekentalan cairan maka besarnya
percepatannya akan semakin berkurang dan akhirnya nol. Pada saat
tersebut kecepatan bola tetap dan disebut kecepatan terminal. Hambatan –
hambatan dinamakan sebagai kekentalan (viskositas). Akibat viskositas zat

1
cair itulah yang menyebabkan terjadinya perubahan yang cukup drastic
terhadap kecepatan batu. Aliran

2
3

viskos, dalam berbagai masalah keteknikan pengaruh viskositas


pada aliran adalah kecil, dan dengan demikian diabaikan. Cairan kemudian
dinyatakan sebagai tidak kental (invicid) atau seringkali ideal dan diambil
sebesar nol. Tetapi jika istilah aliran viskos dipakai, ini berarti bahwa
viskositas tidak diabaikan. Untuk benda homoogen yang dicelupkan
kedalam zat cair ada tiga kemungkinan yaitu, tenggelam, melayang, dan
terapung. Oleh karena itu percobaan ini dilakukan agar praktikan dapat
mengukur viskositas berbagai jenis zat cair. Karena semakin besar nilai
viskositas dari larutan maka tingkat kekentalan larutan tersebut semakin
besar pula.

B. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menentukan viskositas larutan Newton dengan viskometer Ostwald
2. Menjelaskan pengaruh kadar larutan viskositas larutan Newton
3. Menentukan sifat alir beberapa cairan dengan viskometer Ostwald
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rheologi
Rheologi berasal dari bahasa yunani mengalir (rheo) dan logos
(ilmu). Digunakan istilah ini untuk pertama kali oleh Bingham dan
Croeford untuk menggunakan aliran cairan dan deformasi dari padatan.
Rheologi mempelajari hubungan antara tekanan gesek (shearing stress)
dengan kecepatan geser (shearing rate) pada cairan, atau hubungan antara
strain dan stress pada benda padat.
Rheologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran cairan dan
deformasi. Ilmu ini digunakan oleh ahli fisiologi untuk menentukan
sirkulasi darah, dan untuk para dokter dipakai untuk menentukan aliran
larutan injeksi, sedangkan untuk ahli farmasi digunakan untuk menentukan
aliran suatu sediaan misalnya emulsi, suspensi, dan salep.
Reologi meliputi pencampuran dan aliran dari bahan, pemasukan
ke dalam wadah, pemindahan sebelum digunakan, apakah dicapai dengan
penuangan dari botol, pengeluaran dari tube, atau pelewatan dari suatu
jarum suntik. Reologi dari suatu produk tertentu yang dapat berkisar dalam
konsistensi dari bentuk cair ke semisolid sampai kepadatan, dapat
mempengaruhi penerimaan bagi si pasien, stabiltas fisika, dan bahkan
afailabilitas biologis. jadi viskositas telah terbukti mempengaruhi laju
absorbs obat dari saluran cerna.
Sifat-sifat reologi dari system farmasetik dapat mempengaruhi
pemilihan alat yang akan digunakan untuk memproses produk tersebut
dalam pabriknya. Lebih-lebih lagi tidak adanya perhatian terhadap
pemilihan alat ini akan berakibat diperolehnya hasil yang tidak diinginkan,
paling tidak dalam karekteristik alirannya.

4
5

Pada dasarnya rheologi mempelajari hubungan antara tekanan


gesek (Shearing Stress) dengan kecepatan gesek (Shearing Rate) pada
cairan atau hubungan strain dan stress pada benda padat penggolongan
bahan menurut tipe aliran dan deforasi adalah sebagai berikut:
1. Sistem Newton
2. Sistem Non-Newton

Pemilihan bergantung pada sifat – sifat alirannya apakah sesuai dengan


hukum aliran dari Newton atau tidak.

1. Sistem Newton
Hukum aliran dari Newton perbedaan kecepatan (dv) antara dua
bidang cairan dipisahkan oleh suatu jarak yang kecil sekali (dv) adalah
“perbedaan kecepatan” atau rate of shear, dv/dr. gaya persatuan luas
F’/A diperlukan untuk menyebabkan aliran, ini disebut shearing stress.
Newton adalah orang pertama yang mempelajari sifat-sifat aliran dari
cairan secara kuantitatif. Dia menemukan bahwa makin besar
viskositas suatu cairan. Akan makin besar pula gaya persatuan luas
(shearing stress) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu rate of
shear tertentu. Oleh karena itu, rate of shear harus berbanding langsung
dengan shearing stress
F' dv

A dr

Persamaan tersebut dapat ditulis sebagai:

F
η=
G
6

Dimana:

η = Koefisien viskositas / viskositas

F'
F = = gaya per satuan luas yang diperlukan untuk
A
menyebabkan aliran (Shearing Stress)

dv
G = = kecepatan gesek (Shearing Rate)
dr

dv = Perbedaan kecepatan antara dua bidang cairan

dr = jarak yang kecil sekali yang memisahkan 2 bidang


cairan

Cairan yang mempunyai tipe alir Newton misalnya: air, etanol,


Larutan Gula, minya pelumas serta larutan yang mempunyai senyawa
terlarut dengan ukuran partikel kecil, misalnya larutan gula. Untuk
menentukan viskositas cairan Newton dapat digunakan semua alat
pengukur viskositas, misalnya viskometer Ostwald, Hoppler,
Brookfield, Stormer, dll.

Satuan viskositas adalah poise, yaitu gaya gesek yang diperlukan


untuk menghasilkan kecepatan 1 cm/dt antara 2 bidang paralel zat cair
yang luasnya 1 cm2 dan dipisahkan oleh jarak 1 cm.

2. Sistem Non Newton


Pada cairan Non Newton, shearing rate dan shearing stress tidak
memiliki hubungan linear, viskositasnya berubah-ubah tergantung dari
besarnya tekanan yang diberikan. Tipe aliran Non Newton terjadi pada
dispersi heterogen antara cairan dengan padatan seperti pada koloid,
emulsi, dan suspense cair, salep. Ada 3 jenis tipe aliran dalam sistem
Non-Newton, yaitu: plastis, pseudoplastis, dan dilatan.
7

a. Aliran Plastis
Cairan dengan tipe ini sering disebut sebagai “Bingham
Bodies”. Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tapi
memotong sumbu shearing stress (atau akan memotong, jika
bagian lurus dari kurva tersebut diekstrapolasikan ke sumbu) pada
suatu titik tertentu yang dikenal sebagai yield value. Bingham
bodies tidak akan mengalir sampai shearing stress dicapai sebesar
yield value tersebut. Pada kondisi ini sistem dianggap padat dan
aliran baru terjadi setelah seharing stress melampaui yield value.
Aliran plastis berhubungan dengan adanya partikel – partikel yang
terflokulasi dalam suatu suspensi pekat. Akibatnya terbentuk
struktur kontinu diseluruh sistem. Adanya yield value disebabkan
oleh kontak antara partikel – partikel yang berdekatan (oleh gaya
van der Waals), yang harus dipecah sebelum aliran dapat terjadi.
Viskositas plastis sering dinyatakan dengan persamaan berikut:
(F−f )
U=
G

Dimana:

U = Viskositas plastis

f = Yield value

G = Shearing rate

F = Shearing Stress
8

b. Aliran Pseudoplastis
Sejumlah besar produk farmasi termasuk gom alam dan sintesis,
misalnya: dispersi cair dari tragakan, Na alginate, metil selulosa dan
Na-CMC menunjukkan aliran pseudoplastik, sering disebut sebagai
shear-thinning system. Hubungan antara shearing rate dan shearing
stress dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
F N =η ' G
Dimana:
N = bilangan yang harganya >1
η = viskositas pseudoplastik
Viskositas pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya
pengadukan. Penggambaran terbaik untuk bahan pseudoplastik adalah
plot dari kurva konsistensi secara keseluruhan,

c. Aliran Dilatan
ear
Ra

sh
of
te

f
Suspensi – suspensi tertentu dengan persentase zat padat terdispers
Shearing stress

tinggi, misalnya cat, tinta atau pasta menunjukkan peningkatan dalam


daya hambat untuk mengalir dengan meningkatnya rate of shear. Pada
sistem seperti itu sebenarnya volume meningkat jika terjadi shear dan
oleh karena itu diberi istilah dilatan. Sistem ini merupakan kebalikan
sistem pseudoplastis, sering diberi istilah shear-thickening system. Jika
stress dihilangkan, suatu sistem dilatan kembali ke keadaan fluiditas
9

aslinya. Rumus dari viskositasnya sesuai dengan aliran pseudoplastik,


tetapi harga N lebih kecil dari satu.

B. Viskositas
Viskositas adalah ketahanan aliran suatu cairan (fluida) pada
pengaruh tekanan atau tegangan. Viskositas cairan dapat dibandingkan
satu sama lain dengan adanya koefisien viskositas (η). Koefisien viskositas
adalah gaya tangensial per satuan luas yang dibutuhkan untuk
mempertahankan perbedaan kecepatan alir. Cairan tertentu mempunyai
aliran lebih cepat daripada cairan yang lainnya. Sebagai contoh, air
mempunyai laju alir yang lebih cepat dibandingkan dengan minyak,
Larutan Gula, maupun etilen glikol. Fenomena yang lain adalah jika
masing-masing benda tersebut ditempatkan pada gelas yang berbeda, dan
saling diaduk, maka etilen glikol akan berhenti lebih cepat daripada air.
Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda
memiliki tingkat kekentalan yang berbeda. Viskositas atau kekentalan
sebenarnya merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang
menyusun suatu fluida. Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu
fluida saling gesek-menggesek ketika fluida fluida tersebut mengalir. Pada
zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik
menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas
disebabkan oleh tumbukan antara molekul.
10

Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya


air. Sebaliknya, fluida yang lebih kental biasanya lebih sulit mengalir,
contohnya minyak goreng, oli, madu, dan lain-lain. Hal ini bisa dibuktikan
dengan menuangkan air dan minyak goreng diatas lantai yang
permukaannya miring. Pasti hasilnya air lebih cepat mengalir dari pada
minya goreng atau oli. Tingkat kekentalan suatu fluida  juga bergantung
pada suhu. Semakin tinggi suhu zat cair, semakin kurang kental zat cair
tersebut. Misalnya ketika ibu menggoreng ikan di dapur, minyak goreng
yang awalnya kental, berubah menjadi lebih cair ketika dipanaskan.
Sebaliknya, semakin tinggi suhu suatu zat gas, semakin kental zat gas
tersebut.
1. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Viskositas
a. Suhu
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik
maka viskositas akan turun, dan begitu sebaliknya. Hal ini
disebabkan karena adanya gerakan partikel-partikel cairan yang
semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan menurun
kekentalannya.
b. Konsentrasi Larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan.
Suatu larutan dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas
yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan menyatakan
banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin
banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikrl semakin
tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.
c. Berat molekul Solute
Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute.
Karena dengan adanya solute yang berat akan menghambat atau
member beban yang berat pada cairan sehingga manaikkan
viskositas.
11

d. Tekanan
Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas
suatu cairan.
e. Ikatan Hidrogen
Cairan dengan ikatan hidrogen yang kuat mempunyai
viskositas lebih tinggi karena peningkatan ukuran dan massa
molekul. Sebagai contoh, gliserol dan asam sulfat mempunyai
viskositas yang lebih tinggi daripada air karena adanya ikatan
hidrogen yang lebih kuat.

C. Viskometer
1. Viskometer kapiler / Ostwald
Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu
yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika
mengalir karena gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari
cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi
suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk
lewat 2 tanda tersebut.
2. Viskometer Hoppler
Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi
keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya archimides.
Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan bola (yang terbuat dari
kaca) melalui tabung gelas yang berisi zat cair yang diselidiki.
Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga resiprok sampel.
3. Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antaradinding luar
dari bob dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis
ditengah-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya aliran
sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi di sepanjang keliling
bagian tube sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi. Penurunan
12

konsentrasi ini menyebabkan bagian tengah zat yang ditekan keluar


memadat. Hal ini disebut aliran sumbat.
4. Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah
papan, kemudian dinaikkan hingga posisi di bawah kerucut. Kerucut
digerakkan oleh motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya
digeser di dalam ruang semitransparan yang diam dan kemudian
kerucut yang berputar.
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


Alat :

1. Viscometer Ostwald 7. Piknometer


2. Beakerglass 250 ml 8. Baskom
3. Batang Pengaduk 9. Termometer
4. Pipet ukur 5 ml 10. Viskometer stormer
5. Stopwatch 11. Anak timbangan
6. Pro pipet

Bahan :

1. Alkohol
2. Aquadest
3. Es Batu
4. Larutan gula 20 % , 40 % , 60 % dan X %
5. Larutan CMC 1 %
6. Larutan CMC 0,1 % dengan Veegum 2 %

B. Cara Kerja
1. Penentuan Viskositas Larutan Newton
a. Tentukan kerapatan dari cairan berikut dengan menggunakan alat
Piknometer.
 Aquadest
 Alkohol
 Larutan gula 20 % , 40 % , 60 % dan X %

Caranya: Penentuan voume piknometer pada suhu percobaan

13
14

1. Timbang piknometer yang bersih dan kering dengan


seksama
2. Isi piknometer dengan aquadest hingga penuh, buka tutup
kapilernya
3. Rendam dalam air es hingga suhunya turun kira – kira 2°C
dibawah suhu percobaan , tambahkan aquadest hingga
piknometer kembali penuh
4. Angkat dari air es, biarkan suhunya naik hingga suhu
percobaan, kemudian tutup pipa kapilernya cepat – cepat.
5. Usap air yang menempel kemudian timbang dengan
seksama.

Cara Perhitungan

Mis : bobot piknometer + air = a + b gram

Bobot piknometer kosong = a gram

Bobot air = b gram

Dari tabel diketahui air pada suhu percobaan = Ƿair

Volume Piknometer = volume air = b gram

Ƿ gram ml -1

= b ml = Vpml

Ƿ ml

2. Penentuan Kerapatan Zat Cair


a. Lakukan penimbangan zat cair yang akan dicari keraptanannya
dengan piknometer.
b. Jika diketahui bobot zat cair tersebut = c gram
c = ( bobot piknometer kosong + zat X ) – ( bobot piknometer
ksoong )
15

Vp = volume piknometer
c gram c
Kerapatan zat cair x = = gram ml−1
Vpml Vp
c. Tentukan viskositas cairan – cairan tersebut dengan viscometer
Ostwald
Caranya: masukkan 3,0 ml cairan tersebut kedalam viscometer
Ostwald, hisap dengan karet hisap hingga cairan berada diatas garis
batas. Hitung waktu yang dibutuhkan cairan untuk turun kebawah
dengan gaya gravitasi melewati 2 tanda batas
d. Hitung secara teoritis viskositas larutan gula 45 %
16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Perhitungan Kerapatan
a. Penimbangan Piknometer

BOBOT BOBOT
N BOBOT
SAMPLE PIKNOMETER PIKNOMETER
O SAMPLE
KOSONG + SAMPLE

1 Aquadest 19,903 g 24,236 g


44,139 gr
2 Etanol 19,903 g 42,008 gr 22,105 g
3 Larutan Gula 40% 19,903 g 49,094 gr 29,191 g
4 Larutan Gula 50% 19,903 g 52,034 gr 32,131 g
5 Larutan Gula 60% 19,903 g 55,345 gr 35,442 g
6 Larutan Gula X% 19,903 g 53,103 gr 35,2 g

b. Perhitungan Kerapatan Zat Cair

N SAMPLE PERHITUNGAN HASIL(g/mL)


O
C gram C gram
Vp mL
1 Aquadest 24,236 g 1,218
19,903ml
2 Etanol 22,105 g 1,111
19,903ml
3 Larutan Gula 40% 29,191 g 1,467
19,903ml
4 Larutan Gula 50% 32,131 g 1,614
19,903ml
5 Larutan Gula 60% 35,442 g 1,781
19,903ml
6 Larutan Gula X% 35,2 g 1,769
19,903ml

2. Perhitungan Viskositas
17

a. Perhitungan Waktu Turun Cairan

N SAMPLE Waktu
O Turun
(detik)
1. Aquadest 10
2. Etanol 15
3. Larutan Gula 40% 18.269
4. Larutan Gula 50% 60.450
5. Larutan Gula 60% 90
6. Larutan Gula X% 50,43

b. Perhitungan Viskositas

N SAMPLE PERHITUNGAN PERHITUNGAN HASIL


O
1 Aquadest ɧair ×( ρzat ×t zat ) 0,8904 ×(1,218× 10) 0,8904
(ρair ×t air ) (1,218 ×10)
2 Ethanol ɧair ×( ρzat ×t zat ) 0,8904 ×(1,111×15) 1,218
(ρ air ×t air ) (1,218× 10)
3 Larutan Gula ɧair ×( ρzat ×t zat ) 0,8904 ×(1,467 ×18,269) 1,959
40% (ρair ×t air ) (1,218 ×10)
4 Larutan Gula ɧair ×( ρzat ×t zat ) 0,8904 ×(1 ,614 × 60,450) 7,132
50% (ρair ×t air ) (1,218 ×10)
5 Larutan Gula ɧair ×( ρzat ×t zat ) 0,8904 ×(1 ,781 ×90) 11,72
60% (ρair ×t air ) (1,218 ×10)
6 Larutan Gula X ɧair ×( ρzat ×t zat ) 0,8904 ×(1,769× 50,48) 6,528
% (ρair ×t air ) (1,218 ×10)

3. Perhitungan Konsenstrasi Larutan Gula X%


X % × ViskositasX %=60 % × Viskositas60 %
20
( ×1,465)
X 100
=
100 1,548
0,189
X=
100
X =19 %
18

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami menghitung viskositas dari larutan
etanol, larutan gula 20%, 40%, 60% dan X%. Percobaan ini menggunakan
viskometer Ostwald, yang mana pada metode ini dilakukan dengan
mengukur waktu alir yang dibutuhkan oleh suatu cairan pada konsentrasi
tertentu untuk mengalir antara dua tanda pada pipa viskometer.
Keunggulan dari metode ini adalah lebih cepat, lebih mudah, alatnya
murah serta perhitungannya lebih sederhana. Prinsip dari penentuan
viskositas dengan metode viskometer Ostwald ini dilakukan dengan
memasukkan cairan ke dalam alat viskometer melalui pipa A kemudian
dengan cara menghisap cairan dibawa ke B sampai garis atas. Selanjutnya
cairan dibiarkan mengalir bebas dan waktu yang diperlukan untuk
mengalir dari garis atas ke bawah diukur. Masing-masing perlakuan di
ulangi tiga kali, hal ini dilakukan karena untuk mendapatkan nilai yang
mendekati benar sebab alat yang digunakan tidak dapat menentukan
hasilnya secara pasti. Dari ketiga hasil tersebut kemudian dirata-ratakan.
Sebelum menentukan viskositas suatu cairan terlebih dahulu
ditentukan kerapatan masing-masing cairan yang diuji dengan
menggunakan piknometer.
Hasil yang diperoleh pada percobaan ini, pada konsentrasi 20 %
waktu yang diperlukan adalah 18,19 detik, pada konsentrasi 40 % waktu
yang diperlukan adalah 26,57 detik, pada konsentrasi 60 % waktu yang
diperlukan adalah 90,66 detik, pada konsentrasi X % waktu yang
diperlukan adalah 22,16 detik, pada etanol waktu yang diperlukan adalah
32,16 detik, sedangkan pada aquades waktu yang diperlukan adalah 10,15
detik. Secara teori, semakin lama waktu yang diperlukan untuk
mengalirnya suatu cairan dari garis atas ke garis bawah, maka semakin
besar pula nilai viskositas cairan. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan
yaitu Larutan Gula dengan konsentrasi yang diperoleh. Larutan Gula yang
mempunyai konsentrasi besar memerlukan waktu yang relatif lebih lama
19

untuk mengalir dalam pipa viskometer dibandingkan dengan Larutan Gula


yang mempunyai konsentrasi yang lebih rendah, sehingga cairan yang
memiliki konsentrasi yang lebih tinggi cenderung memiliki nilai viskositas
yang besar pula. Hal tersebut dikarenakan konsentrasi larutan menyatakan
banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak
partikel yang terlarut, gesekan antar partikel semakin tinggi dan
viskositasnya semakin tinggi pula.
Untuk menghitung konsentrasi larutan gula X %, kami
menggunakan perbandingan antara konsentrasi dan viskositas dari larutan
gula X% dan larutan gula 20%. Pada perhitungan yang kami lakukan,
kami mendapatkan hasil yaitu, larutan gula tersebut memiliki konsentrasi
sebesar 19%.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Viskositas dipengaruhi oleh tingkat kerapatan, tingkat kepekaan, dan
waktu alir
2. Semakin tinggi konsentrasi larutan, maka waktu alirnya semakin lama
dan viskositasnya semakin tinggi. Larutan gula 60% memiliki
viskositas tertinggi dan air sebaliknya.
3. Larutan Gula X% memiliki nilai konsentrasi sebesar 19%
4. Cara menentukan viskositas larutan newton dengan menggunakan
viskometer Ostwald yaitu dengan mengukur waktu yang dibutuhkan
bagi sampel untuk lewat antara dua tanda ketika ia mengalir karena
gravitasi, melalui suatu tabung kapiler vertikal.

B. Saran

Sebaiknya saat praktikum, lebih teliti memperhatikan ada atau


tidaknya gelembung pada viskometer karena dapat mempengaruhi hasil
percobaan  dan kepada praktikan diharapkan untuk lebih meningkatkan
ketelitian, keterampilan dan ketepatan saat melakukan praktikum.

20
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisik Jilid II Edisi IV. Jakarta: Erlangga.

Budianto, A. 2008. Metode Penentuan Koefisien Kekentalan Zat Cair Dengan


Menggunakan Regresi Linear Hukum Stokes. Seminar Nasional IV SDM
Teknologi Nuklir Yogyakarta.

Martin, A., 1993, Farmasi Fisika: Bagian Larutan dan Sistem Dispersi, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta
Martin, A. 1995. Farmasi Fisika Edisi Tiga Jilid 2. Jakarta: UI Press

Moechtar, 1990. Farmasi Fisik, UGM Press, Yogyakarta


Sarojo, Ganijanti Aby. 2006. Seri Fisika Dasar Mekanika. Salemba Teknika.
Jakarta.

21
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai