STEP 2
1. Bagaimana cara mengukur status antropometri dan bagaimana pertumbuhan anak yang sehat ?
2. Apa perbedaan stunting dan gizi buruk ?
3. Mengapa terdapat keluhan anak diare dan batuk pilek ?
4. Mengapa anak kurus, nafsu makan turun, lemah, rewel dan hanya suka minum air putih ?
5. Apakah dietary pada anak sudah baik dan bagaimana dietary yang baik buat anak tersebut ?
6. Apa tindakan dan darurat stabilisasi yang harus dilakukan dokter untuk menyelamatkan pasien ?
7. Apa dampak pemberian mp asi dini ?
8. Kapan seharusnya anak diberikan MP asi dan bagaimana tahapannya ?
9. Bagaimana hubungan kurva growth faltering dengan kondisi anak ?
10. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari scenario dan alur diagnosisnya ?
11. Bagaimana patofiologi dari scenario ?
12. Apa etiologi dan factor resiko ?
13. Apa pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dari scenario ?
14. Bagaimana intrepetasi pemeriksaan dari scenario ?
15. Bagaimana pencegahan dari scenario ?
16. Apa komplikasi dari gizi buruk ?
STEP 7
1. Bagaimana cara mengukur status antropometri dan bagaimana pertumbuhan anak yang sehat ?
BB
Sumber : Tumbuh Kembang Anak dr. Soetjiningsih, Sp Ak
DIARE
(1) Akibat dari pemberian ASI secara dini, efek pemberian ASI secara dini. Diare
disebabkan karena dalam makanan tambahan bayi biasanya terkandung
konsentrasi tinggi karbohidrat dan gula yang masih sukar untuk dicerna
oleh organ pencernaan bayi apabila diberikan terlalu dini, karena produksi
enzim-enzim khususnya amilase pada bayi masih rendah maka akan terjadi
malabsorpsi didalam pencernaan bayi dan mengakibatkan terjadinya
gangguan pencernaan yang salah satunya adalah diare.
(2) Akibat tidak diberikan ASI eksklusif ASI memiliki beberapa manfaat,
diantaranya :
f. ASI juga mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi dan substansi
antiinfeksi lainnya yang melindungi bayi dari infeksi. Antibodi adalah
substansi yang dikeluarkan oleh tubuh ketika penyebab penyakit
memasuki tubuh. Antibodi yang ada dalam kolostrum juga melindungi
bayi yang baru lahir dari alergi, asma, dan lain-lain.
Sumber : Wargiana Risa et all. 2013. Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Status Gizi Bayi
Umur 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten Jember; Omar
Sazaly Aldy, et all. 2009. Dampak Proteksi Air Susu Ibu Terhadap Infeksi Sari Pediatri,
Vol. 11, No. 3, Oktober 2009
KOMPONEN ASI
DAMPAK PROTEKSI ASI TERHADAP INFEKSI
Air susu ibu merupakan suatu cairan kompleks dengan sejumlah besar protein, sel, dan
komponen lainnya. Pengetahuan tentang dampak menyusui pada bayi terus meningkat,
termasuk dampak langsung dan tidak langsung pada sistem imun. Pengaruh imunologis
berhubungan dengan kenyataan bahwa ASI kaya dengan berbagai faktor aktif khususnya
antibodi. Sekretori IgA (sIgA) melindungi membran mukosa saluran pencernaan dan
pernafasan, antibodi IgG dan IgM, hormon, antioksidan, vitamin, sitokin, faktor
pertumbuhan, komponen, prostaglandin, granulosit, makrofag, serta limfosit B dan T.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa ASI dapat mengurangi kejadian infeksi selama
masa bayi dan balita terhadap gastroenteritis, infeksi saluran pernafasan, otitis media,
sepsis neonatorum, dan infeksi saluran kemih. Chen dkk menyatakan bahwa bayi yang
tidak mendapat ASI, dua kali lebih sering masuk rumah sakit dibandingkan bayi mendapat
ASI. Suatu meta-analisis di negara maju dari bayi dengan penyakit saluran pernafasan berat
yang diberi susu formula membutuhkan rawat inap lebih dari tiga kali lipat dibandingkan
bayi yang diberi ASI eksklusif 4 bulan atau lebih.
Air susu ibu mengandung imunoglobulin M, A, D, G, dan E, namun yang paling banyak
adalah IgA. Sekretori IgA pada ASI merupakan sumber utama imunitas didapat secara pasif
selama beberapa minggu sebelum produksi endogen sIgA, konsentrasi paling tinggi pada
beberapa hari pertama post partum. Selama masa pasca lahir, bayi rentan terhadap infeksi
patogen yang masuk, oleh sebab itu IgA adalah faktor protektif penting terhadap infeksi.
Studi dari Swedia menyatakan bahwa kadar antibodi IgA dan IgM secara bermakna lebih
tinggi pada bayi mendapat ASI dibandingkan yang tidak mendapat ASI. Imunoglobulin A (Ig
A) yang terdapat di dalam antibodi maternal didapat dari sistem imun saluran cerna dan
pernafasan yang dibawa melalui sirkulasi darah dan limfatik ke kelenjar payudara, akhirnya
dikeluarkan melalui ASI sebagai IgA.
Air susu ibu mempunyai sejumlah faktor yang mempengaruhi mikroflora usus bayi, sehingga
menambah kolonisasi dari jumlah bakteri sementara menghambat kolonisasi yang lainnya.
Komponen- komponen imunologik ini termasuk :
a. Laktoferin, merupakan protein yang terikat dengan zat besi, diproduksi oleh makrofag,
neutrofil, dan epitel kelenjar payudara bersifat bakteriostatik dan bakterisid.
Menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan dengan zat besi sehingga
tidak tersedia untuk bakteri patogen. Kadar dalam ASI 1–6 mg/ml dan tertinggi pada
kolostrum (600 mg/dL). Laktoferin juga terbukti menghambat pertumbuhan kandida.
b. Lisozim, suatu enzim yang diproduksi oleh makrofag, neutrofil, dan epitel kelenjar
payudara, dapat memecah dinding sel bakteri Gram positif yang ada pada mukosa usus
dan menambah aktifitas bakterisid sIgA terhadap E. coli dan beberapa Salmonella. Kadar
dalam ASI 0,1 mg/ml yang bertahan sampai tahun kedua laktasi, bahkan sampai
penyapihan. Dibandingkan susu sapi, ASI mengandung 300 kali lebih banyak lisozim per
satuan volume.
c. Komplemen, berupa komplemen C3 yang dapat diaktifkan oleh bakteri melalui jalur
alternatif sehingga terjadi lisis bakteri. Juga mempunyai sifat opsonisasi sehingga
memudahkan fagosit mengeliminasi mikroorganisme pada mukosa usus yang terikat
dengan C3 aktif. Kadar C3 dan C4 dalam kolostrum sekitar 50%–70% kadar serum
dewasa. Pada masa laktasi dua minggu, kadar komplemen menurun dan kemudian
menetap, yaitu kadar C3 dan C4 masing- masing 15 mg/dL dan 10 mg/dL.
d. Granulocyte colony – stimulating factor (G-CSF) merupakan sitokin spesifik yang dapat
menambah pertahanan anti bakteri melalui efek proliferasi, diferensiasi dan ketahanan
neutrofil. Mengeluarkan reseptornya dalam vili usus bayi dan kadar meningkat pada dua
hari post partum. Oligosakarida, menghadang bakteri dengan cara bekerja sebagai
reseptor dan mengalihkan bakteri patogen atau toksin mendekat ke faring dan usus
bayi.
e. Musin, melapisi membran lemak susu dan mempunyai sifat antimikroba, dengan cara
mengikat bakteri dan virus serta segera mengeliminasi dari tubuh. Musin dapat
menghambat adhesi E.coli dan rotavirus. Disamping itu ASI mengandung enzim PAF-
hidrolase yang dapat memecah PAF yang berperan pada enterokolitis nekrotikans.
Lactadherin protein globule fat pada ASI dapat merusak membran pembungkus virus.
Kvistgaard dkk mendapatkan bahwa PAF-hidrolase dapat melindungi bayi dari infeksi
Rotavirus.
Leukosit (90% dari jumlah sel) di dalam ASI terutama terdiri dari makrofag (90%). Sel
makrofag ASI merupakan sel fagosit aktif sehingga dapat menghambat multiplikasi bakteri
pada infeksi mukosa usus. Selain sifat fagositik, sel makrofag juga memproduksi lisozim, C3
dan C4, laktoferin, monokin seperti IL-1 serta enzim lainnya. Makrofag ASI dapat mencegah
enterokolitis nekrotikans pada bayi. Limfosit (10% dari jumlah sel) 50% terdiri atas limfosit T
dan 34% limfosit B. Fungsi limfosit untuk mensintesis antibodi IgA, memberikan respons
terhadap mitogen dengan cara berproliferasi, meningkatkan interaksi makrofag – limfosit
dan pelepasan mediator. Leukosit ASI dapat bertahan terhadap perubahan pH, suhu dan
osmolaritas, sama dengan yang terjadi pada binatang bertahan selama seminggu pada
orang utan dan domba.
Kegunaan faktor-faktor yang terkandung di dalam ASI tertera pada Tabel 1, 2, 3, dan 4.
Sumber : Omar Sazaly Aldy, et all. 2009. Dampak Proteksi Air Susu Ibu Terhadap Infeksi Sari
Pediatri, Vol. 11, No. 3, Oktober 2009
4. Mengapa anak kurus, nafsu makan turun, lemah, rewel dan hanya suka minum air putih ?
ketidaktahuan ibu tentang pemberian gizi yang baik untuk anak, dikarenakan ibu
tidak memberikan makanan yang seimbang sehingga gizi yang didapat anak
mengalami kekurangan yang cukup signifikan. Pada scenario ibu tidak pernah
beri makan ikan, daging (ada kandungan protein, lemak KH) diperlukan
pertumbuhan dan perkembangan anak ditambah dengan pemberian ASI juga
tidak maksimal .ASI banyak mengandung protein dan lemak , ASI lebih baik dari
pada susu formula . ASI mengandung protein whey dan casein .
Pemberian gizi yang seimbang pada anak dapat diberikan karbohidrat seperti
nasi, kentang yang dihaluskan, protein seperti (ikan kakap, telur), lemak (minyak,
santan, margarin), dan zat besi (sayuran hijau), dimana komponen gizi yang
seimbang akan menopang dari pertumbuhan dan perkembangan pada anak.
Anak hanya suka minum air putih ini dikarenakan dari ibu sering memberikan
minum air putih kepada anak dan ibu sering memberikan makanan yang kaya
serat sehingga anak akan merasa serat pada tenggorokannya sehingga hal inilah
yang memberikan anak suka minum air putih, seharusnya ibu memikirkan dalam
pemberian minum harus diselingi dengan pemberian buah serta ibu harus
memikirkan makanan yang akan diberikan kepada anak harus seimbang dan
halus/ encer sehingga anak tidak merasa serat pada saat makan.
Sumber : Buku Panduan Skill MP ASI Fakultas Kedokteran Unissula; Ukk Nutrisi dan Penyakit
Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia; ANALISIS FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN
KASUS GIZI BURUK PADA BALITA Jurnal Pediomaternal Vol. 3 No. 1 Oktober 2014-April
2015.
5. Apakah dietary pada anak sudah baik dan bagaimana dietary yang baik buat anak tersebut ?
Strategi pemberian mp asi
Tepat waktu
Aman
Higenis
Diberikan secara responsive
Diberikan dari mulai 6 bulan, frekuensi 2x sehari, jumlahnya 2-3 sendok makan sekali makan,
teksturnya bubur kental, energy tambahan sekitar 200 kg perhari
Mp asi 6-9 bln : 2-3 x makan dan 1-2 x selingan, jumlahnya setengaj mangkok 250 ml, tekstur
bisa bubur kental atau makanan dilumatkan hingga halus,
9-12 bulan : energy 300 kg/hari, frekuensi 2-4x nmakan, jumlah 250 ml, tekstur bisa dicincang
halus atau kasar atau finger food
12-24 bulan : energy 550 kg/ hari, frekuensi 2-4x makan, tingkatkan ¾ mangkok, tekstur cincang
halsu atau kasar atau finger food
Hal hal yang diperhatikan : protein hewani dan nabati diberika 6 bln, daging telor ikan diberikan
keadaanyya harus matang, jus buah harus lebih 1 tahun, madu diberikan setelah anak 1 thn,
hindari lemak tinggi pemanis dan penyedap tambahan, boleh menggunakan minyak mentega
secukupnya.
6. Apa tindakan dan darurat stabilisasi yang harus dilakukan dokter untuk menyelamatkan pasien ?
Langlah pertama : npengobatan dan pencegahan agar tidak hipoglikemia
- Dicek suhu : kurang suhunya diberi bolus glukosa
- Dipantau kadar glukosa : stabil dalam 30 menit
Langkah 2 :
Langkah 3
Langkah 4 (elektrolit)
Langkah 5 (infeksi)
Antibiotic
Langkah 6 (nutrisi)
Langakh 7
Tumbuh kembang diperhatikan, masa transisi dilewati bisa diberikan makanan, dinaikkan
energinya
Langkah 8
Langkag 9
Lamgkah 10
Tindak lanjut dirumah, stimulasi tetap diberikan
4 fase :
Stabilisasi : pada hari 1 dan 2 diet berupa makanan cair f75 : seperti bubur yang sdh dihitung
makro dan mikro
MIND MAP
STEP 7
1. Bagaimana cara mengukur status antropometri dan bagaimana pertumbuhan anak yang sehat ?
2. Apa perbedaan stunting dan gizi buruk ?
3. Mengapa terdapat keluhan anak diare dan batuk pilek ?
4. Mengapa anak kurus, nafsu makan turun, lemah, rewel dan hanya suka minum air putih ?
5. Apakah dietary pada anak sudah baik dan bagaimana dietary yang baik buat anak tersebut ?
6. Apa tindakan dan darurat stabilisasi yang harus dilakukan dokter untuk menyelamatkan pasien ?
7. Apa dampak pemberian mp asi dini ?
8. Kapan seharusnya anak diberikan MP asi dan bagaimana tahapannya ?
9. Bagaimana hubungan kurva growth faltering dengan kondisi anak ?
10. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari scenario dan alur diagnosisnya ?
11. Bagaimana patofiologi dari scenario ?
12. Apa etiologi dan factor resiko ?
13. Apa pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dari scenario ?
14. Bagaimana intrepetasi pemeriksaan dari scenario ?
15. Bagaimana pencegahan dari scenario ?
16. Apa komplikasi dari gizi buruk ?