Anda di halaman 1dari 3

Bekicot merupakan hewan bertubuh lunak (mollusca) dari kelas gastropoda berarti berjalan

dengan perut (tubuhnya) untuk berjalan. bekicot menggunakan paru-paru untuk bernafas,
sehingga bekicot dimasukkan kedalam ordo Pulmanata. Secara rinci bekicot dikelompokkan
kedalam famili Archatinidae. Bekicot bersifat hermaprodit atau berkelamin ganda karena
memiliki dua macam sel gamet pada tubuhnya namun perkawinan tidak dapat dilakukan oleh
satu individu saja melainkan membutuhkan individu lain pada proses kawinnya. Bekicot
termasuk keong darat yang pada umumnya memiliki kebiasaan hidup ditempat lembab dan aktif
di malam hari (noktural) (Wirianti, 2015). Sifat nocturnal bekicot bukan semata-mata ditentukan
oleh faktor gelap di waktu malam tetapi ditentukan oleh faktor suhu dan kelembaban
lingkungannya (Resa, 2019). Di waktu siang setelah hujan, banyak ditemukan bekicot
berkeliaran dimana-mana (Wirianti, 2015). (Naomi dkk., 2019: 178-179)
Hubungan antara interaksi hewan dengan lingkungannya dapat terjadi kapan saja dan dimana
saja. Hal tersebut menunjukkan adanya interaksi yang dilakukan oleh hewan pada lingkungan
tempat tinggalnya. Terlepas dari hal tersebut perubahan kondisi yang terjadi pada lingkungan
dapat berpengaruh pada pola aktivitas hewan tertentu (Resa, 2019). Dengan adanya perubahan
tersebut maka hewan juga merespon terhadap perubahan tersebut yang meliputi perubahan fisik,
fisiologis, serta tingkah laku untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Naomi dkk., 2019:
179).

Bekicot (Gastropoda: Lissachatina fulica Bowdich, 1822) merupakan hewan kosmopolitan yang
memakan banyak jenis tanaman (polyphagus), diperkirakan hingga 500 jenis tanaman (Global
Invasive Species Database 2018). Bekicot sering ditemukan di serasah maupun pepohonan
(arboreal) pada ketinggian 1-3 m dari tanah, bahkan pernah dilaporkan hingga ketinggian 10-11
m. Panjang cangkang bekicot dewasa mencapai 200 mm dengan rata-rata 50-100 mm. Rata-rata
bobot tubuh bekicot mencapai 32 g (mujiono dkk., 2019: 21)
Perilaku lokomosi pada bekicot, hewan yang aktif di malam hari (nocturnal) dipicu oleh ritme
sirkadian (Mead 1961). Selain itu, dipengaruhi pula oleh kelembaban, cahaya, dan temperatur
(Naokuni & Teruhisa 1986). Mereka aktif mencari makan pada kondisi lembab atau saat setelah
turun hujan (Nelson 2012) terutama pada rentang temperatur 18-30oC (Naokuni & Teruhisa,
1986) (mujiono dkk., 2019: 21-22)
Bekicot (Achatina fulica Ferussac) merupakan hewan avertebrata yang digolongkan sebagai
hewan lunak dan berjalan dengan perutnya serta termasuk dalam Klas Moluska (wijanarka dkk.,
2019: 64)

jarak edar dan pola aktivitas bekicot sangat diperengaruhi oleh faktor fisik-kimia lingkungan berupa suhu
udara, kelembaban, pH dan intensitas cahaya. Selain itu, jarak edar pergerakan binatang juga
dipengaruhi oleh distribusi dan sumber daya seperti makanan atau habitat pemeliharaan keturunannya.
Hal ini erat sekali dengan sifat hewan ini yaitu nokturnal (aktif di malam hari).

Hewan hanya dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak dalam suatu lingkungan yang
menyediakan kondisi dan sumberdaya serta terhindar dari faktor-faktor yang membahayakan.
Hewan bereaksi terhadap kondisi lingkungan, yang berupa perubahanperubahan morfologi,
fisiologi dan tingkah laku. Kondisi lingkungan antara lain berupa temperature, kelembaban, pH,
salinitas, arus air, tekanan, zat-zat organik dan anorganik. (Resa dkk., 2018: 47).

Hubungan antara interaksi hewan dengan lingkungannya dapat terjadi kapan saja dan dimana
saja. Hal tersebut menunjukkan adanya interaksi yang dilakukan oleh hewan pada lingkungan
tempat tinggalnya. Terlepas dari hal tersebut perubahan kondisi yang terjadi pada lingkungan
dapat berpengaruh pada pola aktivitas hewan tertentu (Resa, 2019). Dengan adanya perubahan
tersebut maka hewan juga merespon terhadap perubahan tersebut yang meliputi perubahan fisik,
fisiologis, serta tingkah laku untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang dihadapinya
(Naomi dkk., 2019: 179).

Bekicot umumnya mempunyai kebiasaan hidup di tempat lembab, dan tidak tahan terhadap sinar
matahari langsung. Kondisi lingkungan optimal untuk hidupnya adalah di daerah tropis basah.
Suhu minimal letal adalah 45 F. Hewan ini aktif di malam hari (nocturnal). Sifat nocturnal
bekicot bukan semata-mata ditentukan oleh faktor gelap di waktu malam tetapi ditentukan oleh
faktor suhu dan kelembaban lingkunganya. Oleh sebab itu di waktu siang setelah hujan, banyak
ditemukan bekicot berkeliaran dimanamana (Resa dkk., 2018: 48).

https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/PBiotik/article/view/4083

Anda mungkin juga menyukai