Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KLIEN

FRAKTUR DIGITI II MANUS SINISTRA DENGAN


TINDAKAN ORIF DI RUANG OPERASI
RSUD JEND AHMAD YANI METRO

Muhamad Gigih Bangsawan


2014901073

POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PRODI PROFESI NERS
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmat-Nya penulis masih diberi
kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah student oral case analysis yang berjudul “Asuhan Keperawatan Perioperatif
Pada Klien “Fraktur Digiti II Manus Sinistra” Dengan Tindakan ORIF Di Ruang Operasi
RSUD Jend Ahmad Yani Metro” ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Praktik
Klinik Keperawatan Perioperatif Jurusan Keperawatan Prodi Ners Poltekkes Tanjung Karang.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dosen pembimbing akademik mata kuliah Praktik Klinik Keperawatan Perioperatif yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
2. Pembimbing lahan RSUD Jend Ahmad Yani Metro yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih miliki kekurangan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan bahan untuk menambah ilmu
pengetahuan khususnya ilmu keperawatan.

Bandar Lampung, Juli 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Hal.
Halaman Judul .................................................................................................................... 1
Kata Pengantar ................................................................................................................... 2
Daftar Isi .............................................................................................................................. 3
BAB I. PENDAHULUAN
A. Dasar Teori
1. Definisi Diagnosa Medis ........................................................................................... 4
2. Epidemiologi Kasus................................................................................................... 4
3. Etiologi ...................................................................................................................... 5
4. Tanda Gejala.............................................................................................................. 5
5. Penatalaksanaan Medis ............................................................................................. 6
6. Pemeriksaan Penunjang............................................................................................. 6
7. Patofisiologi............................................................................................................... 7
8. Prosedur Tindakan Operasi........................................................................................ 9
B. Asuhan Keperawatan
1. Data Pendukung......................................................................................................... 11
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul........................................................ 13
3. Rencana Tindakan...................................................................................................... 14
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN
I. Tinjauan Kasus (Pengkajian) .................................................................................... 19
II. Analisa Data .............................................................................................................. 27
III. Diagnosa Keperawatan ............................................................................................. 28
IV. Rencana Tindakan Keperawatan ............................................................................... 28
V. Catatan Perkembangan .............................................................................................. 29
BAB III. ANALISA DAN PEMBAHASAN....................................................................... 32
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 35
B. Saran........................................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DASAR TEORI
1. DEFINISI
Fraktur merupakan suatu patahan pada kontinuitas struktur jaringan tulang
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan trauma,baik trauama langsung ataupun
tidak langsung. Akibat dari suatu trauma pada tulang dapat bervariasi tergantung pada
jenis,kekuatan dan arahnya trauma. Patahan tadi mungkin tidak lebih dari suatu
retakan, suatu pengisutan atau perimpilan korteks, biasanya patahan itu lengkap dan
fragmen tulang bergeser. Kalau kulit atasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur
tertutup (fraktur sederhana), kalau kulit atau salah satu dari rongga tulang tertembus
keadaan ini disebut fraktur terbuka (fraktur Compound) yang cenderung mengalami
kontaminasi dan infeksi. (Manurung, Nixson 2018).
Fraktur adalah gangguan komplek atau tidak komplek pada struktur tulang dan
didefenisikan sesuai dengan jenis dan keluasannya. Fraktur terjadi ketika tulang
menjadi subjek tekanan yang lebih besar dari yang dapat diserapnya (Smeltzer, 2016).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umunya disebabkan oleh
rudapaksa atau tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang diserap oleh
tulang. (Nugraha, dkk 2016). Fraktur phalank merupakan terputusnya hubungan
tulang jari-jari yang diakibatkan trauma lansung maupun tidak langsung (Helmi 2013
dalam Aprilia 2014)

2. EPIDEMIOLOGI KASUS

Diindonesia insiden fraktur cukup tinggi, didapatkan data 8 juta orang


mengalami kejadian fraktur dengan jenis dan penyebab fraktur yang berbeda-beda
namun untuk jumlah kasus fraktur di Indonesia terjadi pada fraktur ekstremitas bawah
yang diakibat kecelakaan serta memiliki prevalensi yang cukup tinggi yaitu sekitar
67,9%. Dari 45.987 orang dengan kasus fraktur ektremitas bawah, 19.625 orang
mengalami fraktur pada tulang femur, 14,027 orang mengalami fraktur cruris, 3.775
orang mengalami fraktur tibia, dan 970 orang mengalami fraktur pada tulang-tulang
kecil seperti (phalank) di kaki, dan 336 orang mengalami fraktur fibula. Sedangkan
proporsi fraktur paling banyak terjadi di provinsi Gorontalo 17,9% dan di Lampung
sebanyak 12 % (Riskesdas, 2018).

3. ETIOLOGI
Menurut Nixson Manurung (2018) penyebab dari fraktur yaitu :
a. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
melintang atau miring.

4
b. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan. Fraktur yang patah biasanya adalah bagian yang
paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan. Adapun menurut Nugraha,
dkk (2016) etiologi dari faktur adalah sebagai berikut :
1) Traumatik : cedera langsung, cedera tidak langsung, dan tarikan otot.
2) Patologis : tumor tulang (jinak atau ganas)

4. TANDA DAN GEJALA


Menurut Nugraha,dkk (2016) tanda dan gejala dari fraktur yaitu :
a. Deformitas, yaitu fragmen tulang berpindah dari tempatnya.
b. Bengkak, yaitu edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravasasi darah
terjadi dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
c. Ekimosis.
d. Spasme otot, yaitu spasme involunter dekat fraktur.
e. Nyeri tekan.
f. Nyeri.
g. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi akibat kerusakan saraf/perdarahan).
h. Pergerakan abnormal.
i. Hilangnya darah.
j. Krepitasi.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan radiologi bertujuan untuk menentukan keparahan kerusakan
tulang dan jaringan lunak yang berhubungan dengan derajat energi dari trauma itu
sendiri. Bayangan udara di jaringan lunak merupakan petunjuk dalam melakukan
pembersihan luka atau irigasi dalam melakukan debridement. Bila bayangan udara
tersebut tidak berhubungan dengan daerah fraktur maka dapat ditentukan bahwa
fraktur tersebut adalah fraktur tertutup (Manurung Nixson, 2018).
Menurut Bararah & Jauhar (2013) pemeriksaan diagnostik yang sering
dilakukan pada fraktur adalah :
a. X-ray : menentukan lokasi/luasnya fraktur.
b. Scan tulang : mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak pada tulang.
c. Arteriogram : memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.
d. Hitung darah lengkap : hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada
perdarahan, peningkatan leukosit sebagai respon terhadap peradangan.
e. Kretinin : trauma otot meningkatkan beban kretnin untuk klirens ginjal.
f. Profilkoagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi atau
cidera.

6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Bararah & Jauhar (2013) penatalaksanaan fraktur meliputi:
a. Reduksi untuk memperbaiki kesegarisan tulang (menarik).
b. Immobilisasi untuk mempertahankan posisi reduksi, memfasilitasi union seperti :

5
1) Eksternal : gips, traksi
2) Internal : nail, plate
c. Rehabilitasi, mengembalikan ke fungsi semula.
Menurut Smeltzer (2016) penatalaksanaan keperawatan fraktur yaitu :
a. Penatalaksanaan fraktur tertutup
1) Informasikan pasien mengenai metode pengontrolan edema dan nyeri yang
tepat (misalkan, meninggikan ekstremitas setinggi jantung, menggunakan
analgesik sesuai resep)
2) Ajarkan latihan untuk mempertahankan kesehatan otot yang tidak terganggu
dan memperkuat otot yang diperlukan untuk berpindah tempat dan untuk
menggunakan alat bantu.
3) Ajarkan pasien tentang cara menggunakan alat bantu dengan aman.
4) Bantu pasien memodifikasi lingkungan rumah mereka sesuai kebutuhan dan
mencari bantuan personal jika diperlukan.
5) Berikan pendidikan kesehatan kepada pasien mengenai perawatan diri,
informasi medikasi, pemantauan kemungkinan komplikasi, dan perlunya
supervisi layanan kesehatan yang berkelanjutan.
b. Penatalaksanaan traktur terbuka
1) Sasaran penatalaksanaan adalah untuk mencegah infeksi luka, jaringan lunak,
dan tulang serta untuk meningkatkan pemulihan tulang dan jaringan lunak.
Pada kasus fraktur terbuka, terdapat risiko osteomielitis, tetanus, dan gangren.
2) Kolaborasi pemberian antibiotik dengan segera saat pasien tiba di rumah sakit
bersama dengan tetanus toksoid jika diperlukan.
3) Lakukan irigasi luka dan debridemen.
4) Tinggikan ekstremitas untuk meminilkan edema.
5) Kaji status neurovaskular dengan sering.
6) Ukur suhu tubuh pasien dalam interval teratur, dan pantau tanda – tanda vital.

7. PATOFISIOLOGI
Fraktur adalah gangguan pada tulang yang disebabkan oleh trauma, stres,
gangguan fisik, gangguan metabolik, dan proses patologis. Kerusakan pembuluh
darah pada fraktur mengakibatkan perdarahan sehingga volume darah menurun dan
terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma yang terjadi mengeksudasi plasma dan
berpoliferasi menjadi edema lokal sehingga terjadi penumpukan di dalam tubuh.
Fraktur terbuka atau tertutup mengenai serabut saraf yang menimbulkan gangguan
rasa nyaman nyeri. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf
dalam korteks, sumsum, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuk hematoma di rongga
medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah.
Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respons inflmasi yang
di tandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah
putih. Kejadian ini merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya.
(Nugraha,dkk. 2016).

6
8. PROSEDUR TINDAKAN OPERASI
- Klien masuk ke kamar operasi, posisi supine, dan langsung di lakukan pembiusan
oleh tim anestesi
- Dilakukan desinfeksi diarea yang akan di operasi menggunakan betadine dan
alcohol, stelah selesai langsung dilakukan draping oleh asisten 1
- Operator mulai menginsisi bagian lapisan luar menggunakan bisturi ukuran 15
kemudian dilanjutkan dengan couter untuk lapisan dalam sampai ke area fasia dan
muskulo. Setelah tampak skeletal yang fraktur di lanjutkan pemasangan k.wire
secara vertical stelah selesai dilanjutkan penutupan luka dengan mengheacting di
area facia dengan assucril ukuran 2,0 dan premilen 2,0 untuk bagian terluar dan
tutup dengan supratul serta kassa steeril lalu di rekatkan dengan hipavik
- Operasi selesai pasien di pindahkan ke ruang pemulihan

9. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
Definisi:
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan
spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu yang melakukan
tindakan untuk menghadapi ancaman
Data dan tanda mayor:
Data subyektif :
• Merasa bingung
• Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
• Sulit berkonsentrasi
Data obyektif :
• Tampak gelisah
• Tampak tegang
• Sulit tidur

2. Resiko cedera berhubungan dengan prosedur invasive (pemejanan peralatan)


Definisi:
Berisiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan seseorang tidak
lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik
Data subyektif : -
Data obyektif : -
3. Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum (penurunan kesadaran)
Definisi:
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten
Gejala dan tanda mayor:
Data Subyektif
(tidak tersedia)

7
Data Obyektif
• Batuk tidak efektif
• Tidak mampu batuk
• Sputum berlebih
• Mengi, wheezing, dan atau ronkhi kering

Diagnosa
No Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Ansietas b.d Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda ansietas
Krisis asuhan keperawatan 2. Monitor TTV
Situasional diharapkan Ansietas 3. Ciptakan suasana teraupetik
berkurang dengan untuk menumbuhkan
KH : kepercayaan
1. Pasien tampak 4. Temani pasien untuk
rileks mengurangi kecemasan
2. Pasien mengatakan 5. Anjurkan pasien
tidak cemas lagi mengungkapkan apa yang
3. Wajah klien dirasakan
tampak tenang 6. Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
7. Ajarkan teknik relaksasi nafas
dalam
8. Jelaskan prosedur termasuk
sensasi yang mungkin dialami
2. Resiko Setelah dilakukan 1. Identifikasi area lingkungan
cedera b.d asuhan keperawatan yang berpotensi
prosedur diharapkan cedera menyebabkan cedera
invasif tidak terjadi dengan 2. Letakkan plate diatermi
(pemejanan KH : sesuai prosedur
peralatan) 1. Kejadian cidera 3. Gunakan perangkat pelindung
menurun (pagar pada brangkar)
4. Tingkatkan frekuensi
observasi dan pengawasan
pasien tanda-tanda vital
5. Catat jumlah pemakaian BHP
dan alat sebelum dan sesudah
tindakan (surgical safety
ceklist)
3. Resiko Setelah dilakukan 1. Monitor pola nafas
bersihan asuhan keperawatan (frekuensi, kedalaman, usaha
jalan nafas diharapkan jalan nafas)
tidak efektif nafas efektif dengan 2. Monitor bunyi nafas
b.d, KH : tambahan
peningkatan 1. Produksi sputum 3. Pertahankan jalan nafas

8
produksi menurun dengan head tilt dan chin lift
sputum 2. Jalan nafas 4. Posisikan semi fowler
(penurunan membaik 5. Berikan oksigen
kesadaran) 3. GCS membaik 6. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik

DAFTAR PUSTAKA

NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10.
Jakarta: EGC.

PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPD PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPD PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPD PPNI

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif. Konsep, Proses, dan Aplikasi. Jakarta :

Salemba Medika

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawata: Konsep, Proses & Praktik,

Ed.4, Vol.2. Jakarta: EGC

9
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama : Tn. F No. RM : 408671
Umur : 25 thn Tgl. MRS : 15 Juni 2021
Jenis Kelamin : Laki-laki Diagnosa : Fraktur Digit II Manus
Suku/Bangsa : Jawa Sinistra
Agama : Islam
Pekerjaan : Belum bekerja
Pendidikan : SMA
Gol. Darah :A
Alamat : Metro

A. Riwayat Praoperatif
1. Klien mulai dirawat pada tanggal 15 J u ni 2021 pada pukul 09.00 WIB
2. Ringkasan hasil anamnese preoperatif :
Klien masuk rumah sakit melalui IGD pada tanggal 15 Juni 2021 dengan keluhan jari
telunjuk sebelah kanan patah karena terkena arit saat hendak membersihkan rumput.
Saat dilakukan pengkajian sebelum operasi tanggal 16 Juni 2021 pukul 09.30 wib, klien
mengeluh cemas dan merasa bingung ketika akan dioperasi, klien juga tampak selalu
bertanya dan wajah klien tampak tegang dan pucat

3. Hasil pemeriksaan fisik


a. Tanda- tanda vital (16 Juni 2021, pukul 09.30 WIB)
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 (E : 4, M : 6, V : 5)
Orientasi : Baik
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 94 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,0 O C
Saturasi : 99%

b. Pemeriksaan Fisik

Kepala & Leher :


Simetris, tampak bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, rambut bersih, tidak
ada peningkatan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, reflek menelan
baik, tidak ada nyeri tekan.

Thorax (jantung & paru) :


Simeris, bentuk thorax normal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, warna kuliat
sama dengan yang lain, terdapat tactil fremitus, sonor di kedua lapang paru,

19
vasikuler, tidak ada ictus cordis, suara jantung s1 s2 reguler, redup.

Abdomen :
Bentuk abdomen cekung, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada bayangan
vena, tympani, tidak ada nyeri lepas, bising usus 10x/menit.

Ekstremitas (atas dan bawah) :


- Ektremitas atas : simetris, terdapat nyeri tekan di area manus sinistra, tampak ada
lesi. terpasang infuse Ringer laktat. ektremitas bawah : simetris, tidak ada
kelainan bentuk tulang, tidak ada lesi warna kulit sama dengan yang lain, tidak
ada nyeti tekan,
- Kekuatan otot :
5 5

5 5
Genetalia & Rectum :
Tidak ada keluhan atau masalah diarea genetalia dan rectum

c. Pemeriksaan Penunjang :
1. Laboratorium (15 Juni 2021, pukul 10.00 WIB)
Hasil :
HEMATOLOGI
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 14,4 g/dL 14 – 18 g/dL
Leukosit 10,88 ul 5 - 10 ul
Eritrosit 5,52 jt ul 4,37 – 5,63 jt ul
Trombosit 236000 ul 150 – 450 rb ul
Hematokrit 44,4 % 41 – 54 %
MCV 76,5 fL 80 – 92 fL
MCH 26,4 pg 27 – 31 pg
MCHC 32,8 g/dL 32 – 36 g/dL
Ureum 28,3 mg/dL 19 – 44 mg/dL
Kreatinin 0,74 mg/dL 0,9 – 1,3 mg/dL
BT 2’30 menit 1’00 – 6’00 menit
CT 12’00 menit 9’00 – 15’00 menit

2. Hasil pemeriksaan X-Ray, tanggal : 15 Juni 2021, pukul : 12.30 WIB


Hasil : tampak gambaran fraktur phalank digiti ii manus sinitra.

4. Prosedur khusus sebelum pembedahan


No Prosedur Ya Tdk Waktu Keterangan
1 Tindakan persiapan psikologis Klien √
2 Lembar informed consent √
3 Puasa √

20
4 Pembersihan kulit (pencukuran rambut) √

5 Pembersihan saluran pencernaan (lavement / √


Obat pencahar)
6 Pengosongan kandung kemih √
7 Transfusi darah √
8 Terapi cairan infus √
9 Penyimpanan perhiasan, asesoris, kacamata, √
anggota tubuh palsu
10 Memakai baju khusus operasi √

5. . Pengkajian kecemasan
Kuesioner Zung-Self Anxiety Rating Scale (ZSAS)

Kadang-
Pertanyaan Sangat Jarang Sering Selalu
Kadang
Saya merasa lebih gugup dan
cemas dari biasanya 2
Saya merasa takut tanpa alasan 3
Saya mudah marah atau 3
Merasa panik
Saya merasa seperti tak berdaya 3
Saya merasa baik-baik saja dan
tidak ada sesuatu yang buruk 2
akan terjadi
Tangan dan kaki saya gemetar
2
akhir-akhir ini
Saya merasa terganggusakit
kepala, leher dan
nyeri 3
punggung
Saya merasa lemah dan cepat
lelah 3
Saya tidak merasa tenang dan
dapat duduk dengan santai 2
Saya merasa jantung saya
3
berdetak sangat cepat
Saya terganggu karena pusing 3
Saya pingsan atau merasa
1
seperti mau pingsan
Saya tidak dapat bernapas
dengan mudah 3
Saya merasa mati rasa dan 2
21
kesemutan di jari tangan
dan jari kaki
Saya merasa perut saya
terganggu 2
Saya sering kencing 3
Tangan saya basah dan dingin 2
Wajah saya terasa panas dan
2
kemerahan
Saya tidak dapat tidur dengan
Mudah 3
Saya mengalami mimpi buruk 2
Total 49
Keterangan :
- Tidak pernah/ sedikit : 1
- Kadang-kadang :2

- Cukup sering :3

- Hampir sering/ selalu : 4


Rentang penilaian 20-80

- Skor 20-44 : Kecemasan ringan


- Skor 45-59 : Kecemasan sedang
- Skor 60-74 : Kecemasan berat
- Skor 75-80 : Kecemasan panic

6. Pemberian obat-obatan :
a. Obat premedikasi (diberikan malam hari sebelum pembedahan)
Tanggal / jam Nama Obat Jenis Obat Dosis Rute
16 Juni 2021 Ketorolac Analgesik 20 mg/8 jam Drip
16 Juni 2021 Ranitidine Anhistamin 50 mg/12 jam IV
16 Juni 2021 Ceftriaxson Antibiotik 1 g/8jam IV

7. Klien dikirim ke ruang operasi :


Tanggal : 16 Juni 2021
Jam : 11.00 wib
Keadaaan umum : sadar penuh
Keterangan : klien masuk ke kamar operasi dalam keadaan sadar penuh, compomentis
E4V5M6, sudah memakai baju operasi dan memaki topi, serta terpasang infus ringer
laktat 500 cc di tangan kanan.

B. INTRAOPERATIF
1. Tanda- tanda vital (16 Juni 2021, pukul 11.00 WIB)
TD : 125/72 mmHg
22
Nadi : 87 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 35,8 ͦC
Saturasi 02 : 99%
2. Posisi klien di meja operasi : Supine
3. Jenis operasi : Minor
Nama operasi : ORIF (Open Reduction Internal Fixtation)
Area / bagian tubuh yang dibedah : Ekstremitas atas area manus digiti II sebelah kiri
4. Tenaga medis dan perawat di ruang operasi
Dokter Anestesi : dr. Hartawan, Sp. An
Asisten : Sekar Ayu, Amd.Kep
Dokter Bedah : dr. Kumbang, Sp. OT
Asisten : Arya, S.Kep
Perawat Instrument : Muhamad Gigih Bangsawan, S.Tr. Kep
Perawat Sirkuler : Mega Meilisa, S.Tr. Kep dan Marhamah, S.Tr. Kep

SURGICAL PATIENT SAFETY CHEKLIST

SIGN IN TIME OUT SIGN OUT


Klien telah dikonfirmasi :  Setiap anggota tim Melakukan pengecekan :
 Identitas Klien operasi  Prosedur sudah dicatat
 Prosedur memperkenalkan diri  Kelengkapan spons
 Sisi operasi sudah benar dan peran masing-  Penghitungan instrumen
masing.  Pemberian lab Pl pada spesimen
 Persetujuan untuk
operasi telah diberikan  Tim operasi memastikan  Kerusakan alat atau masalah
bahwa semua orang di lain yang perlu ditangani.
 Sisi yang akan dioperasi
ruang operasi saling
telah ditandai  Tim bedah membuat
kenal.
 Ceklist keamanan perencanaan   post  operasi
anestesi telah dilengkapi sebelum memindahkan Klien
Sebelum melakukan sayatan
 Oksimeter pulse pada pertama pada kulit  : dari kamar operasi 
Klien berfungsi Tim mengkonfirmasi
dengan suara yang keras
Apakah Klien memiliki mereka melakukan :
alergi ?
 Operasi yang benar
 Ya
 Pada klien yang benar.
 Tidak
 Antibiotik profilaksis
telah diberikan dalam 60
Apakah risiko kesulitan
menit sebelumnya.
jalan nafas / aspirasi ?
 Tidak
 Ya, telah disiapkan
peralatan

Risiko kehilangan darah >


23
500 ml pada orang dewasa
atau > 7 ml/kg BB pada
anak-anak
 Tidak
 Ya, peralatan akses
cairan
telah direncanakan

5. Pemberian obat anestesi


Tgl / jam Nama Obat Dosis Rute
16/06/2021 SA 0,25 mg IV
16/06/2021 Fentanyl 100 mg IV
16/06/2021 Propofol 130 mg IV
16/06/2021 Keterolac 10 mg Dripp infus
16/06/2021 Tramadol 100 mg IV
16/06/2021 Ondansentrone 4 mg IV

6. Tahap – tahap / kronologis pembedahan :


Waktu Kegiatan
11.00 WIB Klien masuk ke kamar operasi, posisi supine, dan langsung di lakukan
pembiusan oleh tim anestesi
11:10 WIB Dilakukan desinfeksi diarea yang akan di operasi menggunakan
11:15 WIB betadine dan alcohol, stelah selesai langsung dilakukan draping oleh
asisten 1
Operator mulai menginsisi bagian lapisan luar menggunakan bisturi
ukuran 15 kemudian dilanjutkan dengan couter untuk lapisan dalam
sampai ke area fasia dan muskulo. Setelah tampak skeletal yang fraktur
di lanjutkan pemasangan wire secara vertical stelah selesai dilanjutkan
penutupan luka dengan mengheacting di area facia dengan assucril
11:45 WIB ukuran 2,0 dan premilen 2,0 untuk bagian terluar dan tutup dengan
supratul serta kassa steeril lalu di rekatkan dengan hipavik
Operasi selesai pasien di pindahkan ke ruang pemulihan

7. Tindakan bantuan yang diberikan selama pembedahan


 Pemberian oksigen
 Pemberian suction
 Pemasangan intubasi
8. Pembedahan berlangsung selama : 45 menit
9. Komplikasi dini setelah pembedahan (saat klien masih berada di ruang operasi)
Tidak terdapat komplikasi saat pembedahan

C. POST OPERASI
1. Klien pindah ke recovery room pukul 11.50 WIB
2. Keluhan saat di RR/PACU : -
3. Air Way : terpasang OPA

24
4. Breathing : pasien terpasang O2 nasal kanul
5. Sirkulasi : 0C tekanan darah 128/87 mmHg, Nadi 88 x/mnt, suhu 36,0, RR 20 x/mnt
capiraly refill normal kurang dari 2 detik, akral dingin. Terpasang infus RL 26 tts/mnt
6. Observasi Recovery Room

Aldrete Scoring
No Kriteria Score Score
1 Warna Kulit
- Kemerahan / normal 2 2
- Pucat 1
- Cianosis 0
2 Aktifitas Motorik
- Gerak 4 anggota tubuh 2 2
- Gerak 2 anggota tubuh 1
- Tidak ada gerakan 0
3 Pernafasan
- Nafas dalam, batuk dan tangis kuat 2 2
- Nafas dangkal dan adekuat 1
- Apnea atau nafas tidak adekuat 0
4 Tekanan Darah
- ± 20 mmHg dari pre operasi 2 2
- 20 – 50 mmHg dari pre operasi 1
- + 50 mmHg dari pre operasi 0
5 Kesadaran
- Sadar penuh mudah dipanggil 2 2
- Bangun jika dipanggil 1
- Tidak ada respon 0
KETERANGAN
 Pasien dapat dipindah ke bangsal, jika score minimal 8
 Pasien dipindah ke ICU, jika score < 8 setelah dirawat selama 2 jam

7. Keadaan Umum : Baik


8. Tanda Vital :
TD : 125/84 mmHg
Nadi : 86 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,0 ͦC
SpO2 : 99%

9. Kesadaran : Composmentis
10. Balance cairan
Intake Jumlah (cc) Output Jumlah (cc)
Oral Urine
Enteral Muntah
 Parenteral 30 cc  IWL 31,25 cc

25
 Cairan infus RL 500 cc Perdarahan

Jumlah 530 cc Jumlah 31,25 cc


Keterangan : pemberian obat analgetik ketorolak 30 mg intravena

11. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas :


Normal Jika tidak normal, jelaskan
YA TIDAK
Kepala  -

Leher  -

Dada  -

Abdomen  -

Genitalia  -

Integumen  -

Ekstremita  Terdapat luka pada ektremitas atas


s sebelah kiri diarea manus digit ii,
panjaang luka operasi lebih kurang 4 cm

ANALISA DATA

Nama Klien : Tn. F


Dx. Medis : Fraktur Digit II Manus Sinistra
No. MR : 408671
Masalah
Data subjektif dan objektif Etiologi
keperawatan
Pre operasi Ansietas Krisis situasional
Ds :
 Kien mengeluh cemas dan
bingung ketika akan dioperasi

Do :

26
 Klien tampak selalu bertanya
 Klien tampak tegang
 Wajah klien tampak pucat
 TD: 130/80 mmHg
 Nadi: 94 x/menit
 RR : 24 x/menit
 Suhu: 36,0 O C
Intra operasi Resiko cedera Prosedur invasif
Ds : - (pemejanan peralatan)
Do :
 Pasien dilakukan general anastesi
 Posisi supinasi
 Pemasangan Plate diatermi dibetis
kiri
 Pemasangan wire
 Suhu 36 C
 Pemindahan pasien dengan
brankar dari meja operasi ke
ruang RR
 Lama operasi : ± 45 menit
 TD : 125/72 mmHg
 Nadi : 87 x/menit
 RR : 20 x/menit
 Suhu : 35,8 ͦC
Post operasi Resiko bersihan Peningkatan produksi
Ds : - jalan nafas tidak sputum (penurunan
Do: efektif kesadaran)
 Pasien tampak terpasang OPA
 Pasien terpasang oksigen
 Sputum berlebih
 Tidak mampu batuk
 Tekanan darah : 128/87 mmHg
 Nadi : 88x/menit
 Pernafasan : 20 x/menit
 Suhu 36,0 oC
 SPO2 : 99%

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre operasi : Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
Intra operasi : Resiko cedera berhubungan dengan prosedur invasive (pemejanan
peralatan)
Post operasi : Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum (penurunan kesadaran)

27
RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa
No Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Ansietas b.d Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda ansietas
Krisis asuhan keperawatan 2. Monitor TTV
Situasional diharapkan Ansietas 3. Ciptakan suasana teraupetik
berkurang dengan untuk menumbuhkan
KH : kepercayaan
1. Pasien tampak 4. Temani pasien
rileks untuk mengurangi kecemasan
2. Pasien mengatakan 5. Anjurkan pasien
tidak cemas lagi mengungkapkan apa yang
3. Wajah klien dirasakan
tampak tenang 6. Gunakan
pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
7. Ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
8. Jelaskan
prosedur termasuk sensasi
yang mungkin dialami
2. Resiko Setelah dilakukan 1. Identifikasi area lingkungan
cedera b.d asuhan keperawatan yang berpotensi menyebabkan
prosedur diharapkan cedera cedera
invasive tidak terjadi dengan 2. Letakkan plate diatermi sesuai
(pemejanan KH : prosedur
peralatan) 1.Kejadian cidera 3. Gunakan perangkat pelindung
menurun (pagar pada brangkar)
4. Tingkatkan frekuensi
observasi dan pengawasan
pasien tanda-tanda vital
5. Catat jumlah pemakaian BHP
dan alat sebelum dan sesudah
tindakan (surgical safety
ceklist)

28
3. Resiko Setelah dilakukan 1. Monitor pola nafas (frekuensi,
bersihan asuhan keperawatan kedalaman, usaha nafas)
jalan nafas diharapkan jalan 2. Monitor bunyi nafas tambahan
tidak efektif nafas tidak efektif 3. Pertahankan jalan nafas dengan
b.d tidak terjadi dengan head tilt dan chin lift
peningkatan KH : 4. Posisikan semi fowler
produksi 1. Produksi sputum 5. Berikan oksigen
sputum menurun 6. Lakukan penghisapan lendir
(penurunan 2. Jalan nafas kurang dari 15 detik
kesadaran) membaik
3. GCS membaik

CATATAN PERKEMBANGAN

No Implementasi Evaluasi
1. 1. Memonitor tanda-tanda S:
ansietas  Pasien mengatakan cemas
2. Memonitor TTV berkurang dan sudah lebih
3. Menciptakan suasana rileks
teraupetik untuk O:
menumbuhkan TTV
kepercayaan TD : 120/70 mmHg
4. Menemani pasien untuk Nadi : 82 x/m
mengurangi kecemasan Suhu : 36,3 0C
5. Menganjurkan pasien Pernafasan : 20 x/m
mengungkapkan apa yang  Pasien tampak lebih rileks
dirasakan  Pasien mengungkapkan apa
6. Menggunakan pendekatan yang diraskan yaitu tenang
yang tenang dan  Pasien sudah melakukan
meyakinkan relaksasi nafas dalam
7. Ajarkan teknik relaksasi  Pasien sudah mengerti tentang
nafas dalam prosedur dan sensasi yang
8. Jelaskan prosedur mungkin dialami
termasuk sensasi yang A : Masalah ansietas sebagian teratasi
mungkin dialami P:
 Monitor TTV
 Anjurkan pasien melakukan
teknik distraksi dan relaksasi
 Anjurkan pasien untuk berdoa

(Gigih)
2. 1. Identifikasi area S:-

29
lingkungan yang O:
berpotensi menyebabkan  Meja operasi terkunci
cedera  Tempat tangan (arboard)
2. Letakkan plate diatermi terpasang
sesuai prosedur  Pad bentuk donat terpasang
3. Gunakan perangkat  Posisi kedua kaki parallel
pelindung (pagar pada  Posisi tubuh terhindar dari
brangkar) metal
4. Tingkatkan frekuensi  TD : 120/70 mmHg
observasi dan pengawasan
 Nadi : 82 x/m
pasien tanda-tanda vital
 Suhu : 36,3 0C
5. Catat jumlah pemakaian
 Pernafasan : 20 x/m
BHP dan alat sebelum dan
sesudah tindakan (surgical  SpO2 : 99 %
safety ceklist) A:
 Resiko cedera
P:
 Tingkatkan frekuensi observasi
dan pengawasan pasien

(Gigih)
3. 1. Memonitor pola nafas S :
(frekuensi, kedalaman,  Pasien tampak tenang
usaha nafas) O:
2. Memonitor bunyi nafas  GCS : 15 (composmentis)
tambahan  TTV
3. Mepertahankan jalan nafas TD : 120/70 mmHg
dengan head tilt dan chin Nadi : 82 x/m
lift Suhu : 36,3 0C
4. Memposisikan semi fowler Pernafasan : 20 x/m
5. melakukan penghisapan SpO2 : 100%
lendir kurang dari 15 detik
 Pasien dalam posisi semi
6. Memberikan oksigen
fowler
 Sputum berkurang
 Terpasang oksigen 2 L/m
A : Bersihan jalan nafas tidak efektif
tidak terjadi
P:
 Perencanaan tindakan yang
akan dikerjakan di ruang rawat

(Gigih)

30
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN

Klien masuk ke rumah sakit melalui IGD Klien masuk rumah sakit melalui IGD pada
tanggal 15 Juni 2021 dengan keluhan jari telunjuk sebelah kanan patah karena terkena arit
saat hendak membersihkan rumput. Saat dilakukan pengkajian sebelum operasi tanggal 16
Juni 2021 pukul 09.30 wib, klien mengeluh cemas dan merasa bingung ketika akan dioperasi,

31
klien juga tampak selalu bertanya dan wajah klien tampak tegang dan pucat. Dilakukan
pemeriksaan X-RAY didapatkan hasil bahwa fraktur digit II manus sinistra, maka dokter
penanggung jawab pasien memberikan instruksi untuk dilakukan tindakan operasi
pemasangan wire.
Faktor penyebab terbanyak pada fraktur adalah kecelakaan, baik itu kecelakaan kerja,
kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya (Riskesdas, 2018). Faktor lain yang dapat
menyebabkan fraktur adalah cedera olahraga, insiden kecelakaan, bencana alam dan lain
sebagainya (Mardiono, 2010). Fraktur juga disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik,
kekuatan sudut, tenaga, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang yang menentukan
fraktur tersebut lengkap atau tidak lengkap. (Price & Wilson, 2006).
World Health Organization (WHO) menyatakan sebagian besar kasus fraktur
diakibatkan oleh kecelakaan. Kecelakaan lalu lintas di jalan raya menewaskan 1,25 juta orang
di seluruh dunia pada tahun 2013 dan terluka hingga 50 juta orang. tingkat kematian karena
cidera lalulintas di jalan raya adalah 2,6 kali lebih tinggi di negara – negara berpenghasilan
rendah (24.1 kematian per 100.000 penduduk) dari pada di negara –negara berpenghasilan
tinggi (9.2 kematian per 100.000 penduduk) (WHO, 2018).
Klien mengatakan khawatir dengan tindakan operasi karena baru pertama kali
menjalani operasi. Klien tampak banyak bertanya tentang prosedur operasi. Wajah klien
tampak tegang dan pucat. Klien tampak lemah. Skor keemasan 49 dengan tingkat kecemasan
sedang.
Dalam Jurnal Abulyatama (2019), pada periode pre operasi pasien dapat mengalami
kecemasan kemungkinan karena merupakan suatu respon antisipasi terhadap suatu
pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam
hidup, integritas tubuh, bahkan kelangsungan hidup pasien itu sendiri.
Pada tanggal 16 juni 2021 pukul 11.00 WIB, dilakukan tindakan operasi ORIF
pemasangan wire dengan general anestesi. Insisi bagian lapisan luar menggunakan bisturi
ukuran 15 kemudian dilanjutkan dengan couter untuk lapisan dalam sampai ke area fasia dan
muskulo. Setelah tampak skeletal yang fraktur di lanjutkan pemasangan wire secara vertical
stelah selesai dilanjutkan penutupan luka dengan mengheacting di area facia dengan assucril
ukuran 2,0 dan premilen 2,0 untuk bagian terluar dan tutup dengan supratul serta kassa steeril
lalu di rekatkan dengan hipavik. Saat pembedahan klien terpasang intubasi. Tindakan
pembedahan dilakukan sesuai prosedur. Operasi selesai pasien di pindahkan ke ruang
pemulihan
Pukul 11.45 WIB, klien di pindahkan ke ruang recovery room. Klien masih terpasang
OPA, terpasang oksigen, sputum berlebih, dan tidak mampu batuk.

32
Pada kasus ini mahasiswa mengangkat 3 diagnosa keperawatan antara lain :
1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (pre operasi sc) (D.0080). Pada diagnosa
ansietas didapatkan data subjektif bahwa klien mengatakan khawatir dengan tindakan
operasi yang akan dilakukan karena baru pertama kali menjalani tindakan operasi.
Sedangkan pada data objektif keadaan umum klien lemah, wajah klien tampak tegang dan
pucat, klien tampak banyak bertanya tentang prosedur operasi, dan didapatkan skor
kecemasan 49 yang berarti tingkat kecemasan sedang.
Pada SDKI, kriteria mayor pada data objektif yang muncul adalah tampak gelisah, tampak
tegang, dan sulit tidur. Sedangkan pada kriteria minor, data subjektif yang muncul adalah k
cemas dan bingung, dan pada data objektif adalah frekuensi napas meningkat, frekuensi
nadi meningkat, TD meningkat, tremor, dan wajah tampak pucat.
2. Risiko cedera berhubungan dengan tindakan pembedahan (pemajanan peralatan) (D.0136).
Pada diagnosa risiko cedera didapatkan data objektif bahwa dilakukan general anestesi,
pemajanan instrumen bedah, pemasangan wire, pemajanan jarum dan bisturi, penggunaan
pen cutter, peletakkan plate diatermi, dan pemindahan klien dengan brankar dari meja
operasi ke ruang RR.
3. Risiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum, penurunan kesadaran (D.0131). Pada diagnosa risiko bersihan jalan nafas tidak
efektif didapatkan data objektif bahwa pasien tampak masih terpasang OPA, pasien
terpasang oksigen, sputum berlebih, dan tidak mampu batuk.
Hal ini menandakan bahwa antara teori dengan diagnosa aktual memiliki kesamaan.
Untuk diagnosa pertama tindakan yang dilakukan adalah mengidentifikasi saat tingkat
ansietas berubah, memonitor tanda ansietas, temani pasien untuk mengurangi kecemasan,
relaksasi nafas dalam, dan menjelaskan prosedur tindakan.
Menurut Wawan (2017), bahwa prosedur operasi merupakan salah satu bentuk terapi
medis yang dapat menimbulkan rasa takut, cemas hingga stress, karena dapat mengancam
integritas tubuh, jiwa dan dapat menimbulkan rasa nyeri. Kecemasan merupakan perasaan
takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi hal ini dapat menimbulkan berbagai
respon fisiologi salah satunya adalah peningkatan tekanan darah. Meningkatnya tekanan
darah akan mengganggu operasi karena bias menyebabkan pendarahan dan bisa
menggagalkan penatalaksanaan operasi. Ketakutan dan kecemasan yang sangat berlebihan,
akan membuat klien menjadi tidak siap secara emosional untuk menghadapi pembedahan,
dan akan menghadapi masalah praoperatif seperti tertundanya operasi karena tingginya
denyut nadi perifer dan mempengaruhi palpasi jantung, sehingga diagnosa kecemasan perlu

33
diangkat untuk dapat dilakukan intervensi secara tepat (Inayati, 2017)
Untuk diagnosa kedua tindakan yang dilakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan
keselamatan, menggunakan ESU, menggunakan perangkat pelindung, dalm melakukan sign
out (surgical cheklist)
Dalam Jurnal Health Of Studies (2017), WHO telah membuat Surgical Safety
Checklist (selanjutnya disingkat SSC) sebagai tool atau alat yang digunakan oleh para klinisi
di kamar bedah untuk meningkatkan keamanan operasi, mengurangi kematian dan komplikasi
akibat pembedahan. Program Keselamatan Pasien surgery saves lifes sebagai bagian dari
upaya WHO untuk mengurangi jumlah kematian bedah di seluruh dunia.
Untuk diagnosa ketiga tindakan yang dilakukan adalah monitor pola nafas,
mempertahankan jalan nafas, melakukan penghisapan lendir, pemberian oksigen.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Sul19 \l 1057 ] didapatkan bahwa
bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan membersihkan sekresi dan obstruksi dari saluran
jalan nafas, sehingga diperlukan tindakan suction dengan tekanan terendah 100 mmHg dalam
10 detik dengan memperhatikan adanya perubahan SpO2. Asuhan keperawatan pada 3
responden, berdasarkan hasil observasi setelah dilakukan suction saturasi oksigen mengalami
peningkatan. Tn. A SpO2 sebelum dilakukan suction 92% setelah suction menjadi 93 %. Tn. R
sebelum dilakukan suction 92% setelah dilakukan suction 93%. Tn T sebelum dilakukan
suction 89% setelah dilakukan suction 90%. Kesimpulannya terdapat perubahan saturasi
oksigen mengalami peningkatan sebelum dilakukan tindakan keperawatan dan setelah
dilakukan tindakan keperawatan. Dari data penelitian diatas memiliki kesamaan pada pasien
Ny. N sebelum dilakukan suction SpO2 : 99% setelah dilakukan suction SpO2 : 100% saturasi
oksigen mengalami peningkatan.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. F dengan diagnosa Fraktur digiti II
Manus Sinistra di RSUD Jend. Ahmad Yani Metro, dapat disimpulkan :
1. Pengkajian

34
Saat dilakukan pengkajian ditemukan data-data sesuai dengan masalah klien yaitu
fraktur digiti II manus sinistra dan data tersebut akan menjadi data penunjang untuk
menegakkan diagnosa dalam melakukan tindakan keperawatan.
2. Diagnosa
Berdasarkan data yang didapat, didapatkan tiga diagnosa pada kasus Tn.F yaitu :
- Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
- Resiko cedera berhubungan dengan prosedur invasife (pemajanan peralatan)
- Risiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum (penurunan kesadaran)
3. Intervensi keperawatan
Intervensi yang dilakukan mengacu pada diagnosa yang ditegakkan dan dibuat sesuai
dengan buku panduan SIKI berupa tindakan observasi, terapetik, edukasi, dan
kolaborasi.
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan diruangan difokuskan pada tindakan keperawatan yang
bersifat observasi, terapetik, edukasi, dan kolaborasi.

B. SARAN
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. F di di RSUD Jend.
Ahmad Yani Metro dan kesimpulan yang telah disusun seperti diatas, maka mahasiswa
memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Dalam pemberian asuhan keperawatan perlu adanya partisipasi keluarga karena
keluarga merupakan orang terdekat pasien yang tahu perkembangan dan
kesehatan pasien.
2. Dalam memberikan tindakan keperawatan tidak harus sesuai dengan apa yang ada
pada teori, akan tetapi harus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien serta
menyesuaikan dengan kebijakan dari rumah sakit
3. Dalam memberikan asuhan keperawatan setiap pengkajian, diagnosa, perencanaan,
tindakan, dan evaluasi perlu di dokumentasikan dengan baik.

35
DAFTAR PUSTAKA

Inayati. 2017. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Peningkatan Tekanan Darah Pada
Pasien Praoperasi Elektif Diruang Bedah. Skripsi.

Wawan. 2019. Tingkat Kecemasan Pasien Pre-Operasi Di Rsud Dr.Soekardjo Kota


Tasikmalaya. Skripsi.

36
Sulasmi, & I. Y. (2019). Analisis Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Operasi Craniotomi
dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Ruang Intensif Care Unit. 5. Dipetik
April 26, 2020

Irmawati & Anggorowati. 2017. Surgical Cheklist Sebagai Upaya Meningkatkan Patient
Safety. Skripsi.

NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10.

Jakarta: EGC.

PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPD PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPD PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPD PPNI

37
38

Anda mungkin juga menyukai