Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

“ACARA 1 PENGUKURAN LAJU INFILTRASI DAN PENDUGAAN KAPASITAS

INFILTRASI”

Nama : Jorgie Norton Simalango

NIM : 1904016098

Kelas : B2

LABORATOIRUM KONSERVASI TANAH, AIR, DAN IKLIM

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas individu mengenai Infiltrasi. Tugas ini ditujukan
untuk untuk memenuhi tugas mata kuliah Konservasi Tanah dan Air. Saya mengucapkan
banyak terimah kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penyusunan tugas ini, terlebih khusus saya mengucapkan
banyak terima kasih kepada para Bapak dan Ibu selaku dosen mata kuliah Konservasi Tanah
dan Air yang mau membimbing saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan
baik.

Saya masih menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
saya masih membutuhkan banyak kritik dan saran yang kiranya dapat membangun saya agar
dapat menciptakan dan menyusun tugas yang lebih baik lagi kedepannya.

Saya berharap kiranya laporan ini dapat memberikan manfaat dan ilmu pengetahuan
yang berguna bagi semua pembacanya, khusunya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
di Indonesia.

Berau, 7 Maret 2021

Jorgie Norton Simalango

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………….......................i
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................................................... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................... 2
2.1 Konsep Dasar Infiltrasi ........................................................................................................... 2
2.2 Faktor-faktor yang mempengharuhi Laju Infiltrasi................................................................. 3
2.3 Alat Pengukuran Infiltrasi ....................................................................................................... 4
BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM ............................................................................................. 6
3.1 Waktu dan Tempat .................................................................................................................. 6
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................................................ 6
3.3 Prosedur Kerja ........................................................................................................................ 6
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 7
4.1 Data Hasil Pengamatan ........................................................................................................... 7
4.2 Analisis Data………………………………………………………………………………………………………………….....9
4.3 Pembahasan........................................................................................................................... 11
BAB V KESIMPULAN ...................................................................................................................... 12
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 13
LAMPIRAN......................................................................................................................................... 14

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Infiltrasi pada Kondisi Lahan Dengan Vegetasi…………………………………...7

Tabel 4.2 Infiltrasi pada Kondisi Lahan Tanpa Vegetasi……………………………………..8

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kurva Laju Infiltrasi…………………………………………………………….2

Gambar 2.2 Single Ring Inflitrometer………………………………………………………..4

Gambar 2.3 Double Ring Inflitrometer……………………………………………………....4

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Waktu & Laju Infiltrasi Pada Lahan Dengan Vegetasi……...9

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Waktu & Laju Infiltrasi Pada Lahan Tanpa Vegetasi………10

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Untuk
menjamin keberlangsungan kehidupan di bumi, makhluk hidup baik manusia, hewan dan
tumbuhan mutlak membutuhkan air sebagai kebutuhan primernya. Tidak ada kehidupan
makhluk yang tidak terkait langsung atau tidak langsung dengan sumberdaya air. Tanpa air,
mikroorganisme yang mendekomposisi bahan organik tidak akan pernah ada, demikian pula
tidak akan pernah ada siklus materi dan energi, dengan demikian tanpa air tidak akan pernah
ada kompleksitas ekosistem. Sehingga dapat dipastikan bahwa jika tidak ada air, maka
kehidupan diatas permukaan bumi ini akan terancam kepunahan.
Dalam praktek kegiatan irigasi, sering dibutuhkan besaran infiltrasi untuk suatu
daerah tertentu. Besaran ini umumnya hanya dapat diperoleh dengan pengukuran atau analisis
tertentu. Memang tidak mungkin untuk memperoleh besaran infiltrasi yang dapat mewakili
suatu daerah yang luas secara keseluruhan, akan tetapi upaya-upaya tertentu dapat dilakukan
untuk mendekatinya. Secara praktis pengukuran infiltrasi dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran tentang besaran dan laju infiltrasi serta variasi sebagai fungsi waktu.

1.2 Tujuan

Untuk mengukur dan mengamati laju infiltrasi tanah pada dua (2) kondisi penutupan
lahan yang berbeda yaitu pada lahan yang ditutupi oleh vegetasi dan pada lahan yang tidak
ditutupi vegetasi

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Infiltrasi

Infiltrasi adalah proses masuknya air dari atas (surface) kedalam tanah. Gerak air di
dalam tanah melalui pori – pori tanah dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan gaya kapiler. Gaya
gravitasi menyebabkan aliran selalu menuju ke tempat yang lebih rendah, sementara gaya
kapiler menyebabkan air bergerak ke segala arah. Air kapiler selalu bergerak dari daerah
basah menuju daerah yang lebih kering. Tanah kering mempunyai gaya kapiler lebih besar
daripada tanah basah. Gaya tersebut berkurang dengan bertambahnya kelembaban tanah.
Apabila tanah kering, air terinfiltrasi melalui permukaan tanah karena pengaruh gaya
gravitasi dan gaya kapiler pada seluruh permukaan. Setelah tanah menjadi basah, gerak
kapiler berkurang karena berkurangnya gaya kapiler. Hal ini menyebabkan penurunan laju
infiltrasi. Sementara aliran kapiler pada lapisan permukaan berkurang, aliran karena pengaruh
gravitasi berlanjut mengisi pori-pori tanah. Dengan terisinya pori-pori tanah, laju infiltrasi
berkurang secara berangsur – angsur sampai dicapai kondisi konstan ( Munaljid dkk, 2015).

Pada infiltrasi dikenal dua istilah yaitu kapasitas infiltrasi dan laju infiltrasi, yang
dinyatakan dalam cm/jam. Kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum untuk suatu
jenis tanah tertentu, sedangkan laju infiltrasi adalah banyaknya air persatuan waktu yang
masuk melalui permukaan tanah ( Isnaini, 2013). Gambar 2.1 menunjukkan kurva laju
infiltrasi (ft). Apabila tanah dalam kondisi kering ketika infiltrasi terjadi, laju infiltrasi tinggi
karena kedua gaya kapiler dan gaya gravitasi bekerja bersama – sama menarik air ke dalam
tanah. Ketika tanah menjadi basah, gaya kapiler berkurang yang menyebabkan laju infiltrasi
menurun. Akhirnya laju infiltrasi mencapai suatu nilai konstan atau laju infiltrasi maksimum
sebagai kapasitas infiltrasi dari suatu tanah

2
Gambar 2.1 Kurva Laju Infiltrasi

2.2 Faktor-faktor yang mempengharuhi Laju Infiltrasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi menurut Sosrodarsono dan Takeda, (1999), yaitu:

1. Tumbuh-tumbuhan. Jika permukaan tanah tertutup oleh pohon-pohon dan rumput-


rumputan maka infiltrasi dapat dipercepat. Tumbuh-tumbuhan bukan hanya
melindungi permukaan tanah dari gaya pemampatan curah hujan, tetapi juga lapisan
humus yang terjadi mempercepat penggalian-penggalian serangga. Pada tanah yang
bercampur lempung yang tidak tertutup dengan tumbuhan-tumbuhan, lapisan teratas
akan dimampatkan oleh curah hujan, penyumbatan dengan bahan-bahan halus. Tetapi
jika tanah itu ditutupi dengan lapisan-lapisan daun-daunan yang jatuh, maka lapisan
itu mengembang dan menjadi sangat permeabel.
2. Kelembaban tanah. Besarnya kelembaban tanah pada lapisan teratas sangat
mempengaruhi laju infiltrasi. Potensial kapiler bagian bawah lapisan tanah yang
menjadi kering (oleh evaporasi) kurang dari kapasitas menahan air normal akan
meningkat jika lapisan teratas dibasahi oleh oleh curah hujan. Peningkatan potensial
kapiler ini, bersama-sama dengan gravitasi akan mempercepat infiltrasi. Bila
kekurangan kelembapan tanah diisi oleh infiltrasi, maka potensial kapiler akan
menjadi kecil. Pada waktu yang ber samaan kapasitas infiltrasi pada permulaan hujan
akan berkurang tiba-tiba, yang disebabkan oleh pengembangan bagian kolodial dalam
tanah
3. Pemampatan oleh curah hujan. Gaya pukulan butir-butir hujan mengurangi kapasitas
infiltrasi, karena oleh pukulan-pukulan itu butir-butir halus di permukaan lapisan
teratas akan terpancar dan masuk ke dalam ruang-ruang antara, sehingga terjadi efek
pemampatan permukaan tanah yang bercampur lempung akan menjadi sangat
impermiabel oleh pemampatan butir-butir hujan itu. Tetapi tanah pasiran tanpa bahan-
bahan yang lain tidak akan dipengaruhi oleh gaya hujan itu.
4. Penyumbatan oleh bahan-bahan halus. Kadang-kadang dalam keadaan yang kering
banyak bahan halus yang diendapkan di atas permukaan tanah. Jika infiltrasi terjadi
maka bahan halus akan masuk kedalam tanah bersama air itu. Bahan-bahan ini akan
mengisi ruang-ruang dalam tanah yang mengakibatkan penurunan kapasitas infiltrasi.
5. Pemampatan oleh orang dan hewan. Pada bagian lalu lintas orang atau kendaraan,
permeabilitas tanah berkurang karena struktur butir-butir tanah 10 dan ruang-ruang

3
yang berbentuk pipa yang halus telah dirusaknya. Contohnya adalah kebun rumput
tempat memelihara banyak hewan, lapangan permainan dan jalan tanah. Laju infiltrasi
ditentukan oleh besarnya kapasitas infiltrasi dan laju penyediaan air. Selama intensitas
hujan (laju penyediaan air) lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi
sama dengan intensitas hujan. Jika intensitas hujan melampaui kapasitas infiltrasi
terjadilah genangan air dipermukaan tanah atau aliran permukaan (Arsyad, 2010).

2.3 Alat Pengukuran Infiltrasi

Infiltrometer merupakan suatu tabung baja silindris pendek atau bias dimodikasi dari
pipa paralon, berdiameter besar yang mengitari suatu daerah dalam tanah (Seyhan, 1990).
Ada dua bentuk ring infiltrometer, yaitu single ring infiltrometer dan double atau concentric-
ring infiltrometer. Single ring infiltrometer umunya berukuran diameter 10-50 cm dan
panjang atau tinggi 10-30 cm. Ukuran double ring infiltrometer adalah ring pegukur/ring
dalam umunya berdiameter 10-20 cm, sedangkan ring bagian luar (ring penyangga/buffer
ring) berdiameter 50 cm. Yang membedakan antara single ring dan double ring adalah
pendekatanya dimana untuk double ring infiltrometer, ring bagian luar bertujuan untuk
mengurangi pengaruh batas dari tanah agar air tidak dapat menyebar secara lateral dibawah
permukaan tanah.

Gambar 2.2 Single Ring Inflitrometer Gambar 2.3 Double Ring

Selain menggunakan infiltrometer tipe gelang, jenis tabung dan lysimeter, maka untuk
menentukan kapasitas infiltrasi dapat dipakai alat simulator hujan, analisa hidrograph daerah
aliran atau dengan perhitungan indeks infiltrasi.

4
Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, laju infiltrasi dapat dihitung berdasarkan
rumus :

f = F/T

Keterangan :

f = Laju infiltrasi (cm/menit)

F = Tinggi penurunan air dalam selang waktu tertentu (cm)

T = Waktu yang dibutuhkan oleh air pada F untuk masuk ke tanah (menit)

5
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 06 Maret 2021 pukul 08.00 WIB sampai dengan
selesai di Lahan Sekitaran Rumah, Tanjung Redeb, Berau, Kalimantan Timur.

3.2 Alat dan Bahan


1. Double ataupun Single ring infiltrometer, ( jika single dapat menggunakan pipa
paralon 4 inch dengan panjang minimal 15 cm) digunakan untuk pengukuran
infiltrasi. Jika double ring yang digunakan maka memerlukan piva paralon tambahan
dengan perbedaan ukuran diameter 5-5,5 inch untuk pipa terluarnya
2. Stop-watch (arloji), digunakan untuk mengukur waktu infiltrasi
3. Penggaris 30 cm, digunakan untuk menandai pembacaan laju infiltrasi
4. Hammer/palu, digunakan untuk memendam / memukul double ring infiltrometer
5. Ember dan gayung plastik, digunakan untuk menampung dan menuangkan air
6. Alat tulis menulis dan alat hitung (kalkulator), digunakan untuk mencatat dan
menghitung hasil pengamatan

3.3 Prosedur Kerja


1. Lokasi pengamatan infiltrasi yaitu lokasi terbuka dan lokasi tertutup (bervegetasi)
2. Pilih tanah yang datar dan tidak ada genangan
3. Benamkan alat inflitrasi sedalam 5-10 cm ke dalam tanah dan bagian sisa yang
dipermukaan tanah digunakan untuk tampungan air
4. Lakukan pengukuran laju infiltrasi dengan mengisi bagian ring yang kosong
dipermukaan tanah dengan ketinggian air 5cm untuk setiap ulangan pengukuran
5. Catat waktu yang ditempuh setiap penurunan air 1 cm, maka setiap ulangan akan
memperoleh 5 data catatan waktu
6. Lakukan ulangan pengukuran sebanyak minimal 3x ulangan
7. Lakukan pengukuran yang sama untuk 1 lokasi lainnya

6
BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan


Tabel 4.1 Infiltrasi pada kondisi lahan dengan vegetasi

Jarak Waktu
Laju Infiltrasi, f
Ulangan Ke- Penurunan, Infiltrasi, T Rata-rata
= L/T (cm/menit)
L (cm) (menit)
Lokasi : Tempat Dengan Vegetasi Tanggal : 6 Maret 2021
1 1 2,16 0.463
2 5,03 0.398
3 8,23 0.365 0.396
4 10,51 0.381
5 13,36 0.374

2 1 7,07 0.141
2 15,02 0.133
3 22,47 0.134
0.134
4 30,58 0.131
5 38,23 0.131

3 1 9,21 0.109
2 19,10 0.105
3 28,28 0.106 0.106
4 38,19 0.105
5 48,27 0.104
Data Minimum 2,16 0.104
Data Maksimum 48,27 0.463
Rata-rata 0.212

7
Tabel 4.2 Infiltrasi pada kondisi lahan tanpa vegetasi

Jarak Waktu
Laju Infiltrasi, f
Ulangan Ke- Penurunan, Infiltrasi, T Rata-rata
= L/T (cm/menit)
L (cm) (menit)
Lokasi : Lahan Tanpa Vegetasi Tanggal : 6 Maret 2021
1 1 15,71 0.064
2 36,43 0.055
3 51,01 0.059 0.057
4 71,4 0.056
5 96,04 0.052

2 1 19,14 0.052
2 40,12 0.050
3 57,29 0.052 0.051
4 75,23 0.053
5 100,12 0.050

3 1 25,37 0.039
2 47,26 0.042 0.046
3 61,18 0.049
4 80,06 0.050
5 105,23 0.048
Data Minimum 15,71 0.042
Data Maksimum 105,23 0.064
Rata-rata 0.052

8
A. Analisis Data
1. Dengan Vegetasi

Gamba 4.1 Grafik Hubungan Waktu & Laju Infiltrasi Pada Lahan dengan Vegetasi

9
2. Tanpa Vegetasi

Gamba 4.2 Grafik Hubungan Waktu & Laju Infiltrasi Pada Lahan Tanpa Vegetasi

10
4.2 Pembahasan

Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan, pada lokasi pertama yang merupakan
lahan dengan ditumbuhi vegetasi, didapatkan rata-rata laju infiltrasi selama tiga kali
pengulangan adalah sebesar 0.212 cm/menit. Sedangkan kapasitas infiltrasi yang merupakan
nilai laju infiltrasi maksimum terjadi saat pengukuran pertama pada pengulangan ke-1,
dengan nilai sebesar 0.463 cm/menit.

Sedangkan pada daerah lahan yang tidak tumbuhi vegetasi, rata-rata laju infiltrasinnya
selama tiga kali pengulangan adalah 0.052 cm/menit. Dengan nilai kapasitas infiltrasi adalah
0.064 cm/menit yang terjadi saat pengukuran pertama pada pengulangan ke-1.

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa tanah pada lahan dengan vegetasi memiliki nilai
infiltrasi dan laju infiltrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang sedikit atau
tidak memiliki vegetasi. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan jenis tanah, dimana pada
tanah yang bervegetasi memiliki jenis tanah humus. Tanah humus memiliki bentuk seperti
remah-remah dan memiliki pori yang cukup besar, hal ini berbeda dengan lahan yang tidak
ada vegetasi yang tanahnya adalah liat. Tanah liat memiliki pori yang kecil sehingga proses
penyerapan air lebih lambat bila dibandingkan pada tanah humus.

Ada tidaknya vegetasi juga mempengaruhi proses infiltrasi. Pada lahan yang
ditumbuhi vegetasi, proses masukknya air kedalam tanah akan lebih cepat dibandingkan pada
lahan yang tidak ditumbuhi vegetasi. Hal ini terjadi karena vegetasi misalnya rumput yang
tumbuh disekitar tanah memiliki penyerapan dan penerusan air kedalam tanah. Sehingga
dapat dikatakan semakin besar penetrasi akar tumbuhan, maka laju infiltrasi akan semakin
besar (Rahim , 2013).

11
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
1. Infiltrasi adalah proses masuknya air kedalam tanah yang tidak terlalu dalam secara
vertikal kedalam tanah akibat adanya pori-pori di dalam tanah yang masih kosong dan
belum penuh oleh adanya air. Dalam infiltrasi terdapat dua aspek yang diukur, yaitu
Laju Infiltrasi dan Kapasitas Infiltrasi. Laju infiltrasi merupakan banyaknya air
persatuan waktu yang masuk melalui permukaan tanah, sedangkan kapasitas infiltrasi
adalah laju infiltrasi maksimum untuk suatu jenis tanah tertentu.
2. Infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sifat fisik, porositas, kelembaban
tanah, Sebaran vegetasi yang tumbuh pada tanah, dan pemampatan curah hujan dan
organisme sekitar tanah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Isnaini, Riri. 2013. Kajian Laju Infiltrasi Tanah pada Berbagai Penggunaan Lahan Desa
Sempajaya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. USU Medan. Medan.

Munaljid JT, Lily ML, Runi A, Dian NK. 2015. Aplikasi Model Infiltrasi pada Tanah Dengan
Model Kostiyacov dan Model Horton Menggunakan Alat Rainfall Simulator.
Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan Tinggi Universitas Brawijaya,
Fakultas Teknik, Malang.

Rahim, S. E. 2013. Pengendalian Erosi Tanah: Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup.
Bumi Aksara. Jakarta

Sosrodarsono dan Takeda., 1999. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

13
LAMPIRAN

14

Anda mungkin juga menyukai