Nim : 10011281823093
Mata Kuliah : Asuransi Kesehatan
Dosen Pengajar : Dr. Haerawati Idris, S.KM.,M.Kes
Judul : Pengeluaran Pasien dan Utilisasi Pelayanan Kesehatan Peserta Jaminan Pemeliharaan
Bagi Keluarga Miskin (JPK GAKIN).
Tahun : 2007
Author : Ristrini, Tety Rachmawati, Wasis Budiarto.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengeluaran pasien dan utilisasi pelayanan
Kesehatan peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Keluarga Miskin (JPK Gakin) di 3
Kabupaten Daerah yaitu, Provinsi Jawa Tengah (kab. Rembang dan Pati) dan Provinsi NTB
(kab. Lombok Barat). Setiap kabupaten di ambil 1 puskesmas perawatan dan RSUD sebagai
perwakilan, lalu dipilihlah pasien rawap inap peserta JPK Gakin yang dirawat selama seminggu
dari bulan Juni-Juli. Sehingga didapat 127 pasien di Kab. Pati, 99 pasien Kab. Rembang dan 89
pasien di Kab. Lombok Barat. Penelitian dilakukan dengam wawancara menggunakan interview
guide, kuisioner/angket, data sekunder dan observasi.
Pada Tabel 1 (Artikel Penelitian) dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah anggota keluarga
Gakin di Rembang 3,91 jiwa, di Pati 3,68 jiwa dan di Lobar 3,83 jiwa. Dan saat dilakukan
pendataan Gakin oleh JPSBK, ditemukan sebanyak 37,3% dari jumlah penduduk di Rembang,
9,38% dari Pati dan 15,93% dari Lombok Barat. Dari pendataan JPSBK dan data Gakin
sekarang ditemukan penurunan jumlah Gakin pada Kab. Rembang sebanyak 10,64% dan Kab.
Lobar sebesar 1,18%. Di ketiga Kabupaten sudah memiliki kartu peserta JPK Gakin.
Sebanyak 50,1% pembiayaan pelayanan Kesehatan digunakan untuk rawat inap di
Rumah Sakit, ini merupakan hal wajar karena mahalnya biaya rawat inap disebabkan oleh
kondisi penyakit yang memerlukan Tindakan yang canggih dan mahal. Sedangkan harga biaya
Tindakan medik, biaya pemeriksaan Lab dan penunjang medik di ketiga Kabupaten tersebut
bervariatif. Dari perbedaan ini menunjukan bahwa pembatasan pemberian obat bagi peserta JPK
Gakin dilakukan sangat ketat seperti, “pasien yang memperoleh resep di atas jam 14.00 harus
membeli dengan uang pasien sendiri dan tidak diganti”. Maka dari itu perlu dilakukan perbaikan
mekanisme pembiayaan khususnya yang menyangkut pembelian obat-obatan. Hal lain yang
mendukung temuan ini adalah bahwa biaya obat yang dibeli di apotek RSU tetapi atas beban
pasien Gakin Lobar di RSU Mataram sebesar Rp360.500,- sedangkan di Rembang sebesar
Rp7.070,- dan Pati tidak ada pasien JPK Gakin yang memperoleh obat di RSU dengan
membayar. Di sini dapat disimpulkan sementara bahwa di Pati pasien Gakin dicukupi obatnya
dari apotek RSU sendiri tanpa bayar, sedangkan obat yang tidak ada diberikan resep untuk
dibeli di apotek luar, sedangkan di Rembang dicukupi di apotek RSU Rembang sendiri dan
tidak ada yang diberi resep untuk dibeli di apotek luar. Di Lobar, di samping obat diberikan di
RSU Mataram atas beban program JPK Gakin, juga atas beban pasien Gakin sendiri dan juga
kadang-kadang diberikan resep untuk diambil di apotek luar.
Menurut Departemen Kesehatan tahun 2003, ketentuan yang berlaku di JPK Gakin
adalah bahwa puskesmas dengan pelayanan di dalam dan diluar gedung harus dapat mencapai
tingkat utilisasi Yankes sebesar 10% - 18% dari seluruh orang miskin perbulan. Pada ketiga
Kabupaten tingkat utilisan pelayanan Kesehatan tidak sampai 10% - 18% perbulan. Yang paling
mendekati yaitu Kab. Lobar 7,62% dilanjutkan dengan Pati 4,58% dan Rembang 2,76%. Dari
sini kita dapat melihat bahwa dalam hal utilisasi pelayanan Kesehatan puskesmas belum efektif
artinya tidak ada satupun daerah yang tingkat utilitasnya mencapai 10% - 18%.(1)
Daftar Pustaka
ABSTRACT
The Health Minister Letter No. 78/MinisterofHealth/Decision LetterNI/2003 stated in 200312004 the Health Maintenance
Organization for Poor Families (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Keluarga Miskin!JPK-Gakin) pilot projects were
done in 3 Provinces and 13 Regencies in Indonesia. The study aimed to determine patient expenditures and health
services utilization by members of the JPK-Gakin. It was an evaluation study using a cross sectional design conducted in
3 Regencies of the JPK Gakin pilot projects: Rem bang, Pati, and West Lombok. Each Regency, 1 (one) health center and
1 (one) District Hospital were selected. This was conducted June to July 2004. The total respondents were 315 patients
composed of 127 patients from Pati, 99 patients from Rembang, and 89 patients from West Lombok Regency, respectively.
Data were collected by indepth interview, questionaires and secondary data. Analysis were done descriptively. Results
showed that expenses claimed for medical operation in District Hospitals highly varied between the 3 (three) Regencies
The expenses for medical operations were Rp446,385,- per patient at Pati District Hospital, Rp281,938,- per patient at
Rembang District Hospital and Rp428,421,- per patient at West Lombok District Hospital, respectively. Meanwhile the
average expenses on laboratory examinations were Rp 137,015,- at Pati District Hospital, Rp 109,500,- at Rembang District
Hospital and Rp92, 730,- at West Lombok District Hospital, respectively. Roentgen examination were provided to 83.8%
hospitalized patients, with average costs per patient were Rp63, 121,- at Pati District Hospital, Rp56,954,- at Rembang
District Hospital and Rp98,445,- at West Lombok District Hospital, respectively. Drug expenses covered by the JPK-Gakm
were Rp897,329,- per patient at Pati District Hospital, only Rp221,562,- at Rembang District Hospital and Rp64,641,- at
West Lombok District Hospital, respectively. For drugs purchasing for poor families at dispensary outside the Hospitals
were Rp56,500,- at Pati District Hospital but Rp115,050,- at West Lombok District Hospital. The proportions of healthcare
utilization of Health Services Organization (PPK) by poor families have not been achieved yet, only 2. 7% at Rembang District
Hospital, 4.58% at Pati District Hospital and 7.62% at West Lombok District Hospital, respectively. While the Utilization
standard is 10%-18% from total poor families per month. Therefore the valid period for the JPK-Gakin program should be
considered, especifically to empower poor families.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan , Jllndrapura No. 17, Surabaya 60176
Korespondensi: Ristrini
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan
Jl lndrapura No. 17, Surabaya 60176
E-mail: nstrini_sby@yahoo.com
1
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan- Vol. 10 No. 1 Januan 2007 1-9
Kesehatan (JPK)-Gakin di 3 (tiga) provinsi yaitu prog ram Jam inan Pemeliharaan Kesehatan bag i
Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, DKI Jakarta, Keluarga Miskin (JPK Gakin) di 3 (tiga) Kabupaten
Dl Jogjakarta, dan di 13 Kabupaten/Kota yaitu Kota Daerah Uji Coba JPK Gakin.
Medan (Sumut) Kab . Deli Serdang (Sumut), Kota
Payakumbuh (Sumbar), Kab. Muba (Sumsel), Kota METODE
Cilegon (Banten), Kab. Purbalingga, Rembang dan
Pati (Jateng), Kab. Klungkung dan Jembrana (Bali), Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi
Kab. Lombok Barat (NTB), Kab. Sumba Timur (NTT) dengan potong lintang yang lebih berorientasi pada
dan Kota Balikpapan (Kaltim). sistem JPK-Gakin yang berlaku sejak tahun 2003 (the
Penyelenggaraan JPK-Gakin dalam PKPS-BBM existing systems).
Bidkes meliputi 5 kegiatan yaitu 1) menghimpun dana Populasi dalam penelitian ini adalah semua yang
Pemerintah Pusat dan Daerah untuk JPK-Gakin, terlibat dalam penyelenggaraan program JPK-Gakin
2) memberikan pelayanan kesehatan bagi Gakin PKPS BBM Bidang Kesehatan di 13 Kabupaten/Kota
yang meliputi pelayanan kesehatan rumah sakit dan yang dipakai sebagai daerah uji coba Depkes. Sampel
pelayanan kesehatan di puskesmas dan jaringannya dipilih secara purposif sebanyak 3 (tiga) Kabupaten
termasuk pelayanan bidan di desa-BDD, 3) melakukan yang didasarkan pad a jumlah KK miskin yang banyak
trias manajemen JPK-Gakin yang meliputi manajemen di daerah uji coba JPK Gakin yaitu Kab. Rembang
kepesertaan, pemeliharaan kesehatan dan keuangan, dan Pati di Provinsi Jawa Tengah serta Kab. Lombok
4) distribusi obat dan vaksin untuk JPK-Gakin serta Barat (Lobar) di Provinsi NTB.
5) melakukan Binawas terhadap JPK-Gakin , yang Pada setiap Kabupaten dipilih 1 puskesmas
meliputi penyebarluasan informasi dalam rangka perawatan dan RSUD. Jumlah pasien yang dipilih
sosialisasi JPK-Gakin, pemantauan program dan adalah pasien rawat inap peserta JPK Gakin yang
penanganan keluhan atau pengaduan masyarakat dirawat di puskesmas perawatan dan RSUD selama
(Depkes, 2003a). seminggu dalam bulan Jun i-J uli 2004 . Sehingga
Secara nasional, pada masa lalu alokasi anggaran didapat 127 orang di Kab. Pati, 99 orang di Kab.
sektor kesehatan hanya 2,5% dari PDB (Produk Rembang dan 89 orang di Kab. Lombok Barat, dengan
Domestik Brute). Pemerintah hanya mengalokasikan total responden 315 orang.
2,3% dari total anggaran untuk kesehatan . Nilai Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
absolut biaya kesehatan sebelum krisis sebesar menda lam yang menggunakan in terview guide ,
US$ 12,00 per kapita , di mana kontribusi pemerintah kuesioner/angket , data sekunder dan observasi
sebesar US$ 4,00 per kapita. Setelah krisis ekonomi, terhadap fenomena penyelenggaraan JPK Gakin di
alokasi anggaran tersebut menjadi lebih kecil, seperti lapangan. Analisis dilakukan secara deskriptif.
halnya di Jawa Barat hanya US$ 1, 71 ; Sumatera
Selatan US$ 0,9 dan di NTT US$ 2,22 per kapita
HASIL
per tahun . Keadaan di atas merupakan ancaman
terhadap produktivitas penduduk dan mutu SDM di 1. Keadaan Peserta JPK Gakin
masa kini dan mendatang (Gani, 2001) Keadaan penduduk dan peserta JPK Gakin di
Sebagaimana dikemukakan Budiarto, bahwa 3 (tiga) Kabupaten disajikan pada Tabel 1.
perbandingan anggaran pemerintah untuk kesehatan Dari Tabel 1 dapat dikatakan bahwa rata-rata
terhadap Produk Regional Domestik Brute (PDRB) jumlah anggota keluarga Gakin di Rembang 3,91
di Kaltim tahun 2001 sebesar 1,04%-1 ,76% sedang jiwa, di Pati 3,68 jiwa dan di Lobar 3,83 jiwa. Jumlah
anggaran nasional 0,5%-1 ,0% dari PDB pada tahun Gakin saat pendataan JPSBK sebanyak 37,3% dari
yang sama (Bu diarto , 2003) . Smith menyatakan jumlah penduduk di Rembang, sedangkan di Pati
bahwa anggaran kesehatan yang ideal bagi sebuah sebanyak 9,83% dan di Lobar sebanyak 15,93%.
negara maju adalah 4% dari pendapatan nasionalnya, Dari pendataan JPSBK dan data Gakin sekarang ,
sedangkan di Indonesia anggaran kesehatan di jumlah Gakin di Kab. Rembang mengalami penurunan
daerah masih sangat rendah (Smith, 1992). sebesar 10,64 % sedangkan di Kab . Pati jumlah
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengeluaran Gakin tidak berubah. Di Kab. Lobar ada perbedaan
pasien dan utilisasi pelayanan kesehatan peserta sebesar 1, 18%. Sekarang Gakin yang telah terdata
2
Pengeluaran Pasien dan Utilisasi Pelayanan Kesehatan (Ristrini dkk.)
Tabel 2. Tempat pelayanan kesehatan pasien peserta JPK Gakin di 3 (tiga) Kabupaten , Tahun 2004
Pati Rem bang Lobar Total
Tempat Pelayanan
n (%) n (%) n (%) n (%)
RSUD 87 (68,5) 62 (62,6) 20 (22,5) 169 (53,7)
Puskesmas 40 (31 ,5) 37 (37,4) 69 (77,5) 146 (46,3)
Total 127 (100) 99 (100) 89 (100) 315 (100)
sudah mempunyai kartu peserta JPK Gakin baik di 2. Tempat Pelayanan Peserta JPK Gakin
Rembang, Pati, maupun di Lobar. Sebagian besar tempat pelayanan pasien peserta
JPK Gakin terpilih adalah rumah sa kit serta puskesmas
Karakteristik Responden Peserta JPK Gakin perawatan dan non perawatan.
Karakteristik pasien peserta JPK Gakin dapat Sebanyak 53,7% adalah pasien RSUD dan
diidentifikasi dari jumlah anggota keluarga, tingkat 46,3%. adalah pasien puskesmas perawatan. Khusus
pendidikan, jenis pekerjaan dan penghasilan Gakin. di Lombok Baratjumlah pasien peserta JPK Gakin di
Jumlah anggota keluarga pasien peserta JPK RSUD yang menjadi responden relatif lebih sedikit,
Gakin di 3 (tiga) Kabupaten sebagian besar (43,2%) 22,5% di RSUD sedangkan 77,5% di Puskesmas.
mempunyai 3-4 anggota keluarga; (26 , 1%) 5-6
anggota keluarga; (22,7%) 2 anggota keluarga atau 3. Biaya Pelayanan Kesehatan Peserta JPK
kurang dan selebihnya; (8%) 7-8 anggota keluarga. Gakin
Tingkat pendidikan responden terbanyak (57,9%) Biaya pelayanan kesehatan peserta JPK Gakin
tamat/tidak tamat SO dan yang tidak sekolah meliputi beberapa komponen yaitu komponen biaya
17,9% . Sebanyak 17,4% responden tamat SLTP tindakan medik, biaya pemeriksaan penunjang
dan sederajat; 6,5% tamat SLTA dan sederajat dan medik dan biaya obat-obatan Biaya pelayanan
0,3% tamat 03 . Jenis pekerjaan kepala keluarga kesehatan ini dihitung dari sejumlah pemeriksaan
JPK Gakin sebagian besar (35,5%) petani dan buruh dalam rangka penegakan diagnosis dan tindakan
tani dan sebagian besar (33,3%) lagi tidak bekerja. termasuk pengobatan yang telah diberikan kepada
Pekerjaan lainnya adalah 4,5% nelayan; 6,5% kuli pasien selama perawatan Biaya tersebut diajukan
atau buruh bangunan; 7,7% jualan dan pekerjaan penggantiannya kepada pengelola.
lain-lain sebanyak 12,5%. a. Biaya Tindakan Medik
Sebagian besaratau separoh Gakin berpenghasilan
Dari 315 pasien , yang mendapat layanan
Rp100.000,- atau kurang; 17,1% berpenghasilan
tindakan medik dan dengan biaya sebanyak 115
Rp1 00-200.000,-; 23,9% berpengahasilan Rp200-
orang. Distribusi biaya tindakan medik disajikan
300.000,-; 2,8% berpenghasilan Rp300-400.000,-;
pada Tabel 3.
2,8% berpenghasilan Rp400-500 .000 ,- dan 3,4%
berpeng hasilan lebih dari RpSOO .OOO,-.
_j
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan- Vol. 10 No. 1 Januari 2007: 1-9
Tabel3. Distribusi biaya tindakan medik bagi pasien JPK Gakin di 3 (tiga) Kabupaten , Tahun 2004
Tabel 4. Jumlah pasien JPK Gakin yang memperoleh layanan penunjang medik di 3 (tiga) Kabupaten ,
Tahun 2004
4
Pengeluaran Pasien dan Utilisasi Pelayanan Kesehatan (Ristrini dkk.)
Tabel 5. Distribusi biaya pemeriksaan laboratorium pasien JPK Gakin di 3 (tiga) Kabupaten, Tahun 2004
Tabel 6. Distri busi biaya pemeriksaan rontgen pasien JPK Gakin di 3 (tiga) Kabupaten, Tahun 2004
Tabel7. Distribusi biaya penunjang medik ECG/EEG Peserta JPK Gakin di 3 (tiga) Kabupaten, Tahun 2004
5
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan- Vol. 10 No. 1 Januari 2007: 1-9
Tabel 8. Distribusi biaya obat dari apotek RSU atas beban JPK Gakin di 3 (tiga) Kabupaten, Tahun 2004
Biaya Obat dari Dalam RS atas Pati Rem bang Lobar Total
Beban JPK Gakin (Rp) n(%) n (%) n (%) n(%)
0-10.000 43 (33,9) 41 (41,4) 64 (71 ,9) 148 (47,0)
> 10.000-100.000 19(15,0) 30 (30,3) 13(14,6) 66 (21 ,0)
> 100.000-500.000 24 (18,9) 14 (14,1) 9 (10,1) 47 (14,9)
> 500.000-1 .000.000 10 (7,9) 6 (6, 1) 2 (2,3) 18(5,7)
> 1.000.000-5.000.000 22 (17,3) 8 (8,1) 1 (1,1) 31 (9,8)
> 5.000.000 5 (4,0) 5 (1 ,6)
Total 127 (100) 99 (100) 89 (100) 315(100)
Rata-rata biaya obat JPK Gakin (Rp) 897.329 221 .562 64.641 449.678
Tabel 9. Distribusi biaya obat dari apotek RSU atas beban pasien Gakin di 3 (tiga) Kabupaten, Tahun 2004
Biaya Obat dari dalam RS atas Pati Rem bang Lobar Total
Beban Sendiri (Rp) n(%) n (%) n(%) n (%)
0 127(100) 88 (88,9) 88 (98,9) 303 (96,2)
> 0-5.000 2 (2,0) 2 (0,6)
> 5.000-10.000 8 (8,1) 8 (2,6)
> 10.000 1 (1 ,0) 1 (1 ,1) 2 (0,6)
Total 127 (100) 99 (100) 89 (100) 315 (100)
Rata-rata biaya obat sendiri (Rp) 7.070 360.500
yang harus menjadi beban JPK Gakin mempunyai cukup besar Rp360.500,-. Kemungkinan sama karena
variasi yang sangat Iebar. Rata-rata biaya obat pasien di Lobar bila di atas jam 14.00 sehingga pasien harus
peserta JPK Gakin atas beban JPK Gakin sebesar mengambil obat atas beban pasien Gakin sendiri.
Rp449.678,- di mana biaya obat per pasien di Pati Diperlukan kajian lanjut ten tang kebijakan memberikan
mencapai Rp897.329,- sedangkan di Rembang resep kepada pasien JPK Gakin yang benar-benar
sebesar Rp221.562,- dan di Lobar relatif kecil yaitu miskin untuk pembelian kontan . Kenyataannya ,
Rp64.641,-. banyak pasien tidak mampu yang harus membeli
Untuk kasus pelayanan obat JPK Gakin ini, pasien obat-obatan atas beban sendiri.
tidak dibebani biaya, biaya terse but akan diklaim RSU Di RSU Rembang tidak ada kasus pasien diberi
ke pengelola JPK Gakin (Bapei/Satpel). Perbedaan resep untuk dibeli di apotek luar sedangkan di RSU
biaya yang mencolok di atas karena di Lobar ada Pati terdapat 2 (1,6%) kasus dan di Lobar 19 (21,3%)
pembatasan waktu pengambilan obat, sehingga bila di kasus. Biaya pembelian obat di apotek luar atas
atas jam 14.00 maka beban biaya ditanggung peserta beban pasien Gakin di Pati sebesar Rp56.500 ,-
JPK Gakin sendiri. sedangkan di Lobar Rp115 .050,-, dari rata-rata biaya
Biaya obat dari apotek RSU atas beban pasien obat dari apotek luar atas beban pasien Gakin
Gakin yang berarti dokter memberikan resep kepada Rp80.625,-.
pasien . Pasien membeli obat tersebut di apotek dalam
RSU , karena obat-obatan terse but tidak termasuk 5. Utilisasi Pelayanan Kesehatan oleh Gakin
dalam daftar obat yang digratiskan bagi peserta Ketentuan yang berlaku d i JPK Gakin adalah
JPK Gakin dan pasier] Gakin harus membayarnya, bahwa puskesmas dengan pelayanan di dalam dan
sebagaimana disajikan pada Tabel 9. di luar gedung harus dapat mencapai tingkat utilisasi
Di Pati kasus tersebut dapat dikatakan tidak ada yankes sebesar 10%-18% dari seluruh orang miskin
tetapi ada di Rembang dan Lobar. Di Rembang biaya per bulan (Depkes, 2003).
per pasien untuk pembelian obat atas beban peserta Di ketiga Kabupaten tidak ada tingkat utilisasi
JPK Gakin hanya Rp7.070,- sedangkan di Lobar pelayanan kesehatan antara 10%-18% per bulan. Di
6
Pengeluaran Pasien dan Utilisasi Pelayanan Kesehatan (Ristrini dkk.)
Tabel 10. Distribusi biaya obat dari apotek luar atas be ban Pasien Gakin di 3 (tiga) Kabupaten, Tahun 2004
Tabel11 . Tingkat utilisasi pelayanan kesehatan di PPK oleh Gakin di 3 (tiga) Kabupaten, Tahun 2004
Kabupaten
Utilisasi Pelayanan Kesehatan di PPK oleh Gakin
Rem bang Pati Lobar
Ya mencapai persisnya
Tidak mencapai, persisnya 2,76% 4,58% 7,62%
Kab. Lobar pencapaian utilisasi relatif baik, mencapai sampai-sampai pasien yang memperoleh resep di
7,62% , kemudian Kab. Pati 4,58% dan yang perlu atas jam 14.00 harus membeli dengan uang pasien
mendapatkan perhatian adalah Kab. Rembang di sendiri dan tidak diganti. Untuk itu perlu dilakukan
mana hanya 2, 76%·. Belum banyak Gakin yang perbaikan mekanisme pembiayaan khususnya yang
mendapatkan fasilitas layanan kesehatan . menyangkut pembelian obat-obatan. Hal lain yang
mendukung temuan ini adalah bahwa biaya obat
PEMBAHASAN yang dibeli di apotek RSU tetapi atas beban pasien
Gakin Lobar di RSU Mataram sebesar Rp360.500,-
Studi tentang mekanisme pembiayaan kesehatan sedangkan di Rembang sebesar Rp7.070,- dan Pati
mempunyai dua tujuan pokok yaitu meneliti tingkat tidak ada pasien JPK Gakin yang memperoleh obat
efisiensi sektor kesehatan dan melengkapi informasi di RSU dengan membayar. Di sini dapat disimpulkan
untuk perencanaan keuangan (Mardiasmo, 2003). sementara bahwa di Pati pasien Gakin dicukupi
Bagi masyarakat miskin yang berpenghasilan rendah, o batnya d a ri apote k RSU send iri tanpa bayar,
permintaan pelayanan kesehatan mungkin elastis sedangkan obat yang tidak ada diberikan resep untuk
terhadap harga, tetapi bagi yang berpenghasilan tinggi dibeli di apotek luar, sedangkan di Rembang dicukupi
mungkin harga tidak elastis lagi, tetapi lebih pada di apotek RSU Rembang sendiri dan tidak ada yang
kenyamanan pelayanan dan kecepatan kesembuhan diberi resep untuk dibeli di apotek luar. Di Lobar, di
(Mardiasmo, 2003). samping obat diberikan di RSU Mataram atas beban
Proporsi pembiayaa n pelayanan kese hatan program JPK Gakin , juga atas beban pasien Gakin
sebagian besar 50,1% digunakan untuk rawat inap sendiri dan juga kadang-kadang diberikan resep untuk
di RS adalah wajar karena mahalnya biaya rawat diambil di apotek luar.
inap di RS disebabkan kondisi penyakit yang memang Puskesmas dengan pelayanan di dalam dan di
memerlukan tindakan canggih dan mahal. Di samping luar gedung harus dapat mencapai tingkat utilisasi
itu pembiayaan tindakan medik antara Rembang , yankes sebesar 10%-18% dari seluruh orang miskin
Pati dan Lobar sangat variatif, demikian pula biaya per bulan (Depkes, 2003), tetapi dari penelitian ini
pemeriksaan laboratorium dan penunjang medik. menunjukkan bahwa baik di Rembang , Pati maupun
Di sini menunjukkan bahwa pembatasan pemberian Lobar tidak ada yang mencapai tingkat util isas i
obat bagi peserta JPK Gakin dilakukan sangat ketat, pelayanan kesehatan antara 10%-18% per bulan . Di
7
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan- Vol. 10 No. 1 Januari 2007: 1- 9
sini menunjukkan bahwa dalam hal utilisasi pelayanan berorientasi pada penyelenggaraan pelayanan
kesehatan puskesmas belum efektif artinya tidak ada kesehatan yang cenderung semakin mahal.
satupun daerah yang tingkat utilisasinya 10%-18%. 2. Penarikan iuran/premi bagi peserta JPK Gakin perlu
Rachmawati dkk. (2004) menunjukkan bahwa dikaji ulang kemanfaatan dan kemudaratannya,
masih ada ketidaktepatan dalam penentuan sasaran karena akan mengurangi akses orang miskin ke
keluarga miskin yang memperoleh pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk itu perlu ada
kesehatan , dan masih banyaknya pelayanan pembedaan peserta JPK Gakin, mulai dari yang
kesehatan gakin yang tidak tuntas, artinya keluarga miskin , sangat miskin dan sangat miskin sekali.
miskin tersebut masih dibebani biaya perawatan dan
obat-obatan. Rekomendasi untuk Kebijakan
Beberapa rekomendas i yang dapat dipakai
sebagai masukan untuk kebijakan penyelenggaraan
KESIMPULAN DAN SARAN
pelayanan kesehatan bagi orang miskin, sebagai
Kesimpulan berikut:
Klaim biaya tindakan medik di RS sangat 1. Kebijakan program JPK Gakin sebaiknya tidak
bervariasai antara satu daerah dengan lainnya, dilakukan dalam jangka panjang , tetapi hanya
di RSUD Pati sebesar Rp446.385 ,- per orang, di sebagai upaya jangka pendek untuk meningkatkan
Rembang Rp281 .938 ,- dan di Lobar Rp428.421 ,- status kesehatan keluarga miskin, agar terentas
per orang. Biaya rata-rata pemeriksaan laboratorium dari ketidakberdayaan ekonominya. Selanjutnya
di RS tidak jauh berbeda, yaitu di Pati Rp137.015,-; dengan ke kua tan yang ada, di harapkan
di Rembang Rp109 .500 ,- dan di Lobar sebesa r keluarga miskin bisa lebih produktif dan mampu
Rp92.730,-. meningkatkan pendapatannya.
Pemeriksaan rontgen dilakukan terhadap 83,8% 2. Kebijakan program JPK Gakin akan efektif
pasien yang datang ke RS dan biaya rata-rata per bila diikuti dengan program pemberdayaan
pasien di RSUD Pati sebesar Rp63.121 ,-; di RSUD masyarakat, karena dengan adanya program
Rembang Rp56.954,- sedangkan di Lobar Rp98.445,- tersebut ternyata telah banyak mematikan upaya-
. Biaya obat yang menjadi tanggungan pengelola JPK upaya pemberdayaan yang telah dilakukan oleh
Gakin di RSU Pati biaya obat per pasien mencapai masyarakat secara mandiri, seperti tabungan ibu
Rp897.329 ,- sedangkan di Rembang Rp221 .562,- bersalin, dana sehat, dan JPKM
dan di Lobar biaya obat per pasien relatif kecil yakni 3. Kebijakan program JPK Gakin tampaknya
sebesar Rp64.641 ,-. Di Rembang kasus pasien diberi mengendurkan rencana penye lenggaraan
resep untuk dibeli di Apotek luar tidak pernah ada
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang
sedangkan di Pati terdapat 2 (1 ,6%) kasus dan di Lobar
telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar
19 (21 ,3%) kasus. Biaya pembelian obat di apotek
1945 Pasal28 H ayat (3) mengenai hak terhadap
luar atas beban pasien Gakin di Pati Rp56 .500,-
jaminan sosial, dan dalam kerangka universal,
sedangkan di Lobar Rp115.050,-.
jaminan sos ial j uga dijamin dalam Deklarasi
Tingkat utilisasi pelayanan kesehatan di PPK
Persatuan Bangsa-Bangsa tentang Hak Asasi
oleh Gakin belum tercapai , di mana tingkat utilisasi
Manusia Tahun 1948.
di Rembang baru 2,76%; di Pati 4,58% dan di Lobar
7,62%; padahal ketentuan dari JPK Gakin adalah
10%-18% dari seluruh orang miskin per bulannya. DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Wasis, 2002. Studi Penerapan Model JPKM-
Saran
Semesta bagi Keluarga Miskin/Non Miskin di
1. Koordinasi antara pengelola dan PPK lebih Kabupaten!Kota, Surabaya: Puslitbang Yantekkes.
ditingkatkan , mengingat prinsip pengelolaan Gani,Ascobat, 2000. Model Pembiayaan dalam Menunjang
yang berbeda di mana pengelola bertanggung Mutu Pelayanan Rumah Sakit Menjawab Tantangan
jawab terhadap kontinuitas program khususnya AFTA 2003. Temu Karya Manajemen Peningkatan
pengelolaan dana, sedangkan PPK lebih Mutu Pelayanan RS dalam Menjawab Tantangan
AFTA 2003 serta Aspek Medio Legal. Provinsi Jawa
Timur, Surabaya: Kanwil Oepkes.
8
Pengeluaran Pasien dan Utilisasi Pelayanan Kesehatan (Ristrini dkk.)
Indonesi a, 2003 . Pedoman Pelaksanaan Program Rachmawati, dkk, 2004. Ana/isis Efektivitas Program JPK-
Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Gakin dalam rangka Pelaksanaan PKPS BBM Bidang
Minyak Bidang Kesehatan (PKPS-Bidkes) . Jakarta. Kesehatan. Surabaya : Puslitbang Pelayanan dan
Indonesia, 2003a. Petunjuk Teknis Program Kompensasi Teknologi Kesehatan.
Pengurangan Subsidi BBM Bidang Kesehatan (PKPS- Sumodiningrat, Gunawan. 2001 . Kepemimpinan dan
Bidkes) bagi Puskesmas, Jakarta. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat, Pidato Pengukuhan
Departemen Kesehatan, Rencana Pembangunan Kesehatan Guru Besar pad a Fakultas Ekonomi Universitas Gajah
menuju Indonesia Sehat 2010, Jakarta. Mada, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Mardiasmo, 2003. Otonomi dan Manajemen Keuangan World Health Organization Report, 2000. Health System:
Oaerah. Yogyakarta: Andi. Improving Performance. Geneva.