Anda di halaman 1dari 27

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP

AGRESIVITAS PAJAK

(Studi Pada Perusahaan Property & Real Estate yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2017-2019)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai

Derajat Sarjana Ekonomi

Oleh:

Disella Erangga Restu Pradita

201410170311084

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bagi negara pajak adalah hal yang sangat penting untuk

keberlangsungan pembangunan negara, berbanding terbalik dengan

perusahaan yang mengganggap bahwa pajak adalah beban. Seperti yang sudah

dijelaskan bahwa bagi perusahaan pajak merupakan beban yang dapat

mengurangi laba yang diperoleh perusahaan. Hal ini yang menyebabkan

perusahaan melakukan berbagai cara untuk meminimalkan pajak yang

bertentangan dengan tujuan pemerintah untuk memaksimalkan penerimaan

yang didapatkan dari sekor pajak (Sagala dan Ratmono, 2015).

Kurangnya kesadaran serta kepedulian wajib pajak terhadap pentingnya

peranan pajak dan cenderung adanya ketidakrelaan dalam membayar pajak

ketika mendapatkan penghasilan hal ini yang mendorong wajib pajak untuk

melakukan tindakan agresif seperti penghindaran pajak (Gunawan, 2017).

Tindakan agresif pajak atau yang sering disebut agresivitas pajak merupakan

cara untuk meminimalkan atau mengurangi pembayaran pajak yang dapat

dilakukan oleh perusahaan, secara legal (tax avoidance) maupun secara illegal

(tax avasion). Dengan dilakukannya agresivitas pajak oleh perusahaan dapat

membuat perusahaan dinilai buruk oleh masyarakat, agresivitas pajak adalah

termasuk tindakan yang tidak bertanggung jawab sosial.


UUPT Nomor 40 Tahun 2007 pada Bab V Pasal 74 ayat 1 sampai

dengan 4 (online-pajak.com), menyatakan:

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang

dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib

melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan

dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang

pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan

dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan

Perundang-undangan

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah

Hal tersebutlah dapat mendorong perusahaan untuk melakukan

tanggung jawab sosial terhadap lingkungannya serta kualitas hidup

masyarakat (Segala dan Ratmono, 2015).

Kegiatan agresivitas pajak merupakan aktivitas penghindaran pajak ada

beberapa perusahaan yang melakukan penghindaran pajak contohnya saja

IKEA, perusahaan yang berpusat di Swedia. Perusahaan yang bergerak pada

bidang industri peralatan rumah tangga ini dikabarkan melakukan kegiatan

penghindaran pajak senilai lebih dari $ 1 miliyar. Penghindaran pajak yang

dilakukan dalam skala yang besar ini telah terjadi selama 2009 sampai 2014.
IKEA diduga dengan sadar terlibat melakukan pergeseran laba. Hal tersebut

dilakukan dengan cara memindahkan labanya dari negara-negara yang

berpajak tinggi ke anak perusahaan yang tidak disebut namanya dengan

memiliki pajak yang tinggi. Pada kasus ini IKEA membebankan biaya royalti

pada satu perusahaan ke perusahaannya yang lain tujuannya untuk

meminimalisir pajak secara keseluruhan (forumpajak.org)

Bertolak belakang antara kegiatan agresif pajak yang dilakukan

perusahaan dengan tanggung jawab sosial yang dapat diatasi melalui

transparasi dengan pertangung jawaban sosial perusahaan untuk melakukan

tanggung jawab sosial yaitu Corporate Social Responsibility (CSR).

Tabel 1.1 Presentase pengungkapan CSR 2009-2013

Tahun Perusahaan Perusahaan % Perusahaan

Pertambangan yang pertambangan Pertambangan

Terdaftar di Bursa Efek yang Terdaftar di yang Terdaftar di

Indonesia Bursa Efek Bursa Efek

Indonesia yang Indonesia yang

Mengungkapkan Mengungkapkan

CSR CSR

2009 23 13 56.25%

2010 29 22 75.86%

2011 31 29 93.54%
2012 37 33 89.18%
2013 39 35 89.74%
Sumber: Miryati, 2017
Tabel di atas menunjukan bahwa belum optimalnya laporan CSR pada

tahun yang telah tercatat hal tersebut dikarenakan masih rendahnya kesadaraan

perusahaan untuk mengungkapkan permasalahan sosial dan lingkungan yang

sedang terjadi. Rendahnya kesadaran pada perusahaan untuk mengungkapkan

permasalahan sosial dan lingkungan disebabkan karena menurut perusahaan

kegiatan sosial dan lingkungan masih wujud bentuk yang bersifat sukarela,

oleh karena itu muncul anggapan perusahaan tidak jadi masalah jika tidak

melakukan kegiatan tersebut (Miryati, 2017).

Hubungan antara CSR dan agresivitas pajak adalah CSR merupakan

bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap semua stakeholder-nya

sedangkan pajak merupakan bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap

semua stakeholder-nya melalui pemerintah (Hidayat et al., 2016). Landasan

yang mendasari tanggung jawab sosial yaitu bagaimana perusahaan

memberikan perhatian kepada lingkungan, atas dampak yang akan terjadi

diakibatkan oleh aktivitas operasional perusahaan sehingga kesejahteraan

masyarakat tidak dapat terpenuhi (Aminah et al., 2017).

Informasi CSR sebagai interaksi antara perusahaan dan masyarakat.

Pengungkapan CSR kepada masyarakat mampu mempengaruhi pandangan

masyarakat terhadap suatu perusahaan serta reputasi perusahaan (Gunawan,

2017). Di samping itu, dengan adanya teori legitimasi yang menjelaskan bahwa

fokus pada interaksi perusahaan kepada para stakeholder membuat perusahaan

mengerti apa yang diinginkan stakeholder dari perusahaan, perusahaan akan

mendapatkan dukungan dari stakeholder jika perusahaan mampu bertanggung

jawab dan memberikan manfaat, diantaranya pembayaran pajak menunjukan


tanggung jawab perusahaan terhadap stakeholder yang bersangkutan dengan

teori stakeholder karena di sini perusahaan harus mempertimbangkan kegiatan

yang dilakukan kepada stakeholder.

Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2017) tentang pengaruh

Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap agresivitas pajak yang

dibuktikan secara empiris pada perusahaan manufaktur tahun 2013 sampai

dengan 2015, hasilnya adalah bahwa CSR berpengaruh positif terhadap

agresivitas pajak. Pada penelitian ini CSR yang diukur menggunakan indeks

CSR GRI G4. Sedangkan, untuk agresivitas pajak diukur menggunakan proksi

Book Tax Different (BTD). Penelitian yang kedua tentang analisis pengaruh

Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap agresivitas pajak oleh

Yoehana (2013) yang dibuktikan secara empiris pada perusahaan manufaktur

tahun 2010 sampai dengan 2011, penelitian ini CSR diukur menggunakan

pengungkapan tanggung jawab sosial dan agresivitas pajak diukur dengan dua

cara yaitu cara pertama Effective Tax Rates (ETR) dan cara yang kedua Book

Tax Different (BTD) menunjukan hasil bahwa semakin tinggi tingkat

pengungkapan CSR suatu perusahaan maka semakin rendah tingkat agresivitas

pajak perusahaan.

Penelitian ketiga oleh Gunawan (2017) tentang pengaruh Corporate

Social Responsibility dan Corporate Governance terhadap agresivitas pajak

pada perusahaan yang ada di Indonesia yang menyajikan laporan

keberlanjutan tahun 2014 dan mempunyai laba positif pada penelitian ini CSR

diukur menggunakan daftar pengungkapan untuk CG diukur berdasarkan

pengungkapan CG, dan untuk agresivitas pajak diukur menggunakan Effective


Tax Rates (ETR). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa CSR berpengaruh

signifikan terhadap agresivitas pajak. Penelitian keempat tentang pengaruh

Corporate Social Responsibility, Leverage, likuiditas, dan ukuran perusahaan

terhadap agresivitas pajak oleh M (2015) yang dilakukan pada perusahaan

properti pada tahun 2010 sampai dengan 2013 hasil dari penelitian ini

menunjukan bahwa Corporate Social Responsibility tidak perpengaruh

terhadap agresivitas pajak. CSR diukur dengan menggunakan check list, hasil

pengungkapan item yang diperoleh dari setiap perusahaan dihitung indeksnya

dengan proksi CSRI, Leverage diukur menggunakan rasio keuangan, likuiditas

diukur menggunakan pengukuran rasio likuiditas dan ukuran perusahaan

diukur menggunakan total aset yang ada dalam perusahaan.

Penelitian ini menguji pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR)

terhadap agresivitas pajak. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan

perkebunan yang telah terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015-

2017. Menggunakan perusahaan perkebunan karena kegiatan perusahaan

berhubungan dengan pajak serta perusahaan juga melakukan kegiatan CSR.

Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan dengan pengaruh CSR

terhadap agresivitas pajak, dilakukakan pada perusahaan Property & Real

Estate pada tahun 2010 sampai dengan 2013 maka pada penelitian ini peneliti

memperbaharui penelitian dilakukan pada tahun 2017 sampai dengan 2019.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pengaruh

Corporate Social Responsibilty (CSR) terhadap agresivitas pajak pada

perusahaan Property & Real Estate yang terdaftar di BEI tahun 2017-2019?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dengan rumusan masalah di atas, untuk tujuan penelitian

adalah menguji pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap

terhadap agresivitas pajak pada perusahaan Property & Real Estate yang

terdaftar di BEI tahun 2017-2019.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis untuk penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi

literatur ilmu Akuntansi, khususnya dalam kajian tentang agresivitas pajak dan

Corporate Social Responsibility (CSR) dan manfaat praktis penelitian ini

diharapkan dapat menjelaskan pengaruh Corporate Social Responsibility

terhadap agresivitas pajak yang dilakukan oleh perusahaan, sehingga

mengetahui dampak yang diberikan CSR terhadap perpajakan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Landasan Teori

1.1.1 Teori Legitimasi

Teori legitimasi berfokus pada interaksi perusahaan dengan

masyarakat, investor, dan para stakeholder lainnya. Perusahaan

memerlukan pengakuan dari pemangku kepentingan agar dapat

mempertahankan kerbelangsungan hidup perusahaan (Gunawan,

2017). Teori legitimasi merupakan gagasan akan kontrak sosial antara

perusahaan dengan stakeholder. Teori ini menjelaskan bahwa untuk

diterima oleh masyarakat perusahaan harus melakukan aktivitas sosial

(Rosiana et al., 2013). Teori legitimasi juga menjelaskan bahwa

perusahaan melaksanakan kegiatan usaha dengan batasan-batasan yang

diatur oleh norma-norma, nilai-nilai sosial dan reaksi dengan adanya

batasan tersebut memotivasi perusahaan untuk memperhatikan

lingkungannya (M, 2015). Hal inilah yang membuat bahwa perusahaan

harus semakin menyadari keberlangsungan hidup perusahaan

bergantung pada hubungan perusahaan dengan masyarakat ataupun

lingkungan perusahaan beroperasi (Yoehana, 2013)

1.1.2 Teori Stakeholder

Stakeholder merupakan pihak yang memiliki kepentingan secara

langsung maupun tidak langsung terhadap kegiatan yang dilakukan

oleh perusahaan. Teori ini berfokus pada cara perusahaan memonitor


serta merespon stakeholder-nya (Siregar dan Widyawati, 2016). Sagala

dan Ratmono (2015) menyatakan teori stakeholder menjelaskan bahwa

fokus perusahaan saat menjalankan kegiatan operasinya harus

mempertimbangakan semua stakeholder-nya seperti masyarakat,

pemerintah, konsumen, dan lain sebagainya. Perusahaan bukan hanya

entitas yang beroperasi untuk kepentingan perusahaan itu sendiri

melainkan juga untuk stakeholder-nya. Untuk mendapatkan dukungan

dari stakeholder perusahaan harus memberikan manfaat dengan

pembayaran pajak (Fahrizqi, 2010).

1.1.3 Corporate Social Responsibility (CSR)

Pelaksanaan CSR adalah wujud keikutsertaan dan perhatian

perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan pemangku kepentingan

yang memberi dampak positif pada perusahaan (Gunawan, 2017).

Yang mendasari tanggung jawab sosial adalah bagaimana cara

perusahaan untuk memberi respon ataupun perhatian kepada

lingkungan, terhadap pengaruh yang akan terjadi akibat dari kegiatan

operasional pajak perusahaan (Aminah et al., 2017). CSR dapat juga

digunakan oleh perusahaan agar menjadi lebih unggul dari para

pesaing, yang berarti mendapat keuntungan. Dengan adanya

perusahaan yang menerpakan kebijakan CSR maka perusahaan pesaing

mungkin akan terpaksa untuk melakukan kegiatan CSR juga. Karena,

perusahaan pesaing akan terancam kehilangan loyalitas konsumen

(Yoehana, 2013).
Dalam cara pengungkapannya CSR umumnya menggunakan GRI

(Global Reporting Initiative). Pada sustainability report menggunakan

triple bottom line, tidak hanya mengukur dari sudut padang ekonomi,

tetapi juga dari sudut pandang ekonomi, sosial dan lingkungan. Dari

tiga sudut padang tersebut dibuat lagi menjadi enam dimensi ekonomi,

sosial, lingkungan, praktek tenaga kerja, hak asasi manusia,

masyarakat dan tanggung jawab produk (Yoehana, 2013). GRI selalu

melakukan pembaharuan hingga saat ini pengungkapan

menenggunakan GRI yang paling terbaru yaitu GRI G4.

Indikator lain yang digunakan untuk pengungkapan CSR adalah

indikator yang digunakan oleh Sembiring tahun 2005, terdiri dari tujuh

dimensi yaitu; lingkungan, energy, kesehatan, keselamatan tenaga

kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan

umum (Yoehana, 2013).

1.1.4 Agresivitas Pajak

Agresivitas pajak merupakan hal yang terjadi pada kalangan

perusahaan-perusahaan besar, kegiatan ini dilakukan untuk

meminimalkan pajak perusahaan yang telah menjadi perhatian dan

tidak sesuai dengan harapan masyarakat yang merugikan pemerintah

(Gunawan, 2017). Agresivitas pajak memberikan dampak negatif yang

signifikan bagi masyarakat, pemerintah dan perusahaan itu sendiri

(Sagala dan Ratmono, 2015). Pajak agresif dinilai seberapa besar

perushaan melakukan penghindaran pajak dengan memanfaatkan

kesempatan yang ada pada peraturan perpajakan, hal tersebut yang


membuat perusahaan dianggap semakin melakukan tindakan agresif

(A.P dan Hardiningsih, 2015). Menurut Hadi dan Mangoting (2014)

menyatakan bahwa agresivitas pajak adalah tindakan ataupun strategi

penghindaran pajak bertujuan mengurangi beban pajak perusahaan

dengan melakukan penghindaan pajak yang tidak sesuai peraturan

perpajakan dengan memanfaatkan celah hukum yang ada.

Pengukuran agresivitas pajak bermacam-macam proksi yang

digunakan namun yang paling umum digunakan ada ETR (Effective

Tax Rates) adapun proksi lain yaitu Book Tax Differences,

Discretionary Permanent BTDs (DTAX), Unrecognize Tax Benefit,

Tax Shelter Activity, dan Marginal Tax Rate.

2.2 Reviu Penelitian Terdahulu

Aminah et al (2017) meneliti tentang analisis program Corporate

Social Responsibility terhadap agrsivitas pajak pada perusahaan BUMN yang

terdaftar di BEI periode 2014-2016. Menggunakan 104 perusahaan BUMN

menggunakan teknik pemilihan sampel adalah purposive sampling dan

diperoleh 20 perusahaan pertahun yang memenuhi kriteria. Hasil penelitian

menunjukan berdasarkan uji F berpengaruh signifikan, berdasarkan uji t CSR

dan laverage berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak, sedangkan

ROA, size, capital intensity, dan inventory intensity tidak berpengaruh

signifikan, dan hasil uji koefisien beta menunjukan CSR mempunyai pengaruh

yang dominan terhadap agresivitas pajak.

Wijayanti et al. (2016) tentang Pengaruh Karateristik Perusahaan GCG

dan CSR Terhadap Penghindaran Pajak. Penelitian ini dilakukan pada


perusahaan perbankan yang listing yang terdaftar pada BEI. Metode penelitian

menggunakan purposive sampling sebanyak 21 perusahaan. Hasil penelitian

menunjukan bahwa GCG dan CSR tidak perpengaruh signifikan terhadap

penghindaran pajak.

Kuriah dan Asyik (2016) meneliti tentang pengaruh karateristik

perusahaan dan Corporate Social Responsibility terhadap agresivitas pajak

dengan karateristik perusahaan laverage dan capital intesnsity. Penelitian ini

menggunakan perusahaan manufaktur yang telah terdaftar pada BEI pada

tahun 2010-2014. Menggunakan metode purposive sampling sebanyak 25

sampel, dengan teknik analisis persamaan regresi berganda. Hasil penelitian

menunjukan laverage berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak,

capital intensity tidak perpengaruh pada agresivitas pajak, dan CSR

perpengaruh signifikan dan negatif yang artinya perusahaan memang

menggunakan biaya-biaya CSR untuk kepentingan masyarakat dan perusahaan

memang bukan sengaja melakukan agresivitas pajak melalui biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk program CSR.

Dari ketiga penelitian terdahulu dapat disimpulkan pada perusahaan

BUMN 2014-2016 CSR berpengaruh dominan terhadap agresivitas pajak.

Pada perusahaan perbankan yang listing menunjukan bahwa CSR tidak

perpengaruh terhadap agresivitas pajak. Untuk perusahaan manufaktur 2010-

2014 menunjukan CSR berpengaruh positif serta negatif. Semua perusahaan

terdaftar pada BEI dan ketiga penelitian tersebut menggunakan metode yang

sama yaitu purposive sampling.


2.3 Kerangka Pemikiran

Corporate Social
Agresivitas Pajak
Responsibility (CSR)

Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)

2.4 Perumusan Hipotesis

Sesuai yang dijelaskan pada teori legitimasi bahwa perusahaan

membutuhkan pengakuan pada stakeholder maka perusahaan diharapkan

untuk melakukan tanggung jawabnya kepada masyarakat sekitar untuk

keberlangsungan hidup perusahaan. Membayar pajak adalah salah satu

tanggung jawab yang harus dilakukan perushaan sehingga masyarakat dapat

menilai perusahaan dengan baik.

Didukung juga dengan teori stakeholder bahwa segala kegiatan yang

dilakukan oleh perusahaan harus mementingkan para pemangku kepentingan.

Stakeholder bukan hanya masyarakat saja, pemerintah juga termasuk

stakeholder sehingga untuk kegitan penghindaran pajak harus memikirkan

dampaknya kepada pemerintah. Cara yang baik perusahaan adalah dengan

melakukan pembayaran pajak tanpa harus melakukan agresivitas pajak. Hal

ini juga dapat dianggap sebagai wujud pertanggung jawaban perusahaan.

Aminah et al. (2017) meneliti tentang analisis program Corporate

Social Responsibility terhadap agrsivitas pajak pada perusahaan BUMN yang

terdaftar di BEI periode 2014-2016. Hasil penelitian menunjukan berdasarkan

uji F berpengaruh signifikan, berdasarkan uji t CSR dan laverage berpengaruh


signifikan terhadap agresivitas pajak, sedangkan ROA, size, capital intensity,

dan inventory intensity tidak berpengaruh signifikan, dan hasil uji koefisien

beta menunjukan CSR mempunyai pengaruh yang dominan terhadap

agresivitas pajak. Sebaliknya pengungkapan CSR pada analisis pengaruh

Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap agresivitas pajak oleh

Yoehana (2013) yang dibuktikan secara empiris pada perusahaan manufaktur

tahun 2010 sampai dengan 2011, menunjukan hasil bahwa semakin tinggi

tingkat pengungkapan CSR suatu perusahaan maka semakin rendah tingkat

agresivitas pajak perusahaan.

Salah satu subjek pajak adalah perusahaan yang memiliki kewajiban

dalam membayar pajak. Jika perusahaan membayar pajak hal tersebut berarti

bahwa perusahaan telah berkontribusi untuk membangun negara yang

bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Dengan membayar pajak tanpa

melakukan kegiatan agresivitas pajak, CSR merupakan bentuk interaksi

perusahaan dengan masyarakat, hubungan ini bertujuan untuk membuat

perusahaan terlihat menarik di masyarakat sehingga memiliki citra yang baik

(Nugraha, 2015). Pajak dapat dilihat sebagai deviden yang dibayar oleh

perushaan kepada masyarakat sebagai imbalan (Yoehana, 2013).

Penghindaran pajak meskipun tidak melanggar hukum tetapi tindakan

tersebut dirasa tidak adil dan bukan tindakan yang bertanggung jawab.

Dengan adanya penghindaran pajak dapat merugikan negara. Semakin tinggi

pengungkapan CSR semakin rendah agresivitas pajak yang dilakukan

perusahaan.
Dengan ini diharapkan dengan adanya kegiatan tingkat CSR yang

tinggi tidak membuat perusahaan melakukan kegiatan agresivitas pajak yang

tinggi pula. Karena jika perusahaan melakukan agresivitas yang tinggi maka

masyarakat akan menilai buruk pada perusahaan yang dapat menilai buruk

pula kegiatan CSR. Oleh karena itu, hipotesis penelitian ini adalah:

H: CSR berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang menggunakan jenis

penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif dalam Ulum dan Juanda (2016:78)

menjelaskan bahwa penelitian ini adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk

menganalisis hubungan antara suatu variabel dengan variabel lain. Hubungan

ini dapat berupa hubungan biasa (korelasi), maupun hubungan kausalitas

(sebab akibat). Penelitian ini menjelaskan hubungan pengaruh CSR (X)

sebagai variabel bebas terhadap agresivitas (Y) sebagai variabel terikat.

3.2 Populasi dan Teknik Penentuan Sampel

Ulum dan Juanda (2016:79) menyatakan bahwa sekumpulan orang atau

objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal yang

membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus. Populasi dari penelitian

ini adalah perusahaan Property & Real Estate yang terdaftar di BEI pada

tahun 2015 sampai dengan 2017.

Teknik penentuan sampel yang digunakan Purposive Sampling. Ulum

dan Juanda (2016:84) menjelaskan bahwa metode ini merupakan penetapan

sampel dengan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Dalam teknik ini,

kriteria yang dibuat harus disajikan dalam urutan yang tepat untuk

mengurangi pupulasi.
Ada beberapa kriteria yang digunakan dalam memilih perusahaan,

yaitu:

1. Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017-2019.

2. Memiliki Annual Report yang lengkap.

3.3 Definisi Operasional Variabel

3.3.1 Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen adalah variabel yang tidak terikat dengan

variabel lain. Variabel ini Corporate Social Responsibility yang

diproksikan kepada pengungkapan CSR dengan indikator GRI (Global

Reporting Initiative) G4. Indikator GRI dibagi menjadi 3 yaitu:

indikator ekonomi, lingkungan hidup dan sosial. Total indikator

mencapai 91 item yang terdiri dari 9 item indikator ekonomi, 34 item

indikator lingkungan dan 48 item indikator sosial. Indikator tersebut

diukur dengan:

CSRli = ∑ Xyi
¿

Keterangan:

CSRli : indeks luas pengungkapan tanggung jawab sosial dan

lingkungan perusahaan

∑ Xyi : nilai 1 = jika item y diungkapkan, 0 = jika item y tidak

diungkapkan

¿ : jumlah item untuk perusahaan


3.3.2 Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang terikat dengan variabel

lain. Dalam penelitian ini agresivitas pajak sebagai variabel dependen,

yang diukur menggunaan proksi Effective Tax Rates (ETR), yaitu:

beban pajak penghasilan


ETR =
pendapatan sebelum pajak

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data penelitian ini merupakan jenis data kuantitatif. Data kuantitaif

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data yang ada dalam annual report

perusahaan. Untuk CSR dilihat pada annual report perusahaan bagian

tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan sedangkan perhitungan

agresivitas pajak pada laporan keuangan perusahaan. Sumber data merupakan

data sekunder yang diperoleh dari pihak ketiga yaitu BEI yang mengambil

pada tahun 2015 sampai dengan 2017 berupa annual report perusahaan pada

alamat website idx.co.id.

3.4 Teknik Perolehan Data

Teknik perolehan data sangat diperlukan dan terkait dengan jenis dan

sumber data. Penelitian ini sendiri menggunakan teknik perolehan data

dokumentasi yaitu pada annual report perusahaan Property & Real Estate

pada tahun 2015-2017 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah untuk memberikan gambaran

mengenai distribusi dan serta perilaku data sampel penelitian (Kuriah

dan Asyik, 2016). Data dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar

deviasi, maksimum, dan minimum (Yoehana, 2013).

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

3.5.2.1 Uji Normalitas

Asumsi normalitas digunakan untuk melihat nilai residual

terdistribusi normal atau tidak. Data yang baik adalah data yang

memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Uji normalitas

bukan dilakukan untuk masing-masing variabel tetapi untuk nilai

residualnya (konsultanstatistik.com). Apabila tingkat sig dari

hasil analisis kurang dari 0,05 maka hipotesis dapat ditolak

berarti tidak normal, sebaliknya apabila analisis lebih dari 0,05

maka hipotesis di terima yang berarti normal.

3.5.2.2 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi untuk melihat apakah terjadi korelasi antara

periode t dengan periode sebelumnya. Sederhannya adalah bahwa

analisis regresi untuk melihat antara variabel bebas dan variabel

terikat (konsultanstatistik.com). uji autokorelasi dideteksi dengan

berbagai macam cara salah satunya Run Test. Run Test digunakan

untuk menguji antar residual terdapat korelasi ataupun tidak.

Dikatakan acak apabila tidak ada hubungan korelasi. H0 jika


residual (res_1) acak, sedangkan H1 jika residual (res_1) tidak

acak (Octaviana, 2014).

3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini dilakukan bertujuan untuk menguji apakah

dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari

residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap

disebut dengan homoskedastistas. Jika variance berbeda disebut

dengan heteroskedastisitas (Aminah, Hidayati, dkk, 2017).

3.5.3 Pengujian Hipotesis

Model analisis yang digunakan pada penelitian ini dalam

melakukan pengujian hipotesis adalah model regresi linear sederhana.

Agresivitas pajak sebagai vaeriabel dependen yang dihitung

menggunakan ETR, sedangan CSR sebagai variabel independen

menggunakan pengungkapan CSR (Nugraha, 2015).

у = α + βх + e

Keterangan:

у : variable dependen

α : Konstanta

β : Kofisien Regresi

e : error

3.5.3.1 Uji Koefisien Determinan (R²)

Koefisien determinan adalah mengukur seberapa jauh

kemampuan model untuk menerangkan variasi variabel


dependen. Nilai koefisien determinan adalah antara nol dan satu.

Nilai R² yang kecil berarti kemapuan variabel independen dalam

menjelaskan variabel independen menunjukan hampir semua

informasi yang dibutuhkan (Nugraha, 2015).

3.5.3.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Uji t digunakan menguji koefisien variabel independen

secara individu terhadap variabel dependen. Pengujian ini

menggunakan tingkat signifikan sebesar 5% (α=0,05). Langkah-

langkah dalam penelitian ini adalah:

1. Jika Sig. t> 0,05, maka variabel independen secara

tidak berpengaruh terhadap dependen atau

hipotesis ditolak.

2. Jika Sig. t< 0,05, maka variabel independen secara

berpengaruh terhadap variabel dependen atau

hipotesis diterima (Aminah et al., 2017)


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Perusahaan yang menjadi objek penelitian ini adalah perusahaan

property dan real estate yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dan

menerbitkan annual report dan menerbitkan laporan berkelanjutan pada tahun

2017 sampai dengan 2019. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab III bahwa

penelitian ini menggunakan metode purposive sampling untuk pengambilan

sampel, maka ada 38 perusahaan yang telah memenuhi kriteria.

Adapun kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan

property dan real estate yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun

2017 sampai dengan 2019 serta melaporkan laporan tahunannya pada tahun 2017

sampai 2019 dengan lengkap termasuk adanya catatan laporan CSR perusahaan,

dalam pencatatannya perusahaan menggunakan mata uang rupiah pada tahun 2017

sampai dengan 2019. Ringkasan pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Ringkasan Pengambilan Sampel Penelitian

Tahun
Kriteria Sampel
2017 2018 2019

Perusahaan Property dan Real Estate yang   60   62   62


terdaftar di BEI tahun 2017-2019

Perusahaan yang tidak melaporkan laporan


(20) (20) (22)
tahunannya pada tahun 2017-2019 dengan

lengkap termasuk adanya catatan CSR


Perusahaan tidak menggunakan mata uang
(1) (1) (1)
rupiah dalam pencatatan laporan

tahunannya pada tahun 2017-2019


    38  
Sampel penelitian tahun 2017-2019
Sumber: data yang diolah

4.2 Analisis Data

4.2.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif pada penelitian ini memberikan deskripsi atas

variable-variabel yang diteliti. Corporate Social Responsibility (CSR)

sebagai variabel independen, sedangkan agresivitas pajak sebagai variabel

dependen. Untuk perhitungan setiap variabel sebagai berikut:

Tabel 4.2.1
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CSR 38 4.00 85.00 55.8684 25.24493
ETR 38 -24.00 104.00 8.5789 23.32222
Valid N 38
(listwise)
Sumber data: diperoleh dari SPSS 2021
Dari tabel 4.2.1 di atas dapat dilihat bahwa hasil dari uji statistik
deskriptif nilai minimum yang dihasilkan oleh CSR yaitu 4.00 atau sama
dengan 4% dan nilai maksimum CSR yang dihasilkan 85.00 atau 85%,
sedangkan nilai minimum yang diperoleh pada variabel agresifitas pajak
yaitu -24.00 atau -24% dan nilai maksimum memperoleh 104.00 atau 104%.
4.3 Uji Asumsi Klasik

4.3.1 Uji Normalitas

4.3.2

4.4
DAFTAR PUSTAKA

A.P, W. P., Dan P. Hardiningsih. 2015. "Pengaruh Agresivitas Pajak Dan Media

Eksplosure Terhadap Corporate Social Responsibility". Dinamika

Akuntansi, Keuangan Dan Perbankan, Vol. 4, No. 2, Hlm: 136 – 151

Aminah, S. N., K. Hidayati, Dan S. T. Wahyuni. 2017. "Analisis Program

Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak Pada

Perusahaan Bumn Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-

2016". Jurnal Ekonomi Akuntansi, Vol. 3, No. 3, Hlm: 283-294.

Damayanti, D. 2017. "Pengaruh Corporate Social Responsibility (Csr) Terhadap

Agresivitas Pajak ". Cendekia Akuntansi, Vol. 5, No. 2, Hlm: 43-54.

Gunawan, J. 2017. "Pengaruh Corporate Social Responsibility Dan Corporate

Governance Terhadap Agresivitas Pajak". Jurnal Akuntansi, Vol. 21, No.

3, Hlm: 425-436.

Hadi, J., Dan Y. Mangoting. 2014. "Pengaruh Struktur Kepemilikan Dan

Karakteristik Dewan Terhadap Agresivitas Pajak". Tax &Accounting

Review, Vol. 4, No. 2, Hlm: 1-10.

Hidayat, K., A. P. Ompusunggu, Dan H. Suratno. 2016. "Pengaruh Corporate

Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak Dengan Insentif Pajak

Sebagai Pemoderasi (Studi Pada Perusahaan Pertambangan Yang

Terdaftar Di Bei)". Jiafe (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi),

Vol. 2, No. 2, Hlm: 39-58

Kuriah, H. L., Dan N. F. Asyik. 2016. "Pengaruh Karakteristik Perusahaan Dan

Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak". Jurnal Ilmu

Dan Riset Akuntansi, Vol. 5, No. 3, Hlm: 1-19.


M, F. A. 2015. "Pengaruh Corporate Social Responsibility, Leverage, Likuiditas,

Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak". Jom Fekon, Vol. 2,

No. 2, Hlm: 1-15.

Pradnyadari, I. D. A. I., Dan A. Rohman. 2015. "Pengaruh Pengungkapan

Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak". Diponegoro

Journal Of Accounting, Vol. 4, No. 2, Hlm: 1-9.

Rosiana, G. A. M. E., G. Juliarsa, Dan M. M. R. Sari. 2013. "Pengaruh

Pengungkapan Csr Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas

Sebagai Variabel Pemoderasi". E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayan,

Vol. 5, No. 3, Hlm: 723-738.

Sagala, W. M., Dan D. Ratmono. 2015. "Analisis Pengaruh Pengungkapan

Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak". Diponegoro

Journal Of Accounting, Vol. 4, No. 3, Hlm: 1-9.

Siregar, R., Dan D. Widyawati. 2016. "Pengaruh Karakteristik Perusahaan

Terhadap Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Manufaktur Di Bei".

Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, Vol. 5, No. 2, Hlm.

Wijayanti, A., A. Wijayanti, Dan Y. Chomsatu. 2016. "Pengaruh Karakteristik

Perusahaan, Gcg Dan Csr Terhadap Penghindaran Pajak". Jurnal

Penelitian Ekonomi Dan Bisnis, Vol. 1, No. 1, Hlm: 60 – 78.

Anda mungkin juga menyukai