Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

“ACARA 6 LUBANG RESAPAN BIOPORI (LRB)”

Nama : Jorgie Norton Simalango

NIM : 1904016098

Kelas : B2

LABORATOIRUM KONSERVASI TANAH, AIR, DAN IKLIM

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Peresapan air tanah juga menjadi masalah karena banyaknya air permukaan yang
terbuang percuma ke kali/sungai. Hal serius yang perlu dibenahi pada saat ini adalah
mempergunakan air yang mengalir dipermukaan tanah akibat banjir untuk disimpan sebagai air
tanah yang dapat dipergunakan sebagai cadangan air pada musim kemarau dengan cara
pembuatan Lubang Resapan Biopori.
Biopori merupakan ruangan atau pori dalam tanah yang di bentuk oleh mahluk hidup,
seperti fauna tanah dan akar tanaman. Bentuk biopori menyerupai liang atau terowongan dan
bercabang-cabang yang sangat efektif untuk menyalurkan air dan udara ke dan di dalam tanah.
Liang pada biopori terbentuk oleh adanya pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman di
dalam tanah serta meningkatkan aktivitas fauna tanah, seperti rayap, dan semut yang menggali
liang di dalam tanah. Karena banyak berkurangnya tumbuh-tumbuhan dan akar di dalam tanah
maka solusi yang tepat adalah membuat lubang biopori sendiri. Dapat membuat lubang biopori
dan meningkatkan aktivitas organisme tanah melalui upaya penambahan bahan organik yang
cukup ke dalam tanah. Untuk memudahkan penambahan bahan organik dari sampah organik
tersebut digunakan oleh oraganisme tanah sebagai bahan makanan. Biopori atau yang biasa
disebut dengan Teknologi Lubang Resapan Biopori merupakan metode alternatif untuk
meresapkan air hujan ke dalam tanah, selain dengan sumur resapan. Lubang Resapan Biopori
(LRB) merupakan teknologi sederhana dan tepat guna namun efektif untuk mencegah banjir.
Kamir R. Brata (2008).

1.2 Tujuan
1. Mampu mengerti dan memahami proses dan mekanisme pembuatan LRB serta
pemeliharaannya.
2. Mampu menjelaskan fungsi, keunggulan dan manfaat dari pembuatan LRB terhadap
lingkungan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar

Lubang Resapan Biopori (LRB) adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke
dalam tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalaman sekitar 100 cm atau dalam kasus tanah
dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang
diisi dengan sampah organik. Sampah berfungsi menghidupkan mikroorganisme tanah, seperti
cacing tanah. Cacing ini nantinya bertugas membentuk pori-pori atau terowongan dalam tanah
(biopori). Bila lubang-lubang biopori bisa dibuat dengan jumlah banyak, maka kemampuan
sebidang tanah untuk meresapkan air diharapkan semakin meningkat. Dengan meningkatnya
kemampuan tanah dalam meresapkan air, maka akan memperkecil peluang terjadinya aliran air
di permukaan tanah atau dengan kata lain dapat mengurangi bahaya banjir.

Biopori adalah teknologi alternatif penyerapan air hujan selain dengan sumur resapan.
Biopori membuat keseimbangan alam terjaga, sampah organik yang sering menimbulkan bau
tidak sedap dapat tertangani, disamping itu kita dapat menabung air untuk keperluan musim
kemarau. Kelebihan lain dari biopori adalah memperkaya kandungan air hujan. Bila sumber air
hanya berupa air hujan tanpa tambahan apa-apa berarti kandungannya hanya H2O. Namun
setelah diresapkan kedalam tanah lewat biopori yang mengandung lumpur dan bakteri, air akan
melarutkan dan kemudian mengandung mineral-mineral yang diperlukan oleh kehidupan.

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Biopori


a. Kelembaban

Kelembaban memiliki pengaruh dalam mendukung kinerja mikroorganisme menguraikan


sampah, secara tidak langsung berpengaruh pada suplai oksigen. Kelembaban dipengaruhi oleh
hujan yang membasahi sampah yang berada didalam lubang, sehingga sampah menjadi basah
dan kelembaban sampah meningkat. Akibatnya volume udara didalam sampah berkurang,
sehingga mengganggu aktivitas mikroba. Hal ini sesuai dengan pendapat Rynk (1992) yang
menyatakan bahwa mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik
tersebut larut di dalam air. Apabila kelembapan di bawah 40%, aktivitas mikroba akan
mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembapan 15%. Apabila kelembapan
lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba
akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.

b. Aerasi dan Lama Pengomposan Sampah Organik

Aerasi memiliki pengaruh terhadap peningkatan laju infiltrasi dengan adanya perbedaan
perlakuan terhadap lubang biopori dengan menggunakan pipa berlubang dan tanpa pipa
berlubang. Lubang-lubang yang terdapat disepanjang pipa paralon membantu sampah kontak
langsung dengan udara. Udara dapat keluar masuk disepanjang pipa berlubang dan membantu
proses dekomposisi oleh mikroorganisme. Pergantian udara yang mempengaruhi peningkatan
suhu pada sampah, cukup optimal dengan menggunakan pipa berlubang.

2.3 Manfaat Lubang Resapan Biopori

Lubang resapan biopori merupakan teknologi tepat guna untuk mengurangi banjir, meningkatkan
kualitas lingkungan dengan beberapa cara diantaranya:

a. Meningkatkan daya resapan tanah terhadap air limpasan permukaan


Lubang resapan yang dibuat dengan diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm akan
menyediakan ruang sebanyak 7850 cm2 bagi air untuk diresapkan ke dalam tanah. Hal ini
jauh lebih baik dibandingkan dengan luas resapan permukaan tanah dengan diameter 10 cm
yang hanya berkisar 78,5 cm2. Jadi, LRB dengan kedalaman 100 cm akan menambah
sepuluh kali kesempatan air untuk diresapkan.
b. Mengurangi masalah genangan air yang menyebabkan penyakit demam berdarah
dan malaria
Dengan hadirnya lubang-lubang biopori akan mencegah genangan air yang dapat
menimbulkan masalah berupa penyakit malaria, demam berdarah, dan penyakit kaki gajah
(filariasis).
c. Memanfaatkan peran aktifitas fauna dan akar tanaman
Peran organisme tanah dalam LRB khususnya fauna dan akar tanaman akan menciptakan
rongga-rongga di dalam tanah, hal inilah yang akan meningkatkan resapan air. Proses
dekomposisi sampah organik selain menjadi humus juga sebagai pakan biota tanah
sehingga akan mengurangi emisi gas rumah kaca (karbon dan metan) yang tidak langsung
lepas ke atmosfer sehingga mengurangi pemanasan global, selain manfaat lainnya yaitu
memelihara biodiversitas dalam tanah.
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum pembuatan resapan biopori ini dilakukan pada hari minggu 25 April
2021 pukul 09.00– 11.00 WITA di daerah sekitar rumah.

3.2 Alat dan Bahan

A. Alat
1. Bor tanah 1 buah
2. Pipa paralon bekas ukuran 4 inch sepanjang 10-15 cm sebanyak 3 buah
3. Ajir 3 buah
4. Spidol
5. Alat dokumentasi
6. Alat ukur

B. Bahan
1. Label plastik atau pita plastik sebagai penanda
2. Sampah organik

3.3 Prosedur Kerja

1. Buat lubang silindris secara vertikal dengan diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm
menggunakan bor tanah. Penempatan lubang berada pada area tempat air
mengalir/menggenang.
2. Perhatikan jarak pembuatan lubang dari batang utama pohon dan dari lubang yang telah
dibuat sebelumnya agar tidak berdekatan minimal berjarak 50-100 cm antar lubang
3. Disarankan agar lubang yang dibuat mengelilingi pohon yang dipilih dengan jumlah
minimal lubang yang dibuat adalah 3 buah
4. Beri penguat pada bibir lubang dengan paralon bekas ukuran 4 inch dan sejajarkan ujung
paralon dengan bibir lubang.
5. Ambil sampah organik yang telah disiapkan. Amati dan dokumentasikan kondisi
permukaan tanah, tempat dimana LRB dibuat, LRB yang dibuat dan kondisi awal sampah
organik yang akan dimasukkan ke LRB.
6. Masukkan sampah organik ke dalam lubang sampai lubang penuh terisi.
7. Kondisikan agar bibir lubang tertutup oleh sampah kering sebagai penahan material lain
seperti lumpur, pasir dan tanah yang masuk. Selain itu untuk menghambat bau yang
keluar dari dekomposisi jenis sampah organik yang berpotensi menimbulkan bau.
8. Beri penanda dengan ajir dan plastik label dimana LRB dibuat.
9. Periksa kondisi sampah organik di LRB setelah 14 hari. Amati kondisi tanah permukaan
dimana LRB dan dokumentasikan tampilan sampah organik yang telah mengalami
dekomposisi.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

a) Sebelum Pembuatan LBR

Kondisi sampah organik

Kondisi Permukaan Tanah


b) Sesudah Pembuatan LBR

4.2 Pembahasan

Berdasarkan kegiatan praktikum yang dilakukan, dapat dibagi dalam dua klasifikasi,
yaitu kondisi tanah sebelum biopori dibuat dan kondisi sampah organik sebelum dimasukkan
kedalam biopori, klasifikasi berikutnya adalah kondisi tanah sesudah lubang biopori dibuat dan
kondisi sampah organik setelah dimasukkan kedalam biopori dengan estimasi waktu selama 14
hari.
Beberapa biopori yang dibuat menggunakan area yang sama, sehingga memiliki kondisi
tanah yang cenderung sama, hanya saja tanah pada LBR 1 memiliki jumlah serasah yang lebih
banyak disekitarnya disbanding LBR 2. Setelah 14 hari waktu pengamatan, kondisi tanah pada
LBR 1 dan LBR 2 menjadi lebih lembab dibandingkan dengan tanah yang tidak ada Lubang
Resapan Biopori.

Sedangkan untuk kondisi sampah organik. Pada LBR 1 kondisi sampah setelah 14 hari
lebih terlihat layu, pucat, atau bisa dikatakan lebih busuk dibandingkan pada LBR 2. Hal ini
mungkin terjadi karena pada tanah LBR 1 lebih memiliki jumlah serasah yang lebih banyak,
sehingga memungkinkan lebih banyak organisme dan mikroorganisme pembusuk pada daerah
tanah LBR 1.
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

1. Biopori merupakan ruangan atau pori dalam tanah yang di bentuk oleh mahluk hidup.
2. Prinsip kerja biopori adalah memasukkan sampah organic kedalam tanah agar organisme
tanah dapat membuat rongga resapan air.
3. Efektivitas biopori ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu : kelembapan tanah, aerasi, dan
lama pengomposan.

5.2 Saran

1. Dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan kerja biopori yang lebih efektif
2. Menambahkan variasi sampah organik basa, seperti: sampah makanan, kulit buah, dll.
DAFTAR PUSTAKA

Brata, K. R., & Nelistya, A. (2008). Lubang Resapan Biopori. Niaga Swadaya

Sarminah, S, Karyati, dan T. Sudarmadji. 2019. Panduan Praktikum: Konservasi Tanah dan Air.
Mulawarman University Press. Samarinda.

Anda mungkin juga menyukai