Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH UTAMA HIPERTENSI

PADA NY. B DI RUMAH SAKIT

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata kuliah : Keperawatan Keluarga

Dosen pengampu : Indra S.Kep., Ns., M.Kes

OLEH :

KELOMPOK VII

WIWIN (P201801074)

ASTI NEDILA (P201801064)

FAJERIATI (P201801073)

NUNING MEYSA (P201801082)

SUCI RAHMAYANI (P201801061)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERWATAN

FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………2
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………4
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan……………………………………………………………………..…….4
BAB II TINJAUAN TEORI…………………………………………………………....5
A. Konsep Medis………………………………………………………………..….5
B. Konsep Keperawatan…………………………………………………………..6
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian……………………………………………………………………..7
B. Diagnosa keperawatan…………………………………………………………8
C. Intervensi keperawatan………………………………………………………..9
D. Implementasi keperawatan…………………………………………………….10
E. Evaluasi keperawatan…………………………………………………………….11
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………….12
B. Saran………………………………………………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Keperawatan keluarga
Kami berterima kasih kepada Dosen Indra, S.Kep., Ns., M.Kes. Selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Kendari 28 juni 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan

tekanan darah secara terus menurut sehingga melebihi batas normal. Hipertensi sering disebut

the sillent killer karena termasuk kategori penyakit yang mematikan tanpa disertai gejala-gejala

terlebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Hipertensi dapat menyebabkan penyakit

jantung korner (PJK) dan merupakan salah satu penyebab utama kematian pada masyarakat dan

cenderung men ingkat di masa yang akan datang.

Hipertensi menurut KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) suatu tekanan darah atau

denyut jantung yg lebih tinggi dp normal krn penyempitan pembuluh darah atau gangguan

lainnya. Hipertensi juga merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit

kardiovaskular. Apabila tidak ditangani dengan baik, hipertensi dapat menyebabkan stroke,

infark miokard, gagal jantung, demensia, gagal ginjal, dan gangguan pengelihatan. Kondisi ini

dapat menjadi beban baik dari segi finansial, karena berkurangnya produktivitas sumber daya

manusia akibat komplikasi penyakit ini, maupun dari segi sistem kesehatan

Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan upaya kesehatan untuk mencapai

kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah terwujud hasil yang

positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup,

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang medis sehingga dapat

meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan Usia Harapan Hidup (UHH).
Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut cenderung meningkat dan bertambah lebih cepat

(Depkes RI, 2006).

Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya angka

harapan hidup ( life expectancy ). Semakin meningkatnya UHH penduduk, menyebabkan jumlah

penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan UHH dari 45 tahun di awal

tahun 1950 menjadi 65 tahun pada saat ini (Fatmah, 2010). Hal ini berarti kelompok resiko

dalam masyarakat kita menjadi lebih tinggi. Meningkatnya populasi lansia ini bukan hanya

fenomena di Indonesia saja tetapi juga secara global (Notoatmodjo, 2007). Penduduk lansia di

Indonesia pada tahun 1980 hanya 7,9 juta orang (5,45%) dari jumlah penduduk di Indonesia

dengan UHH 52,2 tahun. Pada tahun 1990 terjadi peningkatan lansia mencapai angka 11,3 juta

(6,29%) dari jumlah penduduk di Indonesia dengan UHH 59,8 tahun. Pada tahun tahun 2000

jumlah ini meningkat menjadi 14,4 juta orang (7,18%) dari jumlah penduduk di Indonesia

dengan UHH 67,4 tahun. Pada tahun 2006 angka meningkat hingga dua kali lipat menjadi 19 juta

orang (8,9%) dari jumlah penduduk di Indonesia dengan UHH 66,2 tahun dan diperkirakan tahun

2020 mencapai 28,8 juta orang (11,34%) dari jumlah penduduk di Indonesia dengan UHH 71,1

tahun (Efendi & Makhfudli, 2009).

Data WHO pada tahun 2014 terdapat sekitar 600 juta penderita hipertensi di seluruh

dunia. Prevalensi tertinggi terjadi di wilayah Afrika yaitu sebesar 30%. Prevalensi terendah

terdapat di wilayah Amerika sebesar 18%. Secara umum, laki-laki memiliki prevalensi hipertensi

yang lebih tinggi dibandingkan wanita. Data WHO (World Health Organization) (2015)

menunjukan sekitar 1,13 milliar orang di dunia menderita hipertensi. Artinya 1 dari 3 orang di

dunia terdiagnosis menderita hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat. Jumlah

penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada 2025 akan ada
1,5 milliar orang yang terkena hipertensi, di perkiran juga setiap tahun ada 9,4 juta orang

meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan

hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan

(44,1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur

31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%) (Riskesdas, 2018).

Kasus hipertensi menurut Data WHO 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di

dunia menderita hipertensi, yang berarti setiap 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita

hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat. Jumlah penderita hipertensi di dunia

terus meningkat setiap tahunnya. Diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena

hipertensi serta setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi

Di Sulawesi Tenggara, data yang ada adalah data yang diperoleh dari kunjungan pada

unit-unit Pelayanan Kesehatan seperti Puskesmas dan jaringannya. Dari 82.425 orang atau 8%

penduduk berusia 18 tahun ke atas yang dilakukan pengukuran takanan darah, sebanyak 31.817

orang atau 38,60% yang mengalami hipertensi. Berdasarkan jenis kelamin, hipertensi lebih

banyak ditemukan pada laki-laki yaitu sebesar 50,32%, sedangkan pada perempuan hanya

sebesar 34,67%. Data ini hanya berasal dari 11 kabupaten/kota, karena 6 daerah lainnya tidak

melaporkan hasil pemeriksaan tekanan darah di wilayahnya, sedangkan salah satu kabupaten

yang ada di Buton Selatan lebih khususnya di Kecamatan Batuatas masyarakatnya tidak sedikit

yang mengidap penyakit hipertensi yang dimana hampir rata-rata yang mengalami hipertensi ini

adalah kaum lansia, yang tergolong rentang terkena hipertensi. meskipun demikian data tersebut

di atas dapat menjadi acuan tentang gambaran kasus hipertensi di Sulawesi Tenggara yang

persentasenya berada diatas prevalensi nasional (Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara, 2016).
Yang dimana salah satu faktor risiko penting timbulnya hipertensi pada seseorang di usia

dewasa muda yaitu meningkatnya hipertensi pada seseorang di usia dewasa muda dipengaruhi

oleh gaya hidup yang tidak sehat hal ini yang termasuk gaya hidup tidak sehat antara lain

kebiasaan merokok, kurang olahraga, mengkonsumsi makanan yang kurang bergizi dan stres.

Penyebab hipertensi dapat dikategorikan kedalam dua faktor yakni faktor yang tidak dapat

diubah seperti usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga sertaa faktor yang masih dapat diubah

seperti kebiasaan merokok dan kebiasaan pola makan yang tinggi kolesterol. Selain itu, juga

faktor perilaku seperti kebiasaan merokok, tipe perilaku, dan kebiasaan mengonsumsi alkohol

juga turut berperan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi hipertensi ?
2. Apa etiologi hipertensi ?
3. Apa manifestasi klinis hipertensi ?
4. Bagaimana patofisiologi hipertensi ?
5. Apa saja komplikasi hipertensi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi hipertensi
2. Untuk mengetahui etiologi hipertensi
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis hipertensi
4. Untuk mengetahui patofisiologi hipertensi
5. Untuk mengetahui komplikasi hipertensi
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Medis
1. Definisi

Hipertensi menurut KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) suatu tekanan darah atau

denyut jantung yg lebih tinggi dp normal krn penyempitan pembuluh darah atau gangguan

lainnya. Hipertensi juga merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit

kardiovaskular. Apabila tidak ditangani dengan baik, hipertensi dapat menyebabkan stroke,

infark miokard, gagal jantung, demensia, gagal ginjal, dan gangguan pengelihatan. Kondisi ini

dapat menjadi beban baik dari segi finansial, karena berkurangnya produktivitas sumber daya

manusia akibat komplikasi penyakit ini, maupun dari segi sistem kesehatan.

2. Etiologi

Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada

kebanyakan pasien, etiologi patofisiologisnya tidak diketahui (hipertensi primer atau essensial).

Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Kelompok lain dari

populasi dengan presentase rendah mempunyai peyebab yang khusus, dikenal sebagai hipertensi

sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder, baik endogen maupun eksogen. Bila penyebab

hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan

secara potensial

3. Manifestasi klin

Manifestasi Klinis Hipertensi Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H.,
2016), tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika
tekanan darah tidak teratur.
b. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis. Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
 Mengeluh sakit kepala, pusing
 Lemas, kelelahan
 Sesak nafas
 Gelisah
 Mual
 Muntah
4. Patofisiologi

Berbagai faktor dapat mempengaruhi konstriksi dan relaksasi pembunuh darah


yang berhubungan dengan tekanan darah. Bila seseorang mengalami emosi yang tinggi,
maka sebagai respon konteks adrenal mengekresi epinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi. Selain itu, konteks adrenal mengekresi kortisol dan steroid lainnya yang
bersifat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah oleh enzim ACE
(Angionensin Converting Enzyme) menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat
yang pada gilirannya akan merangsang sekresi aldosteron oleh konteks adrenal.

5. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengaplikasikan. mata,
ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai
dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi
berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi stroke dimana terjadi
perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian.
Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak
sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi
hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna.

tekanan darah yang kuat dapat melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah arteri.
Padahal, seyogyanya, pembuluh darah arteri memiliki bentuk yang elastis, kuat, dan fleksibel.
Bagian dinding dalamnya pun bertekstur lembut, sehingga darah dapat mengalir dengan lancar

dan menyuplai organ-organ penting di dalam tubuh dengan oksigen dan gizi lainnya.

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran dalam memberikan asuhan


keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. Pengkajian yang lengkap, dan sistematis sesuai
dengan fakta atau kondisi yang ada pada klien sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa
keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu (Olfah
& Ghofur, 2016 ).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung aktual maupun
potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.

3. Intervensi Keperawatan

Tahap perencanaan memberi kesempatan kepada perawat, pasien, keluarga, dan orang
terdekat pasien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan guna mengatasi masalah yang
dialami pasien. Tahap perencanaan ini memiliki beberapa tujuan penting, diantaranya sebagai
alat komunikasi antar sesama perawat dan tim kesehatan lainnya, meningkatkan kesinambungan
asuhan keperawatan bagi pasien, serta mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan
keperawatan yang ingin dicapai. Unsur terpenting dalam tahap perencanaan ini adalah membuat
orioritas urutan diagnoa keperawatan, merumuskan tujuan, merumuskan kriteria evaluasi, dan
merumuskan intervensi keperawatan (Asmadi, 2008).
4. Implementasi keperawatan

Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah di
tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksaan tindakan, serta menilai data yang
baru. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan keperawatan antara lain:

a. Kemampuan intelektual, teknikal, dan interpersonal.


b. Kemampuan menilai data baru.
c. Kreativitas dan inovasi dalam membuat modifikasi rencana tindakan.
d. Penyesuaian selama berinteraksi dengan klien.
e. Kemampuan mengambil keputusan dalam memodifikasi pelaksanaan.
f. Kemampuan untuk menjamin kenyamanan dan keamanan serta efektivitas tindakan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang
berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu
pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap
yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada
komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik ( Olfah
& Ghofur, 2016).
Kasus

Pada tangal 26 juni yang lalu 2021 pukul 14 : 30 WITA Ny Y ber usia 59 tahun dengan
keluhan nyeri di bagian tengkuk hingga keleher seperti di tusuk tusuk,pusing hingga tidak
bisa melakukan aktifitas, ia telah mengalaminya sejak 1 bulan yang lalu, di bawah oleh
suaminya Tn U ke puskesma.tekanan darahnya 160/100 mmHg. TTV N : 86x/m
RR : 18x/m,Suhu 37,5 oc
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Nama KK : Tn U (umur 60 tahun )
b. Alamat : Jalan Salangga
c. Pekerjaan : Sopir
d. Pendidikan : SD
e. Komposisi Keluarga

No Nama Jenis k Hubungan Umur Pendidikan Pekerjaa Status


n
1 Ny Y P Istri 59 SD IRT Sakit
2 S P Anak 18 SMA Pelajar Sehat
3 U L Anak 17 SMA Pelajar Sehat

Genogram :

f. Tipe keluarga : Keluarga Inti


g. Kewarganegaraan : Indonesia, Kambu
h. Agama : Islam
i. Status Sosial Ekonomi keluarga : penghasilan keluarga kurang lebih Rp
1.000.000 yang di peroleh dari hasil kerja Tn U. Istrinya tidak bekerja
(IRT).menurutt pengakuan keluargannnya, penghasilan yang ada hanya cukup
untuk kebutuhan dasar sehari hari
j. Aktivitas keluarga pasien : kegiatan yang di lakukan anak kadang
bermaain di sekitar halaman rumah dan kadang juga menonton telefisi
bersama keluarga.
2. Riwayat Dan tahap perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini : keluarga dengan anak pelajar
b. Tugas Perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : tidak ada tahap
perkembangan keluarga saat ini,belum terpenuhi karena memiliki dua orang
anak pelajar yang masi membutuhkan biyaya sekolah : keluarga perlu
memberikan figure yang baik bagi anak remaja dan sering cek app istrinya ke
puskesmas.
c. Riwayat Kesehatan keluarga ini : Ny Y mengatakan mempunyai penyakit
turunan, dan Tn U saat ini dalam keadaan sehat dan anak –anaknnya juga
dalam ke adaan sehat
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya : anak Ny Y 1 tahun yang lalu
meninggal dunia karena panyakit jantung
3. Data Lingkungan
a. Karakteristik rumah : Luas rumah yang di tempati kurang lebih 60 M 2 lebar 7
meter, panjang 11 M. terdiri dari 1 kamar mandi 3 tempat tidur ruangan tamu
dan dapur yang memangfaatkan pojonh belakang. Tipe rumah adalah papan.
Keadaan lain terbuat dari semen dan 4 memiliki 6 kaca jendelah sehingga ada
sinar matahari yang masuk.

Barang yang sudah tidak di gunakan di tempatkan di samping rumah


dan sumber air minum di beli. Wc yang di gunakan memiliki sempit tank,
kebiasaan memasak mengunakan kompor dan kayu.

b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW : tetangga sebelah kanan dan kirih


selalu memperhatikan kesehatan anaknnya
c. Mobilitas georafiis keluarga : keluarga ini tidak perna meningalkan tempat
tingalnya sejak merekah menikah. Tn U bekerja dari pagi sampai sore
sedangkan anaknya pergi kesekolah dari pagi sampai siang.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi : :Keluarga ini sering mengikuti kegiatan
kajian yang di laksanakan oleh kelompok warga sekitarnya.
e. System pendukung keluarga : Yang merawat anak Y dan S adalah ibunya
sendiri.
4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi Keluarga : Keluarga mengatakan komunikasi
secara musyawarah untuk menyelesaikan masalah anakanya, Namun
terkadang Ny Y menegur dengan keras dan marah bila anaknya tidak mau
sekolah atau membolos dan bermain di rumah temannya sampai lewat batas
waktu istrahat.
b. Struktur peran keluarga : Tn U tetap sebagai kepala keluarga yang
bertanggung jawab terhadap kehidupan keluarganya. Istrinya berprofesi
sebagai ibu rumah tangga dan anak – anaknya sebagai pelajar.
c. Nilai Dan Norma keluarga : :Nilai dan norma yang berlaku di keluarga
menyusaikan dengan nilai agama yang di anut dan norma yang berlaku di
lingkungannya. Melihat sakit yang di alami nya tetangga menyarankan agar
di bawah puskesmas terdekat.
d. Pola komunikasi keluarga : Keluarga mengatakan komunikasi yang di
lakukan secara musyawarah/ perundingan keluarga untuk menyelesaikan
masalah.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi ekonomi : Menurut pengakuan keluarga, penghasilan yang di dapatkan
Tn U tidak menentu dan memanfaatkan penghasilan tersebut seefesien
mungkin.
b. Fungsi pendapatan status sosial : :Keluarga selalu mengajarkan anak –
anaknya bagaimana berperilaku yang baik .
c. Fungsi pendidikan : keluarga mengatakan pendidikan dalam keluarga
menanamkan rasa hormat terhadap orang yang lebih tua.
d. Fungsi social :Keluarga selalu mengajarkan dan menkankan bagimana
perilaku sesuai dengan ajaran agama yang di anutnya dalam kehidupan sehari-
hari di rumah dan lingkingan tempat tinggalnya
e. Fungsi pemenuhan ( perawatan/ pemeliharaan ) kesehatan :Keluarga selalu
memperhatikan dan berupaya selekas mungkin untuk mencari bantuan
pelayanan kesehatan bila anggota keluarga yang sakit
f. Fungsi reliqius :keluarga mengatakan selalu memperkenalkan anaknya dan
mengajak anaknya untuk hidup beragama sesuai keyakinan yang di anut.
6. Stress dan koping keluaraga :
a. Stressor : Ny Y mengatakan nyeri yang timbul sudah lama di rasakana akan
tetapi Ny Y tidak mengetahui bagaimana caranya untuk mengurangi rasa
sakitnya jika di rumah
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor : setelah mengetahu nyeri
yang di alami tak kuncung redah Ny Y akhirnya pergi kepuskesmas untuk
memeriksa kondisinya
c. Strategi koping yang du gunakan : cara menghadipi masalnnya adalah Ny Y
berbicara dengan Tn U untuk menyelesaikanya
d. Strategi adaptasi disfungsional : sering memarahi anak anaknya
7. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan tiap individu anggota keluarga : Lakukan pemeriksaan fisik
setiap anggota keluarga yang ada dengan menggunakan pendekatan “ head to toe “.
Teruatama yang di identifikasi sebagai klien yang kita jadikan sasaran pelayanan
asuhan keperawatan keluarga.
8. Harapan keluaraga
Ny Y berharap mendapat bantuan seperti yang di katakana oleh tetangganya, yaitu
kartu sehat sehingga dapat berobat secara rutin di puskesmas atau di rumah sakit.

B. . Diagnosis Keperawatan Keluarga


1. Analisis dan sintesis data

N Data Penyebab Masalah Masalah


O
1 Subjektif : Agen cederah biologis Nyeri akut
- Ny Y mengatakan
nyeri di bagian
tengkuk hingga
keleher seperti di
tusuk tusuk
- Objektif :
- Ny Y terlihat
meringis
- Ny Y Terlihat
tampak
kesakitan
- TTV
- 160/100
mmHg. TTV
N : 86x/m
RR :
18x/m,Suhu
37,5 oc
- Skala nyeri 5

2. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga

No Diagnosis keperawatan ( PES )


1 Nyeri akut b/d agen cedera biologis d/d klien mengatakan nyeri di bagian
tengkuk hingga keleher seperti di tusuk tusuk Objektif klien terlihat
meringis, tampak kesakitan, Skala nyeri 4 TTV 160/100 mmHg. TTV N :
86x/m RR : 18x/m,Suhu 37,5 oc
C. Rencana Penilain Scoring Diagnosis Keperawatan

No Diagnosa keperawatan kriteria skor Pembenaran


1 Nyeri akut b/d agen cedera Sifat masalah 3/3x1 Keluarga Tn. U
biologis Skala : Tidak menyadari bahwa
ada/kurang seha istrinya Ny.Y
mengalami
hipertensi karena
nyeri di bagian
tengkuk hingga
keleher seperti di
tusuk tusuk,pusing
hingga tidak bisa
melakukan aktifitas.

masalah dapat ½x2 Keluarga Tn. U


diubah = 1 khususnya Ny. Y
Skala : sebagian mengetahui apa
asrti dari penyakit
hipertensi.
Masalah untuk 1/3 x 1 Keluarga Tn U dan
di cegah = 1/3 Ny Y mengatakan
Skala : Rendah bahwa keluhan
nyeri di bagian
tengkuk hingga
keleher seperti di
tusuk tusuk,pusing
hingga tidak bisa
melakukan aktifitas,
ia telah
mengalaminya
sejak 1 bulan yang
lalu
Masalah yang 2/2 x 1 Keluarga Tn U
ada = 1 tusuk tusuk,pusing
Skala masalah hingga tidak bisa
berat harus melakukan aktifitas.
segerah di
tangani
D. Prioritas diagnosas perawatan

Prioritas Diagnosa Keperawatan skor


1 Nyeri akut b/d cedera biologis 10/3

E. Intervensi

No Tujuan Criteria Standar Intervensi


1. Setelah dilaukan Control  Menggambarkan  Ajarkan prinsip-
tindakan asuhan nyeri faktor penyebab prinsip menajemen
keperawatan selama  Menggunakan nyeri
2x 24 jam tindakan  Lakukan pengkajian
diharapkan masalah pencegahan yang meliputi lokasi,
nyeri akut dapat  Mengenali karakteristik,
teratasi. kapan nyeri onset/durasi,
terjadi frekunsi, kwalitas,
 Menggunakan intensitas, atau
analgesic yang beratnya nyeri atau
direkomendasik faktor pencetus
an  Dorong pasien untuk
 Mengenal apa menggunakan obat-
yang terkait obatan penurunan
dengan gejala nyeri yang adekuat
nyeri  Kolaborasi dengan
 Melaporkan pasien, orang
nyeri yang terdekat, dan tim
terkontrol kesehatan lainnya

 Nyeri yang untuk memilih dan

dilaporkan mengimplementas

 Tekanan darah ikan tindakan


penurunan nyeri
non farmakologi,
sesuai kebutuhan.
F. Implementasi Keperawatan

No Tanggal/ waktu Diagnosa Implementasi


keperawatan
1 26 juni 2021 pukul 14 : 30 Wita Nyeri akut b/d 1. Lakukan pengkajian yang
cedera biologis meliputi lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekunsi,
kwalitas, intensitas, atau
beratnya nyeri atau faktor
pencetus.di tandai dengan
Ds,Do
2. Ajarkan prinsip-
prinsip menajemen
nyeri 
Ds : Keluarga Tn.U
mengatakan sudah
mengetahui prinsip-
prinsip dari
manajemen nyeri Do :
Keluarga Tn.U
khususnya Ny.Y
terlihat kesulitan
menyebutkan tentang
Prinsip-prinsip
manajemen nyeri
namun dapat
menyebutkan kembali.
3. Kolaborasi dengan
pasien, orang terdekat,
dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih
dan mengimplementas
ikan tindakan
penurunan nyeri non
farmakologi, sesuai
kebutuhan.
Ds : keluarga Tn.U
sudah mengetahui
kepada siapa harus
berkonsultasi dalam
mengimplementasikan
tindakan penurunan
nyeri
Do : Klien tampak
memperhatikan dan
kooperatif.
4. Dorong pasien untuk
menggunakan obat-
obatan penurunan
nyeri yang adekuat
Ds : keluarga Tn.U
sudah mengetahui
obat-obat apa saja
untuk menurunkan
nyeri
Do : Klien terlihat
memperhatikan.

G. Evaluasi Keperawatan

No Tanggal/Waktu Diagnosa Keperawatan Evaluasi


1 16 Juni 2021 Nyeri akut b/d agen S : nyeri di bagian tengkuk
Pukul 08.00 cedera biologis hingga keleher seperti di
tusuk tusuk,pusing hingga
tidak bisa melakukan
aktifitas, ia telah
mengalaminya sejak 1 bulan
yang lalu.
O : Klien tampak meringis
- Td 160/100 mmHg.
TTV N : 86x/m
RR : 18x/m,Suhu 37,5
o
c
P : nyeri di bagian tengkuk
hingga keleher
Q : Nyeri bersifat menusuk
R : Pusing
S : skala nyeri 5
T:-
A : Nyeri akut teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi
berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah
umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat
kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan
menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang
berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik
meningkat sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun.
Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi
peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu reflex
baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah
berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.

Menurut American Society of Hypertension (ASH) hipertensi adalah suatu sindrom atau
kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks
dan saling berhubungan, WHO menyatakan hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik
lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95
mmHg, (JNC VII) berpendapat hipertensi adalah peningkatan tekanan darah diatas 140/90
mmHg,

Sedangkan menurut Brunner dan Suddarth hipertensi juga diartikan sebagai tekanan darah
persisten dimana tekanan darahnya diatas 140/90 mmHg. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik yang persisten diatas 140 mmHg
sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan.

DAFTAR PUSTAKA
Arif D. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pusling
Desa Klumpit UPT Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus. Di akses pada tanggal 19
Juni 2021

Armilawaty HA, dan Ridwan A. Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam Kajian
Epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM UNHAS. 2007 di akses pada tanggal 19
Juni 2021

Buton, L. D., Fadmi, F. R., & Mulyani, S. (2018). The Relation between Knowledge, Stress and
Salt Consumption with Incidence of Hypertension in Elderly Woman Out Patients in
General Hospital of Bahteramas Southeast Sulwesi Province. Indian Journal of Public
Health Research & Development, 9(6), 385-389

Costantinides, H. (2004). Anatomi Fisiologi. Jakarta: Ansillva.

Depkes RI 2008. Panduan Promosi Perilaku Tidak Merokok. Jakarta: Pusat PromosiKesehatan
Depkes RI

Depkes RI. 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tata Laksana Penyakit Hipertensi. Jakarta:
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Depkes RI.

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


SATUAN ACARA PENYULUHAN HIPERTENSI PADA LANSIA

Masalah : Hipertensi

Pokok Pembahasan : Hipertensi

Sasaran : Masyarakat

Jam : 14.30 - Selesai

Waktu : 50 Menit

Tanggal :27 Juni 2021

Tempat : Kelurahan

Pemateri : Mahasiswa

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu penyakit dengan kondisi medis yang ditandaidengan
meningkatnya tekanan darah secara kronis lebih dari normal, dimanapenderita mempunyai
tekanan darah bagian atas (sistolik) ≥ mmHg danbagian bawah (diastolik) ≥ 85 mmHg
(WHO, 2013). Hipertensi sering disebutsebagai silent killer karena penderita mengidap
hipertensi sering tidakmenyadarisampai terjadinya komplikasi yang dapat merusak organ
vital yangcukup membahayakan dan dapat berakibat kematian. Penderita
hipertensisebanyak 70% tidak terlalu mengetahui dirinya mengidap hipertensi
sehinggamereka segera memeriksakan tekanan darah di pelayanan kesehatan
terdekat.Penderita hipetensi terkadang mengalami tanda dan gejala seperti pusing,kencang
ditengkuk dan sering kali merasa berdebar-debar (Adib, 2009).Penduduk di seluruh dunia
yang menderita hipertensi sudah tercatatmencapai 972 juta orang atau 26,4%. Angka ini
kemungkinan akanmeningkat menjadi 29,2% di tahun 2025 dari 972 juta penderita
hipertensi.Penderita hipertensi 333 juta berada di Negara maju sedangkan 639 jutasisanya
berada di Negara yang masih berkembang (WHO, 2011).
Berdasarkan data dari WHO, jumlah lansia di Indonesia sebesar 45,9%untuk umur 55-
64 tahun, 57,5% untuk umur 65-74 tahun dan 63,8% untukumur >75 tahun. Diperkirakan
jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,082juta), tahun 2025 (33,89 juta), tahun 2030
(40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19juta) (WHO, 2017).
B. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 50 menit, diharapkan klien mampu memahami dan
mengerti tentang Hipertensi.

C. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan selama 50 menit tentang Hipertensi, diharapkan


Keluarga klien dapat:

1. Menjelaskan pengertian

2. Menyebutkan penyebab

3. Menyebutkan tanda dan gejala

4. Menyebutkan upaya pencegahan

5. Menjelaskan kenapa hipertensi harus di cegah

D. Materi Penyuluhan

Terlampir

E. Metode Penyuluhan

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

F. Media

1. Leaflet
G. Kegiatan penyuluhan

NO. WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA

1. 10 menit Pembukaan : 1. Menjawab salam


1. Mengucapkan salam 2. Mendengarkan dan
2. Memperkenalkan diri menyimak
3. Menyampaikan tentang tujuan 3. Bertanya mengenai
pokok materi perkenalan dan tujuan jika
4. Meyampakaikan pokok pemba ada yang kurang jelas
hasan
5. Kontrak waktu
2. 40 menit Pelaksanaan : 1. Mendengarkan dan
penyampaian secara berurutan menyimak
dan teratur 2. Bertanya mengenai halhal
1. Menjelaskan pengertian yang belum jelas dan
2. Menjelaskan penyebab dimengerti
3. Menjelaskan tanda dan
gejala
4. Menjelaskan faktor
resiko
5. Menjelaskan upaya
pencegahan
3. 1 jam Penutup : 1. Sasaran dapat menjawab
1. Tanya jawab tentang pertanyaan yang
2. Memberikan kesempatan diajukan dan menanyakan hal
pada peserta untuk bertanya yang belum jelas
3. Melakukan evaluasi 2. Mendengar
4. Menyampaikan kesimpulan 3. Memperhatikan
materi 4. Menjawab salam
5. Mengakhiri pertemuan dan
mengucapkan salam
H. Evaluasi

Diharapkan keluarga mampu :

1. Menjelaskan pengertian Hipertensi

2. Menyebutkan penyebab Hipertensi

3. Menyebutkan tanda dan gejala Hipertensi

4. Menyebutkan cara pencegahan /Pengobatan Hipertensi

5. Menjelaskan Kenapa hipertensi harus di cegah

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko
tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit
saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya.
(Amin & Hardhi 2015)
B. Penyebab
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
a. Hipertensi primer (esensial) Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Factor yang mempengaruhinya yaitu: genetik, lingkungan, hiperaktivitas
saraf simpatis system rennin. Antigiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Factor-
faktor yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alcohol dan polisitemia.
b. Hipertensi sekunder Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

C. Tanda dan gejala

Menurut Dalyoko (2010), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
1. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala

2. Sering gelisah

3. Wajah merah

4. Tengkuk terasa pegal

5. Mudah marah

6. Telinga berdengung

7. Sukar tidur

8. Sesak napas

9. Rasa berat ditengkuk

10. Mudah lelah

11. Mata berkunang-kunang/ penglihatan kabur

12. Mimisan ( keluar darah dari hidung).

D. Faktor resiko

1. Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Dikontrol:

a. Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Harrison, Wilson dan
Kasper mengatakan bahwa wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh
hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadarHigh Density Lipoprotein
(HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap
sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Dari hasil
penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin
wanita sekitar 56,5%.Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah
menopause (Aisyah, 2009).

b. Umur

Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang
yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang
berusia lebih muda. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima
puluhan dan enam puluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko
hipertensi (Suzanne & Brenda, 2001).

c. Keturunan (Genetik)

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium.
Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi.Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan
riwayat hipertensi dalam keluarga (Aisyah, 2009).

2. Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol:

a. Obesitas

Pada usia pertengahan (+50 tahun) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga
mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya
berat badan meningkat.Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia.Kelompok lansia
karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan
pembuluh darah, hipertensi. (Aisyah, 2009)

b. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya
stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.Merokok menyebabkan hipertensi
karena nikotin yg terkandung di dalam rokok memiliki kecenderungan untuk
menyempitkan pembuluh darah dan arteri yang dapat menyebabkan plak.Plak
menyempitkan pembuluh darah.Nikotin juga memiliki kemampuan untuk merangsang
produksi hormon epinefrin juga dikenal sebagai adrenalin yang menyebabkan
pembuluh darah mengerut (Aisyah, 2009).

c. Mengkonsumsi garam berlebih

Dalam diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hipertensi) kita di wajibkan


untuk membatasi asupan natrium ( garam) hanya 2/3 sendok teh atau setara dengan
1500 mg natrium

d. Stres

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak
menentu).Stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stres yang dialami kelompok
masyarakat yang tinggal di kota. Menurut Aisyah (2009) mengatakan stresakan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan
pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.

e. Penyakit jasmani

Penyakit jasmani merupakan penyakit yang dapat menyebabkan meningkatkan


hipertensi yaitu asam urat, arterosklerosis, hiperkolesterol dan hiperuresemi. Asam
urat dapat menyebabkan peningkatan hipertensi karena asam urat akan menyumbat
aliran darah ke jantung sehingga jantung akan bekerja lebih keras dalam memompa
jantung. Dengan demikian tekanan darah akan meningkat (Suzanne & Brenda, 2001).

E. Upaya Pencegahan
1. Cek Kesehatan secara berkala

2. Hindari Kegemukan

3. Hindari rokok dan alkohol.

4. Hindari stress

5. Olah raga teratur / Aktifitas fisik

6. Batasi pemakaian garam

7. Istirahat cukup

Anda mungkin juga menyukai