Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No.

1 (2016)

MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN


TEMATIK DENGAN RME

Andi Permana Sutisna1, Maulana2, Herman Subarjah3

1,2,3
Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang
Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang

1
Email: andi.p@student.upi.edu
2
Email: ae.maulana@gmail.com
3
Email: hermansubarjah@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan dalam memahami konsep perkalian
sebagai penjumlahan berulang. Perbedaan tersebut muncul karena pemahaman konsep
perkalian yang tidak dikaitkan dengan masalah sehari-hari. Cara untuk menghubungkan
konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari adalah melalui pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME). Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh pendekatan
RME terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa pada materi perkalian kelas
rendah. Populasinya yaitu seluruh siswa SD kelas II se-Kecamatan Sumedang Utara yang
termasuk dalam kelompok unggul. Sementara sampelnya adalah siswa SDN Karapyak I kelas II
A sebagai kelas tematik dan kelas II B sebagai kelas tematik dengan RME. Hasil penelitian
dengan 𝛼 = 0,05, menunjukkan bahwa pendekatan tematik dengan RME lebih baik dalam
meningkatkan kemampuan pemahaman matematis pada materi perkalian kelas rendah
daripada kelas tematik secara signifikan. Secara umum siswa memberikan respon positif
terhadap pembelajaran tematik dengan RME. Sementara faktor penghambatnya yaitu siswa
belum terbiasa dengan pembelajaran dan aktivitas dalam pembelajaran tematik dengan RME.
Kata Kunci : Tematik, Realictic Mathematics Education, Pemahaman.

PENDAHULUAN tersebut muncul karena konsep matematika


Pada tahun 2014, sempat booming diskusi dalam pembelajaran yang tidak dikaitkan
masalah sama atau bedanya makna antara atau dihubungkan dengan kehidupan sehari-
4 × 6 dan 6 × 4. Diskusi tersebut muncul hari. Padahal matematika merupakan
karena adanya seorang kakak yang salahsatu pengetahuan manusia yang paling
mengunggah hasil tugas matematika adiknya bermanfaat dalam kehidupan. Hampir setiap
dengan mempertanyakan kesalahan bagian dari hidup manusia mengandung
penyelesaian tugas dari operasi 4 × 6 = 4 + matematika. Setiap kegiatan yang dilakukan
4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 24. Secara sepintas hal tidak akan terlepas dari proses berhitung.
ini terlihat benar dan hanya masalah Contoh kegiatan sehari-hari yang secara
sederhana, namun hal ini justru memicu nyata merupakan perwujudan dari kegiatan
adanya perdebatan banyak orang, bahkan matematis adalah jual-beli. Dalam jual-beli
ahli astronomi dan fisika pun ikut terdapat perhitungan jumlah barang,
memperdebatkan masalah ini. Perdebatan perbandingan uang yang dimiliki dengan

31
Andi Permana Sutisna, Maulana, Herman Subarjah

harga barang, tawar-menawar harga dan Freudenthal menyatakan bahwa matematika


masih banyak bentuk perhitungan lain dalam sebagai suatu aktivitas yang kemudian
jual beli. Oleh karena itu model pembelajaran disebut sebagai matematisasi. Terkait
matematika yang baik harus bisa membentuk dengan konsep Freudenthal tersebut,
logika berpikir guna meningkatkan Gravemeijer menjelaskan bahwa dengan
pemahaman matematis bukan sekadar memandang matematika sebagai suatu
pandai berhitung. Karena berhitung dapat aktivitas maka belajar matematika berarti
dilakukan dengan alat bantu seperti pemecahan masalah hidup sehari-hari
kalkulator, komputer, dan lain-lain, namun merupakan bagian penting dari kehidupan.
dalam menyelesaikan masalah perlu logika Adapun Piaget dan Bruner mengemukakan
berpikir dan analisis. bahwa suatu pembelajaran perlu
memperhatikan tahap perkembangan mental
Kekeliruan guru dalam melaksanakan siswa yang masih berada pada tahap
pembelajaran yang tidak mengaitkan operasional konkret mulai dari siswa
kehidupan nyata menyebabkan masalah mempraktikkan secara langsung, kemudian
pemahaman siswa terhadap bentuk menggunakan gambaran objek tertentu,
perkalian. Pembelajaran yang keliru tersebut bahkan sampai siswa mampu menggunakan
mengakibatkan orientasi siswa dalam simbol yang abstrak. Selain itu, Piaget
pembelajaran hanya sebatas pada hasil mengemukakan teori kognitif yang
semata. Siswa menjadi kurang memahami mendasari pembelajaran bahwa siswa
konsep dalam matematika, terlebih dalam mampu mengonstruksi pemahaman mereka
hal aplikasi. Hal ini akan sangat berpengaruh dan siswa membentuk pengetahuan melalui
pada kemampuan pemahaman dan eksplorasi lingkungan secara aktif. Hal ini
komunikasi matematis siswa. sejalan dengan pendapat Ausubel bahwa
kegiatan pembelajaran haruslah bermakna,
Kemampuan pemahaman dan komunikasi dalam artian permasalahan yang digunakan
merupakan dua dari lima kemampuan dasar dalam pembelajaran harus relevan dan masih
matematis. Hal ini berarti, kedua berada dalam jangkauan pengetahuan yang
kemampuan tersebut penting untuk dikuasai dimiliki siswa. Demi terciptanya
oleh siswa karena merupakan fondasi dalam pembelajaran tersebut, guru hendaknya
mempelajari matematika. Kemampuan mengorganisasi situasi kelas dan
pemahaman matematis adalah salah satu menerapkan strategi pembelajaran yang
tujuan penting dalam pembelajaran, memungkinkan siswa saling berinteraksi
memberikan pengertian bahwa materi- dengan teman, guru, dan lingkungannya,
materi yang diajarkan kepada siswa bukan seperti yang dikemukakan oleh Vygotsky.
hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu Dengan demikian, pembelajaran yang ideal
dengan pemahaman siswa dapat lebih untuk meningkatkan kemampuan
mengerti akan konsep materi pelajaran itu pemahaman dan komunikasi matematis
sendiri. Sementara kemampuan komunikasi adalah pembelajaran yang berorientasi pada
matematis dapat diartikan sebagai suatu aktivitas dan realitas kehidupan siswa dengan
kemampuan siswa dalam menyampaikan memperhatikan perkembangan mental dan
sesuatu yang diketahuinya melalui bentuk kognitif siswa serta menciptakan lingkungan
lisan maupun tulisan. Oleh karena itu, yang mendukung terjadinya proses
kemampuan pemahaman dan komunikasi pembelajaran.
matematis perlu ditingkatkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran matematika. Terkait dengan uraian di atas, terdapat
beberapa hasil penelitian yang relevan

32
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

dengan pembelajaran yang mampu METODE PENELITIAN


meningkatkan kemampuan pemahaman dan Metode eksperimen menjadi metode yang
komunikasi matematis. Penelitian Fauziyyah digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini
(2015), Sari (2015), Nurhayati (2010), Hayati dilakukan pada dua kelas, kelas pertama
(2009), dan Johar (2007) menunjukkan menggunakan perlakuan pendekatan tematik
adanya peningkatan kemampuan dan kelompok kedua menggunakan
pemahaman matematis melalui perlakuan pendekatan tematik yang
pembelajaran dengan menggunakan diintegrasikan dengan pendekatan RME.
pendekatan realistic mathematics education Tujuannya untuk melihat pengaruh
(RME). Pendekatan RME adalah penggunaan pendekatan tematik dan
pembelajaran matematika yang tematik dengan RME dalam meningkatkan
memanfaatkan aktivitas siswa dalam realitas kemampuan pemahaman dan komunikasi
dan lingkungannya untuk mentransformasi matematis pada materi perkalian kelas
masalah dalam kehidupan sehari-harinya ke rendah.
dalam simbol dan model pemecahan
masalah matematika. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di kelas II Sekolah
Dilihat dari sisi kurikulum, pembelajaran di Dasar Negeri Karapyak I Kecamatan
Indonesia menggunakan KTSP 2006 sebagai Sumedang Utara Kabupaten Sumedang.
titik tolak. KTSP menghendaki adanya Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini
pembelajaran dengan pendekatan tematik mulai tanggal 21 Maret sampai 23 April 2016.
bagi kelas rendah. Artinya, pembelajaran
dirancang secara terpadu dengan Subjek Penelitian
menggunakan tema sebagai pemersatu Dalam penelitian ini, sampel yang diambil
kegiatan pembelajaran. Dengan cara ini, adalah kelas II Rombel 1 SDN Karapyak I
maka pembelajaran untuk siswa kelas rendah sebagai kelas dengan pendekatan tematik,
menjadi lebih bermakna, lebih utuh, dan sedangkan kelas II Rombel 2 SDN Kapayak I
sangat kontekstual dengan dunia anak-anak. sebagai kelas dengan pendekatan tematik
Berdasarkan pada teori, hasil penelitian dengan RME.
relevan, dan kurikulum yang berlaku, maka
akan dilakukan pembelajaran yang Instrumen Penelitian
memanfaatkan aktivitas siswa dan Instrumen yang akan digunakan untuk
lingkungannya untuk menjembatani masalah memperoleh data yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari ke dalam simbol dan penelitian ini yaitu berupa tes kemampuan
model pemecahan masalah matematika yang pemahaman matematis, , format observasi
sesuai dengan kurikulum untuk kinerja guru dan aktivitas siswa, serta
meningkatkan kemampuan pemahaman dan pedoman wawancara.
komunikasi matematis siswa. Dengan
demikian, peneliti memiliki konsep untuk Teknik Pengolahan dan Analisis Data
melakukan penelitian mengenai pengaruh Data yang diperoleh dalam penelitian ini
pendekatan realistic mathematics education diperoleh dari dua data, yakni data kualitatif
(RME) terhadap kemampuan pemahaman dan data kuantitatif. Data kualititif diperoleh
matematis pada materi perkalian kelas dari hasil observasi kinerja guru dan aktivitas
rendah. siswa, serta pedoman wawancara. Adapun
untuk data kuantitatif diperoleh dari tes hasil
belajar kemamuan pemahaman matematis
siswa. Data yang telah diperoleh kemudian

33
Andi Permana Sutisna, Maulana, Herman Subarjah

diolah dengan menggunakan Microsoft Excel sehingga perlu guru siasati dengan
2007 dan SPSS 16.0 for windows yang pengenalan tema dan membiarkan siswa
kemudian dianalisis dan ditafsirkan sesuai menebak pelajaran apa yang sedang
dengan prosedur yang telah ditentukan. dilaksanakan. Kondisi demikian menuntut
guru untuk dapat menyesuaikan diri dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN masalah yang terjadi agar pembelajaran
Pembelajaran Kelas Tematik tetap terlaksana sesuai dengan pendekatan
Berdasarkan hasil tes awal, kemampuan yang dilaksanakan tetapi tidak membuat
pemahaman matematis siswa di kelas siswa menjadi bingung.
tematik masih rendah. Hal ini terbukti
dengan nilai rata-rata pretes kemampuan Pada pertemuan pertama, kemampuan
pemahaman kelas tematik, yaitu 55,19. pemahaman matematis siswa pada materi
Untuk meningkatkan kemampuan perkalian dikenalkan dengan menyajikan
pemahaman siswa, maka diberikan perlakuan masalah kontekstual yang dikemas dengan
berupa pembelajaran dengan menggunakan mengaitkan cara menghitung jumlah kaki
pendekatan tematik. Pembelajaran di kelas hewan yang berada dalam suatu kandang.
tematik dilakukan sebanyak tiga kali Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
pertemuan dengan alokasi waktu masing- Ahmadi dan Amri (2014) bahwa salahsatu
masing 4 × 35 menit. Penentuan waktu prinsip dasar pembelajaran tematik adalah
tersebut didasari pada ketentuan bersifat kontekstual. Siswa tidak begitu
pembelajaran tematik yang menghendaki banyak bermasalah dalam perhitungan hasil
adanya pembelajaran secara terpadu, perkalian, namun ketika dihubungkan dengan
sehingga pembelajaran harus terpadu dari proses penjumlahan berulang, terlihat bahwa
awal sampai akhir jam sekolah. Sebagaimana banyak siswa yang kebingungan. Oleh karena
struktur Kurikulum SD dalam Lampiran itu, untuk membuat siswa memahami konsep
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional perkalian sebagai penjumlahan berulang
Nomor 22 Tahun 2006 bahwa pembelajaran yang tidak keliru dalam hasil dan proses,
pada kelas I sampai dengan kelas III maka guru menghubungkan dengan masalah
dilaksanakan melalui pendekatan tematik, kehidupan sehari-hari. Masalah yang
sedangkan pada kelas IV sampai dengan kelas dijadikan bahan diskusi kelas adalah
VI dilaksanakan melalui pendekatan mata penulisan resep dokter (3 × 1 atau 1 × 3).
pelajaran. Selain itu, penggunaan alokasi Masalah penulisan resep dokter tersebut
tersebut didasarkan pada prinsip efisiensi diberikan agar pembelajaran terasa
dalam segi waktu, beban materi, metode, bermakna bagi siswa karena sangat relevan
penggunaan sumber belajar yang otentik dengan pengalamannya. Sebagaimana
sehingga dapat mencapai ketuntasan Ausubel (dalam Nurjannah, 2013)
kompetensi secara tepat (Ahmadi dan Amri, berpendapat bahwa belajar bermakna
2014). merupakan suatu proses untuk mengaitkan
informasi baru dengan konsep-konsep
Pembelajaran pada pertemuan pertama relevan yang terdapat dalam struktur kognitif
diawali dengan pertanyaan siswa mengenai seseorang.
matapelajaran yang akan dilaksanakan,
pelajaran bahasa Indonesia atau matematika. Pembelajaran pada pertemuan kedua
Pertanyaan yang membuat inti dari dengan tujuan memahami bentuk perkalian
pendekatan tematik sedikit dipermasalahkan. dalam bentuk soal cerita dan membedakan
Masalah yang timbul karena siswa yang contoh dan bukan contoh perkalian. Soal
terbiasa dengan pemisahan matapelajaran, cerita yang disajikan dihubungkan dengan

34
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

tumbuhan, terutama buah-buahan. kemampuan pemahaman matematis nilai


Permasalahan yang muncul hanya pada awal dan akhir kelas tematik memiliki Sig. 2
kekeliruan siswa dalam memahami maksud tailed sebesar 0,000 < 0,05 yang artinya H0
soal cerita. Ada yang seharusnya dibuat ditolak sehingga H1 diterima. Jadi, dapat
dalam perkalian, namun siswa membuatnya disimpulkan bahwa pembelajaran tematik
dalam bentuk penjumlahan. Oleh karena itu, dapat meningkatkan kemampuan
guru memerintahkan kepada siswa yang pemahaman matematis siswa pada materi
keliru untuk menyajikan soal tersebut dalam perkalian kelas rendah secara signifikan.
bentuk gambar, sehingga pemahaman yang
abstrak tersebut dapat terbantu dengan Kelas Tematik dengan RME
model gambar. Sesuai dengan pendapat Berdasarkan hasil tes awal kelas tematik
Piaget bahwa siswa kelas II SD masih dalam dengan RME, kemampuan pemahaman
tahap operasi konkret dan tahap berpikir matematis siswa di kelas tematik dengan
iconic menurut Bruner. RME cukup baik jika dibandingkan dengan
kelas tematik. Hal ini dapat dilihat dari hasil
Pada pertemuan terakhir, pembelajaran nilai rata-rata pretes kemampuan
dikemas dengan permainan (games). Games pemahaman kelas tematik dengan RME,
merupakan cara untuk menarik perhatian, yaitu 62,04. Meskipun hasilnya lebih baik
menghilangkan kejenuhan, menambah dibandingkan kelas tematik, namun perlu
variasi pembelajaran, dan meningkatkan juga diteliti peningkatnnya setelah
motivasi siswa (Gusrayani, 2010). Selama mendapatkan perlakuan dengan pendekatan
pembelajaran siswa sangat antusias dan tematik dengan RME. Pembelajaran di kelas
penuh semangat. Selain itu, pelayanan tematik dengan RME dilakukan sebanyak tiga
pembelajaran secara individu juga terlaksana kali pertemuan dengan alokasi waktu
dalam permainan, konfirmasi setiap masing-masing 4 × 35 menit. Hasil pretes
kekeliruan siswa dapat dideteksi. “Mengajar menunjukkan bahwa kemampuan
adalah usaha mengembangkan setiap pemahaman siswa mengenai perkalian tidak
individu siswa” (Sanjaya, 2006, hlm. 130). bermasalah dalam hal perhitungan, namun
bermasalah dalam hal pengubahan konsep
Secara umum, pembelajaran di kelas tematik perkalian menjadi penjumlahan berulang dan
berjalan dengan lancar. Kendala yang dialami begitupun sebaliknya, serta kekeliruan dalam
dapat diatasi dan tidak menghambat memahami maksud soal cerita tentang
pencapaian tujuan pembelajaran. Setelah perkalian.
keseluruhan pembelajaran dilaksanakan,
guru memberikan postes yang soalnya sama Pada pertemuan pertama, kemampuan
dengan soal yang diberikan saat pretes. Hal pemahaman matematis siswa pada materi
ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkalian dikenalkan dengan menyajikan
kemampuan pemahaman matematis siswa di masalah kontekstual yang dikemas dengan
kelas tematik. Nilai rata-rata kemampuan mengaitkan cara menghitung jumlah kaki
akhir pemahaman matematis siswa di kelas hewan (kuda) yang berada dalam suatu
tematik sebesar 62,43. Bila melihat kembali kandang sebanyak 5 ekor. Hal ini sesuai
rata-rata pretes yang hanya mencapai 55,19, dengan yang dikemukakan oleh Gravemeijer
maka dapat diketahui bahwa kemampuan (dalam Tarigan, 2006) bahwa masalah
pemahaman matematis siswa di kelas konteks nyata merupakan bagian inti dan
tematik mengalami peningkatan. Begitupun dijadikan starting point dalam pembelajaran
berdasarkan hasil hasil uji beda rata-rata matematika. Dari permasalahan tersebut
menggunakan uji-t, maka beda rata-rata muncul berbagai penyelesaian masalah yang

35
Andi Permana Sutisna, Maulana, Herman Subarjah

dikemukakan oleh siswa. Spekulasi jawaban Kegiatan pada pertemuan kedua hampir
tersebut beragam. Semua spekulasi sama dengan pertemuan kedua, hanya
pemahaman terhadap masalah tersebut di berbeda pada tujuan pembelajaran dan
data di papan tulis, kemudian siswa yang konsep perkalian yang dikaitkan dengan
memberikan jawaban diberikan kesempatan tumbuhan. Sementara pada pertemuan
untuk mengungkapkan alasan terhadap ketiga, terdapat tahapan RME hanya pada
spekulasinya tersebut. Kegiatan diskusi materi komutatif perkalian, sedangkan
tersebut menyebabkan siswa sangat aktif sebagian besar pembelajaran dilaksanakan
dalam pembelajaran, meskipun pada dalam bentuk permainan. Jadi hampir setiap
awalnya sulit juga untuk mengemukakan pertemuan pada kelas tematik dengan RME
pendapat. menggunakan LKS yang secara keseluruhan
berjalan dengan lancar.
Untuk mengatasi permasalah siswa yang sulit
dalam mengubah bentuk penjumlahan ke Melalui LKS dan diskusi yang berjalan lancar,
bentuk perkalian dan memahami soal cerita, maka semua tahapan dalam kegiatan
maka diberikan LKS berbentuk soal cerita pembelajaran tematik dengan RME, mulai
yang membahas tentang masalah tersebut. dari penyelesaian masalah, penalaran,
Freudenthal (Permana, dalam Maulana, komunikasi, kepercayaan diri, dan
2009b) berpendapat bahwa daripada representasi dapat dilaksanakan dengan baik.
menghafal algoritma dan rumus-rumus Keberhasailan kegiatan RME juga dapat
sebaiknya siswa menemukan kembali konsep dilihat dari peningkatan aktivitas siswa pada
matematika secara berarti dan menggunakan pertemuan pertama (81%) hingga pertemuan
pengetahuan mereka sebagai basis untuk terakhir (92%). Begitupun dengan hasil tes
mengerti konsep matematika. Dalam hal ini, akhir kemampuan pemahaman matematis
LKS sebagai alat untuk menemukan kembali siswa sebesar 72,22, yang tes awalnya hanya
konsep matematika secara berarti yang sebesar 62,04. Hal ini diperkuat pula dengan
sesuai dengan pengalaman siswa. Selain itu uji beda beda rata-rata uji-t yang
LKS juga merupakan alat agar siswa dapat menunjukkan bahwa hasil uji beda rata-rata
mengonstruksi pengetahuan matematika nilai awal dan akhir kelas tematik dengan
yang dalam RME dikenal dengan guided RME memiliki Sig. 2 tailed sebesar 0,000. Hal
reinvention (Tarigan, 2006). ini menunjukkan bahwa signifikansi 0,000
kurang dari batas kritis penelitian 0,05
Kegiatan selanjutnya yaitu sehingga keputusan hipotesis adalah
mengomunikasikan dengan memaparkan menerima H1. Dengan demikian, dapat
jawaban kelompoknya di depan kelas. Pada disimpulkan bahwa pembelajaran tematik
pertemuan pertama, siswa cenderung dengan RME dapat meningkatkan
menolak untuk maju ke depan, namun pada kemampuan pemahaman matematis siswa
pertemuan berikutnya terlihat antusias yang pada materi perkalian kelas rendah secara
lebih untuk maju ke depan bahkan dalam signifikan.
satu kelompok menawarkan diri untuk
ditunjuk maju ke depan. Semakin banyak Pendekatan Tematik vs Pendekatan Tematik
pendapat dan gagasan yang dikemukakan dengan RME
oleh siswa, maka terkumpul beragam ide Pembelajaran perkalian kelas rendah di kelas
untuk bahan representasi siswa dalam II sekolah dasar dengan menggunakan
mengonstruksi pemahamannya. pendekatan tematik dan tematik dengan
RME sama-sama dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman matematis siswa.

36
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

Namun, harus diteliti pendekatan yang lebih karakteristiknya yaitu berpusat pada siswa
baik di antara pendekatan tematik dan (Ahmadi dan Amri, 2014) dan pembelajaran
tematik dengan RME. Untuk melihat tematik dengan RME yang menganggap
pendekatan yang lebih baik, hal ini dapat bahwa matematika bukan sebagai bahan
terlihat dari kinerja guru, aktivitas siswa, dan pelajaran, melainkan sebagai human activity
kegiatan pembelajaran dalam hal ini (Freudenthal, dalam Tarigan, 2006). Dengan
berkaitan dengan pendekatan tematik demikian wajar jika kedua pendekatan
maupun tematik dengan RME. memiliki hasil observasi aktivitas siswa yang
hampir sama, karena kedua pendekatan
Kinerja guru sangat menentukan dalam sama-sama menekankan pentingnya aktivitas
implementasi suatu kegiatan pembelajaran. siswa dalam pembelajaran.
Tanpa adanya guru, sebagus apapun suatu
pendekatan tidak mungkin bisa dilaksanakan Berdasarkan kinerja guru dan aktivitas siswa,
dengan baik, begitu pula dengan pendekatan ternyata pendekatan tematik dan tematik
tematik maupun tematik dengan RME, dengan RME memiliki persentase yang
keberhasilannya sangat ditentukan oleh hampir sama, sehingga perlu dilihat pula
kinerja guru dalam merencakan dan keberhasilan kegiatan pembelajaran tematik
melaksanakan kegiatan pembelajaran. dan tematik dengan RME melalui uji
Sebagaimana pendapat Sanjaya (2006) yang perbedaan rata-rata gain.
menganalogikan guru layaknya seorang Hasil uji beda rata-rata nilai gain kemampuan
prajurit di medan pertempuran, keberhasilan pemahaman matematis pada kelas tematik
penerapan strategi berperang untuk dan kelas tematik dengan RME dengan uji-t
menghancurkan musuh akan sangat taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh P-value
bergantung pada kualitas prajurit itu sendiri. (Sig.2-tailed) sebesar 0,008. Hal tersebut
menunjukkan bahwa P-value < 0,05 sehingga
Mengkaji hasil observasi kinerja guru di kelas H0 yang menyatakan tidak terdapat
tematik maupun tematik dengan RME yang perbedaan peningkatan kemampuan
tidak terlalu jauh berbeda, masing-masing pemahaman matematis siswa yang
dengan persentase 97,8% untuk menggunakan pendekatan tematik dan
pembelajaran tematik, sedangkan persentase tematik dengan RME secara signifikan
99% untuk pembelajaran tematik dengan ditolak. Dengan demikian, terdapat
RME. Persentase tersebut menunjukkan perbedaan peningkatan kemampuan
perbedaan yang sangat kecil sehingga sama- pemahaman matematis siswa di kelas
sama memiliki interpretasi kinerja guru tematik dan tematik dengan RME. Dengan
dengan sangat baik. Dengan demikian harus kata lain, jika kita melihat peningkatan rata-
dilihat pula melalui aktivitas siswa dan rata gain antara kedua kelas, maka
kegiatan pembelajaran. pendekatan tematik dengan RME lebih baik
secara signifikan untuk meningkatkan
Begitu pula kegiatan aktivitas siswa pada kemampuan pemahaman matematis
kelas tematik maupun tematik dengan RME, daripada pendekatan tematik, dengan
terlihat persentase yang hampir sama, yaitu perbandingan gain ternormalisasi sebesar
pendekatan tematik sebesar 85% dan 0,15 : 0,31.
pendekatan tematik dengan RME sebesar
86%. Perbedaan yang tidak terlalu mencolok Berdasarkan paparan diatas, maka
ini dikarenakan kedua pendekatan sama- pembelajaran dengan menggunakan
sama memiliki karakteristik student centered. pendekatan tematik dengan RME lebih baik
Pembelajaran tematik dengan salahsatu secara signifikan daripada yang

37
Andi Permana Sutisna, Maulana, Herman Subarjah

menggunakan pendekatan tematik dengan menemukan sendiri pengetahuannya


RME. Hal ini sesuai dengan kelebihan dari sehingga kegiatan pembelajaran lebih
pendekatan RME, yaitu pembelajaran bermakna dan dapat dipahami oleh siswa.
matematika realistik dimulai dari masalah Sementara kinerja guru yang baik sekali
yang real sehingga siswa dapat terlibat dalam membuat karakteristik pembelajaran tematik
proses pembelajaran secara bermakna dapat terlaksana. Begitupun respon siswa
(Tarigan, 2006). Sebagaimana Ausubel yang menganggap pendekatan tematik
(dalam Nias, 2012) berpendapat bahwa apa menyenangkan sehingga dapat
yang terjadi di sekitar siswa maupun menumbuhkan minat, partisipasi, dan
pengetahuan yang dimiliki siswa merupakan kerjasama siswa yang berakibat pada
bahan berharga untuk dijadikan sebagai aktivitas siswa dengan interpretasi baik
permasalahan kontekstual yang menjadi titik sekali.
tolak aktivitas berpikir siswa.
Pendekatan tematik dengan RME lebih baik
Permasalahan yang demikian lebih bermakna dalam meningkatkan kemampuan
bagi siswa karena masih berada dalam pemahaman matematis dibandingkan
jangkauan pengetahuan yang telah dimiliki pendekatan tematik pada materi perkalian
siswa sebelumnya. Sementara pendekatan kelas rendah. Pembelajaran tematik maupun
tematik meskipun sama-sama berpusat pada tematik dengan RME sama-sama berpusat
siswa dan bersifat kontekstual, namun pada pada siswa. Hanya saja RME menghendaki
tahapan pembelajaran tidak selalu dimulai adanya penyajian masalah terlebih dahulu
dengan penyajian masalah bagi siswa. Sebab dalam pembelajaran. Permasalahan yang
dengan permasalahan yang disajikan diawal demikian lebih bermakna bagi siswa karena
pembelajaran, maka siswa akan terlatih masih berada dalam jangkauan pengetahuan
untuk berpikir. Sebagaimana menurut yang telah dimiliki siswa sebelumnya.
Tarigan (2006, hlm. 92), “Mengajar adalah Sementara pendekatan tematik meskipun
mengajak berpikir siswa sehingga melalui sama-sama berpusat pada siswa dan bersifat
kemampuan berpikir akan terbentuk siswa kontekstual, namun pada tahapan
yang cerdas dan mampu memecahkan setiap pembelajaran tidak selalu dimulai dengan
persoalan yang dihadapinya. Dengan penyajian masalah bagi siswa. Sebab dengan
demikian, cukup meyakinkan bahwa permasalahan yang disajikan diawal
pendekatan tematik dengan RME sangat pembelajaran, maka siswa akan terlatih
cocok untuk meningkatkan kemampuan untuk berpikir. Selain itu, hasil uji beda rata-
pemahaman matematis sehingga rata gain menunjukkan pembelajaran
pendekatan tematik dengan RME lebih baik tematik dengan RME lebih baik secara
daripada pembelajaran tematik dalam signifikan daripada pembelajaran tematik
meningkatkan kemampuan pemahaman dalam meningkatkan kemampuan
matematis siswa kelas II pada materi pemahaman matematis siswa pada materi
perkalian. perkalian kelas rendah.

SIMPULAN Siswa merespon positif kegiatan


Pendekatan tematik dapat meningkatkan pembelajaran dengan menggunakan
kemampuan pemahaman matematis pada pendekatan tematik dan tematik dengan
materi perkalian kelas rendah secara RME. Respon tersebut didapat dari kegiatan
signifikan. Adapun pembelajaran yang wawancara dengan perwakilan siswa di
dilakukan bersifat kontekstual dengan tema setiap kelasnya. Respon positif tersebut
lingkungan yang membuat siswa mampu muncul karena pembelajaran di kelas tematik

38
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

maupun kelas tematik dengan RME sama- pembelajaran yang sesuai dengan kehidupan
sama menyenangkan dan menyajikan nyata dan sesuai dengan pengalaman siswa.

DAFTAR PUSTAKA Maulana. (2009b). Pendekatan Matematika


Realistik. Dalam Djuanda, dkk., Model
Ahmadi dan Amri. (2014). Pengembangan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
dan Model Pembelajaran Tematik Sumedang: UPI.
Integratif. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Nias, Putri. (2012). Pendekatan Matematika
Realistik. Diakses dari:
Fauziyyah, Dian. (2015). Pengaruh http://greenloverswin.blogspot.com/2012
Pendekatan Realistic Mathematics /02/pendekatan-matematika-
Education terhadap Kemampuan realistik.html
Komunikasi Matematis Peserta Didik pada
Materi Pengelolaan Data. (Skripsi). Nurhayati, T. (2010). Penerapan Pendekatan
Program Sarjana, Universitas Pendidikan Matematika Realistik dalam
Indonesia, Sumedang. Meningkatkan Pemahaman Siswa
Mengenai Soal Cerita KPK dan FPB di Kelas
Gusrayani, Diah. (2010). Teaching English to V Sekolah Dasar Negeri Cipelang
Young Learners. Sumedang: tidak Kecamatan Ujungjaya Kabupaten
dipublikasikan. Sumedang. (Skripsi). Program Sarjana,
Universitas Pendidikan Indonesia,
Hayati, Sri. (2009). Penggunaan Pendekatan Sumedang.
Realistik untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Pecahan. (Skripsi). Nurjannah, Amalia. (2013). Teori Belajar
Program Sarjana, Universitas Pendidikan Bermakna dari David. Diakses dari:
Indonesia, Sumedang. https://amalianurjannah.files.wordpress.c
om/2013/05/6-teori-belajar-bermakna-
Johar, Rahmah. (2009). Pembelajaran dari-david-p.pdf
Matematika Humanistik dan Kaitannya
dengan Pendidikan Matematika Realistik Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran
Indonesia (PMRI). Diakses dari: Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
http://www.academia.edu/12960351/PE Jakarta: Kencana Predana Media.
MBELAJARAN_MATEMATIKA_HUMANISTI
K_DAN_KAITANNYA_DENGAN_PENDIDIKA
N_MATEMATIKA_REALISTIK_

39
Andi Permana Sutisna, Maulana, Herman Subarjah

Sari, Windah. (2015). Pengaruh Pendekatan Tarigan, Daitin. (2006). Pembelajaran


Realistic Mathematics Education terhadap Matematika Realistik. Jakarta:
Kemampuan Pemahaman Matematis dan Departemen Pendidikan Nasional
Kepercayaan Diri Siswa pada Materi Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Keliling dan Luas Lingkaran. (Skripsi). Direktorat Ketenagaan.
Program Sarjana, Universitas Pendidikan
Indonesia, Sumedang.

40

Anda mungkin juga menyukai