Anda di halaman 1dari 7

Session V

Riset tentang persepsi secara konsisten menunjukkan bahwa individu yang berbeda
dapat melihat hal yang sama tetapi memahaminya secara berbeda. Kenyataannya adalah bahwa
tak seorangpun dari kita malihat realitas. Justru yang kita lakukan adalah menginterprestasikan
apa yang kita lihat dan menyebutkan sebagai realitas.

TEORI ATRIBUT

Secara sederhana atribut ini diartikan sebagai suatu proses bagaimana seseorang
mencari kejelasan sebab-sebab dari perilaku orang lain. Seseorang tadi tidak hanya tertarik
mengamati perilaku dalam organisasi saja, melainkan mencari jawab penyebab dari perilaku
orang lain yang diamati. Penilaian orang-orang dan reaksinya terhadap perilaku orang lain,
banyak dipengaruhi oleh persepsi mereka bahwa orang lain itu bertanggung jawab atas
perilakunya.

Ada banyak penelitian tentang persepsi yang dilakukan pada benda mati. Tetapi OB
(Organizational Behavior) mencurahkan perhatiannya pada manusia, sehingga pembahasan
persepsi harus difokuskan pada persepsi manusia.

Persepsi terhadap orang berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja,
mesin atau bangunan, karena yang perlu disimpulkan adalah persepsi terhadap Tindakan
seseorang, karena benda mati tunduk pada hukum alam, tidak memiliki kepercayaan, motif
atau keinginan; sedangkan individu memilikinya. Akibatnya adalah ketika kita mengobservasi
individu, kita akan berusaha mengembangkan penjelesan-penjelasan tentang mengapa mereka
melakukan sesuatu dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu persepsi kita tentang Tindakan
seseorang akan dipengaruhi oleh asumsi-asumsi yang kita buat tentang keadaan internal orang
tersebut.

Teori atribut diajukan untuk mengembangkan penjelasan bahwa perbedaan penilaian


terhadap individu tergantung pada arti atribusi yang kita berikan pada perilaku tertentu.

Pada dasarnya teori atribusi tersebut menunjukkan bahwa ketika kita mengobservasi
perilaku seseorang, kita berusaha untuk menunjukkan apakah penilaian ini disebabkan oleh
faktor internal atau faktor eksternal penentuan penilaian tersebut tergantung pada tiga faktor:

1. Faktor kekhasan tertentu


2. Faktor kesepakatan Bersama, dan
3. Faktor konsistensi

Perilaku yang disebabkan oleh faktor internal adalah perilaku yang berada dibawah
kendali pribadi individu.
Perilaku yang disebabkan oleh faktor eksternal dihasilkan oleh penyebab dari luar; yaitu
perilaku sebagai akibat dari tekanan situasi. Misalnya, jika salah satu karyawan terlambat
datang ketempat kerja, mungkin pengamat akan menghubungkan keterlambatannya dengan
pestanya yang hingga larut malam dan karenanya ia banggun kesiangan. Hal seperti ini
merupakan interpretasi internal. Tetapi jika keterlambatannya sehubungan dengan adanya
kecelakaan mobil yang menyebabkan kemacetan mobil yang biasa ia lewati, maka pengamat
sedang membuat suatu atribut eksternal.
Banyak sekali distorsi dalam atribusi yang tergantung pada bagaimana
menginterpretasikan: kekhasan, kesempatan Bersama dan konsistensi dari Tindakan-tindakan
tersebut.

Ad (1) Faktor kekhasan tertentu

Kekhasan mengacu pada apakah individu memperlihatkan perilaku yang


berbeda dalam situasi berbeda. Apakah karyawan yang datang terlambat pada hari ini juga
merupakan sumber keluahan bagi rekan-rekan kerjanya, karena menjadi penyia-nyia waktu?
Maka pengamat akan menilai perilaku tersebut sebagai atribut eksternal. Namun, jika Tindakan
ini merupakan kebiasaan maka pengamat akan menilai sebagai atribut internal.

Ad (2) Faktor kesepakan Bersama

Bila setiap orang yang dihadapkan pada situasu yang sama merespons dengan
cara yang sama; dapat dikatakan bahwa perilaku tersebut memperlihatkan suatu kesepakatan
Bersama. Perilaku karyawan yang datang terlambat itu akan memenuhi kriteria kesepakatan
Bersama jika semua karyawan yang mengambil rute yang sama ketempat kerja, juga datang
terlambat.

Dari sudut pandang atribut, jika kesepakatan Bersama tersebut tinggi, maka pengamat akan
memberikan kriteria atribut eksternal pada keterlambatan karyawan tersebut. namun, jika
karyawan lain yang mengambil rute yang sama bisa datang ketempat kerja dengan tepat waktu,
maka kesimpulan pengamat bagi penyebab keterlambat itu menjadi atribut internal.
Ad (3) Faktor Konsistensi

Dalam hal penentuan penilaian berdasarkan faktor konsistensi, seorang


pengamat akan mencari konsistensi dalam Tindakan-tindakan seseorang.

Apakah orang tersebut memberi respons yang sama sepanjang waktu? Datang terlambat
sepuluh menit ketempat kerja tidak dimaknai sebagai suatu kebiasaan, jika karyawan tersebut
menjalani suatu kasus yang tidak biasa (dia tidak pernah terlambat selama beberapa bulan).

Sedangkan bagi karyawan lain yang bisa terlambat (secara rutinitas) dua atau tiga kali dalam
seminggu, pengamat akan cenderung menghubungkan perilaku ini dengan penyebab internal.

❖ Jalan Pintas Dalam Menilai Orang Lain


Membuat penilaian terhadap orang lain dilakukan hampir setiap saat oleh
masing-masing individu dalam organisasi. Misalnya, para manajer secara teratur
mengevaluasi. Kinerja karyawan mereka, dan operator menilai apakah rekan kerja
mereka bekerja dengan sungguh-sungguh. Namun, membuat penilaian terhadap orang
lain itu sulit. Untuk membuat penilaian lebih mudah, individu mengambil jalan pintas,
yang disebut STEREOTIP dan HALO EFFECT.
Dua hal ini merupakan suatu problema atau kekeliruan umum yang merangkak
kedalam persepsi sosial, sehingga menimbulkan adanya perbedaan antara yang
disangka dengan kenyataannya.
STEROTYPE (STEREOTIP) adalah suatu proses yang cenderung melihat
orang lain sebagai bagian dari suatu kelas atau kategori. Ketika kita memiliki seseorang
berdasarkan persepsi kita tentang suatu kelompok dimana ia menjadi anggotanya, maka
dalam hal ini kita menggunakan jalan pintas yang disebut melakukan STEREOTIP
(STEREOTYPING). Misalnya, “orang-orang yang menikah adalah pekerja yang lebih
stabil stabil dari pada yang bujangan”. Atau “orang-orang serikat buruh mengharapkan
sesuatu secara gratis” adalah contoh-contoh Stereotip. Pada tingkatan tertentu, stereotip
merupakan generalisasi yang factual, dan hal ini membantu dalam pembuatan penilaian
yang akurat. Namun, banyak pula stereotip tidak memiliki pondasi dalam fakta.
HALO EFFECT dipergunakan untuk menilai pelaksanaan kerja seseorang
berdasarkan atas salah satu sifat yang diketahui oleh yang menilai. Sifat-sifat itu antara
lain: kecerdasan, kerajinannya, penampilan, kemampuan bersosialosasi, Kerjasama,
kedisiplinan dsb. Satu sifat yang kebetulan dilihat oleh penilai, dapat menutupi sifat-
sifat lainnya.

Contoh:

• Seseorang sekretaris Wanita yang menarik, dia dilihat atau dinilai oleh
atasannya (boss) laki-laki, sebagai seorang yang cerdas, pekerja yang baik dan
bertanggung jawab, pada hal kenyataannya ia seorang pengetik yang bodoh
• Selama wawancara seleksi karyawan, seorang kandidat yang berpakaian tidak
rapi untuk posisi penelitiaan pemasaran, mungkin dirasakan oleh pewawancara
sebagai seseorang yang tidak bertanggung jawab dengan sikap yang tidak
profesional dan kemampuan yang rendah, walaupun pada kenyataannya
kandidat tersebut mungkin sangat bertanggung jawab, profesional, dan cakap.
Dalam kasus ini, penampilan telah mengesampingkan karakteristik-
karakteristik lain dalam persepsi pewawancara terhadap individu.

KOMUNIKASI

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan berita atau informasi
dari seseorang ke orang lain sampai pada pemahaman makna.

Sumber konflik antar perseorangan yang mungkin paling sering terjadi adalah buruknya
komunikasi. Kita menggunakan hampir 70% dari waktu aktif kita untuk berkomunikasi yaitu:
menulis, membaca, berbicara, mendengar dst., sehingga cukup beralasan untuk menyimpulkan
bahwa salah satu dari kekuatan yang paling menghalangi suksesnya pekerjaan kelompok
adalah kurangnya komunikasi yang efektif.

Informasi dan ide-ide dapat disampaikan melalui penyampaian arti dari satu orang
kepada orang lain. Oleh karenanya, komunikasi harus menyertakan kedua-keduanya, yaitu
penyampaian dan pemahaman dari sebuah arti, sebuah ide , betapapun besarnya, adalah sia-
sia, sebelum ide itu dapat disampaikan dan dimengerti oleh orang lain. Komunikasi yang
sempurna, jika ada, akan terjadi ketika suatu pemikiran atau gagasan disampaikan sehingga
pesan yang diterima oleh si penerima sama denga napa yang diinginkan oleh si pengirim pesan.

FUNGSI-FUNGSI KOMUNIKASI
Komunikasi mempunyai empat fungsi utama dalam sebuah kelompok atau organisasi
yaitu: fungsi kendali motivasi, persyaratan emosi dan informasi.

Komunikasi berfungsi untuk mengendalikan perilaku anggotanya dalam beberapa cara.


Organisasi mempunyai otoritas hierarkis dan pedoman resmi dimana anggota-anggotanya
diwajibkan mematuhinya. Contoh: para karyawan wajib mengkomunikasikan keluhan yang
berhubungan dengan pekerjaan mereka kepada atasan langsungnya, untuk mengetahui rincian
kerja, atau untuk memaksa mereka tunduk pada peraturan perusahaan.

Komunikasi memelihara motivasi anggota organisasi dengan memberikan penjelasan-


penjelasan kepada para karyawan tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka
mengerjakannya dan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja.

Komunikasi merupakan jalan untuk menyatakan emosi perasaan dan pemenuhan


kebutuhan sosial. Bagi banyak karyawan, kelompok kerja mereka adalah sumber utama bagi
interaksi sosial. Komunikasi yang terjadi dalam kelompok merupakan mekanisme mendasar
dimana para anggotanya dapat mengungkapkan dan melukiskan perasaan kecewa dan rasa puas
mereka.

Komunikasi berfungsi memberikan informasi bagi perseorangan atau kelompok untuk


membuat keputusan dengan menyertakan data untuk mengindentifikasi dan mengevaluasi
pilihan: dengan demikian fungsi komunikasi berhubungan dengan perannya sebagai pemberi
informasi bisa memfasilitasi pengambilan keputusan.

PROSES KOMUNIKASI

Komunikasi terjadi antara sebuah SUMBER BERITA (pengirim berita) dan sebuah
PENERIMA BERITA. Pesan disandikan (diubah dalam bentuk simbol) dan disalurkan kepada
si penerima pesan, yang menerjemahkan (memecahkan sandi / decoding) pesan yang
disampaikan oleh pengiriman berita. Hasilnya, berupa sebuah pemindakan maksud dari
seseorang kepada orang lain.

Proses Komunikasi
Sumber Penyandian Saluran Pemahaman Penerima
Berita Pesan (encoding) Pesan Komunikasi Pesan Sandi Pesan Berita
(decoding)

Umpan Balik (Feed Back)

Sumber berita menyampaikan pesan dengan menyandikan suatu pemikiran. Pesan merupakan
produk yang berbentuk fisik dari sumber penyandian (source encoding). Ketika kita
berbicara, apa yang kita bicarakan adalah pesan, ketika kita menulis, apa yang kita tulis
adalah pesan, ketika kita melakukan Bahasa tubuh, Gerakan tangan dan ekspresi wajah kita,
adalah pesan. Pesan tersebut diseleksi oleh sumber berita yang harus menentukan apakah
akan menggunakan saluran formal atau saluran informal.

Saluran formal dibentuk oleh organisasi dan menyalurkan pesan yang berhubungan
dengan pekerjaan profesional anggotanya. Secara tradisional, saluran tersebut mengikuti
rantai kewenangan dalam organisasi.

Adapun saluran informal adalah bentuk lain dari pesan dalam organisasi, seperti
masalah pribadi atau masalah sosial.

Penerima berita adalah objek kepada siapa pesan tersebut diarahkan. Tetapi sebelum
pesan bisa diterima, simbol didalamnya harus diubah ke dalam bentuk yang dapat dimengerti
oleh penerima. Langkah ini disebut Langkah pemecahan / pemahaman sandi (decoding) dari
sebuah pesan. Langkah terakhir dalam proses komunikasi adalah umpan balik (feed back).
Umpan balik diperlukan untuk memeriksa seberapa sukses pesan yang disampaikan seperti
yang dimaksudkan semula.

ARAH KOMUNIKASI

Komunikasi dapat berjalan secara vertical maupun lateral (horizontal). Dimensi vertical
dapat dibagi menjadi 2 arah, yaitu kebawah dan keatas.

• Kebawah, adalah komunikasi yang berlangsung dari tingkatan tertentu dalam suatu
kelompok atau organisasi ke tingkatan yang lebih rendah. Para manajer berkomunikasi
dengan bawahannya. Pola tersebut digunakan oleh para pemimpin perusahaan dan para
manajer, seperti memberikan instruksu kerja, menginformasikan peraturan dan
prosedur-prosedur yang berlaku, menentukan masalah-masalah yang perlu perhatian
dan memberikan umpan balik terhadap kinerja.
• Keatas, adalah komunikasi yang mengalir ke tingkatan yang lebih tinggi dalam suatu
kelompok atau organisasi. Pola ini digunakan untuk memberikan umpan balik kepada
pemimpin yang diatas, menginformasikan tentang kemajuan dalam menuju sasaran
kerja dan menyampaikan masalah yang terjadi saat ini. Komunikasi dalam bentuk ini
membantu para manajer untuk selalu peka terhadap perasaan karyawan, rekan kerja dan
perusahaan pada umumnya. Para manajer perusahaan bergantung kepada komunikasi
ini untuk mendapatkan gagasan yang berkaitan dengan ide-ide tentang bagaimana
meningkatkan kinerja.
• Horizontal (lateral), adalah komunikasi yang terjadi diantara anggota dari kelompok
kerja yang sama, antara anggota kelompok kerja pada tingkat yang sama, antara para
manajer pada tingkat yang sama, atau antara sesama staf yang sederajat.

Kenapa diperlukan komunikasi horizontal jika komunikasi vertical dalam kelompok


masih efektif? Jawabannya adalah bahwa komunikasi horizontal dapat menghemat waktu dan
mempermudah koordinasi. Sering kali komunikasi lateral secara informal dibuat untuk
memotong garis kewenangan vertical dan dapat mempercepat pengambilan Tindakan. Karena
kepatuhan yang kuat pada struktur formal, komunikasi vertical dapat menghambat efisiensi
dan ketepatan penyampaian informasi.

Anda mungkin juga menyukai