2929 5217 1 SM
2929 5217 1 SM
1 (2016)
1,2,3
Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang
Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang
1
Email: andi.p@student.upi.edu
2
Email: ae.maulana@gmail.com
3
Email: hermansubarjah@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan dalam memahami konsep perkalian
sebagai penjumlahan berulang. Perbedaan tersebut muncul karena pemahaman konsep
perkalian yang tidak dikaitkan dengan masalah sehari-hari. Cara untuk menghubungkan
konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari adalah melalui pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME). Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh pendekatan
RME terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa pada materi perkalian kelas
rendah. Populasinya yaitu seluruh siswa SD kelas II se-Kecamatan Sumedang Utara yang
termasuk dalam kelompok unggul. Sementara sampelnya adalah siswa SDN Karapyak I kelas II
A sebagai kelas tematik dan kelas II B sebagai kelas tematik dengan RME. Hasil penelitian
dengan 𝛼 = 0,05, menunjukkan bahwa pendekatan tematik dengan RME lebih baik dalam
meningkatkan kemampuan pemahaman matematis pada materi perkalian kelas rendah
daripada kelas tematik secara signifikan. Secara umum siswa memberikan respon positif
terhadap pembelajaran tematik dengan RME. Sementara faktor penghambatnya yaitu siswa
belum terbiasa dengan pembelajaran dan aktivitas dalam pembelajaran tematik dengan RME.
Kata Kunci : Tematik, Realictic Mathematics Education, Pemahaman.
31
Andi Permana Sutisna, Maulana, Herman Subarjah
32
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
33
Andi Permana Sutisna, Maulana, Herman Subarjah
diolah dengan menggunakan Microsoft Excel sehingga perlu guru siasati dengan
2007 dan SPSS 16.0 for windows yang pengenalan tema dan membiarkan siswa
kemudian dianalisis dan ditafsirkan sesuai menebak pelajaran apa yang sedang
dengan prosedur yang telah ditentukan. dilaksanakan. Kondisi demikian menuntut
guru untuk dapat menyesuaikan diri dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN masalah yang terjadi agar pembelajaran
Pembelajaran Kelas Tematik tetap terlaksana sesuai dengan pendekatan
Berdasarkan hasil tes awal, kemampuan yang dilaksanakan tetapi tidak membuat
pemahaman matematis siswa di kelas siswa menjadi bingung.
tematik masih rendah. Hal ini terbukti
dengan nilai rata-rata pretes kemampuan Pada pertemuan pertama, kemampuan
pemahaman kelas tematik, yaitu 55,19. pemahaman matematis siswa pada materi
Untuk meningkatkan kemampuan perkalian dikenalkan dengan menyajikan
pemahaman siswa, maka diberikan perlakuan masalah kontekstual yang dikemas dengan
berupa pembelajaran dengan menggunakan mengaitkan cara menghitung jumlah kaki
pendekatan tematik. Pembelajaran di kelas hewan yang berada dalam suatu kandang.
tematik dilakukan sebanyak tiga kali Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
pertemuan dengan alokasi waktu masing- Ahmadi dan Amri (2014) bahwa salahsatu
masing 4 × 35 menit. Penentuan waktu prinsip dasar pembelajaran tematik adalah
tersebut didasari pada ketentuan bersifat kontekstual. Siswa tidak begitu
pembelajaran tematik yang menghendaki banyak bermasalah dalam perhitungan hasil
adanya pembelajaran secara terpadu, perkalian, namun ketika dihubungkan dengan
sehingga pembelajaran harus terpadu dari proses penjumlahan berulang, terlihat bahwa
awal sampai akhir jam sekolah. Sebagaimana banyak siswa yang kebingungan. Oleh karena
struktur Kurikulum SD dalam Lampiran itu, untuk membuat siswa memahami konsep
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional perkalian sebagai penjumlahan berulang
Nomor 22 Tahun 2006 bahwa pembelajaran yang tidak keliru dalam hasil dan proses,
pada kelas I sampai dengan kelas III maka guru menghubungkan dengan masalah
dilaksanakan melalui pendekatan tematik, kehidupan sehari-hari. Masalah yang
sedangkan pada kelas IV sampai dengan kelas dijadikan bahan diskusi kelas adalah
VI dilaksanakan melalui pendekatan mata penulisan resep dokter (3 × 1 atau 1 × 3).
pelajaran. Selain itu, penggunaan alokasi Masalah penulisan resep dokter tersebut
tersebut didasarkan pada prinsip efisiensi diberikan agar pembelajaran terasa
dalam segi waktu, beban materi, metode, bermakna bagi siswa karena sangat relevan
penggunaan sumber belajar yang otentik dengan pengalamannya. Sebagaimana
sehingga dapat mencapai ketuntasan Ausubel (dalam Nurjannah, 2013)
kompetensi secara tepat (Ahmadi dan Amri, berpendapat bahwa belajar bermakna
2014). merupakan suatu proses untuk mengaitkan
informasi baru dengan konsep-konsep
Pembelajaran pada pertemuan pertama relevan yang terdapat dalam struktur kognitif
diawali dengan pertanyaan siswa mengenai seseorang.
matapelajaran yang akan dilaksanakan,
pelajaran bahasa Indonesia atau matematika. Pembelajaran pada pertemuan kedua
Pertanyaan yang membuat inti dari dengan tujuan memahami bentuk perkalian
pendekatan tematik sedikit dipermasalahkan. dalam bentuk soal cerita dan membedakan
Masalah yang timbul karena siswa yang contoh dan bukan contoh perkalian. Soal
terbiasa dengan pemisahan matapelajaran, cerita yang disajikan dihubungkan dengan
34
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
35
Andi Permana Sutisna, Maulana, Herman Subarjah
dikemukakan oleh siswa. Spekulasi jawaban Kegiatan pada pertemuan kedua hampir
tersebut beragam. Semua spekulasi sama dengan pertemuan kedua, hanya
pemahaman terhadap masalah tersebut di berbeda pada tujuan pembelajaran dan
data di papan tulis, kemudian siswa yang konsep perkalian yang dikaitkan dengan
memberikan jawaban diberikan kesempatan tumbuhan. Sementara pada pertemuan
untuk mengungkapkan alasan terhadap ketiga, terdapat tahapan RME hanya pada
spekulasinya tersebut. Kegiatan diskusi materi komutatif perkalian, sedangkan
tersebut menyebabkan siswa sangat aktif sebagian besar pembelajaran dilaksanakan
dalam pembelajaran, meskipun pada dalam bentuk permainan. Jadi hampir setiap
awalnya sulit juga untuk mengemukakan pertemuan pada kelas tematik dengan RME
pendapat. menggunakan LKS yang secara keseluruhan
berjalan dengan lancar.
Untuk mengatasi permasalah siswa yang sulit
dalam mengubah bentuk penjumlahan ke Melalui LKS dan diskusi yang berjalan lancar,
bentuk perkalian dan memahami soal cerita, maka semua tahapan dalam kegiatan
maka diberikan LKS berbentuk soal cerita pembelajaran tematik dengan RME, mulai
yang membahas tentang masalah tersebut. dari penyelesaian masalah, penalaran,
Freudenthal (Permana, dalam Maulana, komunikasi, kepercayaan diri, dan
2009b) berpendapat bahwa daripada representasi dapat dilaksanakan dengan baik.
menghafal algoritma dan rumus-rumus Keberhasailan kegiatan RME juga dapat
sebaiknya siswa menemukan kembali konsep dilihat dari peningkatan aktivitas siswa pada
matematika secara berarti dan menggunakan pertemuan pertama (81%) hingga pertemuan
pengetahuan mereka sebagai basis untuk terakhir (92%). Begitupun dengan hasil tes
mengerti konsep matematika. Dalam hal ini, akhir kemampuan pemahaman matematis
LKS sebagai alat untuk menemukan kembali siswa sebesar 72,22, yang tes awalnya hanya
konsep matematika secara berarti yang sebesar 62,04. Hal ini diperkuat pula dengan
sesuai dengan pengalaman siswa. Selain itu uji beda beda rata-rata uji-t yang
LKS juga merupakan alat agar siswa dapat menunjukkan bahwa hasil uji beda rata-rata
mengonstruksi pengetahuan matematika nilai awal dan akhir kelas tematik dengan
yang dalam RME dikenal dengan guided RME memiliki Sig. 2 tailed sebesar 0,000. Hal
reinvention (Tarigan, 2006). ini menunjukkan bahwa signifikansi 0,000
kurang dari batas kritis penelitian 0,05
Kegiatan selanjutnya yaitu sehingga keputusan hipotesis adalah
mengomunikasikan dengan memaparkan menerima H1. Dengan demikian, dapat
jawaban kelompoknya di depan kelas. Pada disimpulkan bahwa pembelajaran tematik
pertemuan pertama, siswa cenderung dengan RME dapat meningkatkan
menolak untuk maju ke depan, namun pada kemampuan pemahaman matematis siswa
pertemuan berikutnya terlihat antusias yang pada materi perkalian kelas rendah secara
lebih untuk maju ke depan bahkan dalam signifikan.
satu kelompok menawarkan diri untuk
ditunjuk maju ke depan. Semakin banyak Pendekatan Tematik vs Pendekatan Tematik
pendapat dan gagasan yang dikemukakan dengan RME
oleh siswa, maka terkumpul beragam ide Pembelajaran perkalian kelas rendah di kelas
untuk bahan representasi siswa dalam II sekolah dasar dengan menggunakan
mengonstruksi pemahamannya. pendekatan tematik dan tematik dengan
RME sama-sama dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman matematis siswa.
36
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
Namun, harus diteliti pendekatan yang lebih karakteristiknya yaitu berpusat pada siswa
baik di antara pendekatan tematik dan (Ahmadi dan Amri, 2014) dan pembelajaran
tematik dengan RME. Untuk melihat tematik dengan RME yang menganggap
pendekatan yang lebih baik, hal ini dapat bahwa matematika bukan sebagai bahan
terlihat dari kinerja guru, aktivitas siswa, dan pelajaran, melainkan sebagai human activity
kegiatan pembelajaran dalam hal ini (Freudenthal, dalam Tarigan, 2006). Dengan
berkaitan dengan pendekatan tematik demikian wajar jika kedua pendekatan
maupun tematik dengan RME. memiliki hasil observasi aktivitas siswa yang
hampir sama, karena kedua pendekatan
Kinerja guru sangat menentukan dalam sama-sama menekankan pentingnya aktivitas
implementasi suatu kegiatan pembelajaran. siswa dalam pembelajaran.
Tanpa adanya guru, sebagus apapun suatu
pendekatan tidak mungkin bisa dilaksanakan Berdasarkan kinerja guru dan aktivitas siswa,
dengan baik, begitu pula dengan pendekatan ternyata pendekatan tematik dan tematik
tematik maupun tematik dengan RME, dengan RME memiliki persentase yang
keberhasilannya sangat ditentukan oleh hampir sama, sehingga perlu dilihat pula
kinerja guru dalam merencakan dan keberhasilan kegiatan pembelajaran tematik
melaksanakan kegiatan pembelajaran. dan tematik dengan RME melalui uji
Sebagaimana pendapat Sanjaya (2006) yang perbedaan rata-rata gain.
menganalogikan guru layaknya seorang Hasil uji beda rata-rata nilai gain kemampuan
prajurit di medan pertempuran, keberhasilan pemahaman matematis pada kelas tematik
penerapan strategi berperang untuk dan kelas tematik dengan RME dengan uji-t
menghancurkan musuh akan sangat taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh P-value
bergantung pada kualitas prajurit itu sendiri. (Sig.2-tailed) sebesar 0,008. Hal tersebut
menunjukkan bahwa P-value < 0,05 sehingga
Mengkaji hasil observasi kinerja guru di kelas H0 yang menyatakan tidak terdapat
tematik maupun tematik dengan RME yang perbedaan peningkatan kemampuan
tidak terlalu jauh berbeda, masing-masing pemahaman matematis siswa yang
dengan persentase 97,8% untuk menggunakan pendekatan tematik dan
pembelajaran tematik, sedangkan persentase tematik dengan RME secara signifikan
99% untuk pembelajaran tematik dengan ditolak. Dengan demikian, terdapat
RME. Persentase tersebut menunjukkan perbedaan peningkatan kemampuan
perbedaan yang sangat kecil sehingga sama- pemahaman matematis siswa di kelas
sama memiliki interpretasi kinerja guru tematik dan tematik dengan RME. Dengan
dengan sangat baik. Dengan demikian harus kata lain, jika kita melihat peningkatan rata-
dilihat pula melalui aktivitas siswa dan rata gain antara kedua kelas, maka
kegiatan pembelajaran. pendekatan tematik dengan RME lebih baik
secara signifikan untuk meningkatkan
Begitu pula kegiatan aktivitas siswa pada kemampuan pemahaman matematis
kelas tematik maupun tematik dengan RME, daripada pendekatan tematik, dengan
terlihat persentase yang hampir sama, yaitu perbandingan gain ternormalisasi sebesar
pendekatan tematik sebesar 85% dan 0,15 : 0,31.
pendekatan tematik dengan RME sebesar
86%. Perbedaan yang tidak terlalu mencolok Berdasarkan paparan diatas, maka
ini dikarenakan kedua pendekatan sama- pembelajaran dengan menggunakan
sama memiliki karakteristik student centered. pendekatan tematik dengan RME lebih baik
Pembelajaran tematik dengan salahsatu secara signifikan daripada yang
37
Andi Permana Sutisna, Maulana, Herman Subarjah
38
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
maupun kelas tematik dengan RME sama- pembelajaran yang sesuai dengan kehidupan
sama menyenangkan dan menyajikan nyata dan sesuai dengan pengalaman siswa.
39
Andi Permana Sutisna, Maulana, Herman Subarjah
40