Anda di halaman 1dari 28

STEP 1

1. Growth faltering : kondisi dimana gagal pertumbuhan, melambat karna ketidakseimbangan


kebutuhan energy sama kebutuhan biologis, terjadi pada 15 bln kehidupan
2. Crazy pavement dermatosis : kelaiann kulit yg khas bagi penderita kwasiorkor, berupa pteci, dan
berubah jadi hitam, nanti mengelupas menjadi bagian yang merah
3. KEP : kondisi kekurangan energy dan protein, menghambat pertumbuhan
4. Flag sign phenomena : kondisi dimana dirambut ada warna kemerahan, selang seling hitan
merah seperti bendera
Berseling denagn warna rambut asli, warnanya bisa merah,putih,kelabu dan coklat
5. BGM : bawah garis merah, pertumbuhan anak dibawah garis merah sesuai kms
6. Baggy pants : pada otot paha mengendor karna lemak subkutis sedikit, seperti celana yang
melonggar

STEP 2

1. Bagaimana cara mengukur status antropometri dan bagaimana pertumbuhan anak yang sehat ?
2. Apa perbedaan stunting dan gizi buruk ?
3. Mengapa terdapat keluhan anak diare dan batuk pilek ?
4. Mengapa anak kurus, nafsu makan turun, lemah, rewel dan hanya suka minum air putih ?
5. Apakah dietary pada anak sudah baik dan bagaimana dietary yang baik buat anak tersebut ?
6. Apa tindakan dan darurat stabilisasi yang harus dilakukan dokter untuk menyelamatkan pasien ?
7. Apa dampak pemberian mp asi dini ?
8. Kapan seharusnya anak diberikan MP asi dan bagaimana tahapannya ?
9. Bagaimana hubungan kurva growth faltering dengan kondisi anak ?
10. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari scenario dan alur diagnosisnya ?
11. Bagaimana patofiologi dari scenario ?
12. Apa etiologi dan factor resiko ?
13. Apa pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dari scenario ?
14. Bagaimana intrepetasi pemeriksaan dari scenario ?
15. Bagaimana pencegahan dari scenario ?
16. Apa komplikasi dari gizi buruk ?

STEP 7
1. Bagaimana cara mengukur status antropometri dan bagaimana pertumbuhan anak yang sehat ?
BB
Sumber : Tumbuh Kembang Anak dr. Soetjiningsih, Sp Ak

BB 8,5 TB 73 cm, umur 3 tahun, jenis kelamin perempuan


BB ideal 3 tahun : 13, 9 kg
Pada scenario dari BB dan TB kurang dari normal , sehingga anak dapat dikatakan
malnutrisi, dimana kadang BMI bisa normal, karena aspek BB dan TB
(pertumbuhan terhambat karena kekurangan nutrisi yang akan dipakai proses
pertumbuhan ) menyusut.
Kasus BB pada scenario hanya 61 % dari ideal : kemungkinan adanya malnutrisi
pada pasien.
TB normal 82 cm : 82-95 cm , nomalnya 95 cm
Indeks Standar Antropometri Anak
Standar Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat badan dan
panjang/tinggi badan yang terdiri atas 4 (empat) indeks, meliputi:
a. Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) Indeks BB/U ini
menggambarkan berat badan relatif dibandingkan dengan umur
anak. Indeks ini digunakan untuk menilai anak dengan berat
badan kurang (underweight) atau sangat kurang (severely
underweight), tetapi tidak dapat digunakan untuk
mengklasifikasikan anak gemuk atau sangat gemuk. Penting
diketahui bahwa seorang anak dengan BB/U rendah,
kemungkinan mengalami masalah pertumbuhan, sehingga perlu
dikonfirmasi dengan indeks BB/PB atau BB/TB atau IMT/U
sebelum diintervensi.
b. Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan menurut
Umur (PB/U atau TB/U) Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan
pertumbuhan panjang atau tinggi badan anak berdasarkan
umurnya. Indeks ini dapat mengidentifikasi anak-anak yang
pendek (stunted) atau sangat pendek (severely stunted), yang
disebabkan oleh gizi kurang dalam waktu lama atau sering sakit.
Anak-anak yang tergolong tinggi menurut umurnya juga dapat
diidentifikasi. Anak-anak dengan tinggi badan di atas normal
(tinggi sekali) biasanya disebabkan oleh gangguan endokrin,
namun hal ini jarang terjadi di Indonesia.
c. Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan (BB/PB
atau BB/TB) Indeks BB/PB atau BB/TB ini menggambarkan apakah
berat badan anak sesuai terhadap pertumbuhan panjang/tinggi
badannya. Indeks ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi
anak gizi kurang (wasted), gizi buruk (severely wasted) serta anak
yang memiliki risiko gizi lebih (possible risk of overweight). Kondisi
gizi buruk biasanya disebabkan oleh penyakit dan kekurangan
asupan gizi yang baru saja terjadi (akut) maupun yang telah lama
terjadi (kronis). 4. Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U)
Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk,
gizi kurang, gizi baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas.
Grafik IMT/U dan grafik BB/PB atau BB/TB cenderung
menunjukkan hasil yang sama. Namun indeks IMT/U lebih sensitif
untuk penapisan anak gizi lebih dan obesitas. Anak dengan
ambang batas IMT/U >+1SD berisiko gizi lebih sehingga perlu
ditangani lebih lanjut untuk mencegah terjadinya gizi lebih dan
obesitas.
Keterangan:
a. Anak yang termasuk pada kategori ini mungkin memiliki masalah
pertumbuhan, perlu dikonfirmasi dengan BB/TB atau IMT/U
b. Anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak menjadi
masalah kecuali kemungkinan adanya gangguan endokrin seperti tumor
yang memproduksi hormon pertumbuhan. Rujuk ke dokter spesialis anak
jika diduga mengalami gangguan endokrin (misalnya anak yang sangat
tinggi menurut umurnya sedangkan tinggi orang tua normal).
c. Walaupun interpretasi IMT/U mencantumkan gizi buruk dan gizi kurang,
kriteria diagnosis gizi buruk dan gizi kurang menurut pedoman
Tatalaksana Anak Gizi Buruk menggunakan Indeks Berat Badan menurut
Panjang Badan atau Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB).

Sumber : PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2020


TENTANG STANDAR ANTROPOMETRI ANAK

2. Apa perbedaan stunting dan gizi buruk ?


Stunting : kerdil atau pendek, kekurangan gizi kronis atau lama, pada fase intrauterin
kkeurangan dari gizi ibu indeks pengukurannya : berat badan/ tinggi badan
Gizi buruk : waktu yang singkat keadannya bb yang menurun, lama kelamaan akan menjadi
stunting. Indeks pengukuran panjang badan atau tinggi badan perusia
3. Mengapa terdapat keluhan anak diare dan batuk pilek ?

DIARE
(1) Akibat dari pemberian ASI secara dini, efek pemberian ASI secara dini. Diare
disebabkan karena dalam makanan tambahan bayi biasanya terkandung
konsentrasi tinggi karbohidrat dan gula yang masih sukar untuk dicerna
oleh organ pencernaan bayi apabila diberikan terlalu dini, karena produksi
enzim-enzim khususnya amilase pada bayi masih rendah maka akan terjadi
malabsorpsi didalam pencernaan bayi dan mengakibatkan terjadinya
gangguan pencernaan yang salah satunya adalah diare.

(2) Akibat tidak diberikan ASI eksklusif ASI memiliki beberapa manfaat,
diantaranya :

a. mengurangi risiko berbagai jenis kekurangan nutrisi karena zat besi


yang yang terkandung dalam ASI diserap secara lebih baik dari pada
sumber zat besi lainnya

b. ASI mengandung “faktor pematangan usus” yang melapisi bagian dalam


saluran pencernaan dan mencegah kuman penyakit serta protein berat
untuk terserap ke dalam tubuh

c. ASI juga mengandung “faktor pematangan cerebrosida” yang membuat


bayi lebih cerdas dikemudian hari
d. ASI mendorong partumbuhan bakteri sehat dalam usus yang disebut
Lactobacillus bifidus. Bakteri ini mencegah bakteri penyebab penyakit
lainnya untuk bertumbuh dalam saluran pencernaan dan untuk
mencegah diare

e. ASI mengandung zat yang disebut laktoferin yang dikombinasikan


dengan zat besi dan mencegah pertumbuhan kuman penyakit

f. ASI juga mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi dan substansi
antiinfeksi lainnya yang melindungi bayi dari infeksi. Antibodi adalah
substansi yang dikeluarkan oleh tubuh ketika penyebab penyakit
memasuki tubuh. Antibodi yang ada dalam kolostrum juga melindungi
bayi yang baru lahir dari alergi, asma, dan lain-lain.

g. ASI mengandung faktor pertumbuhan seperti “faktor kematangan


epidermal”. Faktor ini melapisi bagian dalam saluran pernapasan dan
mencegah kuman penyakit memasuki saluran pernapasan

BATUK DAN PILEK


Karena tidak diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. ASI memiliki beberapa
manfaat, diantaranya :
a. mengurangi risiko berbagai jenis kekurangan nutrisi karena zat besi yang
yang terkandung dalam ASI diserap secara lebih baik dari pada sumber zat
besi lainnya

b. ASI mengandung “faktor pematangan usus” yang melapisi bagian dalam


saluran pencernaan dan mencegah kuman penyakit serta protein berat untuk
terserap ke dalam tubuh

c. ASI juga mengandung “faktor pematangan cerebrosida” yang membuat


bayi lebih cerdas dikemudian hari

d. ASI mendorong partumbuhan bakteri sehat dalam usus yang disebut


Lactobacillus bifidus. Bakteri ini mencegah bakteri penyebab penyakit lainnya
untuk bertumbuh dalam saluran pencernaan dan untuk mencegah diare

e. ASI mengandung zat yang disebut laktoferin yang dikombinasikan dengan


zat besi dan mencegah pertumbuhan kuman penyakit
f. ASI juga mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi dan substansi
antiinfeksi lainnya yang melindungi bayi dari infeksi. Antibodi adalah
substansi yang dikeluarkan oleh tubuh ketika penyebab penyakit memasuki
tubuh. Antibodi yang ada dalam kolostrum juga melindungi bayi yang baru
lahir dari alergi, asma, dan lain-lain.
g. ASI mengandung faktor pertumbuhan seperti “faktor kematangan
epidermal”. Faktor ini melapisi bagian dalam saluran pernapasan dan
mencegah kuman penyakit memasuki saluran pernapasan.

IMUNOGLOBULIN PADA ASI


Air susu ibu mengandung imunoglobulin M, A, D, G, dan E, namun yang paling
banyak adalah IgA. Sekretori IgA pada ASI merupakan sumber utama imunitas
didapat secara pasif selama beberapa minggu sebelum produksi endogen sIgA,
konsentrasi paling tinggi pada beberapa hari pertama post partum. Selama masa
pasca lahir, bayi rentan terhadap infeksi patogen yang masuk, oleh sebab itu IgA
adalah faktor protektif penting terhadap infeksi.
Studi dari Swedia menyatakan bahwa kadar antibodi IgA dan IgM secara
bermakna lebih tinggi pada bayi mendapat ASI dibandingkan yang tidak
mendapat ASI. Imunoglobulin A (Ig A) yang terdapat di dalam antibodi maternal
didapat dari sistem imun saluran cerna dan pernafasan yang dibawa melalui
sirkulasi darah dan limfatik ke kelenjar payudara, akhirnya dikeluarkan melalui
ASI sebagai IgA.

Sumber : Wargiana Risa et all. 2013. Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Status Gizi Bayi
Umur 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten Jember; Omar
Sazaly Aldy, et all. 2009. Dampak Proteksi Air Susu Ibu Terhadap Infeksi Sari Pediatri,
Vol. 11, No. 3, Oktober 2009

KOMPONEN ASI
DAMPAK PROTEKSI ASI TERHADAP INFEKSI

Air susu ibu merupakan suatu cairan kompleks dengan sejumlah besar protein, sel, dan
komponen lainnya. Pengetahuan tentang dampak menyusui pada bayi terus meningkat,
termasuk dampak langsung dan tidak langsung pada sistem imun. Pengaruh imunologis
berhubungan dengan kenyataan bahwa ASI kaya dengan berbagai faktor aktif khususnya
antibodi. Sekretori IgA (sIgA) melindungi membran mukosa saluran pencernaan dan
pernafasan, antibodi IgG dan IgM, hormon, antioksidan, vitamin, sitokin, faktor
pertumbuhan, komponen, prostaglandin, granulosit, makrofag, serta limfosit B dan T.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa ASI dapat mengurangi kejadian infeksi selama

masa bayi dan balita terhadap gastroenteritis, infeksi saluran pernafasan, otitis media,
sepsis neonatorum, dan infeksi saluran kemih. Chen dkk menyatakan bahwa bayi yang
tidak mendapat ASI, dua kali lebih sering masuk rumah sakit dibandingkan bayi mendapat
ASI. Suatu meta-analisis di negara maju dari bayi dengan penyakit saluran pernafasan berat
yang diberi susu formula membutuhkan rawat inap lebih dari tiga kali lipat dibandingkan
bayi yang diberi ASI eksklusif 4 bulan atau lebih.

IMUNOGLOBULIN PADA ASI

Air susu ibu mengandung imunoglobulin M, A, D, G, dan E, namun yang paling banyak
adalah IgA. Sekretori IgA pada ASI merupakan sumber utama imunitas didapat secara pasif
selama beberapa minggu sebelum produksi endogen sIgA, konsentrasi paling tinggi pada
beberapa hari pertama post partum. Selama masa pasca lahir, bayi rentan terhadap infeksi
patogen yang masuk, oleh sebab itu IgA adalah faktor protektif penting terhadap infeksi.

Studi dari Swedia menyatakan bahwa kadar antibodi IgA dan IgM secara bermakna lebih
tinggi pada bayi mendapat ASI dibandingkan yang tidak mendapat ASI. Imunoglobulin A (Ig
A) yang terdapat di dalam antibodi maternal didapat dari sistem imun saluran cerna dan
pernafasan yang dibawa melalui sirkulasi darah dan limfatik ke kelenjar payudara, akhirnya
dikeluarkan melalui ASI sebagai IgA.

ZAT IMUNOLOGI LAIN YANG DIMILIKI ASI

Air susu ibu mempunyai sejumlah faktor yang mempengaruhi mikroflora usus bayi, sehingga
menambah kolonisasi dari jumlah bakteri sementara menghambat kolonisasi yang lainnya.
Komponen- komponen imunologik ini termasuk :

a. Laktoferin, merupakan protein yang terikat dengan zat besi, diproduksi oleh makrofag,
neutrofil, dan epitel kelenjar payudara bersifat bakteriostatik dan bakterisid.
Menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan dengan zat besi sehingga
tidak tersedia untuk bakteri patogen. Kadar dalam ASI 1–6 mg/ml dan tertinggi pada
kolostrum (600 mg/dL). Laktoferin juga terbukti menghambat pertumbuhan kandida.

b. Lisozim, suatu enzim yang diproduksi oleh makrofag, neutrofil, dan epitel kelenjar
payudara, dapat memecah dinding sel bakteri Gram positif yang ada pada mukosa usus
dan menambah aktifitas bakterisid sIgA terhadap E. coli dan beberapa Salmonella. Kadar
dalam ASI 0,1 mg/ml yang bertahan sampai tahun kedua laktasi, bahkan sampai
penyapihan. Dibandingkan susu sapi, ASI mengandung 300 kali lebih banyak lisozim per
satuan volume.

c. Komplemen, berupa komplemen C3 yang dapat diaktifkan oleh bakteri melalui jalur
alternatif sehingga terjadi lisis bakteri. Juga mempunyai sifat opsonisasi sehingga
memudahkan fagosit mengeliminasi mikroorganisme pada mukosa usus yang terikat
dengan C3 aktif. Kadar C3 dan C4 dalam kolostrum sekitar 50%–70% kadar serum
dewasa. Pada masa laktasi dua minggu, kadar komplemen menurun dan kemudian
menetap, yaitu kadar C3 dan C4 masing- masing 15 mg/dL dan 10 mg/dL.

d. Granulocyte colony – stimulating factor (G-CSF) merupakan sitokin spesifik yang dapat
menambah pertahanan anti bakteri melalui efek proliferasi, diferensiasi dan ketahanan
neutrofil. Mengeluarkan reseptornya dalam vili usus bayi dan kadar meningkat pada dua
hari post partum. Oligosakarida, menghadang bakteri dengan cara bekerja sebagai
reseptor dan mengalihkan bakteri patogen atau toksin mendekat ke faring dan usus
bayi.

e. Musin, melapisi membran lemak susu dan mempunyai sifat antimikroba, dengan cara
mengikat bakteri dan virus serta segera mengeliminasi dari tubuh. Musin dapat
menghambat adhesi E.coli dan rotavirus. Disamping itu ASI mengandung enzim PAF-
hidrolase yang dapat memecah PAF yang berperan pada enterokolitis nekrotikans.
Lactadherin protein globule fat pada ASI dapat merusak membran pembungkus virus.
Kvistgaard dkk mendapatkan bahwa PAF-hidrolase dapat melindungi bayi dari infeksi
Rotavirus.

f. Lipase, membentuk asam lemak dan monogliserida yang menginaktivasi organisme,


sangat efektif terhadap Giardia lamblia dan Entamoeba histolytica.
g. Interferon dan fibronektin mempunyai aktifitas antiviral dan menambah sifat lisis dari leukosit
susu.
h. Protein pengikat vitamin B12 dan asam folat, dapat menjadi antibakteri dengan menghalangi
bakteri seperti E.coli dan bacteroides untuk mengikat vitamin bebas sebagai faktor
pertumbuhan.
i. Probiotik, bayi yang mendapat ASI mempunyai kandungan Lactobacilli yang tinggi, terutama
Lactobacillus bifidus (Bifidobacterium bifidum). Glikan merupakan komponen ASI yang men-
stimulasi pert umbuhan dan kolonisasi L. bifidus. Kuman ini akan mengubah laktosa menjadi
asam laktat dan asam asetat, situasi asam dalam cairan usus akan menghambat pertumbuhan
E. Coli.

SEL YANG TERDAPAT PADA ASI

Leukosit (90% dari jumlah sel) di dalam ASI terutama terdiri dari makrofag (90%). Sel
makrofag ASI merupakan sel fagosit aktif sehingga dapat menghambat multiplikasi bakteri
pada infeksi mukosa usus. Selain sifat fagositik, sel makrofag juga memproduksi lisozim, C3
dan C4, laktoferin, monokin seperti IL-1 serta enzim lainnya. Makrofag ASI dapat mencegah
enterokolitis nekrotikans pada bayi. Limfosit (10% dari jumlah sel) 50% terdiri atas limfosit T
dan 34% limfosit B. Fungsi limfosit untuk mensintesis antibodi IgA, memberikan respons
terhadap mitogen dengan cara berproliferasi, meningkatkan interaksi makrofag – limfosit
dan pelepasan mediator. Leukosit ASI dapat bertahan terhadap perubahan pH, suhu dan
osmolaritas, sama dengan yang terjadi pada binatang bertahan selama seminggu pada
orang utan dan domba.

IMUNITAS PASIF DARI IBU

Sementara menunggu sistem imunologi endogen bayi matang, berbagai komponen


imunologi dan bioaktif susu bekerja secara sinergis untuk memberikan sistem penyokong
imunologi pasif dari ibu ke bayinya pada hari dan bulan pertama kelahiran. Beberapa studi
secara jelas mengatakan keuntungan secara klinis menunjukkan penurunan risiko infeksi
saluran cerna dan pernapasan terutama selama tahun pertama kehidupan. Kejadian
meningkatnya faktor bioaktif dan imun dapat menjelaskan penurunan risiko alergi saluran
cerna dan pernapasan serta penyakit autoimun pada anak yang diberi ASI.

Kegunaan faktor-faktor yang terkandung di dalam ASI tertera pada Tabel 1, 2, 3, dan 4.
Sumber : Omar Sazaly Aldy, et all. 2009. Dampak Proteksi Air Susu Ibu Terhadap Infeksi Sari
Pediatri, Vol. 11, No. 3, Oktober 2009
4. Mengapa anak kurus, nafsu makan turun, lemah, rewel dan hanya suka minum air putih ?
ketidaktahuan ibu tentang pemberian gizi yang baik untuk anak, dikarenakan ibu
tidak memberikan makanan yang seimbang sehingga gizi yang didapat anak
mengalami kekurangan yang cukup signifikan. Pada scenario ibu tidak pernah
beri makan ikan, daging (ada kandungan protein, lemak KH) diperlukan
pertumbuhan dan perkembangan anak ditambah dengan pemberian ASI juga
tidak maksimal .ASI banyak mengandung protein dan lemak , ASI lebih baik dari
pada susu formula . ASI mengandung protein whey dan casein .
Pemberian gizi yang seimbang pada anak dapat diberikan karbohidrat seperti
nasi, kentang yang dihaluskan, protein seperti (ikan kakap, telur), lemak (minyak,
santan, margarin), dan zat besi (sayuran hijau), dimana komponen gizi yang
seimbang akan menopang dari pertumbuhan dan perkembangan pada anak.
Anak hanya suka minum air putih ini dikarenakan dari ibu sering memberikan
minum air putih kepada anak dan ibu sering memberikan makanan yang kaya
serat sehingga anak akan merasa serat pada tenggorokannya sehingga hal inilah
yang memberikan anak suka minum air putih, seharusnya ibu memikirkan dalam
pemberian minum harus diselingi dengan pemberian buah serta ibu harus
memikirkan makanan yang akan diberikan kepada anak harus seimbang dan
halus/ encer sehingga anak tidak merasa serat pada saat makan.
Sumber : Buku Panduan Skill MP ASI Fakultas Kedokteran Unissula; Ukk Nutrisi dan Penyakit
Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia; ANALISIS FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN
KASUS GIZI BURUK PADA BALITA Jurnal Pediomaternal Vol. 3 No. 1 Oktober 2014-April
2015.

5. Apakah dietary pada anak sudah baik dan bagaimana dietary yang baik buat anak tersebut ?
Strategi pemberian mp asi
Tepat waktu
Aman
Higenis
Diberikan secara responsive
Diberikan dari mulai 6 bulan, frekuensi 2x sehari, jumlahnya 2-3 sendok makan sekali makan,
teksturnya bubur kental, energy tambahan sekitar 200 kg perhari
Mp asi 6-9 bln : 2-3 x makan dan 1-2 x selingan, jumlahnya setengaj mangkok 250 ml, tekstur
bisa bubur kental atau makanan dilumatkan hingga halus,
9-12 bulan : energy 300 kg/hari, frekuensi 2-4x nmakan, jumlah 250 ml, tekstur bisa dicincang
halus atau kasar atau finger food
12-24 bulan : energy 550 kg/ hari, frekuensi 2-4x makan, tingkatkan ¾ mangkok, tekstur cincang
halsu atau kasar atau finger food
Hal hal yang diperhatikan : protein hewani dan nabati diberika 6 bln, daging telor ikan diberikan
keadaanyya harus matang, jus buah harus lebih 1 tahun, madu diberikan setelah anak 1 thn,
hindari lemak tinggi pemanis dan penyedap tambahan, boleh menggunakan minyak mentega
secukupnya.
6. Apa tindakan dan darurat stabilisasi yang harus dilakukan dokter untuk menyelamatkan pasien ?
Langlah pertama : npengobatan dan pencegahan agar tidak hipoglikemia
- Dicek suhu : kurang suhunya diberi bolus glukosa
- Dipantau kadar glukosa : stabil dalam 30 menit

Langkah 2 :

- Suhu ketiak dan dubur : diukur setiap 30 menit, diberkikan asi

Langkah 3

Syok : diberikan lewat intravena, diberikan cairan rehidrasi : kalium natrium

Dilakukan pemantauan 1,5 jam pertama

Langkah 4 (elektrolit)

Diberikan kalium 2-4, magnesium, bisa diberikan natrium

Langkah 5 (infeksi)

Antibiotic

Langkah 6 (nutrisi)

Protein 1-1,5kg/bb cairan 130ml/kgnbb/hari kalau ada edem diturukan

Langakh 7

Tumbuh kembang diperhatikan, masa transisi dilewati bisa diberikan makanan, dinaikkan
energinya

Langkah 8

Diliat makronuterinnya : vit, zink, asam folat

Langkag 9

Diberikan kasih sayang

Lamgkah 10
Tindak lanjut dirumah, stimulasi tetap diberikan

4 fase :

Stabilisasi : pada hari 1 dan 2 diet berupa makanan cair f75 : seperti bubur yang sdh dihitung
makro dan mikro

Transisi : hari ke 3-7 diberikan makanan f100 : kalorinya 100

Rehabilitasi : minggu ke 2 sampai ke 6 : makanan f100

Tindak lanjut : minggu ke 7-26 minggu (perawatan dirumah )

7. Apa dampak pemberian mp asi dini ?


Asi : adanya kolostrum, ada probiotik,  agar mencegah dari adanya infeksi  untuk
membentuk imun
Bisa menyebabkan diare : karena saluran penecernaan belum siap
Bisa menyebabkan obesitas  bayi akan terbiasa makan banyak
Beban ginjal lebih berat  mengandung nacl  menambah beban ginjalnya
Alergi makanan
8. Kapan seharusnya anak diberikan MP asi dan bagaimana tahapannya ?
Mp asi diberikan 6 bulan – 2 tahun, mengandung igg igm, asam lemak bebas, harus disesuaikan
dari umurnya, kalori 200kg/hari
Mp asi 6-9 bln : 2-3 x makan dan 1-2 x selingan, jumlahnya setengaj mangkok 250 ml, tekstur
bisa bubur kental atau makanan dilumatkan hingga halus, kalori 200kg/hari
9-12 bulan : energy 300 kg/hari, frekuensi 2-4x nmakan, jumlah 250 ml, tekstur bisa dicincang
halus atau kasar atau finger food (makanan keluarga)
12-24 bulan : energy 550 kg/ hari, frekuensi 2-4x makan, tingkatkan ¾ mangkok, tekstur cincang
halsu atau kasar atau finger food
Hal hal yang diperhatikan : protein hewani dan nabati diberika 6 bln, daging telor ikan diberikan
keadaanyya harus matang, jus buah harus lebih 1 tahun, madu diberikan setelah anak 1 thn,
hindari lemak tinggi pemanis dan penyedap tambahan, boleh menggunakan minyak mentega
secukupnya.
Indikasi pemberian mp asi
Sudah mampu menegakkan kepala
Mampu duduk sendiri tanpa bantuan
Sudah ada gerakan mengunyah
Berat badan harus baik
Sudah tertarik makanan
9. Bagaimana hubungan kurva growth faltering dengan kondisi anak ?
10. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari scenario dan alur diagnosisnya ?
11. Bagaimana patofiologi dari scenario ?
12. Apa etiologi dan factor resiko ?
13. Apa pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dari scenario ?
14. Bagaimana intrepetasi pemeriksaan dari scenario ?
15. Bagaimana pencegahan dari scenario ?
16. Apa komplikasi dari gizi buruk ?

MIND MAP

STEP 7
1. Bagaimana cara mengukur status antropometri dan bagaimana pertumbuhan anak yang sehat ?
2. Apa perbedaan stunting dan gizi buruk ?
3. Mengapa terdapat keluhan anak diare dan batuk pilek ?
4. Mengapa anak kurus, nafsu makan turun, lemah, rewel dan hanya suka minum air putih ?
5. Apakah dietary pada anak sudah baik dan bagaimana dietary yang baik buat anak tersebut ?
6. Apa tindakan dan darurat stabilisasi yang harus dilakukan dokter untuk menyelamatkan pasien ?
7. Apa dampak pemberian mp asi dini ?
8. Kapan seharusnya anak diberikan MP asi dan bagaimana tahapannya ?
9. Bagaimana hubungan kurva growth faltering dengan kondisi anak ?
10. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari scenario dan alur diagnosisnya ?
11. Bagaimana patofiologi dari scenario ?
12. Apa etiologi dan factor resiko ?
13. Apa pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dari scenario ?
14. Bagaimana intrepetasi pemeriksaan dari scenario ?
15. Bagaimana pencegahan dari scenario ?
16. Apa komplikasi dari gizi buruk ?

Anda mungkin juga menyukai