Anda di halaman 1dari 9

Sejarah

Pada waktu Aceh masih sebagai sebuah kerajaan, yang dimaksud dengan Aceh
atau Kerajaan Aceh adalah wilayah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten
Aceh Besar ditambah dengan beberapa kenegerian/daerah yang telah menjadi bagian
dari Kabupaten Pidie. Selain itu, juga termasuk Pulau Weh (sekarang telah menjadi
pemerintah kota Sabang), sebagian wilayah pemerintah kota Banda Aceh, dan
beberapa kenegerian/daerah dari wilayah Kabupaten Aceh Barat. Aceh Besar dalam
istilah Aceh disebut Aceh Rayeuk. Penyebutan Aceh Rayeuk sebagai Aceh yang
sebenarnya karena daerah inilah yang pada mulanya menjadi inti Kerajaan Aceh dan
juga karena di situlah terletak ibu kota kerjaaan yang bernama Bandar Aceh atau
Bandar Aceh Darussalam. Untuk nama Aceh Rayeuk ada juga yang menamakan
dengan sebutan Aceh Lhee Sagoe (Aceh Tiga Sagi).[5]
Sebelum dikeluarkannya Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956,
Kabupaten Aceh Besar merupakan daerah yang terdiri dari tiga kawedanan, yaitu
Kawedanan Seulimum, Kawedanan Lhoknga dan Kawedanan Sabang. Akhirnya
dengan perjuangan yang panjang Kabupaten Aceh besar disahkan menjadi daerah
otonom melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1956 dengan ibu kotanya pada
waktu itu adalah Banda Aceh dan juga merupakan wilayah hukum Kotamadya Banda
Aceh.
Sehubungan dengan tuntutan dan perkembangan daerah yang semakin maju dan
berwawasan luas, Kota Banda Aceh sebagai ibu kota dianggap kurang efisien lagi,
baik untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang. Usaha pemindahan ibu
kota tersebut dari Kota Banda Aceh mulai dirintis sejak tahun 1969, lokasi awalnya
dipilih Kecamatan Indrapuri yang jaraknya 25 km dari Kota Banda Aceh. Usaha
pemindahan tersebut belum berhasil dan belum dapat dilaksanakan sebagaimana
diharapkan.
Kemudian pada tahun 1976 usaha perintisan pemindahan ibu kota untuk kedua
kalinya mulai dilaksanakan lagi dengan memilih lokasi yang lain yaitu di Kecamatan
Seulimeum tepatnya di kemukiman Janthoi yang jaraknya sekitar 52 km dari Kota
Banda Aceh.
Akhirnya usaha yang terakhir ini berhasil dengan ditandai dengan keluarnya
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1976 tentang
Pemindahan Ibu kota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Besar dari wilayah
Kotamadya Daerah Tingkat II Banda Aceh ke kemukiman Janthoi di Kecamatan
Seulimeum, Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Besar, berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh tim Departemen Dalam Negeri Republik
Indonesia dan Pemerintah Daerah yang bekerjasama dengan Konsultan PT. Markam
Jaya yang ditinjau dari segala aspek dapat disimpulkan bahwa yang dianggap
memenuhi syarat sebagai ibu kota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Besar adalah
Kemukiman Janthoi dengan nama Kota Jantho.
Setelah ditetapkan Kota Jantho sebagai ibu kota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh
Besar yang baru, maka secara bertahap pemindahan ibu kota terus dimulai, dan
akhirnya secara serentak seluruh aktivitas perkantoran resmi dipindahkan dari Banda
Aceh ke Kota Jantho pada tanggal 29 Agustus 1983, dan peresmiannya dilakukan
oleh Bapak Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia pada masa itu, yaitu Bapak
Soepardjo Rustam pada tanggal 3 Mei 1984.[6]
Di Kota Jantho hanya terdapat kompleks perumahan dan kantor-kantor
pemerintahan, tidak ada losmen ataupun hotel. Kota Jantho dihubungkan dengan
labi-labi dengan jarak 60 km dari Banda Aceh, 28 km menuju Saree, dan 12 km
menuju jalan utama Banda Aceh - Medan. Kira-kira 12 km dari Kota Jantho ini
terdapat air terjun.[5]

Wisata Sejarah

 Rumah Cut Nyak Dhien. Pada mulanya merupakan tempat tinggal Cut


Nyak Dhien. Di dalamnya berisi koleksi sejarah Aceh yang dikelola dan dirawat
oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Besar. Hanya fondasi yang asli dari bangunan
ini, sedangkan yang berdiri sekarang ini adalah hasil renovasi bangunan yang
sebelumnya telah dibakar oleh Belanda.[26]
 Masjid Tua Indrapuri. Mesjid ini terletak sekitar 25 km ke selatan arah ke
Medan dan dapat ditempuh dengan transportasi apapun.
Wilayah Indrapuri dulunya merupakan Kerajaan Hindu dan merupakan tempat
pemujaan sebelum Islam masuk. Kemudian, Sultan Iskandar
Muda memperkenalkan Islam kepada masyarakat. Dan setelah seluruh masyarakat
memeluk Islam, tempat yang sebelumnya kuil diubah menjadi sebuah masjid.
Bangunan masjid berdiri di atas tanah seluas 33.875 m², terletak di ketinggian 4,8
meter di atas permukaan laut dan berada sekitar 150 meter dari tepi Sungai
Krueng Aceh.[26]
 Kuta Indra Patra. Benteng ini terletak ± 19 km dari Banda Aceh arah ke
Krueng Raya, dekat Pantai Ujong Batee. Menurut riwayat dibangun pada masa
pra Islam di Aceh yaitu pada masa Kerajaan Hindu, Indra Patra. Namun ada
sumber yang menyebutkan bahwa benteng ini dibangun pada masa Kesultanan
Aceh Darussalam dalam upaya menahan serangan Portugis. Benteng ini sangat
besar fungsinya pada zaman Sultan Iskandar Muda yang angkatan lautnya terkenal
kuat di Asia Tenggara.[26]
 Makam Laksamana Malahayati, terletak sekitar 32 km dari Kota Banda
Aceh. Ia adalah seorang laksamana wanita pertama di dunia modern yang
memimpin armada laut pada masa pemerintahan Sultan Saidil Mukammil
Alauddin Riayat Syah IV.[26]
 Perpustakaan Kuno Tanoh Abee, terdapat di Desa Tanoh Abee di kaki
Gunung Seulawah, Aceh Besar. Perpustakaan Tanoh Abee terletak di dalam
kompleks Dayah Tanoh Abee yang didirikan oleh keluarga Fairus yang mencapai
klimaks kejayaannya pada masa pimpinan Syekh Abdul Wahab yang terkenal
dengan sebutan Teungku Chik Tanoh Abee. Ia meninggal pada tahun 1894 dan
dimakamkan di Tanoh Abee. Pengumpulan naskah (manuskrip) Dayah Tanoh
Abee telah dimulai sejak Syekh Abdul Rahim, kakek dari Syekh Abdul Wahab.
Naskah yang terakhir ditulis pada masa Syekh Muhammad Sa’id, anak Syekh
Abdul Wahab yang meninggal dunia pada tahun 1901 di Banda Aceh, dalam
tahanan Belanda.[26]
 Rumoh Teunun Nyak Mu, merupakan pusat produksi tenun asli khas
Aceh, yang berlokasi di Gampong Siem, Mukim Siem, Kecamatan Darussalam.
Lokasi ini berjarak 12 km sebelah timur Kota Banda Aceh. Di Rumoh Teunun
Nyak Mu ini di produksi aneka kain tenun Aceh dengan beragam motif khas
Aceh.[26]

Wisata Alam

 Pantai Lhok Nga
 Pantai Lam Pu'uk
 Pantai Ujong Batee
 Pantai Lhok Me
 Air terjun Suhom, Lhoong
 Air terjun Kuta Malaka
 Air terjun Peukan Biluy
 Waduk Keuliling[27]
 Taman Hutan Rakyat Po Cut Meurah Intan[28]
 Pusat Latihan Gajah Saree
 Gunung Seulawah Agam
 Cagar Alam Jantho[29]
 Pemandian alam di Brayeun Leupung
 Pantai Lhok Seudu
Kebudayaan
Kuliner Khas

Kabupaten Aceh Besar terkenal dengan salah satu makanan khasnya, yakni Bolu
manis ala Aceh yang terkonsentrasi di kecamatan Peukan Bada. Bolu ini terkenal
dengan citarasanya yang khas, namun kesulitan pengembangan karena kendala dana
selain kondisi yang belum sepenuhnya stabil. Selain itu ada pula gulai kambing (kari)
dan ayam tangkap yang terkenal kelezatannya serta Sie rebuh (daging Rebus) dan
asam keu eung (asam pedas).

AKULTURASI BUDAYA PADA INTERIOR MASJID INDRAPURI DI


ACEH BESAR

Masjid indrapuri merupakan sebuah masjid yang terletak di kecamatan Indrapuri


kabupaten Aceh Besar, Aceh. Sebelum ajaran Islam masuk di Aceh, bangunan ini
diduga sebagai candi Hindu milik kerajaan yang oleh orang arab disebut sebagai
Lamuri dan disebut Lambri oleh Marcopolo. Di masa Sultan Iskandar Muda,
bangunan candi ini dirombak menjadi masjid. Puncak perkembangan kerajaan Aceh
terjadi pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1637). Masa pemerintahan Sultan ini
merupakan masa kejayaan kerajaan Aceh, baik politis maupun ekonomi. Pada masa
ini banyak dibangun masjid sebagai tempat beribadah umat Islam. Ekspansi-ekspansi
teritorial di daerah-daerah tetangga dilakukannya. Dari tahun 1612-1621, ia telah
berhasil menaklukkan sejumlah kerajaan pantai di sekitar selat malaka dan di pantai
bagian barat pulau Sumatera. Sepulangnya dari Malaka, dibangunlah masjid Indrapuri
diatas reruntuhan Candi tersebut. Pondasi Candi yang bertingkat di robohkan hingga
tingkatan ke empat. Di tingkat ke empat inilah tiang-tiang masjid didirikan.
Banyaknya kebudayaan yang masuk dan berkembang di Aceh, membuat penulis
tertarik untuk meneliti akulturasi budaya yang terdapat pada masjid Indrapuri
tersebut. Keunikan letak masjid Indrapuri yang dibangun diatas Candi Hindu itu juga
membuat penulis ingin mengetahui bagaimanakah interior masjid Indrapuri tersebut
ditinjau dari mihrab dan mimbar, ruang utama dan ornamen. Penelitian ini dilakukan
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah bahwa masjid ini merupakan akulturasi dari budaya Hindu
dengan budaya tradisional Aceh. Kebudayaan hindu dapat terlihat dari denah masjid,
atap, lantai, dinding, dan mihrab masjid. Sedangkan kebudayaan Aceh dapat terlihat
dari dinding, tiang dalam masjid, dan plafon

TES WAWANCARA DUTA WISATA


Beberapa contoh tes wawancara duta wisata :
1. Coba perkenalkan diri anda?
Nama saya Muh.Khaidir Hasan , saya 18 tahun, saya mewakili SMK Penerbangan
Techno Terapan Makassar
2. Apa motivasi anda mengikuti ajang ini?
a. Saya cinta kebudayaan Indonesia pada umumnya dan kebudayaan Lamongan pada
khususnya, dan saya ingin lebih mengembangkan kecintaan saya itu dengan
mengikuti even ini.
b. Saya ingin turut serta mengembangkan dan memperkenalkan budaya lamongan ke
masyarakat lamongan, khususnya kepada para pemudanya karena seiring dengan
perkembangan zaman, para pemuda mulai tidak menghargai budaya daerah.
c. Melihat kondisi banyaknya budaya kita yang di klaim oleh negara lain, mendorong
saya untuk ikut berpartisipasi memperkuat budaya kita,,,,salah satu faktor dari klaim
negara lain karena kita kurang menghargai budaya kita.
3. Apa Misi dan Visi kamu
Misi : Ingin berperan dalam mempromosikan dan memperkenalkan kebudayaan
lamongan kepada masyarakat dan pemudanya.
Visi : Menjaga kepribadian sehingga bisa menjadi contoh bagi pemuda khususnya,
4. Apa yang menjadikan Lamongan pantas memilih kamu sebagai duta wisata? Saya
menarik dan berkepribadian baik serta memiliki loyalitas untuk mempromosikan
pariwisata
5. Apa yang bisa anda lakukan sebagai duta wisata? Sebagai generasi muda di era
global saya bisa mempromosikan pariwisata melalui twetter, facebook dan social
media yang bisa mencakup banyak kalangan muda.
6. Sebagai duta wisata, diharapkan Anda bekerja secara professional, jelaskan secara
singkat sikap profesional apa yang harus dimiliki?”
”Sebagai seorang penerus bangsa dan duta wisata, saya menyadari bahwa dengan
Kutulusan Hati, dapat membentuk loyalitas dan totalitas dalam menjalankan tugas”.
“We need to have Strong Commitment, because we have a lot of duty that take a lot
of energy to do that. And we must have ability to do time management, because
some of us still a student …..”
sekian

1.contoh pertanyaan seleksi awal

 Perkenalkan diri anda

 Hobi anda

 Motivasi mengikuti duta wisata

 Prestasi anda (katakan sesuai pada berkas)

 Apa program anda saat terpilih menjadi bagian dr duta wisata

 Ketika menang apa kinerja yang akan anda lakukan

 Praktekkan kelebihan tersebut di depan juri (misalnya menari,bernyanyi,puisi


dan sebagainya)
 Sebutkan dan jelaskan potensi wisata di daerah anda

 Apa perbedaan wisata unggulan dan potensi wisata

 Sebutkan makanan khas daerah anda

 Kapan kabupaten anda dibentuk dan diresmikan

 Siapa nama mentri pariwisata indonesia saat ini

 Sebutkan warisan budaya tak benda di daerahmu

 Sebutkan alat musik tradisional daerahmu

 Sebutkan apa saja tarian khas daerah anda

 Sebutkan dan jelaskan 7 sapta pesona

 Dari ke 7 sapta pesona manakah yang paling berpengararuh

 Apa dampak pembangunan daerah wisata bagi daerah

 Apa kendala pengunjung yang berwisata ke daerah anda

 Apa program yang anda lakukan ketika menjadi duta wisata

 Apa saran untuk kemajuan pariwisata di daerah anda (with english)

 Sebutkan tempat wisata umggulan indonesia

 Sebutkan dan jelaskan 3 kareakte diri anda

 Bagaimana anda menyingkapi sebuah keberhasialn bagi anda

 Promosikan daerah anda dengan menggunakan bahasa daerah anda

 Apa dampak positif dan negatif pembangunan daerah wisata


 Budaya adalah identitas suatu daerah.menurut anda bagaimana cara
melestariakn dan mengenalkan budaya tersebut agar tetap terlestarikan

 Bagaimana cara yang tepat untuk meningkatkan jumlah pengunjung ke daerah


wisata anda

 Apa makna hidup bagi anda

 Menurut anda bagaimana kondisi pemuda saat ini

 Apa yang mempengaruhi suatu daerah wisata tidak cepat maju

Anda mungkin juga menyukai