Anda di halaman 1dari 19

Makalah

Permasalahan yang Dihadapi Guru dalam Menentukan dan Menerapkan


Strategi Pembelajaran di Lapangan

Disusun Oleh :
Kelompok : 1 (Satu)
Nama Anggota : Ramadhania Husnatul Khairiyah (A1E019037)
Bella Pertiwi (A1E019049)
Zagita (A1E019025)
David Nugroho (A1E019055)
Dwiki Nugraha (A1E019039)
Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran
Dosen Pembimbing : Dr. Rosane, M.Pd.

UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini selesai
sesuai waktu yang ditentukan. Terimakasih saya berikan kepada Ibu. Dr. Rosane,
M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi Pembelajaran yang telah
membimbing kami mahasiswa dan mahasiswi semester 3 tahun ajaran 2020/2021.

Kami telah berusaha mengerjakan tulisan ini dengan maksimal dan


mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan
terimakasih kepada pihak yang telah berkontribusi dalam penulisan ini.

Terlepas dari itu semua, kami sadar bahwa tugas ini memiliki kekurangan.
Oleh karena itu, kami meminta maaf apabila terdapat kesalahan serta kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dalam penulisan ini agar kami dapat
memperbaiki tulisan ini.

Akhir kata kami berharap tulisan ini dapat memberikan manfaat dan
inspirasi kepada para pembaca tentang Permasalahan yang Dihadapi Guru dalam
Menentukan dan Menerapkan Strategi Pembelajaran di Lapangan.

Bengkulu, Desember 2020


DAFTAR ISI

Cover
Makalah ................................................................................................................... 1

Permasalahan yang Dihadapi Guru dalam Menentukan dan Menerapkan Strategi


Pembelajaran di Lapangan ...................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3

BAB I ...................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................. 4

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 4

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 5

1.3. Tujuan ....................................................................................................... 5

BAB II ..................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6

2.1. Guru Masih Kesulitan Dalam Memahami dan Menerapkan Strategi


Pembelajaran Yang Ada ...................................................................................... 6

2.2. Guru Masih Kesulitan Dalam Memilih Strategi Apa yang Tepat Digunakan
............................................................................................................................. 7

2.3. Rendahnya Motivasi Guru Menggunakan Strategi Pembelajaran................ 8

2.4. Kreatifitas dan Inovasi Guru yang Rendah ................................................ 10

2.5. Sarana dan Prasarana yang Kurang Mendukung ........................................ 13

BAB III ................................................................................................................. 17

PENUTUP ............................................................................................................. 17

3.1. Kesimpulan ................................................................................................. 17

3.2. Saran ........................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ialah
dengancara melalui perbaikan proses pengajaran. Dimana didalamnya terdapat
kegiatan belajardan mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang
proses belajar mengajar disekolah telah muncul dan berkembang seiring
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi dengan tujuan untuk
memenuhi tuntutan zaman yang menuntut agartercipta anak didik yang
mampu membawa zaman ini lebih baik lagi, lebih maju dan berkembang dari
pada zaman yang telah lalu dan zaman sekarang dan
mampumengembangkannya.Proses pembelajaran merupakan rangkaian
aktivitas dan interaksi antara siswadan guru yang dikendalikan melalui
perencanaan pembelajaran. Pelaksanaan proses pembelajaran perlu dilakukan
secara sistematis berdasarkan prosedur pembelajaran yangtelah
dikembangkan.
Oleh karena itu, salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh
pembelajar adalah mampu memahami dan melaksanakan prosedur
pembelajaran dalam pembelajaran kelompok, individual maupun klasikal.
Untuk menerapkan kemampuantersebut sebaiknya pembelajar harus
mengetahui tentang konsep dan prinsip belajar, berbagai jenis strategi atau
tahapan dalam proses pembelajaran.Kegiatan pembelajaran yang baik
senantiasa berawal dari rencana yang matang. Perencanaan yang matang akan
menunjukkan hasil yang optimal dalam pembelajaran.Perencanaan merupakan
proses penyusunan sesuatu yang akan dilaksanakan untukmencapai tujuan
yang telah ditentukan. Pelaksanaan perencanaan tersebut dapat disusun
berdasarkan kebutuhan dalam jangka tertentu sesuai dengan keinginan
pembuat perencanaan.
Namun yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat harus
dapatdilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran.Begitu pula dengan
perencanaan pembelajaran, yang direncanakan harus sesuai dengan target
pendidikan. Guru sebagaisubjek dalam membuat perencanaan pembelajaran
harus dapat menyusun berbagai program pengajaran sesuai pendekatan dan
metode yang akan digunakan. Dalam konteksdesentralisasi pendidikan seiring
perwujudan pemerataan hasil pendidikan yang bermutu, diperlukan standar
kompetensi mata pelajaran yang dapat dipertanggungjawabkan dalam konteks
lokal, nasional dan global.Secara umum guru itu harus memenuhi dua
kategori, yaitu memiliki capabilitydan loyality, yakni guru itu harus memiliki
kemampuan dalam bidang ilmu yangdiajarkannya, memiliki kemampuan
teoritik tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan, implementasi
sampai evaluasi, dan memiliki loyalitas keguruan, yakniloyal terhadap tugas-
tugas keguruan yang tidak semata di dalam kelas, tapi sebelum dansesudah
kelas.Dalam kaitannya dengan tuntutan pendidikan yang harus mampu
melahirkan danmenyiapkan anak didik yang berkualitas, Guru adalah personel
yang menduduki posisi penting dan strategis dalam rangka pengembangan
sumberdaya manusia dan yang selaludituntut untuk terus mengikuti
perkembangan konsep-konsep baru dalam duniakepengajaran tersebut.
Demikian pula para supervisor pendidikan, pengawas dan pengelola lembaga
pendidikan juga seyogyanya juga selalu mengikuti perkembangan
itu.Tentunya untuk menjadikan pendidikan tersebut bermutu atau
untukmeningkatkan mutu pendidikan dengan semua proses yang ada
didalamnya, termasuk pengajaran yang dilakukan guru/ pendidik atau team
pendidik dalam lembaga itu harus benar-benar membuat suatu langkah atau
tahapan-tahapan dalam pengajaran yangdisesuaikan oleh kondisi dan psikologi
anak didik, agar pengajaran yang dilakukan bisaefisien dan efektif.

1.2.Rumusan Masalah
Apa Saja Permasalahan yang Dihadapi Guru dalam Menentukan dan
Menerapkan Strategi Pembelajaran di Lapangan?

1.3.Tujuan
Untuk Mengetahui Permasalah Guru
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Guru Masih Kesulitan Dalam Memahami dan Menerapkan Strategi


Pembelajaran Yang Ada
Guru kesulitan dalam memahami dan menerapkan strateegi pembelajaran yang
ada

Kurikulum 2013 lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar
secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh
pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai
pengetahuan yang dipelajarinya. Kurikulum 2013 merupakan suatu hal yang
relatif baru, sehingga dalam implementasinya belum sebagaimana yang
diharapkan. Masih banyak guru yang merasa sulit dalam melaksanakan
pembelajaran 2013 ini. Hal ini terjadi antara lain karena guru belum mendapat
pelatihan secara intensif tentang pembelajaran 2013 ini. Disamping itu juga guru
masih sulit meninggalkan kebiasan kegiatan pembelajaran yang penyajiannya
berdasarkan mata pelajaran/bidang studi.

Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam


pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif akan sangat membantu dalam
proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran akan lebih mudah
tercapai.Menurut Komalasari (2010: 57) model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan wadah atau bungkus dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu penentu


keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dengan
demikian, guru dapat memilih jenis-jenis model pembelajaran yang sesuai demi
tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model yang dikhususkan
dalam menerapkan model pembelajaran pada pembelajaran tematik berdasarkan
kurikulum 2013 adalah discovery learning, project based learning, dan problem
based learning. Modeldiscovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang
mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum sampai pada
generalisasi. Sedangkan Bruner dalam Suherman (2002: 92) menyatakan bahwa
“anak harus berperan aktif didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas itu
perlu dilaksanakan melalui suatu cara yang disebut discovery”..
Dimasa pandemi ini guru lebih difokuskan dalam menyampaikan materi yang ada,
dimana salah satu permasalahan yang harus dihadapi oleh guru. Pada masa
pandemi ini, banyak guru yang mayoritasnya kurang memahami dan menerapkan
strategi pembelajaran yang sudah ada. Dengan demikian guru harus mampu
enyampaikan materi dengan cari apapun dan bagaimanapun supaya siswa mampu
untuk memahami apa yang disampaikan oleh guruunya dan gurunyapun mampu
memahami matri yang akan disampaikan ke siswannya. Dalam posisi ini guuru
harus lebih menguasai teknologi yang memadai seperti komputer, wifi, dan hal
lain yag mendukung kelancaran pembelajaran pada masa pendemi ini. Dengan
begitu banyaknya permasalahan guru yang kurang memahami materi, pemerintah
atau pihak sekolah segara harus mencari solusinya agar guru dan siswa bisa
memahami apa dan bagaimana penjelasan dari guru dan gurupun memahami
materi yang akan diberikan. Dengan demikian, gur haus dituntun lebih memahami
strategi dari tiap model pembelajara n atau bagaimana modl pembeajran ni lebih
efektif agar siswa lebih memahami materi di masa pandemi ini.

2.2. Guru Masih Kesulitan Dalam Memilih Strategi Apa yang Tepat
Digunakan
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan di MIM PK Kartasura,
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi guru dalam memilih startegi
pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki oleh siswa dan telah
dikelompokkan menjadi 2 Faktor sebagai berikut:

1) Faktor Internal, Faktor yang berasal dari dalam diri guru seperti kemampuan
guru dalam memahami gaya belajar dan karakteristik siswa, kemampuan dalam
memahami materi, pembendaharaan buku tentang gaya belajar, kreatifitas guru
dalam memodifikasi strategi pembelajaran, kemampuan guru dalam memberikan
Ice Breaking yang sesuai dengan kecerdasan siswa.

2) Faktor Eksternal, Faktor yang berasal dari luar diri guru seperti Sarana dan
Prasarana yang menunjang pembelajaran, lingkungan sekolahan yang aman dan
nyaman, pelatihan yang diselenggarakan oleh sekolahan maupun bekerjasama
dengan instansi terkait untuk meningkatkan keterampilan guru dalam mengajar.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Chatib (2010: 149)
bahwa “Semakin sering sebuah sekolahan mengadakan pelatihan guru, semakin
berkualitas sekolah itu”. Kunci dari kesuksesan pengajaran berada pada sumber
daya pengajarnya, dimana sumber daya pengajar yang terampil merupakan aset
yang sangat berharga karena dengan keterampilan yang dimiliki oleh pengajar
akan berdampak pada suksesnya pembelajaran.

Kesulitan yang dihadapi Guru dalam memilih Strategi pembelajaran yang sesuai
dengan gaya belajar Siswanya. Salah satu kendala yang dihadapi guru di MIM PK
Kartasura adalah guru harus mampu menyesuaiakan setiap pembelajaran dengan
strategi pembelajaran yang sesuai denga gaya belajar yang dimiliki siswa supaya
pembelajaran berjalan dengan efektif dan lebih bermakna. Selain itu ratarata
kendala yang dihadapi guru MIM PK Kartasura hampir sama yaitu :

berada pada pengkondisian kelas saat pembelajaran berlangsung, dimana jumlah


siswa di dalam satu kelas berkisar 20-30 anak dan mereka memiliki kecerdasan
yang beragam, sehingga guru dituntut untuk dapat membuat pembelajaran
menjadi tidak membosankan. Hal ini disampaikan oleh guru yang diwawancarai
oleh peneliti sebagai berikut:

Selain pengkondisian guru juga harus mampu memodifikasi strategi pembelajaran


yang akan digunakan dalam mengajar supaya sesuai dengan gaya belajar yang
dimiliki oleh siswanya, dimana ketika guru memahami gaya belajar siswanya
maka akan termudahkan dalam menyampaikan materi dan siswapun akan fokus
pada saat pembelajaran. Selain hal tersebut, ketika observasi dilakukan peneliti
mengamati bahwa sarana dan prasana di MIM PK Kartasura sudah cukup
mendukung dalam pembelajaran hanya saja ketika pembelajaran TIK idealnya
anak harus belajar di Laboratorium tetapi di MIM PK Kartasura belum terdapat
laboratorium TIK dan anak harus membawa laptop sendiri dari rumah. Menurut
peneliti hal tersebut menyebabkan kegiatan pembelajaran belum dapat terlaksana
dengan efisien karena pada saat pembelajaran dijumpai beberapa siswa yang tidak
membawa laptop. Dalam melaksanakan pembelajaran setiap guru pasti memiliki
kendala atau kesulitan yang dihadapi seperti pemilihan strategi yang tepat sesuai
dengan karakteristik siswa, pemilihan media pembelajaran, sarana prasarana dan
lainnya. Kendala tersebut dapat berasal dari dalam diri guru seperti kurangnya
pemahaman guru terhadap materi yang akan diajarkan, pembendaharaan buku
tentang mengajar yang minim, serta krativitas dan keterampilan guru yang kurang
terasah. Sedangkan kendala yang berasal dari luar diri guru dapat berupa
Lingkungan sekolahan yang tidak mendukung terselenggaranya pembelajaran,
Sarana dan Prasarana yang tidak mendukung pembelajaran dan lain lainnya.

2.3. Rendahnya Motivasi Guru Menggunakan Strategi Pembelajaran


Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2005), Strategi (strategy)
mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha
mencapai sasaran yang ditentukan. Dalam pembelajaran strategi sebagai pola-pola
umum kegiatan gurupeserta didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar
untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
T. Raka Joni (2001), mengatakan strategi (strategy) adalah ilmu dan kiat
dalam memanfaatkan segala sumber yang dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Mohamad Nur dalam bukunya
strategi-strategi belajar mengacu pada perilaku dan proses-proses berfikir peserta
didik yang digunakan pada saat mereka menyelesaikan tugas-tugas belajar.
Selanjutnya dijelaskan bahwa strategi-strategi belajar adalah strategi-strategi
kognitif yang digunakan peserta didik dalam memecahkan masalah belajar yang
memerlukan keterlibatan dalam proses berfikir dan perilaku, membaca,
meringkas, membuat catatan disamping itu juga memonitor jalan berfikir diri
sendiri.
Setiap pengajar professional berkeinginan agar peserta didiknya
memperoleh hasil belajar yang optimal, mampu menerima dan memahami bahan
ajar yang disampaikannya. Dalam hal ini, dibutuhkan suatu strategi pembelajaran
yang tepat agar peserta didik dapat lebih mudah memahami materi ajar yang
diberikan. Choy (Yeni Roza, 2009) menyatakan bahwa strategi pembelajaran
merupakan haluan atau aspek yang digunakan untuk mendekati atau memulaikan
suatu proses pembelajaran suatu mata pelajaran atau suatu kemahiran.
Seorang guru harus bisa memahami tentang strategi dalam belajar
mengajar. Strategi merupakan salah satu cara yang sangat efektif digunakan oleh
seorang guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, karena dengan
menggunakan strategi yang tepat, siswa akan termotivasi untuk belajar dan tidak
bosan dengan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Oleh karena
kurangnya pemahaman seorang guru mengenai strategi pembelajaran, akhirnya
siswa kurang termotivasi untuk belajar. Dengan pemilihan strategi yang tepat oleh
guru, siswa diharapkan termotivasi untuk belajar namun ada satu hal yang
membuat strategi pembelajaran tidak terwujudkan dengan baik karena guru
terbiasa dengan pembelajaran yang dilakukan selama ini. Guru menyampaikan
dan memberi penjelasan secara searah. Karena sudah terbiasa dengan pola
pembelajaran selama ini, guru khawatir jika penerapan pendekatan pembelajaran
yang bervariasi bisa menghambat guru dalam menyelesaikan materi yang sudah
ditentukan dalam kurikulum nasional. Dengan demikian pembelajaran yang
dilaksanakan berorientasi pada pencapaian target kurikulum bukan pada
pemahaman konsep. Proses pembelajaran yang bersifat teacher-centered
dilakukan karena guru masih memegang paradigma mengajar. Guru tidak yakin
bahwa peserta didik mampu membangun struktur kognitifnya melalui melakukan
dan bekerja sendiri. Peserta didik tidak diberi kesempatan menyelesaikan soal
dengan caranya sendiri. Padahal partisipasi aktif selama proses pembelajaran
dapat mempengaruhi sejauh mana pemahaman tentang konsep yang dipelajarinya.
Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini
masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik
untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya. Di
lain pihak secara empiris, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya
hasil belajar peserta didik yang disebabkan dominannya proses pembelajaran
konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher centered
sehingga siswa menjadi pasif. Meskipun demikian, guru lebih suka menerapkan
model tersebut, sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktik, cukup
menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain. Dalam
hal ini, siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana
belajar, berpikir, dan memotivasi diri sendiri (self motivation), padahal aspek-
aspek tersebut merupakan kunci keberhasilan dalam suatu pembelajaran.
Kenyataan di lapangan siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu
menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang
berhubungan dengan konsep yang dimiliki.
Selain itu, faktor lain yang membuat guru kurang menggunakan strategi
dalam pembelajaran adalah minimnya fasilitas yang dimiliki oleh sekolah,
sehingga ketika guru memerlukan fasilitas lain untuk menunjang pembelajaran
tidak dapat terlaksana atau tidak dapat terpenuhi. Bisa jadi, hal tersebut yang
menyebabkan kurangnya motivasi guru untuk menggunakan berbagai strategi
dalam mengajar dan membuat guru hanya menggunakan teknik pengajaran yang
telah dilakukan seperti biasanya yang tidak bervariasi.

2.4. Kreatifitas dan Inovasi Guru yang Rendah


Guru sebagai ujung tombak dalam pembelajaran selama dikelas harus
mampu menyiapkan segala macam administrasi yang berhubungan dengan
pembelajaran. Dari mulai menyiapkan silabus, RPP dan administrasi pendukung
lainnya. Disamping itu, guru tidak hanya menyiapkan administrasi mengajar saja
tapi juga harus pandai menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan
metode, media, teknik yang inovatif yang sesuai dengan keadaan para siswanya.
Saefudin seperti yang dikutip oleh Suherli (2010:2): “Inovasi adalah suatu ide,
barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai sesuatu hal yang
baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil
invention maupun discovery”. Dengan metode, media atau teknik pembelajaran
yang inovatif, para siswa akan lebih tertarik untuk belajar sehingga prestasi
belajar mereka pun akan bagus yang tentunya pencapaian Kriteria Ketuntasan
Belajar (KKM) akan mudah tercapai.
Disamping itu, guru yang profesional adalah guru yang mampu
menyiapkan berbagai administrasi mengajar dengan baik. Persiapan administasi
seperti menyiapkan silabus, RPP, Program Tahunan, Program Semester dan
administrasi lainnya. Guru juga harus mampu berinovasi selama proses belajar
mengajar selama dikelas tentunya inovasi pembelajaran yang mendukung
terhadap kemajuan anak didiknya. Menurut Udin Saefudin Sa’ud (2009:3):
“Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati
sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat),
baik itu berupa hasil invention maupun diskoveri”. Inovasi diadakan untuk
mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Sudah kewajiban seorang guru untuk menyiapkan segala macam
administrasi pembelajaran. Dari mulai menyiapkan silabus, RPP dan administrasi
pendukung lainnya. Disamping itu, guru tidak hanya menyiapkan administrasi
mengajar tapi juga harus pandai berinovasi ketika menyampaikan materi
pembelajaran selama proses belajar mengajar berlangsung. Saefudin seperti yang
dikutip oleh Suherli (2010:2): “Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode
yang dirasakan atau diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau
kelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invention maupun discovery”.
Disamping itu, manajemen tahapan persiapan inovasi harus jelas urutannya agar
persiapan matang. Seperti yang diungkapkan oleh Ahmad Elqorni (2009:6),
Manajemen inovasi dapat dilakukan dengan beberapa tahap yaitu tahap planning
(perencanaan), tahap organizing (pengorganisasian), tahap directing (pengarahan).
Dengan banyak berinovasi selama proses belajar mengajar maka suasana
pembelajaran akan menyenangkan bagi siswa-siswanya.
Guru sebagai seorang tauladan dalam berbagai hal harus mampu
menunjukan berbagai kreatifitas dalam mengajarkan ilmunya kepada para
siswanya. Pembelajaran yang kreatif akan membuat siswa lebih tertarik dan
mendalami ilmu yang diajarkan gurunya. Hurlock (1978) seperti yang dikutip oleh
Basuki (2014) menjelaskan bahwa kreativitas adalah “suatu proses yang
menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam
suatu bentuk atau susunan yang baru”. Kreatifitas akan tumbuh apabila guru
pandai dalam memotivasi siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Siswa
yang sudah termotivasi, kreatifitasnya akan berkembang selama proses belajar
mengajar dikelas.
Kreatifitas seorang guru dalam proses pembelajaran dikelas sangat
diperlukan guna menunjang pembelajaran yang menarik bagi anak didiknya.
Keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan oleh seberapa kreatif seorang guru
yang mengajarnya. Guru yang kreatif akan senantiasa memberikan pengajaran
yang membuat anak didiknya tertarik dan ingin mendalami pada ilmu yang sedang
diajarkan kepadanya. Hurlock (1978) seperti yang dikutip oleh Basuki (2014)
menjelaskan bahwa kreativitas adalah “suatu proses yang menghasilkan sesuatu
yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau
susunan yang baru”. Kreatifitas anak juga tercipta apabila seorang guru mampu
memotivasi anak didiknya dengan baik sehingga akan lahirlah siswa-siswa yang
kreatif dalam belajarnya.
Kreatifitas seorang guru dibutuhkan selama proses belajar mengajar
dikelas. Pembelajaran yang kreatif akan membuat siswa lebih tertarik dan bisa
lebih mengembangakan materinya dengan baik. Menstimulus siswa dalam
pembelajaran supaya lebih aktif merupakan suatu kreatifitas yang sudah bagus
apalagi apabila guru sering memberikan motivasi kepada anak didiknya supaya
lebih sungguh-sungguh dalam belajarnya dan berprestasi. Disamping itu juga
seorang guru harus bisa menerima ide-ide siswa dalam pembelajaran yang sesuai
dengan keilmuan yang diajarkannya.
Seorang guru yang profesional akan mampu mengatasi setiap kesulitan
pembelajaran dengan baik selama dikelas. Guru menyadari bahwa guru yang
berkualitas akan selalu memberikan pengajaran yang terbaik kepada anak
didiknya, tidak hanya itu guru tidak hanya puas mengajarkan anak didiknya
dengan baik tapi juga seorang guru harus mampu untuk ikut berprestasi diluar
sekolah sehingga kemampuan mengajarnya akan terus berkembang dan maju.
Apabila hal ini bisa dilakukan terus-menerus maka mutu pendidikan disekolahnya
akan bagus. Yusuf (2011:1): “Pengertian mutu pada konteks pendidikan mengacu
pada masukan, proses, keluaran, dan dampaknya”. Mutu masukan dapat dilihat
dari berbagai sisi. Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumber-daya
manusia seperti kepala sekolah, guru, staf tata usaha dan siswa. Kedua, memenuhi
atau tidaknya kriteria masukan material berupa alat peraga, buku-buku kurikulum,
prasarana dan sarana sekolah. Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan
yang berupa perangkat lunak, seperti peraturan struktur organisasi, deskripsi kerja,
dan struktur organisasi. Keempat, mutu masukan yang bersifat harapan dan
kebutuhan, seperti visi, motivasi, ketekunan, dan cita-cita.
Sekolah yang berkualitas atau bermutu membutuhkan sosok guru yang
mempunyai kompetensi yang mumpuni yang mampu mengatasi setiap kesulitan
pembelajaran yang ada. Disamping itu, tidak hanya mempunyai guru yang
kompeten tapi juga memiliki siswa yang mempunyai prestasi-prestasi belajar yang
bagus. Seorang guru juga harus mampu untuk berprestasi baik didalam maupun
diluar sekolah untuk mengasah dan mengembangkan kemampuan mengajarnya
serta mampu meningkatkan pendidikannya kearah yang lebih tinggi.
Disamping itu, guru yang berkualitas akan senantiasa terus
mengembangkan kompetensinya dengan baik. Apapun masalah pembelajaran
dikelas, guru tersebut akan berusaha untuk mengatasi masalah tersebut dengan
cepat dan baik. Guru menyadari bahwa guru yang berkualitas akan selalu
memberikan pengajaran yang terbaik kepada anak didiknya, tidak hanya itu guru
tidak hanya puas mengajarkan anak didiknya dengan baik tapi juga seorang guru
harus mampu untuk ikut berprestasi diluar sekolah sehingga kemampuan
mengajarnya akan terus berkembang dan maju. Disamping itu, mutu sekolah
ditentukan seberapa banyak siswanya yang melanjutkan sekolah ke jenjang yang
lebih tinggi.

2.5. Sarana dan Prasarana yang Kurang Mendukung


Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling penting dalam proses
pendidikan di sekolah, berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami siswa di sekolah. Namun,
seiring berjalan waktu masalah pendidikan terus bermunculan, sebab banyak hal
yang ikut mempengaruhi dalam proses pendidikan tidak terkecuali pada proses
pembelajaran dikelas. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar
mengajar adalah dalam pemberdayaan sarana dan prasarana di sekolah.
PP (Peraturan Pemerintah) Nomor 19 Tahun 2005 menyebutkan bahwa standar
nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum NegaraKesatuan Republik Indonesia. Terdapat delapan (8)
lingkup standar nasional pendidikan, yaitu standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan. Tulisan ini memfokuskan pada standar sarana dan prasarana.
Banyak permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran Salah
satunya adalah masalah sarana dan prasarana yang kurang memadai. Padahal
Sarana dan prasarana sekolah merupakan salah satu komponen yang dianggap
memiliki peranan besar terhadap peningkatan mutu pendidikan (Sugilar, 2010).
Seperti yang diuraikan sebelumnya salah satu faktor pendukung keberhasilan
program pendidikan dalam proses pembelajaran yaitu sarana dan prasarana.
Sarana dan prasarana adalah salah satu sumber daya yang menjadi tolak
ukur mutu sekolah dan perlu peningkatan terus menerus seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih. Sarana dan
prasarana sangat perlu dilaksanakan untuk menunjang keterampilan peserta didik
agar siap bersaing terhadap pesatnya teknologi. Sarana dan prasarana merupakan
bagian penting yang perlu disiapkan secara cermat dan berkesinambungan
sehingga akan terjamin proses belajar mengajar yang lancar. Akan tetapi
kenyataanya sarana dan prasarana pendidikan di sekolah-sekolah di Indonesia
khususnya untuk daerah-daerah terpencil masih belum terlaksana secara optimal.
Banyak daerah-daerah di Indonesia yang belum mendapatkan sarana dan
prasarana yang memadai seperti sekolah di pedesaan.Hal ini jauh berbeda dengan
daerah perkotaan yang sarana dan prasarana lebih baik daripada daerah perdesaan.
Banyaknya perbedaan sarana dan prasarana antara perkotaan dan perdesaan
mengakibatkan pendidikan di perdesaan masih sangat minim jika dibandingkan
dengan pendidikan yang ada di perkotaan.
Sebagai contoh sekolah di perkotaan memiliki fasilitas laboratorium
komputer yang dapat digunakan peserta didik dalam proses pembelajaran,
sedangkan sekolah di perdesaan belum memiliki fasilitas tersebut dan bahkan ada
yang belum mengetahui cara mengoperasikan komputer tersebut. Sedangkan
teknologi berbasis komputer sangat penting untuk pendidikan masa kini. Banyak
pembelajaran yang menggunakan teknologi berbasis komputer.Dalam hal ini
sarana dan prasarana sangat mempengaruhi dalam proses belajar mengajar.
Saat ini banyak sarana dan prasarana untuk pendidikan yang kurang
memadai, bahkan banyak sarana dan prasarana yang tidak layak untuk proses
belajar mengajar. Seperti halnya sarana dan prasarana yang tidak memadai yaitu
gedung kelas bocor, bangku sekolah rusak maupun tidak mencukupi, lapangan
yang tergenang air, ketidak lengkapnya buku diperpustakaan, tidak memadainya
penggunaan teknologi dan informasi dan lainnya.
Ketika sarana dan prasarana sekolah tidak memadai maka akan
mempengaruhi proses belajar mengajar yang dilaksanakan. yaitu akan
menghambat proses mengajar. Guru akan kesulitan dalam memberikan serta
menjelaskan materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. Begitu juga
dengan peserta didik akan kesulitan untuk memahami apa yang dijelaskan oleh
guru. Oleh sebab itu, proses belajar mengajar tidak akan berjalan secara efektif
dan efisien.
Masalah sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai juga
dapat disebabkan oleh ketidakpedulian sekolah terhadap perawatan fasilitas yang
ada yang akan menjadikan buruknya sarana dan prasarana. Sikap acuh tak acuh
dan tidak adanya pengawasan dari pemerintah banyak fasilitas di sekolah yang
terbengkalai. Hal ini akan menimbulkan ketidaknyamanan dalam menggunakan
fasilitas yang ada karena keadaan sarana dan prasarana yang kurang memadai dan
fasilitas yang rusak.
Dengan adanya ketidaknyamanan ini akan mengakibatkan peserta didik
enggan melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Maka dari itu diperlukan
kesadaran untuk menjaga sarana dan prasarana yang ada agar dapat tetap
digunakan untuk menunjang pendidikan. Pemerintah juga perlu memberikan
bantuan terhadap daerah terpencil tersebut agar pendidikan dapat berkembang dan
tercapai pula tujuan pendidikan tersebut, dan kurangnya alokasi dana yang
terhambat yaitu dalam hal banyak penyalahgunaan dana administrasi sekolah dan
adanya oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dalam hal pendanaan
sehingga adanya penyalahgunaan dana dan menghambat proses pendidikan.
Dalam hal ini pemerintah kurang tegas dalam menangani oknum-oknum yang
melakukan penyelewengan dana.
Seharusnya pendidikan yang ada di Indonesia ini upaya yang dilakukan
adalah pendidikan harus berjalan efektif. Dalam peningkatan pembelajaran seperti
halnya pengajaran yang baik sehingga mutu peserta didik lebih berkualias dan
perlunya kejujuran serta rencana yang strategis terhadap manajemen keuangan
pendidikan, agar pendidikan saat ini teroptimalkan dan dapat meningkatkan
sarana dan prasarana. Pemerintah juga perlu meningkatkan sarana dan prasarana
yang ada di sekolah, sehingga peserta didik dapat belajar dengan nyaman atas
adanya sarana dan prasarana yang memadai tersebut. Akan tetapi sarana dan
prasarana yang baik juga harus disertai dengan Sumber Daya Manusia yang baik
pula, karena sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai tidak akan
bermanfaat apabila tidak adanya guru yang berkualitas. Seorang guru harus
memiliki sifat yang professional, berkompeten serta dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya guru harus dapat
mengoperasikan komputer, melaksanakan proses mengajar dengan berbasis
komputer, dan lainnya.
Setiap pendidikan wajib memiliki sarana seperti perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar agar dapat menunjang
proses pembelajaran yang teratur dan teroktimal. Apabila kelengkapan fasilitas di
atas memadai dan dikelola dengan baik maka sarana dan prasarana berjalan
dengan optimal sebaik mungkin serta bakat dan minat peserta didik dapat lebih
dikembangkan lagi,sehingga akan menciptakan lulusan peserta didik yang baik.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kurikulum 2013 lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar
secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh
pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai
pengetahuan yang dipelajarinya. Kurikulum 2013 merupakan suatu hal yang
relatif baru, sehingga dalam implementasinya belum sebagaimana yang
diharapkan. Masih banyak guru yang merasa sulit dalam melaksanakan
pembelajaran 2013 ini. Hal ini terjadi antara lain karena guru belum mendapat
pelatihan secara intensif tentang pembelajaran 2013 ini. Disamping itu juga guru
masih sulit meninggalkan kebiasan kegiatan pembelajaran yang penyajiannya
berdasarkan mata pelajaran/bidang studi.
3.2. Saran
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan pertolongan pada kami
sehingga kami bisa mempelajari menyelesaikan makalah ini dan tentunya dalam
penyusunan makalah kami masih jauh dari kata sempurna untuk itu kami
mengharapkan saran yang membangun dari para pembaca sebagai perbaikan
makalah kami selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah, Faridah. 2013. “Peran Guru dalam Kurikulum 2013”. Pusat Pengkajian
Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI. Diakses
tanggal 13 Agustus 2019. https://jurnal.dpr.go.id › aspirasi › article› view

Amani, Luh, Nyoman Dantes, Wayan Lasmawan . 2013. “Implementasi Supervisi


Klinis dalam rangka Meningkatkan Kemampuan Guru Mengelola Proses
Pembelajaran pada Guru SD segugus VII Kecamatan Sawan. e-Journal

Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Dasar,


Volume 3. Diakses tanggal 10 Juli 2019.

https://media.neliti.com/media/publications/119506-ID-implementasisupervisi-
klinis-dalam-rang.pdf

Awla, Hawkar Akram. 2014. “Learning Styles and Their Relation to Teaching
Styles”. International Journal of Language ang Linguistics. Diakses tanggal 20
Maret 2019. https://www.researchgate.net/publication/275567766

Chatib, Munif. 2010. Sekolahnya Manusia. Bandung: Kaifa.

Duman, Bilal. 2010. “The Effect of Brain-Based Learning on the Academic

Achievment of Students with Different Learning Styles”. Mugla University


Turkey. Diakses tanggal 20 Maret 2019.

https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ91987315

Fayombo, Grace. 2015. “Learning Styles, Teaching Strategies and Academic

Achievment among some Psychology Undergraduates in Barbados”.

Caribbean Educational Research Journal. Vol.2, No.1. Diakses tanggal 20 Maret


2019. https://www.cavehill. uwi.edu/fhe/education/article-gracefayombo.aspx

Muali, Chusnul. 2016. “Konstruksi Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple


Intelligences Sebagai Upaya Pemecahan Masalah Belajar”. Pedagogik:

Jurnal Pendidikan. Diakses tanggal 30 Maret 2019.

https://ejournal.unuja.ac.id/index. php/pedagogik/article/view/119/99
Şener, Sabriye. 2018. “An Investigation between Multiple Intelligences and
Learning Styles”. Journal of Education and Training Studies. Vol. 6, No. 2;
February 2018. ISSN 2324-805X Diakses tanggal 12 Agustus 2019.

https://files.eric.ed.gov/fulltext/ EJ1170867 .pdf

Siregar, Yulinda. 2010. “Kompetensi Guru dalam Bidang Strategi Perencanaan


dan Pembelajaran Matematika. Jurnal Formatif: 39-48. ISSN: 2088-351X. Dikses
tanggal 12 Agustus 2019.

https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Formatif/article/view/114/111

Slavin, Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Edisi kesembilan.
Jakarta: Indeks.

Sudaryono. 2018. Metodologi Penelitian. Depok: RajaGrafindo Persada.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Jakarta:

Alfabeta.

Suharsaputra, Uhar. 2012. Metode Penelitian: Kualitatif, Kuantitatif, dan


Tindakan. Bandung: Refika Aditama.

Pasher, Harold., McDaniel, Marck., Rohrer, Doug., & Bjork, Robert. 2009.
“Learning Styles: Concept and Evidence”. Association for Psychological

Science. Diakses tanggal 20 Maret 2019. https://journals.sagepub.com/doi


/pdf/10.1111/j.1539-6053.2009.01038.

Anda mungkin juga menyukai