Anda di halaman 1dari 8

Laporan kasus

Moluskum kontangiosum

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik


Senior pada Bagian/KSM Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia
Aceh Utara

Oleh:
Ihdina Azzara, S.Ked
NIM: 150611047

Preseptor :
dr. M. Mimbar Topik, M.Ked (DV), Sp.DV

BAGIAN/KSM ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
ACEH UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

taufik dan hidayahnya sehingga dapat menyelasaikan tugas ini dengan baik

dan lancar. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi besar

Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat-Nya hingga akhir

zaman.

Penyusunan tugas tentang “Moluskum kontangiosum” ini

merupakan persyaratan penilaian selama mengikuti kepaniteraan klinik

senior di bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Cut Meutia Aceh

Utara dan juga untuk menambah ilmu pengetahuan saya selaku penulis

tentunya.

Dalam hal ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada dr.Mimbar Topik, M.Ked (DV), Sp.DV selaku

pembimbing dalam penulisan refarat ini yang telah membimbing saya dengan

tulus ikhlas dengan segenap keilmuannya selama mengikuti KKS di bagian

Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Cut Meutia. Dan rasa terima kasih

saya kepada seluruh staf RSU Cut Meutia yang telah mendukung kami dalam

menjalani kepaniteraan klinik senior ini.

Penulis menyadari sepenuhnya didalam penulisan refarat ini masih

banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya penulis

sangat berharap kritik dan saran yang membangun. Semoga refarat ini dapat

berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar.............................................................................................ii

Daftar Isi.......................................................................................................iii

1.1 Pendahuluan ...........................................................................................1

1.2 Anamnesis dan pemeriksaan fisik.........................................................2

1.3 Diskusi......................................................................................................3

1.4 Kesimpulan..............................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................5
LAPORAN KASUS

1.1 Pendahuluan

Moluskom kontangiosum adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

poks, agen penyebab satu-satunya anggota genus Molluspoxvirus. Virus ini

dapat masuk melalui abrasi kecil pada kulit. Penyakit ini terjadi di seluruh

dunia dalam bentuk sporadis maupun endemik dan lebih sering pada anak-

anak daripada orang dewasa (Menaldi,2016).

Data epidemiologi dari moluskum kontangiosum kualitas nya masih

rendah. Insidensi terbesar yaitu pada anak-anak yang berusia 0 hingga 14

bulan, dimana insidensi berkisar antara 12 hingga 14 episode per 1000 anak

per tahun. Angka terbesar di Amerika yaitu pada anak usia 1-4 tahun.

Penelitian meta analisis menyebutkan bahwa prevalensi pada anak 0-16 tahun

berkisar antara 5,1% dan 11,5%. Di Amerika serikat, angka kejadian hanya

1% dari seluruh penyakit kulit yang lain (Olsen, 2014)

Prognosis moluskum kontangiosum ini umumnya baik, karena

penyakit ini jinak dan dapat sembuh sendiri. Dalam waktu 18 bulan akan

hilang, namun ada juga yang sampai 5 tahun. Meskipun sesungguhnya tidak

diperlukan terapi, tetatpi terapi dengan intervensi dapat mengurangi

kemungkinan terjadi autoinokulasi dan memutuskan rantai penularan.

Berbagai jenis terpai topikal telah digunakan, termasuk radiasi dan tindakan

bedah kulit. Sebagian terapi meninggalkan bekas hipermentasi pasca

inflamasi (Menaldi, 2016)


1.2 Anamnesis dan pemeriksaan fisik

An. M 4 tahun, datang ke Rumah sakit umum Cut Meutia diantar oleh

ibunya dengan keluhan timbul bintil-bintil berwarna putih mengkilap seperti

lilin berbentuk kubah yang ditengahnya terdapat lekukan bentuknya bulat

dengan ukuran yang bervariasi tidak disertai rasa gatal maupun nyeri yang

timbul pertama di bagian perut sebanyak 3 bintil. Selanjutnya menjalar ke

bagian paha. Pasien mengaku sebelumnya pernah berobat ke mantri di

kampung namun tidak berkurang dan bintil-bintil semakin bertambah hingga

di pangkal paha.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran

komposmentis, status generalis dalam batas normal, status dermatologis

pasien didapatkan pada regio abdomen dan regio femur dextra. Terdapat

papul berwarna putih mengkilat seperti lilin, multiple, milier, ukuran 0,1cm

sampai dengan 0,4 cm, berbatas tegas, permukaan halus, bentuk seperti kubah

ditengah terdapat lekukan (delle), tersebar diskret.

Gambar 1. Regio Abdomen


Gambar 2. Regio femur

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien di diagnosis

dengan Moluskum Kontangiosum.Terapi yang diberikan adalah salf 2-4,

fusilex cream dan diberikan vitamn solvita sirup diminum 2 kali sehari.

1.3 Diskusi

Pasien adalah anak laki-laki berumur 4 tahun. Berdasarkan teori

moluskum kontangiosum pada umumnya penyakit ini menyerang anak-anak

sebelum usia 14 tahun dengan rata-rat usia 5 tahun (Harlim, 2019).

Pada pemeriksaan fisik didapatkan lesi di daerah abdomen dan femur.

Lesi yang terdapat pada pasien dalam kasus ini yaitu berupa papul berbentuk

bulat mirip kubah, berukuran miliar dan berwarna putih mengkilat seperti

lilin. Papul pada anak seringkali timbul di wajah, leher, ketiak, badan dan

ekstremitas. Papul membesar dan ditengahnya terdapat lekukan (delle). Jika


dipijat akan tampak keluar massa yang berwarna putih mirip butiran nasi.

Rasa gatal dan tidak nyaman tidak dikeluhkan oleh pasien (Menaldi, 2016).

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis

dengan moluskum kontangiosum. Etiologi dari penyakit ini adalah virus

moluskum kontangiosum (termasuk pox virus). Virus moluskum tergolong

virus DNA genus Molluscipox, ditemukan 4 subtipe, dan tipe-1 dianggap

dapat menyerang individu yang imunokompeten (Menaldi, 2016). Tipe 2

biasa terlihat pada orang dewasa dan pasien immunokompromise dan biasa

terjadi transmisi melalui hubungan seksual. Masa inkubasi antara 2-8 minggu

(Harlim, 2019). Virus ini masuk ke kulit lewat kelenjar rambut dan mudah

menular dan lewat kontak langsung. Bila papul digaruk virus ini dapat

menyebar ke kulit sekitarnya (Graham, 2005).

Diagnosis banding moluskum kontangiosum adalah veruka plana

karena memiliki beberapa kemiripan.

Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang. Pada kasus

tertentu dapat dilakukan pemeriksaan histopatologik. Pada pemeriksaan

histopatologik di daerah epidermis dapat ditemukan badan moluskum

(intracytoplasmic inclusion body) yang mengandung partikel virus (Menaldi,

2016). Pemeriksaan penunjang seperti histopatologi hanya digunakan bila

diragukan penyebabnya dan bukan merupakan pemeriksaan rutin.

Prinsip pengobatan adalah dengan mengeluarkan masa yang

mengandung badan moluskum. Pada anak terapi intervensi kurang dapat

diterima karena selain tidak nyaman juga menimbulkan trauma pada anak.
Pengobatan yang dapat dipakai adalah keratolitik topikal, misalnya tretinoin,

bichlorocetic-acid, atau trichloroacetic acid, dan asam salisilat (Menaldi,

2016).

Edukasi yang dapat diberikan kepada pasien adalah dengan menjaga

kebersihan diri, tidak saling meminjam alat mandi, misalnya handuk, pakaian

dan mainan, mencegah kontak fisik sesama teman, dan selama sakit dilarang

berenang. Untuk prognosis penyakit ini adalah dengan menghilangkan semua

lesi yang ada, penyakit ini tidak atau jarang residif (Menaldi, 2016).

1.4 Kesimpulan

Telah dilaporkan kasus moluskum kontangiosum pada anak berumur

4 tahun. Pada pemeriksaan ditemukan lesi di abdomen dan di femur dextra.

Lesi berupa papul berbentuk kubah, berukuran miliar berwrana putih dan

mengkilat seperti lilin. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Terapi berupa medikamentosa yaitu asam salisilat.

Prognosis dari kasus ini adalah dubia ad bonam.

Daftar Pustaka

1. Menaldi, SLSW. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ketujuh


2016. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
2. Olsen JR. Epidemiology of molluscum contagiosum in
children: A Systemic Review. UK: Oxford University
Press; 2014.
3. Harlim, Argo. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 2019. Jakarta:
Badan penerbit FK UKI
4. Graham, Robin & Tony. Lectures notes dermatology. Edisi
ke-8. Jakarta: Erlangga; 2005.

Anda mungkin juga menyukai